Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Selasa, 13 April 2010

15 Apr - Kis 5:27-33; Yoh 3:31-36

"Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya".

(Kis 5:27-33; Yoh 3:31-36)

 

"Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yoh 3:31-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kita semua diciptakan oleh Allah, maka boleh dikatakan bahwa kita semua berasal dari Allah atau 'datang dari sorga', maka sebagai ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini kita dipanggil untuk senantiasa berada 'diatas ciptaan-ciptaan Allah yang lain di dunia' ini, misalnya aneka jenis binatang dan tanaman, flora dan fauna, apalagi harta benda atau uang sebagai hasil karya manusia.  Dengan kata lain kita semua hendaknya senantiasa berbakti kepada Allah dalam hidup mendunia saat ini, dan tidak berbakti kepada ciptaan lainnya atau harta benda dan uang alias 'berbakti kepada berhala modern'. Masa kini rasanya masih cukup banyak orang yang berbakti kepada berhala-berhala modern tersebut, dengan lebih menggantungkan/mengandalkan diri kepada manusia,  binatang, tanaman atau harta benda dan uang daripada Allah. Gejala atau tandanya adalah ketika kehilangan harta benda, uang, tanaman, binatang atau manusia mengalami stress berkepanjangan, bahkan ada yang sampai hendak bunuh diri. Kita dipanggil untuk berada di atas ciptaan lainnya di dunia ini berarti ciptaan-citpaan tersebut kita sikapi dan fungsikan sebagai sarana atau wahana untuk semakin menyucikan diri, semakin berbakti/beriman kepada Allah. Sarana adalah sarana bukan tujuan, maka janganlah menjadikan sarana menjadi tujuan.  Dengan ini juga kami berharap, seiring dengan kecenderungan pemanasan global yang terus berlangsung, kepada kita semua untuk tidak seenaknya membabat hutan, membuang sampah sembarangan, menghemat pemakaian air maupun tenaga listrik dan bahan-bahan baker, dst.. Pengalaman menunjukkan ketika kita serakah memfungsikan ciptaan-ciptaan tersebut muncul tanah longsor, banjir bandang dll, yang menyengsarakan dan mencelakakan banyak orang.

·   "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (Kis 5:29), demikian jawaban Petrus dan rasul  lainnya menanggapi tekanan atau larangan dalam mewartakan Kabar Baik. Taat kepada Allah dalam hidup sehari-hari di dunia saat ini antara lain dapat kita hayati dengan mentaati siapapun yang lebih dekat dan mesra bersama dan bersatu dengan Allah alias suci. Mereka yang lebih suci selayaknya kita taati, bukan karena lebih tua, berpangkat, berkedudukan, kaya, pandai dst… Secara kronologis dan sosial kiranya kita harus mengakui bahwa anak-anak lebih suci daripada orangtuanya, para peserta didik lebih suci daripada para gurunya, generasi muda lebih suci daripada generasi tua, dst... Maka dengan ini kami berseru: hendaknya para orangtua lebih taat kepada anak-anaknya artinya melayani dan mengabdi anak-anak demi kebahagiaan dan kesejahteraan mereka masa kini maupun masa depan, demikian para guru terhadap para peserta didik, generasi tua terhadap generasi muda. Tanda bahwa orangtua, guru atau generasi tua melayani anak-anak, peserta didik atau generasi muda dengan baik dan memadai adalah anak-anak, peserta didik, generasi muda ketika menjadi dewasa akan lebih baik, lebih suci, lebih cerdas, lebih dewasa, dst.. daripada orangtua, guru atau generasi tua. Salah satu cara melayani anak-anak, peserta didik dan generasi muda antara lain memberi kesempatan dan kemungkinan bagi mereka untuk belajar dan dididik sebaik dan seluas mungkin. Ketika kita terbiasa melayani mereka yang lebih muda dari kita kiranya kita dalam hidup sehari-hari juga akan lebih taat kepada Allah daripada manusia, lebih mentaati mereka yang bekehendak baik tanpa pandang bulu, SARA, usia dst… Jika kita semua hidup dan bertindak dengan taat keapada Allah berarti kebersamaan hidup kita dijiwai oleh cintakasih dan dengan demikian kita saling mengasihi.

 

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu" (Mzm 34:2-6)

 

Jakarta, 15 April 2010       .

        


Senin, 12 April 2010

13 Apr - Kis 4:32-37; Yoh 3:7-15

"Setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal"

(Kis 4:32-37; Yoh 3:7-15)

 

"Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?" Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Hidup yang kekal" berarti hidup mulia di sorga bersama Allah Pencipta untuk selama-lamanya setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Kita semua kita mendambakan hidup yang kekal, maka marilah selama hidup di dunia saat ini kita senantiasa percaya kepadaNya, percaya kepada Yesus dengan menghayati semua ajaranNya serta meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Untuk meneladan cara hidup dan cara  bertindak Yesus kita dapat membaca dan mengetahui melalui apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Apa yang dilakukan oleh Yesus antara lain "memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kelaparan, memberi tumpangan kepada orang asing, memberi pakaian yang telanjang, mengunjungi mereka yang menderita sakit atau berada di dalam penjara" (bdk Mat 25: 34-46). Di dalam lingkungan hidup maupun kerja kita kiranya ada saudara-saudari kita, yang lapar, haus, terasing, telanjang, sakit atau terpenjara, entah secara phisik maupun spiritual, maka marilah kita cermati lingkungan hidup atau kerja kita masing-masing. Dengan jiwa besar dan hati rela berkorban kita perhatikan mereka yang sungguh membutuhkan bantuan. Jika kita sungguh percaya kepada Yesus, kepada Tuhan kiranya kita tergerak untuk berbelas-kasihan kepada mereka yang lapar, haus, telanjang, sakit atau terpenjara. Jika kita mampu menolong secara duniawi kepada mereka, maka kita akan terbantu untuk menolong mereka secara spiritual atau rohani, sebaliknya jika secara duniawi saja kita pelit terhadap sesama kita, maka kita juga akan pelit memperhatikan hal-hal spiritual atau rohani.

·   "Tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya" (Kis 4:34-35), demikian berita perihal cara hidup jemaat perdana/purba, zaman para rasul.  Jika kita memperhatikan aneka informasi kiranya kita tahu bahwa masih cukup banyak orang yang berkekurangan secara phisik atau dalam hal-hal duniawi alias miskin dalam hal harta benda dan uang. Selama masih ada orang yang berkekurangan dalam lingkungan hidup kita berarti ada ketidak-beresan dalam hal hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Allah menciptakan manusia serta ciptaan-ciptaaan lainnya demi kesejahteraan dan kebahagiaan semua manusia, dan apa yang diciptakan senantiasa baik adanya; makanan dan minuman disediakan secukupnya bagi seluruh umat manuia. Maka ketika masih ada yang berkekurangan berarti ada sementara orang yang serakah, egois dan cari enak sendiri, yang antara lain berpedoman 'menumpuk kekayaan untuk tujuh turunan'. Dengan ini kami mengharapkan mereka yang kaya akan harta dan uang atau berlebihan untuk sosial, memperhatikan saudara-saudari yang berkekurangan, mungkin tidak sampai seperti yang dilakukan jemaat purba, yang menjual seluruh kepunyaannya dan hasil penjualan diberikan kepada yang miskin dan berkekurangan, tetapi paling tidak telah terjadi pengorbanan dalam diri kita. Hendaknya semuanya setia pada bagian doa harian, doa Bapa Kami, yang kiranya kita doakan setiap hari, yaitu "Berilah kami hari ini rezeki secukupnya", secukupnya berarti sederhana sesuai tuntutan hidup sehat, bukan sebanyak-banyaknya.

 

"TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada. Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa." (Mzm 93:1-2.5)

.

Jakarta, 13 April 2010


Minggu, 11 April 2010

12 Apr - Kis 4:23-31; Yoh 3:1-8

"Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah"

(Kis 4:23-31; Yoh 3:1-8)

"Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." (Yoh 3:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Dilahirkan dari air dan Roh"  berarti dibaptis, dipersembahkan atau disisihkan seutuhnya kepada Tuhan, sehingga setelah dibaptis yang bersangkutan dipanggil untuk hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, atau menghayati janji baptis dalam hidup sehari-hari: hanya mau mengabdi Tuhan saja dan menolak semua godaan setan. Maka baiklah kita semua yang telah dibaptis kami ajak untuk mawas diri: sejauh mana saya senantiasa hanya mengabdi Tuhan saja dan menolak godaan setan dalam hidup sehari-hari, yang berarti semakin tambah usia dan pengalaman hidup juga semakin suci atau semakin beriman. Karena kita beriman kepada Yesus, Penyelamat Dunia, maka lingkungan hidup kita juga disucikan alias dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, sehingga tempat/kamar/ruang, aneka macam sarana-prasarana dan suasana mendukung semua orang yang ada di dalamnya semakin beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Hidup dari Roh berarti cara hidup dan cara bertindaknya menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23), maka ketika kita saling bertemu atau bergaul dengan orang yang sama-sama telah dibaptis akan saling mengasihi, bersukacita, menyampaikan damai sejahtera, sabar, berbaik hati dst…Rahmat baptisan merupakan dasar hidup beriman kepada Yesus Kristus, maka jika kita setia pada rahmat atau janji baptis, hemat saya dengan mudah juga kita setia pada panggilan hidup kita masing-masing: sebagai suami-isteri, imam, bruder, suster/hidup wadat, dst…

·   "Ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani" (Kis 4:31), demikian berita perihal apa yang terjadi dalam diri para rasul bersama dengan pengikut-pengikut mereka. Karena anugerah Roh Kudus "mereka memberitakan firman Allah dengan berani". Kita semua telah menerima anugerah Roh Kudus, maka marilah tanpa takut dan gentar memberitakan firman Allah dimanapun kita berada atau kemanapun kita pergi. Firman Allah antara lain dapat kita ketemukan dalam Kitab Suci, yang rasanya semua firman atau sabda Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci dapat dipadatkan kedalam firman atau sabda utamaNya yaitu saling mengasihi satu sama lain, sebagaimana Allah telah mengasihi kita, yaitu dengan saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh/kekuatan. Sekali lagi saya mengingatkan hendaknya firman atau perintah Allah untuk saling mengasihi ini pertama-tama terjadi di dalam keluarga, dengan teladan konkret dari orangtua atau bapak-ibu, yang telah saling menyerahkan diri dan berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Bukankah para suami-isteri sudah sehati, sejiwa, seakal budi dan setubuh/bersetubuh?  Mungkin bersetubuh sudah dilaksanakan, tetapi apakah sudah sehati, sejiwa dan seakal budi rasanya masih menjadi pertanyaan atau jauh dari harapan dan dambaan.  Maka baiklah kita saling mengingatkan satu sama lain di dalam hidup berkeluarga, ketika melihat atau menyaksikan rekan kita dalam hidup berkeluarga menghadapi ancaman atau gangguan yang mengarah ke perceraian, marilah kita tolong dan ingatkan mereka.

 

"Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya: "Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada kita!"

(Mzm 2:1-3)

Jakarta, 12 April 2010