Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 17 April 2010

18 Apr - Kis 5:27b-32.40b-41; Why 5:11-14; Yoh 21:1-14

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh."

Mg Paskah III : Kis 5:27b-32.40b-41; Why 5:11-14; Yoh 21:1-14

 

Beberapa tahun lalu pesawat 'Adam Air' jatuh di perairan/laut antara pulau Kalimantan dan Sulawesi, dalam rangka penerbangan dari Jakarta ke Manado. Konon salah satu sebab mengapa pesawat tersebut kena musibah karena tidak mengikuti jalur atau lintas yang telah ditentukan, dengan kata lain pesawat Adam Air mengambil jalan pintas, yang memang dalam perhitungan waktu dan jarak lebih cepat akan sampai, tetapi ancaman atau resiko lebih besar, karena jalur yang ditempuh Adam Air katanya rawan dengan badai yang sungguh membahayakan keselamatan perjalanan pesawat. Musibah tersebut membuka tabir bahwa memang pengelolaan perusahaan Adam Air tidak beres, dan beberapa waktu kemudian memang Adam Air gulung tikar.  Jika analisa itu benar rasanya memang menunjukkan masih cukup banyak orang di Indonesia ini, yang berjalan atau melangkah tidak mengikuti aturan atau tatanan yang berlaku, melainkan berjalan atau melangkah seenaknya sendiri, hanya mengikuti selera pribadi. Jika kita sungguh memperhatikan dan mencermati aneka macam musibah atau kecelakaan, hemat saya salah satu sebab terjadinya musibah atau kecelakaan adalah ketidak-taatan atau ketidak-setiaan pada aturan atau tatanan yang terkait. Begitulah kiranya yang terjadi dengan Petrus dan kawan-kawannya, para rasul: mereka telah dibina selama tiga tahun bersama dan oleh Yesus, ternyata kurang berhasil juga. Sebelum mengikuti Yesus mereka adalah nelayan atau penjala ikan, dan setelah Yesus wafat di kayu salib alias mereka ditinggalkan oleh Yesus, merasa kesepian dan untuk mengisi kesepiannya mereka kembali ke pekerjaan atau hobby lama, mencari ikan. Semalaman tak seekor ikanpun ditangkap, tetapi begitu mereka menebarkan jala sesuai perintah Yesus, mereka menangkap ikan banyak sekali. Maka marilah kita renungkan perintah Yesus kepada para rasul tersebut.

 

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." (Yoh 21:6)  

 

Bagi para rasul menebarkan jala merupakan pekerjaan sehari-hari mereka sebelum mengikuti Yesus, maka sabda Yesus di atas ini rasanya merupakan peringatan agar dalam rangka melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari hendaknya kita senantiasa sesuai dengan perintah Tuhan, tidak mengikuti selera pribadi atau seenaknya sendiri. Perintah Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam aneka macam rumusan janji, peraturan atau tatanan hidup, yang pada umumnya dibuat dalam Tuhan dan sebagai bantuan bagi mereka yang melaksanakannya untuk semakin berbakti kepada Tuhan, semakin beriman atau semakin suci. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk hidup dan bertindak sesuai dengan janji, aturan atau tatanan yang terkait dengan hidup dan panggilan kita masing-masing.

 

Pertama-tama dan terutama sebagai orang yang telah dibaptis marilah kita mawas diri sejauh mana kita setia pada janji baptis, yaitu 'hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan'. Mengabdi Tuhan antara lain berarti hidup dan bertindak senantiasa membahagiakan Tuhan melalui saudara-saudari kita serta ciptaan-ciptaan lainnya di dunia ini. Salah satu cara membahagiakan antara lain dengan hidup dan bertindak sesuai dengan aturan dan tatanan hidup alias setia pada janji yang pernah kita ikrarkan. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr. Edi Sedyawati: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Meskipun ada aneka macam godaan yang nampaknya menguntungkan, orang yang setia tak akan mengikuti godaan tersebut, melainkan tetap berpegang teguh pada janji yang telah dibuat atau diikrarkan. Godaan setan masa kini dapat menggejala dalam rayuan berupa harta benda/uang, jabatan/kedudukan atau kehormatan duniawi, sebagaimana terjadi dalam berbagai departemen atau sektor pemerintahan di Negara kita, misalnya makelar kasus dalam aneka macam proses pengadilan, bocoran ujian nasional, dst..

Saya juga tergerak mengingatkan dan mengajak para pengguna jalan, pengemudi aneka macam jenis kendaraan bermotor maupun pejalan kaki untuk mentaati dan melaksanakan aneka macam aturan lalu lintas maupun rambu-rambu dan penunjuk jalan yang terpampang dengan jelas di jalanan. Korban kecelakaan lalu lintas terus berjatuhan dan rasanya terus bertambah setiap tahun, yang menunjukkan masih sungguh memprihatinkan ketaatan berlalu lintas. Setiap kendaraan kiranya dilengkapi dengan buku petunjuk perawatan kendaraan maupun cara menjalankan kendaraan yang benar, maka kami berharap buku tersebut sungguh dipelajari dan arahan atau tuntunan yang ada di dalamnya dihayati. Apa yang terjadi di jalanan menurut kami merupakan cermin kwalitas bangsa dalam hal taat dan setia pada aneka aturan dan tatanan hidup.

 

"Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus " (Kis 5:40-41)     

 

"Bergembira karena telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus", itulah yang dialami oleh para rasul. Taat atau setia pada aneka aturan dan tatanan hidup pada masa kini mungkin juga akan menghadapi aneka kesulitan, tantangan, hambatan atau bahkan ejekan atau penghinaan. Jika karena taat dan setia pada aturan atau tatanan hidup kita harus menghadapi yang demikian itu hendaknya tetap bergembira dan ceria. Percaya dan hayatilah bahwa dalam kegembiraan dan keceriaan kita akan mampu mengatasi aneka kesulitan, tantangan, hambatan maupun penghinaan, karena dalam kegembiraan dan keceriaan berarti organ-organ tubuh kita, termasuk syaraf, dalam keadaan baik atau bahkan prima dan dengan demikian kondusif untuk menghadapi kesulitan, tantangan, hambatan atau masalah.    

 

Secara sosiologis dan kwantitatif jumlah yang percaya kepada Yesus di Negara kita rasanya sedikit dan tidak jarang di tempat-tempat tertentu, entah tempat tinggal atau tempat kerja, kita sebagai yang percaya kepada Yesus sering mendapat ancaman, terror atau hinaan melalui aneka cara. Ada kenalan saya, yang bekerja di sebuah kantor, dimana hanya dia sendiri yang katolik, menceriterakan bahwa hampir setiap hari dirinya merasa bagaikan berada di ujung tanduk, karena selalu diawasi dan dilihat oleh rekan-rekan kerja yang bukan katolik. Yang bersangkutan merasa hendak didepak atau disingkirkan dari tempat kerja tersebut. Menanggapi hal itu saya justru bangga dan mengucapkan proficiat kepadanya, sambil berkata: "Bergembira dan berbahagialah karena dengan demikian anda memperoleh dukungan konkret, yaitu pengawasan, sehingga anda tidak tergoda untuk menyeleweng serta senantiasa berusaha bekerja sebaik mungkin. Kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian yang mungkin merasa sendirian di tempat tertentu untuk tetap setia pada iman maupun tugas pekerjaan; jadikan aneka sapaan dari orang lain dalam bentuk apapun merupakan perwujudan kasih mereka terhadap diri kita yang lemah, rapuh dan hina dina. Marilah kita gembira dan ceria ketika harus menderita, dilecehkan atau direndahkan karena kesetiaan iman kita pada Yesus Kristus.

 

"Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku.TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai" (Mzm 30:2.4-6).

 

Jakarta, 18 April 2010


Jumat, 16 April 2010

17 Apr - Kis 6:1-7; Yoh 6:16-21

"Aku ini jangan takut!"

(Kis 6:1-7; Yoh 6:16-21)

 

"Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka, sedang laut bergelora karena angin kencang. Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!" Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui." (Yoh 6:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Takut rasanya menjiwai semua orang, entah hanya secara dangkal saja atau mendalam. Berbagai masalah, tantangan, godaan maupun tugas/pekerjaan baru dan berat sering membuat orang takut untuk menghadapinya. Ada juga orang yang takut bertemu dengan orang-orang tertentu yang dirasa cukup keras hati atau mudah marah dst.. Juga ada orang yang takut menghadapi kematian dirinya.  Sabda Yesus kepada para rasul yang menghadapi 'laut bergelora karena angin kencang : "Aku ini, jangan takut", kiranya baik menjadi refleksi atau permenungan kita. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita tidak perlu takut atau gentar sedikitpun dalam rangka menghadapi gelora kehidupan masa kini, karena Tuhan senantiasa dapat mengalahkan atau mengatasi segala sesuatu. Bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari berarti senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur, senantiasa berusaha membahagiakan atau menyelamatkan orang lain dalam cara hidup dan cara bertindaknya. Maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan agar kita senantiasa dalam keadaan baik dan berbudi pekerti luhur. Untuk  itu baiklah kita senantiasa setia dan menghayati janji-janji yang pernah kita ikrarkan atau melaksanakan aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, sehingga kita layak disebut sebagai pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga dan sekolah sedini mungkin dibiasakan untuk setia dan taat pada janji-janji atau hidup baik dan berbudi pekerti luhur, yang antara lain dengan teladan konkret dari orangtua maupun guru.

·   "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." (Kis 6:2-4), demikian kata keduabelas rasul kepada para murid lain yang berkumpul. Apa yang disebut 'melayani meja' adalah tugas sehari-hari dalam hal kebutuhan phisik, antara lain makanan, minuman, pakaian dan papan. Tugas macam ini hemat saya menjadi tugas kita semua, umat Allah, umat beriman dalam hidup kita sehari-hari dengan mengurus dan mengelola hal-ikhwal duniawi. Dalam mengurus dan mengelola hal-ikhwal duniawi diharapkan sebaik mungkin, antara lain memfungsikan aneka macam jenis harta benda dan uang sesuai dengan motto "ad intentio dantis" (=maksud pemberi). Sebagai contoh apa yang disebut sesuai dengan 'maksud pemberi' antara lain: ada orang datang kepada saya memberi sumbangan untuk orang-orang miskin dan berkekurangan, maka saya tidak mungkin/bisa membelokkan pemanfaatan sumbangan tersebut untuk kepentingan lain, dalam lembaran perincian gaji pada umumnya ditulis gaji pokok dan tunjangan-tunjangan, tetapi jelas tidak ada tunjangan untuk judi, maka berjudi berarti melanggar 'maksud pemberi', dst.. Jika kita dapat mengurus atau mengelola apa yang kelihatan seperti harta benda dan uang dengan baik dan benar, kiranya kita dengan mudah juga untuk berpartisipasi dalam pewartaan Firman atau Sabda Tuhan. Usul para rasul di atas kiranya erat kaitannya dengan pentingnya ada subsidiaritas atau pendelegasian di dalam hidup dan kerja bersama; jauhkan aneka macam monopoli dan sikap mental diktator dalam hidup dan kerja bersama. Kami berharap juga departemen yang melayani rakyat miskin sungguh berfungsi dengan baik dan benar, semoga aneka macam sumbangan dan anggaran tidak dikorupsi.

 

"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN" (Mzm 33:1-2.4-5).

 

Jakarta, 17 April 2010


Kamis, 15 April 2010

16 Apr - Kis 5:34-42; Yoh 6:1-15

"Dia ini adalah benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."

(Kis 5:34-42; Yoh 6:1-15)



"Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia."Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri" (Yoh 6:5-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia) pada Bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta."  (www.bps.go.id). Secara logis jika 25 % dari jumlah penduduk yang berada di atas garis kemiskinan dengan rela dan jiwa besar berani berkorban membantu mereka yang berada di bawah garis kemiskinan, rasanya jumlah mereka yang miskin di bawah garis kemiskinan segera hilang/terhapus. Maka  dengan ini kami mengajak dan mengingatkan mereka yang cukup kaya atau berkecukupan dalam hal harta benda dan uang untuk meneladan Yesus membagikan sebagaian harta benda atau kekayaannya bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Menurut hemat saya tidak cukup hanya membuat kejutan pada hari-hari khusus seperti Idul Fitri, Imlek, Paskah atau Natal, dst..membagikan sesuatu kepada yang miskin dan berkekurangan. Mungkin akan sulit untuk memberi makan seperti Yesus, tetapi hemat saya perhatian dan bantuan yang sangat mendesak pada saat ini antara lain beaya untuk pendidikan dan kesehatan, maka kami berharap kiranya ada gerakan memberi beasiswa kepada peserta didik yang miskin/dari keluarga miskin serta bantuan sosial kesehatan bagi mereka. Jika mereka memperoleh bantuan dalam hal pendidikan dan kesehatan, rasanya dalam hal lain mereka dengan kesederhanaan dan perjuangan mereka akan tetap dapat hidup sejahtera.

·   "Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah." (Kis 5:38-39), demikian kata Gamaliel, salah seorang tokoh Farisi yang berani berbeda pendapat dengan rekan-rekannya. Keterbukaan seorang tokoh dan pemimpin hidup bersama macam ini rasanya layak ditiru oleh siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan bersama. Cintakasih dan kebebasan itulah yang hendaknya menjiwai hidup bersama, sehingga tidak ada tekanan, intimidasi atau ancaman maupun saling memojokkan dan menyalahkan. Masing-masing atau setiap orang diberi dan mendapat kesempatan serta kemungkinan untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman atau keadaan. Para pemimpin atau atasan hendaknya juga sungguh terbuka terhadap aneka saran, masukan atau gagasan baru dari orang lain maupun bawahan atau anggotanya. Para pemimpin atau atasan hendaknya bersikap seperti motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro, dalam memfungsikan jabatan atau kedudukannya, yaitu "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" (keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). Ketiga motto, keteladanan, pemberdayaan dan motivasi memang tidak mungkin dipisahkan secara tegas dalam praksis, karena saling terkait: pada suatu saat keteladanan yang mendesak, saat lain mungkin pemberdayaan atau motivasi dst.. Tentu saja kami berharap sikap Gamaliel tersebut juga menjadi pedoman atau teladan bagi para orangtua maupun guru/pendidik di dalam keluarga dan sekolah-sekolah.

 

"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN " (Mzm 27:13-14)

 

Jakarta, 16 April 2010


Selasa, 13 April 2010

15 Apr - Kis 5:27-33; Yoh 3:31-36

"Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya".

(Kis 5:27-33; Yoh 3:31-36)

 

"Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorang pun yang menerima kesaksian-Nya itu. Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yoh 3:31-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kita semua diciptakan oleh Allah, maka boleh dikatakan bahwa kita semua berasal dari Allah atau 'datang dari sorga', maka sebagai ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini kita dipanggil untuk senantiasa berada 'diatas ciptaan-ciptaan Allah yang lain di dunia' ini, misalnya aneka jenis binatang dan tanaman, flora dan fauna, apalagi harta benda atau uang sebagai hasil karya manusia.  Dengan kata lain kita semua hendaknya senantiasa berbakti kepada Allah dalam hidup mendunia saat ini, dan tidak berbakti kepada ciptaan lainnya atau harta benda dan uang alias 'berbakti kepada berhala modern'. Masa kini rasanya masih cukup banyak orang yang berbakti kepada berhala-berhala modern tersebut, dengan lebih menggantungkan/mengandalkan diri kepada manusia,  binatang, tanaman atau harta benda dan uang daripada Allah. Gejala atau tandanya adalah ketika kehilangan harta benda, uang, tanaman, binatang atau manusia mengalami stress berkepanjangan, bahkan ada yang sampai hendak bunuh diri. Kita dipanggil untuk berada di atas ciptaan lainnya di dunia ini berarti ciptaan-citpaan tersebut kita sikapi dan fungsikan sebagai sarana atau wahana untuk semakin menyucikan diri, semakin berbakti/beriman kepada Allah. Sarana adalah sarana bukan tujuan, maka janganlah menjadikan sarana menjadi tujuan.  Dengan ini juga kami berharap, seiring dengan kecenderungan pemanasan global yang terus berlangsung, kepada kita semua untuk tidak seenaknya membabat hutan, membuang sampah sembarangan, menghemat pemakaian air maupun tenaga listrik dan bahan-bahan baker, dst.. Pengalaman menunjukkan ketika kita serakah memfungsikan ciptaan-ciptaan tersebut muncul tanah longsor, banjir bandang dll, yang menyengsarakan dan mencelakakan banyak orang.

·   "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia" (Kis 5:29), demikian jawaban Petrus dan rasul  lainnya menanggapi tekanan atau larangan dalam mewartakan Kabar Baik. Taat kepada Allah dalam hidup sehari-hari di dunia saat ini antara lain dapat kita hayati dengan mentaati siapapun yang lebih dekat dan mesra bersama dan bersatu dengan Allah alias suci. Mereka yang lebih suci selayaknya kita taati, bukan karena lebih tua, berpangkat, berkedudukan, kaya, pandai dst… Secara kronologis dan sosial kiranya kita harus mengakui bahwa anak-anak lebih suci daripada orangtuanya, para peserta didik lebih suci daripada para gurunya, generasi muda lebih suci daripada generasi tua, dst... Maka dengan ini kami berseru: hendaknya para orangtua lebih taat kepada anak-anaknya artinya melayani dan mengabdi anak-anak demi kebahagiaan dan kesejahteraan mereka masa kini maupun masa depan, demikian para guru terhadap para peserta didik, generasi tua terhadap generasi muda. Tanda bahwa orangtua, guru atau generasi tua melayani anak-anak, peserta didik atau generasi muda dengan baik dan memadai adalah anak-anak, peserta didik, generasi muda ketika menjadi dewasa akan lebih baik, lebih suci, lebih cerdas, lebih dewasa, dst.. daripada orangtua, guru atau generasi tua. Salah satu cara melayani anak-anak, peserta didik dan generasi muda antara lain memberi kesempatan dan kemungkinan bagi mereka untuk belajar dan dididik sebaik dan seluas mungkin. Ketika kita terbiasa melayani mereka yang lebih muda dari kita kiranya kita dalam hidup sehari-hari juga akan lebih taat kepada Allah daripada manusia, lebih mentaati mereka yang bekehendak baik tanpa pandang bulu, SARA, usia dst… Jika kita semua hidup dan bertindak dengan taat keapada Allah berarti kebersamaan hidup kita dijiwai oleh cintakasih dan dengan demikian kita saling mengasihi.

 

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu" (Mzm 34:2-6)

 

Jakarta, 15 April 2010       .

        


Senin, 12 April 2010

13 Apr - Kis 4:32-37; Yoh 3:7-15

"Setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal"

(Kis 4:32-37; Yoh 3:7-15)

 

"Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." Nikodemus menjawab, katanya: "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?" Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal" (Yoh 3:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Hidup yang kekal" berarti hidup mulia di sorga bersama Allah Pencipta untuk selama-lamanya setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Kita semua kita mendambakan hidup yang kekal, maka marilah selama hidup di dunia saat ini kita senantiasa percaya kepadaNya, percaya kepada Yesus dengan menghayati semua ajaranNya serta meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Untuk meneladan cara hidup dan cara  bertindak Yesus kita dapat membaca dan mengetahui melalui apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Apa yang dilakukan oleh Yesus antara lain "memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kelaparan, memberi tumpangan kepada orang asing, memberi pakaian yang telanjang, mengunjungi mereka yang menderita sakit atau berada di dalam penjara" (bdk Mat 25: 34-46). Di dalam lingkungan hidup maupun kerja kita kiranya ada saudara-saudari kita, yang lapar, haus, terasing, telanjang, sakit atau terpenjara, entah secara phisik maupun spiritual, maka marilah kita cermati lingkungan hidup atau kerja kita masing-masing. Dengan jiwa besar dan hati rela berkorban kita perhatikan mereka yang sungguh membutuhkan bantuan. Jika kita sungguh percaya kepada Yesus, kepada Tuhan kiranya kita tergerak untuk berbelas-kasihan kepada mereka yang lapar, haus, telanjang, sakit atau terpenjara. Jika kita mampu menolong secara duniawi kepada mereka, maka kita akan terbantu untuk menolong mereka secara spiritual atau rohani, sebaliknya jika secara duniawi saja kita pelit terhadap sesama kita, maka kita juga akan pelit memperhatikan hal-hal spiritual atau rohani.

·   "Tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya" (Kis 4:34-35), demikian berita perihal cara hidup jemaat perdana/purba, zaman para rasul.  Jika kita memperhatikan aneka informasi kiranya kita tahu bahwa masih cukup banyak orang yang berkekurangan secara phisik atau dalam hal-hal duniawi alias miskin dalam hal harta benda dan uang. Selama masih ada orang yang berkekurangan dalam lingkungan hidup kita berarti ada ketidak-beresan dalam hal hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Allah menciptakan manusia serta ciptaan-ciptaaan lainnya demi kesejahteraan dan kebahagiaan semua manusia, dan apa yang diciptakan senantiasa baik adanya; makanan dan minuman disediakan secukupnya bagi seluruh umat manuia. Maka ketika masih ada yang berkekurangan berarti ada sementara orang yang serakah, egois dan cari enak sendiri, yang antara lain berpedoman 'menumpuk kekayaan untuk tujuh turunan'. Dengan ini kami mengharapkan mereka yang kaya akan harta dan uang atau berlebihan untuk sosial, memperhatikan saudara-saudari yang berkekurangan, mungkin tidak sampai seperti yang dilakukan jemaat purba, yang menjual seluruh kepunyaannya dan hasil penjualan diberikan kepada yang miskin dan berkekurangan, tetapi paling tidak telah terjadi pengorbanan dalam diri kita. Hendaknya semuanya setia pada bagian doa harian, doa Bapa Kami, yang kiranya kita doakan setiap hari, yaitu "Berilah kami hari ini rezeki secukupnya", secukupnya berarti sederhana sesuai tuntutan hidup sehat, bukan sebanyak-banyaknya.

 

"TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada. Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa." (Mzm 93:1-2.5)

.

Jakarta, 13 April 2010


Minggu, 11 April 2010

12 Apr - Kis 4:23-31; Yoh 3:1-8

"Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah"

(Kis 4:23-31; Yoh 3:1-8)

"Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya." Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh." (Yoh 3:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Dilahirkan dari air dan Roh"  berarti dibaptis, dipersembahkan atau disisihkan seutuhnya kepada Tuhan, sehingga setelah dibaptis yang bersangkutan dipanggil untuk hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, atau menghayati janji baptis dalam hidup sehari-hari: hanya mau mengabdi Tuhan saja dan menolak semua godaan setan. Maka baiklah kita semua yang telah dibaptis kami ajak untuk mawas diri: sejauh mana saya senantiasa hanya mengabdi Tuhan saja dan menolak godaan setan dalam hidup sehari-hari, yang berarti semakin tambah usia dan pengalaman hidup juga semakin suci atau semakin beriman. Karena kita beriman kepada Yesus, Penyelamat Dunia, maka lingkungan hidup kita juga disucikan alias dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, sehingga tempat/kamar/ruang, aneka macam sarana-prasarana dan suasana mendukung semua orang yang ada di dalamnya semakin beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Hidup dari Roh berarti cara hidup dan cara bertindaknya menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23), maka ketika kita saling bertemu atau bergaul dengan orang yang sama-sama telah dibaptis akan saling mengasihi, bersukacita, menyampaikan damai sejahtera, sabar, berbaik hati dst…Rahmat baptisan merupakan dasar hidup beriman kepada Yesus Kristus, maka jika kita setia pada rahmat atau janji baptis, hemat saya dengan mudah juga kita setia pada panggilan hidup kita masing-masing: sebagai suami-isteri, imam, bruder, suster/hidup wadat, dst…

·   "Ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani" (Kis 4:31), demikian berita perihal apa yang terjadi dalam diri para rasul bersama dengan pengikut-pengikut mereka. Karena anugerah Roh Kudus "mereka memberitakan firman Allah dengan berani". Kita semua telah menerima anugerah Roh Kudus, maka marilah tanpa takut dan gentar memberitakan firman Allah dimanapun kita berada atau kemanapun kita pergi. Firman Allah antara lain dapat kita ketemukan dalam Kitab Suci, yang rasanya semua firman atau sabda Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci dapat dipadatkan kedalam firman atau sabda utamaNya yaitu saling mengasihi satu sama lain, sebagaimana Allah telah mengasihi kita, yaitu dengan saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh/kekuatan. Sekali lagi saya mengingatkan hendaknya firman atau perintah Allah untuk saling mengasihi ini pertama-tama terjadi di dalam keluarga, dengan teladan konkret dari orangtua atau bapak-ibu, yang telah saling menyerahkan diri dan berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Bukankah para suami-isteri sudah sehati, sejiwa, seakal budi dan setubuh/bersetubuh?  Mungkin bersetubuh sudah dilaksanakan, tetapi apakah sudah sehati, sejiwa dan seakal budi rasanya masih menjadi pertanyaan atau jauh dari harapan dan dambaan.  Maka baiklah kita saling mengingatkan satu sama lain di dalam hidup berkeluarga, ketika melihat atau menyaksikan rekan kita dalam hidup berkeluarga menghadapi ancaman atau gangguan yang mengarah ke perceraian, marilah kita tolong dan ingatkan mereka.

 

"Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya: "Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada kita!"

(Mzm 2:1-3)

Jakarta, 12 April 2010