Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 21 Mei 2011

Minggu Paskah V - Kis 6:1-7; 1Ptr 2:4-9; Yoh 14:1-12


"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku"

Mg Paskah V: Kis 6:1-7; 1Ptr 2:4-9; Yoh 14:1-12


 

Orang yang mau meninggal pada umumnya gelisah, ada yang sangat gelisah dan ada yang kurang atau nampak tidak gelisah alias tenang-tenang saja. Kegelisahan yang ada menunjukkan kurangnya percaya kepada Allah alias kurang beriman. Dalam perjal;anan hidup orang yang kurang atau tidak beriman pasti ia hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri alias sombong, tidak mengakui atau menghayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang menyertai hidup atau yang telah dan sedang dimiliki, dikuasai dan dinikmati merupakan anigerah Allah. Mereka yang mudah gelisah berarti tidak percaya bahwa Allah hidup dan berkarya dalam dirinya yang lemah dan rapuh melalui aneka sapaan, perhatian dan peerlakuan sesama manusia  "Jangan gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan dan hayati, maka marilah kita renungkan dan hayati di dalam hidup kita sehari-hari sabda  tersebut.

 

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku" (Yoh 14:1).

Hati memang merupakan pusat atau inti jati diri manusia, ingat dengan kata-kata jantung hati, patah hati, perhatian, dst..  ebagai umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk tidak gelisah melainkan percaya kepada Allah dan juga percaya kepada Yesus Kristus, Penyelamat Dunia. Percaya berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada yang dipercaya, maka percaya kepada Allah berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak, antara lain meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu" (Yoh 14:12), demikian sabda Yesus.

 

Pekerjaan atau tugas panggilan utama  Yesus adalah menyelamatkan atau membahahagiakan orang lain, antara lain 'memberi makan kepada yang lapar, memberi minuman kepada yang haus, memberi pakaian yang telanjang, menyembuhkan mereka yang sakit, membangkitkan yang mati, melawat atau mengunjungi yang terpenjara, membebaskan yang tertawan, dst..'. Maka marilah meneladan Yesus, dan kiranya jika kita rajin dan tekun mengerjakan apa yang dikerjakan oleh Yesus, kami yakin pada suatu saat kita akan mampu mengerjakan apa-apa yang lebih besar daripada apa yang dapat kita kerjakan sekarang. Hendaknya dalam melaksanakan pekerjaan apapun asal hal itu menyelamatkan atau membahagiakan orang lain maupun diri kita sendiri, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa, tidak gelisah, mengeluh atau menggerutu ketika harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan. Hadapi aneka masalah, hambatan serta tantangan dengan penuh kepercayaan dan kegairahan sebagai tanda bahwa Tuhan senantiasa menyertai atau mendampingi kita, karena kita percaya sepenuhnya kepada Tuhan.

 

Aneka tantangan, hambatan dan masalah hemat saya merupakan wahana untuk meningkatkan dan memperdalam kemampuan, keterampilan dan kecerdasan kita, sehingga jika kita hadapi dengan keteguhan hati dan bantuan rahmat Allah kita akan semakin terampil dan cerdas dan dengan demikian benarlah sabda Yesus bahwa kita akan mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi. Maka kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dibiasakan dan dididik untuk menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Jika tidak ada hambatan, masalah atau tantangan yang muncul, hendaknya diciptakan tantangan, masalah dan hambatan yang dapat diatasi oleh anak-anak; semakin lama tantangan, masalah atau hambatan semakin diperbesar, agar anak-anak juga semakin diperdalam, diperkembangkan dan diteguhkan keterampilan dan kecerdasannya. Maka kami berharap agar anak-anak dijauhkan dari aneka macam bentuk pemanjaan yang mencelakakan masa depan hidup mereka. Kami juga mengingatkan para pengelola atau pelaksana proses pendidikan di sekolah, sebagai pembantu orangtua dalam mendidik anak-anak, sesuai dengan namanya hendaknya anak-anak atau para peserta didik lebih diperhatikan dalam peningkatan atau pendalaman sikap belajar terus- menerus; hendaknya para peserta didik dibina dan didik agar mereka semakin terampil dalam belajar: belajar hidup, belajar bekerja, belajar agar terampil belaajar dan belajar bekerja. 'Ongoing education/ongoing formation' hendaknya menjadi pedoman, acuan dan sasaran proses pembelajaran entah di dalam keluarga maupun sekolah.

 

"Kamula bh bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib"(1Ptr 2:9)

 

Sapaan atau peringatan Petrus diatas ini hendaknya sungguh kita renungkan dan hayati sebagai orang-orang yang beriman, yang terpilih untuk fungsi atau jabatan tertentu dalam hidup maupun bekerja bersama sehari-hari. Kita semua dipanggil untuk hidup kudus atau suci serta menghayati imamat rajani dalam hidup sehari-hari. Menjadi imam berarti menjadi penyalur rahmat Allah bagi sesama manusia serta dambaan sesama manusia bagi Allah. Dalam hidup dan bekerja bersama menjadi imam bagaikan 'leher' dalam tubuh manusia, yang berfungsi sebagai 'jalan atau penyalur', yaitu jalan makanan, minuman dan udara. Dalam melaksanakan fungsinya leher tidak pernah korupsi sedikitpun seperti gigi atau mulut. Leher juga tidak pernah menyakiti; leher senantiasa siap sedia untuk dilewati dan kerjanya atau fungsinya tak pernah berhenti seperti anggota tubuh lain butuh istirahat.

 

Menghayati imamat rajani juga dipanggil untuk 'memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar bagi Dia', Yang dimaksudkan dengan perbuatan-perbuatan besar antara lain adalah apa-apa yang menyelamatkan atau membahagiakan jiwa manusia. Maka hendaknya keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia menjadi acuan, pedoman dan tolok ukur keberhasilan hidup dan bekerja dimanapun dan kapanpun. Dengan kata lain hendaknya kecerdasan spiritual menjadi cita-cita atau tujuan aneka usaha dan kegiatan atau kesibukan kita setiap hari. orang cerdas secara spiritual maka yang bersangkutan dengan mudah untuk mengusahakan kecerdasan lainnya seperti kecerdasan phisik, kecerdasan intelektual, kecerdasan social, kecerdasan emosional, dst…

 

Dalam kehidupan jemaat perdana sebagai dikisahkan dalam kutipan Kisah Para Rasul hari ini dikatakan bahwa butuh orang-orang baik untuk pelayanan meja guna mendukung para rasul yang memusatkan perhatian pelayanan mereka dalam pewarta Firman atau Sabda Tuhan. Yang dimaksudkan dengan pelayanan meja adalah pelayanan kebutuhan hidup sehari-hari umat manusia seperti sandang, pangan dan papan (pakaian, makanan/minuman dan tempat tinggal), yang pada masa kini hemat saya lebih dilakukan oleh rekan-rekan awam sebagai penghayatan iman dalam hidup sehari-hari. Maka dengan ini kami berharap kepada rekan-rekan awam untuk memperhatikan saudara-saudarinya yang berkekurangan dalam hal pakaian, makanan/minuman maupun tempat tinggal. Marilah kita wujudkan bersama sila kelima dari Pancasila, Keadilan social bagi seluruh bangsa, dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.   

 

"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN."

(Mzm 33:1-2.4-5)

 

Ign 22 Mei 2011


21 Mei - Kis 13:44-52; Yoh 14:7-14)

"Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu Aku akan melakukannya"

(Kis 13:44-52; Yoh 14:7-14)

 

"Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." (Yoh 14:7-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang yang beriman atau percaya kepada Yesus Kristus, kita semua dipanggil untuk senantiasa hidup dan bertindak 'dalam nama Yesus', secara khusus ketika sedang mengajukan aneka bentuk permohonan entah kepada Tuhan maupun saudara-saudari kita. Mengajukan permohonan 'dalam nama Yesus' berarti mohon segala sesuatu yang dapat menyelamatkan jiwa, maka belum tentu sesuai dengan selera atau keinginan pribadi, apalagi kalau yang diinginkan akan 'mematikan jiwa' alias hal-hal yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Sebagai umat beriman atau beragama hendaknya senantiasa mohon apa-apa yang dapat menyelamatkan jiwa manusia entah jiwa kita sendiri atau jiwa orang lain, dan dengan demikian pasti akan dikabulkan. Dalam Liturgi Gereja Katolik ada 4 (empat) permohonan atau ujud doa utama, yaitu bagi para pemimpin Negara atau masyarakat/bangsa, para pemimpin umat beragama atau Gereja, bagi mereka yang miskin dan berkekurangan dan bagi diri kita sendiri. Mengingat dan memperhatikan situasi Negara kita, dimana para pemimpin rasanya masih dijiwai oleh sikap serakah, maka marilah kita berdoa agar para pemimpin Negara kita dibebaskan dari perbudakan keserakahan, agar saudara-saudari kita yang miskin dan berkekurangan terbebaskan dari penderitaan, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman.

·   "Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi." (Kis 13:46-47), demikian kata Paulus dan Barnabas kepada orang-orang Yahudi, yang iri hati terhadap Paulus dan Barnabas  seraya menghujatnya. Apa yang dikatakan oleh Paulus dan Barnabas ini kiranya juga sering menjadi kenyataan dalam hidup kita sehari-hari, yaitu kita kurang percaya kepada saudara-saudari kita yang setiap hari hidup dan bekerja bersama dengan kita, melainkan lebih percaya kepada orang lain, yang jauh. Kita sering iri hati kepada kesuksesan atau keberhasilan saudara-saudari kita dan kemudian berusaha untuk 'menghujatnya' melalui aneka cara alias menjelek-jelekkannya. Iri hati memang dapat mencelakakan diri sendiri maupun orang lain. Orang-orang Yahudi merasa kenal Allah tetapi tidak percaya kepada para utusan Allah, maka Paulus dan  Barnabas meninggalkan mereka dan pergi kepada 'bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah', menurut orang-orang Yahudi. Apa yang dilakukan oleh Paulus dan Barnabas kiranya dapat menjadi teladan kita. Marilah kita tanpa takut dan gentar berani menegor saudara-saudari kita yang iri hati atau sombong, dan ketika mereka tidak mendengarkan kita baiklah dengan rendah hati kita tinggalkan mereka dan kemudian berpaling kepada orang lain yang siap sedia untuk mendengarkan kita. Sebagai orang beriman atau secara khusus yang percaya kepada Yesus Kristus kita semua dipanggil untuk 'menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah'  alias kurang percaya kepada Allah/penyelenggaraan Ilahi.

 

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!"(Mzm 98:1-4)

 

Ign  21 Mei 2011        


Kamis, 19 Mei 2011

20 Mei - Kis 13:26-33; Yoh 14:1-6

" Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."

(Kis 13:26-33; Yoh 14:1-6)

 

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh 14:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kita semua umat beriman kiranya mendambakan akan hidup mulia dan berbahagia selama-lamanya di sorga bersama Allah setelah meninggal dunia, mengakhiri perjalanan hidup di dunia yang sarat dengan tantangan, masalah dan hambatan ini. Kita datang dari sorga/Allah dan pada suatu saat harus kembali ke sorga/Allah untuk hidup mulia selamanya, itulah jati diri kita masing-masing. Maka baiklah selama hidup di dunia ini kita senantiasa setia pada iman kita, dan secara khusus kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus untuk menghayati sabdaNya, yaitu "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku". Marilah kita hidup dan bertindak dengan meneladan cara hidup dan cara bertindakNya, menghayati sabda-sabda atau ajaran-ajaranNya di dalam hidup sehari-hari. Seluruh cara hidup dan bertindakNya maupun sabda-sabdaNya kiranya dapat dipadatkan dalam penghayatan dan ajaran perihal cintakasih, maka sebagai orang yang percaya kepadaNya marilah kita hidup saling mengasihi kapanpun dan dimanapun. Kita menjalani hidup kita dengan menelusuri kembali jalan yang telah dilalui Yesus, kita senantiasa melakukan apa yang benar serta menghidupkan atau menggairahkan orang lain. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk rajin dan penuh khitmat membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, guna mengenali lebih mendalam tentang pribadi  Yesus sebagai 'jalan, kebenaran dan hidup'.

·   "Hai saudara-saudaraku, baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah, kabar keselamatan itu sudah disampaikan kepada kita" (Kis 13:26), demikian kutipan dari apa yang disampaikan oleh para pewarta  kabar gembira. Kutipan baiklah kita renungkan, entah kita sebagai pewarta kabar gembira atau penerima kabar gembira. Sebagai pewarta kabar gembira marilah kita tanpa takut dan gentar kemanapun pergi dan dimanapun berada senantiasa menyampaikan apa yang menggembirakan dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Kita ingatkan dan sadarkan saudara-saudari kita bahwa 'kabar keselamatan iu sudah disampaikan kepada kita', yang menggejala dalam aneka bentuk perhatian dan kebaikan dari orang lain. Kemungkinan besar mayoritas dari kita adalah penerima kabar gembira, yang secara konkret kita senantiasa menerima perhatian dan kebaikan dari saudara-saudari kita, maka marilah kita hidup penuh syukur dan terima kasih karena telah menerima aneka bentuk perhatian dan kebaikan dari orang lain, sehingga kita dapat hidup sebagaimana adanya pada saat ini. "Baik yang termasuk keturunan Abraham, maupun yang takut akan Allah", marilah kita hayati hal itu sehingga kita layak disebut sebagai keturunan Abraham atau yang takut akan Allah. Menjadi keturunan Abraham berarti senantiasa taat dan setia kepada kehendak Allah, demikian juga takut akan Allah berarti mau tak mau harus melaksanakan kehendak Allah dalam situasi atau kondisi macam apapun. Dengan kata lain sebagai umat beriman kita diharapkan hidup penuh persaudaraan dan persahabatan sejati, karena kita sama-sama  keturunan Abraham atau takut akan Allah. Maka hendaknya diajauhkan dan diberantas aneka macam bentuk kebencian, permusuhan, saling menjatuhkan atau saling menghancurkan.

 

"Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!" Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk." Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia! Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar"

(Mzm 2:6-11)

 

Ign 20 Mei 2011


Rabu, 18 Mei 2011

19 Mei - Kis 13:13-25; Yoh 13:16-20

"Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus ia menerima Aku"

(Kis 13:13-25; Yoh 13:16-20)

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku." (Yoh 13:16-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini kita diingatkan untuk mawas diri sebagai orang yang 'menerima'. Kita dipanggil untuk saling mengasihi, yang berarti saling memberi dan menerima, mengasihi dan dikasihi. Pada kesempatan ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri sebagai yang menerima atau dikasihi. Hemat saya kebanyakan orang masa kini sulit untuk siap sedia dikasihi, maunya mengasihi terus menerus. Ingat dan sadari bahwa kasih tidak selalu nikmat di hati, jiwa, akal budi atau tubuh! Bukankah ketika orangtua atau guru menegor, memarahi, mengritik dst.. anak-anak atau peserta didik merupakan wujud kasih? Masing-masing dari kita dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya pada saat ini karena dikasihi, dan entah berapa ribu orang yang telah mengasihi kita kiranya tak sempat atau tak mungkin terhitung. Kami berharap kepada kita semua untuk menghayati aneka sapaan, sentuhan, perlakuan dari saudara-saudari kita sebagai kasih. Marilah kita kenangkan masa balita kita masing-masing yang sarat dengan kasih: disusui ibu, dicium, dimandikan, diberi makan, dipeluk, digendong dst.. , agar kita dapat menghayati semuanya sebagai kasih. Ketika dimarahi, ditegor, dikritik, diejek atau dilecehkan hendaknya dijawab dengan singkat 'terima kasih'. Karena kita semua telah menerima kasih dengan melimpah ruah, maka selayaknya kita hidup dengan penuh syukur dan terima kasih, dengan rendah hati siap sedia untuk dikasihi oleh siapapun. Maaf, kiranya rekan-rekan perempuan atau ibu lebih mudah menghayati diri sebagai 'yang dikasihi' daripada laki-laki , yang antara lain dalam hubungan seks pihak perempuan menerima 'sperma' laki-laki, dan rasanya dalam saling menagsihi dalam bentuk lainpun rekan perempuan lebih menerima daripada laki-laki, yang pada dasarnya siap menyerang.

·   "Saudara-saudara, jikalau saudara-saudara ada pesan untuk membangun dan menghibur umat ini, silakanlah!" (Kis 13:15), demikian ungkapan orang yang siap sedia untuk menerima atau dikasihi. Baiklah kutipan diatas ini menjadi pegangan atau pedoman cara hidup dan cara bertindak kita sebagai orang beriman. Masing-masing dari kita perlu dibangun atau ditumbuh-kembangkan terus menerus, dihibur dan digembirakan. Dengan kata lain masing-masing dari kita diharapkan memiliki sikap mental untuk belajar terus-menerus, ongoing education/ongoing formation.  Hendaknya apa-apa yang baru disikapi sebagai kesempatan emas untuk belajar,  misalnya saudara baru, tugas baru, tempat tinggal baru, sarana-prasarana baru dst… Perkenankan disini saya mengajak dan mengingatkan anda semua yang secara formal telah selesai belajar dan memperoleh gelar sarjana dst.., serta pada saat ini sudah bekerja. Kami berharap menghayati pekerjaan anda apapun sebagai kesempatan belajar terus menerus, dengan kata lain kami berharap anda semakin lama semakin terampil dan cekatan dalam tugas atau pekerjaan anda masing-masing  Marilah kita saling membangun dan menghibur terus menerus dimanapun dan kapanpun. Kami berharap kita tidak saling merusak dan menghancurkan, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang serakah, entah merusak lingkungan hidup maupun tubuhnya sendiri. Marilah kita hayati bahwa tubuh kita adalah 'tahta Roh Kudus' agar kita dengan baik merawat tubuh kita masing-masing dan kita saling bersembah-sujud dan saling merawat. Marilah kita hayati bahwa tubuh kita merupakan karya pembangunan atau penghiburan Allah, gambar atau citra Allah, agar kita tidak merusak tubuh kita. Hendaknya kita fungsikan semua anggota tubuh kita untuk belajar terus menerus, sebagaimana Allah terus menerus hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

 

"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit" (Mzm 89:2-3)

 

Ign 19 Mei 2011



18 Mei - Kis 12:24-13:5a; Yoh 12:44-50

"Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepadaKu."

(Kis 12:24-13:5a; Yoh 12:44-50)

 

"Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku." (Yoh 12;44-50), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dimensi missioner atau sebagai yang diutus itulah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan hari ini sebagai orang beriman atau beragama. Sebagai yang diutus, entah diutus apapun, kita harapkan jujur, disiplin, setia dan taat kepada apa yang disampaikan oleh yang mengutus kita. Sebagai orang beriman atau beragama kita dipanggil untuk meneruskan sabda-sabda atau firman-firman Tuhan, antara lain sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci kita masing-masing. Kita dipanggil untuk meneladan Yesus, yang datang bukan untuk menghakimi, melainkan menyelamatkan, maka hendaknya kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada senantiasa fungsional menyelamatkan sesama serta  lingkungan hidupnya. Seluruh isi sabda atau firman Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci hemat saya demi keselamatan umat manusia di dunia ini, terutama keselamatan jiwanya. Kehadiran dan sepak terjang kita dimanpun dan kapanpun hendaknya menjadi warta gembira atau keselamatan bagi saudara-saudari kita, sebagai bukti bahwa kita sungguh beriman, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, bersama dan bersatu dengan Tuhan terus menerus. Kami berharap kita semua setiap hari rajin membaca dan merenungkan sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, sehingga RohNya tertulis dalam hati dan jiwa kita dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindak kita tidak lain adalah hanya melaksanakan kehendak atau perintah Tuhan dan tak pernah hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi.

·   "Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus. Setiba di Salamis mereka memberitakan firman Allah di dalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi." (Kis 13:4-5a), demikian info perihal para murid Yesus yang taat dan setia pada dorongan Roh Kudus. Sebagai yang diutus kita dipanggil untuk taat dan setia pada perintah Roh Kudus.Perintah atau dorongan Roh Kudus antara lain dapat kita temukan dalam kehendak baik diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita, maka marilah kita saling mendengarkan dan mensharingkan kehendak baik kita untuk kemudian kita satukan menjadi visi-misi bersama. Visi-misi kiranya dapat satu namun wujud konkret apa yang harus kita lakukan sebagai utusan dapat berbeda satu sama lain. Jika kita harus 'pergi', yang berarti harus keluar dari diri sendiri alias tidak egois, hendaknya segera ditaati atau dilaksanakan. Kita harus keluar dari diri sendiri, artinya tidak terkurung hanya memperhatikan diri sendiri, tetapi dengan rela dan jiwa besar berani mengorbankan diri demi keselamatan orang lain, dan untuk itu ada kemungkinan kita harus pergi jauh, pindah tugas dan tempat. Dengan kata lain sebagai yang diutus kita semua hendaknya memiliki sikap mental siap sedia untuk berubah atau memperbaharui diri. Marilah membuka hati, jiwa, akal budi dan tenaga atau tubuh kita bagi saudara-saudari kita yang membutuhkan pertolongan, terutama demi keselamatan jiwa mereka. Hendaknya anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dilatih atau dibiasakan untuk peka terhadap orang lain. Hendaknya juga disadari dan dihayati bahwa masing-masing dari kita tak akan mungkin hidup bahagia, selamat dan damai sejahtera jika hanya hidup sendirian. Kebahagiaan, keselamatan atau damai sejahtera sejati terjadi dalam kebersaman yang dijiwai oleh semangat saling mengasihi, memberi dan menerima.

 

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya,  supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu." (Mzm 67:2-3.5-6)

 

Ign 18 Mei 2011      


Senin, 16 Mei 2011

17 Mei - Kis 11:19-26; Yoh 10:22-30

"Seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa".

(Kis 11:19-26; Yoh 10:22-30)

 

"Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.Aku dan Bapa adalah satu." (Yoh 10:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kesatuan Yesus sebagai Gembala yang baik dengan Bapa yang mengutusNya juga dihayati dalam kesatuanNya dengan mereka yang percaya kepadaNya. Siapapun yang percaya kepadaNya tak akan mungkin jatuh ke tangan orang jahat atau berbuat jahat, melakukan tindakan-tindakan amoral. Dalam situasi dan kondisi apapun, kapanpun dan dimanapun mereka yang percaya kepada Tuhan alias sungguh beriman tak akan berbuat jahat, tahan terhadap aneka godaan atau rayuan setan untuk melakukan kejahatan. Memang untuk itu sebagai umat beriman atau beragama kita harus sungguh bersatu padu. "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh", demikian kata sebuah pepatah. Marilah sebagai umat beriman atau beragama masing-masing dari kita memberi kesaksian  bahwa kita sungguh bersatu dengan Tuhan yang menjadi nyata atau konkret dalam kesatuan dengan sesama umat beriman atau beragama. Kami berharap kepada para pemimpin atau petinggi dalam kehidupan bersama yang mengaku diri sebagai yang beragama juga sungguh beriman, sehingga dapat menjadi teladan dalam kesatuan atau persahabatan. Semoga para politici tidak dengan licik memecah belah umat atau warganegara demi kepentingan pribadi atau golongannya sendiri. Hendaknya kesatuan suami-isteri juga menjadi kekuatan untuk membangun kesatuan dengan sesamanya, sehingga dalam kehidupan bersama di masyarakat terjadi kesatuan sejati, dan tiada orang jahat satupun.

·   "Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan"(Kis 11:19-20), demikian sekilas info perihal kehidupan umat perdana.  "Bless in disguised" = rahmat terselubung, itulah yang terjadi: penganiayaan menimbulkan penyebararan sehingga Injil atau Kabar Baik juga disebarluaskan. Apa yang terjadi di lingkungan umat perdana ini kiranya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Marilah aneka penganiyaan atau penderitaan yang lahir karena kesetiaan pada iman, panggilan dan tugas pengutusan kita hayati sebagai kesempatan emas untuk menyebar. Dengan kata lain kepada rekan-rekan umat yang merasa sendirian, entah di tempat tinggal atau tempat kerja, kami harapkan menghayatinya sebagai kesempatan emas untuk mewartakan Kabar Baik, memberi kesaksian sebagai umat beriman. Kita hayati aneka tantangan, masalah atau hambatan bagaikan 'api yang membakar emas murni', sehingga semakin ditantang, dihambat atau dipermasalahkan berarti semakin beriman, semakin setia kepada Tuhan, semakin setia pada panggilan dan tugas pengutusan. Marilah kita hayati semangat kemartiran iman kita dalam aneka tantangan, hambatan atau masalah. Kita juga dapat belajar dari umat perdana, yaitu ketika tak mungkin menghadapi tantangan, masalah atau hambatan yang ada, baiknya untuk sementara menyingkir atau mengundurkan diri untuk mengusahakan kemungkinan-kemungkinan bersama dengan Tuhan dalam mengatasi masalah, tantangan atau hambatan tersebut, sebagai bentuk penghayatan bahwa kita senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan, karena Tuhan tak pernah mungkin dibatasi oleh ruang dan waktu.

 

"Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya: TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub. Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah. Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: "Ini dilahirkan di sana." (Mzm 87:1-4)

 

Ign. 17 Mei 2011


Minggu, 15 Mei 2011

16Mei - Kis 11:1-18; Yoh 10:11-18

"Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya"

(Kis 11:1-18; Yoh 10:11-18)

 

"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku" (Yoh 10:11-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Nyawa adalah semangat, gairah atau cita-cita, maka 'memberikan nyawa' berarti mempersembahkan atau mengarahkan sepenuhnya semangat, gairah atau cita-cita. Marilah kata 'gembala' lebih kita fahami sebagai pemimpin atau atasan, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang merasa menjadi pemimpin atau atasan di tingkat atau di dalam kehidupan bersama apapun untuk mengarahkan atau mempersembahkan semangat, gairah atau cita-cita kepada segenap anggota atau bawahannya. Lebih-lebih ketika anggota atau bawahan dalam keadaan bahaya atau terancam keselamatan hidupnya kami berharap para pemimpin atau atasan siap mendampinginya. Pengalaman macam ini kiranya pernah dihayati oleh Romo Dewanta SJ di Timor Leste, ketika umatnya terancam untuk dibunuh, ia yang menghadapi mereka yang mengancam umat serta menjadi benteng, dan akhirnya ia harus mempersembahkan diri seutuhnya, mati ditembak oleh tentara. Kami percaya para orangtua atau pemimpin keluarga pasti sungguh mengarahkan semangat, cita-cita dan harapan kepada anak-anaknya, maka semoga semangat, cita-cita atau harapan tersebut sungguh sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu demi keselamatan jiwa manusia. Para pemimpin atau atasan kami harapkan sungguh mengenal bawahan atau anggotanya, dan dengan kerja keras diusahakan dapat memperhatikan setiap pribadi, dengan kata lain menghayati tugas pengutusannya dengan semangat 'cura personalis'.

·   "Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup."(Kis 11:18), demikian kata umat Allah setelah mendengarkan nasihat para rasul atas dorongan Roh Kudus. Rahmat pertobatanm atau kabar baik yang dibawa oleh Yesus tidak hanya bagi bangsa tertentu saja, melainkan bagi seluruh bangsa di dunia, bagi seluruh umat manusia. Maka dengan ini kami mengharapkan kepada semua umat beragama untuk tidak bersikap fanatik sempit alias merasa benar sendiri sedangkan yang lain salah. Memang ada aliran atau kelompok tertentu dalam masing-masing agama yang jumlahnya kecil begitu fanatik,  sehingga menilai dan menyikap umat beragama lain atau yang tak sealiran dengan mereka sebagai kafir. Kita semua mendambakan hidup kekal dan bahagia selamanya di sorga setelah meninggal dunia, maka marilah kita saling bekerjasama dalam penghayatan iman, kita bangun dan perdalam kerukunan sejati di antara umat beragama atau beriman. Marilah kita hayati bahwa kita semua saudara dan satu, meskipun dalam kenyataan berbeda satu sama lain dalam fungsi, pekerjaan atau tugas pengutusan. Hendaknya apa yang sama di antara kita dihayati secara mendalam, sehingga apa yang berbeda antar kita akan fungsional untuk meneguhkan persaudaraan atau persahabatan. Apa yang berbeda di antara kita hendaknya dijadikan daya tarik dan daya pikat untuk semakin saling mengenal, mendekat dan bersahabat. Marilah kita hayati bahwa tidak ada manusia yang sama identik di dunia ini meskipun kembar, melainkan kita semua berbeda satu sama lain, dan Tuhan menghendaki agar kita yang berbeda ini saling mengasihi agar perjalanan hidup dan tugas pengutusan kita sungguh 'memimpin kepada hidup', hidup bahagia dan damai sejahtera selamanya di sorga.

 

"Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?"

 (Mzm 42:2-3)

Jakarta, 16 Mei 2011

Note: minta pamit dari Jakarta, Senin 16 Mei saya rencana pindah ke Seminari Mertoyudan – Magelang


Mg Paskah IV (Mg Panggilan) : Kis 2:14.36-41; 1Ptr 2:20b-25; Yoh 10:1-10

Mg Paskah IV (Mg Panggilan) : Kis 2:14.36-41; 1Ptr 2:20b-25; Yoh 10:1-10

"Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput."



Cukup banyak umat, entah laki-laki atau perempuan, orangtua, generasi muda atau anak-anak merasa aman dan enak ketika sedang bersama seorang imam. Mereka merasa damai dan tentram serta tenang bersama sang imam atau dekat dengan seorang imam, dan tentu saja tidak hanya dengan imam, tetapi juga bersama dengan bruder atau suster. Entah apa yang membuat mereka merasa aman, damai dan tenteram; memang pernah ada yang mengungkapkan bahwa bersama dengan imam, bruder atau suster tidak akan mudah dicurigai atau merasa ada 'malaikat' yang mengawal dan mendampinginya sehingga tak akan mudah melakukan yang aneh-aneh atau yang jahat. Ketika seorang imam sedang memimpin ibadat, entah ibadat sabda atau Perayaan Ekaristi, maka sekian banyak umat pun perhatiannya tercurah kepada sang imam, apalagi ketika dalam kotbah sang imam dapat berkotbah dengan menarik serta menyentuh pengalaman iman umat yang mendengarkannya. Dengan kata lain umat boleh dikatakan sedang 'menemukan padang rumput'.  Maka baiklah pada hari Minggu Panggilan hari ini kami mengajak anda sekalian entah para imam, bruder atau suster maupun rekan awam untuk memperhatikan panggilan khusus di dalam Gereja, yaitu panggilan untuk menjadi imam, bruder atau suster.

 

"Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yoh 10:8-10)

 

Yesus adalah Imam Sejati, yang datang ke dunia, dan mereka yang siap sedia didatangi akan 'mempunyai hidup dan mempunyai dalam segala kelimpahan'. KedatanganNya memang membawa aneka rahmat atau kasih karunia Allah bagi semua umat beriman. Ia juga menjadi 'pintu' bagi siapapun yang beriman kepadaNya untuk 'mempunyai hidup sejati yang berkelimpahan'. Imamat Yesus diteruskan kepada para rasul/uskup.  Kita para imam berpartisipasi dalam  imamat uskup serta dipanggil untuk meneladan Sang Imam Sejati dengan menjadi 'pintu' bagi siapapun yang mendambakan hidup sejati, berbagia dan damai sejahtera.

 

Dalam tubuh kita ada anggota tubuh yang menurut hemat saya sama dengan 'pintu ', yaitu leher, melalui mana aneka kebutuhan seluruh anggota tubuh harus melalui leher. Marilah kita perhatikan dan cermati bahwa leher merupakan anggota tubuh yang tidak mungkin atau tidak pernah menyakiti serta senantiasa siap sedia dilewati meskipun tak dapat menikmati apalagi korupsi. Semua jenis makanan, minuman, obat-obatan, udara, dst masuk ke seluruh tubuh melalui leher, sehingga seluruh anggota tubuh hidup dalam segala kelimpahan. 'Leher' kiranya juga tidak pernah merasa sakit, mengeluh atau menggerutu ketika dilewati aneka kebutuhan seluruh anggota tubuh. Kami berharap para rekan imam dapat menjadi 'pintu' atau 'leher' bagi umat Allah maupun Allah dalam rangka membantu hubungan mesra antara umat Allah dan Allah. Karena kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus juga memiliki dimensi imamat umum kaum beriman, maka kami berharap kepada kita semua yang beriman kepadaNya jug dapat menjadi 'pintu' atau 'leher' bagi sesamanya dimanapun dan kapanpun.   

 

Sebagai yang dilewati, yang berfungi pintu atau leher, seorang imam diharapkan senantiasa bersikap rendah hati serta siap sedia melayani tanpa kenal lelah maupun memiliki sikap lepas bebas. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya"  (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Seorang imam diharapkan menghayati nasihat Paulus ini, yaitu: "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia" (Fil 2:5-7) . Selanjutnya marilah kita renungkan ajakan Petrus di bawah ini.      

 

"Jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya" (1Ptr 2:20b-21)

 

Dalam berbuat baik atau melakukan apa yang baik pada umumnya tak akan terlepas dari perjuangan dan penderitaan, apalagi untuk mewujudkan hidup bahagia atau mulia sejati, sebagaimana dikatakan dalam pepatah Jawa "jer basuki mowo beyo". Kami berharap kepada para orangtua atau bapak-ibu untuk tidak memanjakan anak-anaknya dan hendaknya sedini mungkin dididik dan dibina untuk bersikap sosial, peka terhadap kebutuhan orang lain, lebih-lebih yang miskin dan menderita kekurangan. Kepada anak-anak sedini mungkin diperkenalkan pribadi Yesus, Penyelamat Dunia, yang lahir dalam kesederhanaan atau kemiskinan, dan selama tinggal di dalam  keluarga Kudus di Nazareth Ia membantu kerja orangtuaNya, Yusuf, sebagai tukang kayu.

 

"Compassion" = kepedulian terhadap yang lain, terutama yang miskin dan berkekurangan merupakan embriyo promosi panggilan. Dengan rendah hati saya sharingkan pengalaman pribadi saya: saya sungguh bersyukur dan berterima kasih kepada orangtua atau bapak-ibu saya yang memberi teladan kepedulian terhadap sesama, yang sungguh membutuhkan pertolongan tanpa pandang bulu. Masa kecil saya selama tinggal di dalam keluarga, sampai lulus SMP, saya senantiasa dilibatkan dalam kerja orangtua saya, yang bekerja sebagai buruh/tukang batu, maupun mengelola sebidang sawah yang tak begitu luas. Pengalaman itulah yang mendorong dan memotivasi saya untuk menjadi imam, yang juga menjiwai cara hidup dan cara kerja saya sampai sekarang.

 

Sebagai orang yang beriman atau percaya kepada Yesus Kristus, marilah kita mengikuti jejakNya, yang datang untuk melayani bukan dilayani, yang menyerahkan Diri seutuhnya demi keselamatan atau kebahagiaan jiwa semua orang. Kami berharap rekan-rekan imam, bruder atau suster sungguh berpromosi panggilan, antara lain dengan keteladanan hidup sebagai yang terpanggil. Teladan atau kesaksian hidup sebagai yang terpanggil merupakan cara utama dan pertama dalam promosi panggilan, yang tak dapat digantikan dengan cara apapun. Marilah kita hayati motto bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro, yaitu "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" = keteladanan , pemberdayaan, motivasi dalam cara hidup dan cara bertindak kita sebagai yang terpanggil khusus sebagai imam, bruder atau suster. Kepada para orangtua kami berharap ketika ada anaknya yang terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster, dengan rela dan besar hati mendukung dan mengizinkannya.

 

" TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah." (Mzm 23:1-5)

Jakarta, 15 Mei 2011