Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 09 Juli 2010

10 Juli - Yes 6:1-8; Mat 10:24-33

"Takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka."

(Yes  6:1-8; Mat 10:24-33)


"Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga." (Mat 10:24-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·  Takut kiranya merupakan salah satu buah pembangunan masa Orde Baru, yang sampai kini masih menjiwai cukup banyak orang. Ada orang atau kelompok tertentu takut kalah dalam pemilihan umum lalu membuat tindakan yang kasar atau licik, ada pejabat takut disingkirkan atau diturunkan lalu membuat aturan dan kebijakan guna melindungi diri, dst… Pelajar atau mahasiswa takut tidak naik kelas atau lulus ujian lalu menyontek dalam ulangan maupun ujian. Takut menjadi miskin lalu korupsi, takut disalahkan lalu berteriak keras membetengi diri. Yesus mengingatkan dan memanggil kita "Takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka" , yang berarti takut kepada Tuhan. Tuhan hadir dan berkarya dimana saja dan kapan saja, terus menerus tiada henti. Takut kepada Tuhan berarti senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur, maka jika kita baik dan berbudi pekerti luhur tidak perlu takut kepada siiapapun dan dimanapun di dunia ini, termasuk tidak takut sewaktu-waktu mati atau meninggal dunia. Maka marilah kita saling membantu dalam rangka mengusahakan diri kita senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Kepada mereka, para pejuang kebenaran kami harapkan tidak takut dan tidak gentar memperjuangkan kebenaran-kebenaran. Secara khusus kami berharap kepada para penegak hukum dan kebenaran untuk setia dalam tugas dan pekerjaannya.    .

·   "Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" (Yes 6:8). Yesaya tidak takut menerima tugas pengutusan atau panggilan Tuhan untuk menjadi nabi bagi bangsanya, yang kebanyakan sudah najis bibir. Najis bibir berarti omongan atau bicaranya menyakitkan, melecehkan yang lain, misalnya marah-marah. Menghadapi orang yang sedang marah-marah memang berat dan mulia, dan tidak banyak orang yang bersedia menghadapinya. "Inilah aku, utuslah aku!", demikian jawaban Yesaya mendengar pertanyaan Tuhan. Di dalam hidup sehari-hari kiranya kita juga sering mendengar pertanyaan-pertanyaan Tuhan melalui sesama atau saudara-saudari kita, misalnya ajakan atau tawaran untuk berbuat baik dan berkorban demi keselamatan jiwa banyak orang. Kami berharap kepada kita semua umat beriman, yang senantiasa berusaha untuk mempersembahkan atau membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, memiliki kesiap-sediaan dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk menanggapi aneka ajakan berbuat baik atau berkorban demi keselamatan orang lain. Dengan kata lain marilah kita menjadi 'man or woman with/for others'. Ingatlah dan hayatilah bahwa hidup kita dan segala sesuatu yang menyertai kita, kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, maka selayaknya kita senantiasa hidup bersyukur dan berterima kasih dan kemudian menghayati syukur dan terima kasih tersebut kepada sesama atau saudara-saudari kita dengan berbuat baik kepada mereka. Dimanapun kita berada, kemanapun kita pergi, marilah kita senantiasa berusaha untuk saling berbuat baik dan menyelamatkan atau membahagiakan. Marilah kita hayati jiwa kenabian iman kita dengan senantiasa hidup benar, baik dan berbudi pekerti luhur, dan tanpa takut dan gentar meneruskan apa yang baik dan benar kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun.

 

"TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada. Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa"

 (Mzm 93:1-2.5).

 

Jakarta, 10 Juli 2010

       


Kamis, 08 Juli 2010

9 Juli - Hos 14:2-10; Mat 10:16-23

"Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati".

(Hos 14:2-10; Mat 10:16-23) 


 "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang" (Mat 10:16-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·  Menghayati atau mewartakan apa yang baik dan berbudi pekerti luhur pada masa kini memang harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah atau ancaman, mengingat dan mempertimbangkan masih banyak orang-orang berpengaruh yang kurang atau tak bermoral. Maka pesan Yesus "Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati" dapat menjadi pegangan atau pedoman cara hidup dan cara bertindak kita sebagai orang beriman yang diutus untuk mewartakan apa-apa yang baik dan berbudi pekerti luhur. Cerdik seperti ular berarti mengerahkan semua tenaga dan pikiran, sedangkan tulus seperti merpati berarti senantiasa dalam keadaan bersih atau suci. Dengan penuh kesabaran ular menunggu, mengintai dan menangkap mangsanya/ korbannya; apa yang dilakukannya sungguh efisien. Merpati putih sering menjadi symbol kesucian atau kebersihan, misalnya sepasang penganten yang baru saja saling berjanji sehidup semati, saling mengasihi baik dalam membangun keluarga baru, melepaskan sepasang merpati putih; merpati putih juga menjadi symbol Roh Kudus. Maka cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati berarti cerdas spiritual, dan dengan demikian mereka yang cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati memiliki ciri-ciri sebagai berikut: mampu untuk fleksibel(adaptasi aktif dan spontan), memiliki kesadaran diri yang tinggi, mampu menghadapi dan menggunakan penderitaan, mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit, hidup dijiwai oleh visi dan nilai-nilai, enggan untuk menyakiti orang lain, melihat hubungan dari yang beragam (holistik), bertanya 'mengapa' dan 'apa jika' untuk mencari jawaban mendasar, mampu/mudah untuk 'melawan perjanjian'.

·   "Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ" (Hos 14:10). Orang yang bijaksana adalah orang yang mengikuti atau menelusuri jalan-jalan Tuhan. Jalan-jalan Tuhan antara lain sebagaimana apa yang tertulis di dalam kitab suci dan kemudian diusahakan aneka macam aturan dan tatanan hidup yang bersumber dari kitab suci. Maka mungkin bagi kita masa kini lebih mudah untuk mengikuti dan menelusuri alias melaksanakan atau menghayati aneka aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Sebagai contoh adalah berlalu-lintas: ada aneka petunjuk dan rambu-rambu lalu lintas maupun petunjuk merawat dan mengendarai kendaraan, maka jika anda mendambakan selamat alias disebut bijaksana hendaknya mentaati dan melaksanakan aturan berlalu lintas maupun perawatan dan pemakaian kendaraan. Selanjutnya entah di sekolah maupun tempat kerja juga ada aneka aturan dan tatanan, maka hendaknya aturan dan tatanan tersebut dihayati dan dilaksanakan bersama-sama. Saat ini saya juga agak prihatin dalam hal berliturgi atau beribadat, misalnya Perayaan Ekaristi. Tata Perayaan Ekaristi sudah disusun dan diatur bagus dan setiap 'langkah' sungguh bermakna, namun sering ada orang yang seenaknya merubah aturan atau susunan tersebut, demikian juga dengan masa liturgi. Yang tidak kalah penting adalah persiapan berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi: dalam hukum Gereja dikatakan bahwa orang harus berpuasa satu jam sebelumnya, sebelum menyambut Tubuh Kristus/menerima komuni. Maksud utama hukum ini adalah persiapan yang baik dan memadai dalam berpartisipai dalam Perayaan Ekaristi. Siapkan hati, budi, pikiran dan tenaga/tubuh anda dalam mengikuti Perayaan Ekaristi.

 

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!" (Mzm 51:3-4.8-9)

. Jakarta, 9 Juli 2010


Rabu, 07 Juli 2010

8 Juli - Hos 11:1-4.8c-9; Mat 10:7-15

"Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan"

(Hos 11:1-4.8c-9; Mat 10:7-15)

 

"Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu." (Mat 10:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pesan Yesus kepada para murid/rasul di atas jika diterima apa adanya bagi kita masa kini rasanya tak akan ada yang sanggup melaksanakannya. Pesan di atas hemat saya terarah bagi siapapun yang beriman kepada Yesus Kristus. Hemat saya pesan Yesus di atas dapat kita fahami dan hayati bahwa dalam melaksanakan tugas pengutusan, pekerjaan atau kewajiban, yang diutamakan adalah manusia atau keselamatan jiwa, bukan harta benda atau aneka macam sarana-prasarana. Maka kami berharap terutama kepada para orangtua/keluarga-keluarga dan sekolah-sekolah untuk lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Bentuk usaha bagi para orangtua antara lain mengutamakan pendidikan anak-anak, warisilah anak-anak nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan. "Jangan puas dengan memberikan uang atau harta kepada anak-anak; uang dan harta benda mudah dicari dan mudah musnah, maka berilah  cinta/hati kepada anak-anak". Anak-anak adalah 'buah hati atau buah kasih' maka didiklah, dampingilah, besarkan dengan penuh perhatian dan cintakasih. Sekolah-sekolah hendaknya lebih mengutamakan manusianya alias para guru dan peserta didik maupun staf kependidikan lainnya daripada gedung, kurikulum maupun sarana-prasarana. Untuk itu utamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur daripada pandai atau cemerlang dalam hal otak. Memang mendidik peserta didik untuk menjadi baik dan berbudi pekerti luhur lebih sulit daripada mengajar peserta didik untuk menjadi pandai atau  cerdas secara intelektual. Pengalaman menunjukkan bahwa ketika pasa peserta didik dibekali keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan maka dalam pembelajaran selanjutnya mereka sukses dengan mudah.

·   "Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu. Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapan-Ku; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung" (Hos 11:1-2). Kutipan ini kiranya baik menjadi baik refleksi atau permenungan kita semua. Semakin tambah usia dan pengalaman pada umumnya juga semakin tambah dosa dan kejahatannya, itulah yang terjadi. Maka hendaknya mereka yang senior atau tua  lebih rendah hati daripada yang yunior atau muda, orangtua lebih rendah hati daripada anak-anak, guru/pendidik lebih rendah hati daripada para peserta didik. Dengan kata lain kami berharap kepada para orangtua untuk 'memuji, menghormati, memuliakan dan melayani atau mengabdi' anak-anak; hidup dan bertindak demi keselamatan jiwa anak-anak, kebahagiaan dan kesejahteraan anak-anak. Dengan kata lain anak-anak kelak kemudian hari harus lebih baik, lebih cerdas, lebih berbudi pekerti luhur daripada orangtuanya sebagai tanda bahwa orangtua sungguh mendidik dan mengasihi anak-anaknya dengan benar. Hal yang hendaknya juga terjadi di sekolah-sekolah: para pengurus yayasan, pengelola maupun pelaksana sekolah, para guru dst… hendaknya lebih mengutamakan para peserta didik dalam pelayanan maupun tugas-tugasnya. "Jangan takut kepada Menteri, Kanwil Pendidikan atau para pejabat dinas pendidikan, dst…melainkan takutlah jika para peserta didik tidak tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur". Entah orangtua atau para guru, jika tidak mendidik dan mendampingi anak-anak dengan benar dan baik, maka mereka akan menderita dan sengsara pada masa tuanya. Masa depan anda ada pada anak-anak, peserta didik atau generasi muda.

 

"Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu!" (Mzm 80:15-16)

      

Jakarta, 8 Juli 2010


Selasa, 06 Juli 2010

7 Juli - Hos 10:1-3.7-8.12; Mat 10:1-7

"Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat"

(Hos 10:1-3.7-8.12; Mat 10:1-7)

 

"Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia. Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat."(Mat 10:1-7), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam Warta Gembira hari ini Yesus memilih dan memberi kuasa kepada para rasul/pembantu-pembantuNya "untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan" alias memberitakan bahwa "Kerajaan Sorga sudah dekat". Sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita juga memiliki dimensi rasuli, dan dengan demikian juga dipilih dan diberi kuasa untuk mengusir roh jahat dan melenyapkan segala penyakit dan kelemahan, dan tentu saja diri kita sendiri dalam keadaan sehat wal'afiat, segar bugar serta kuat. Maka pertama-tama dan terutama marilah kita usahakan seoptimal mungkin agar diri kita senantiasa dalam keadaan sehat dan kuat, dan untuk itu hendaknya hidup dan bertindak sesuai dengan aturan kesehatan. Ada aneka macam penyakit yang terkait dengan hati, jiwa, akal budi dan tubuh; sakit tubuh kiranya lebih mudah untuk disembuhkan, tetapi sakit hati atau sakit jiwa rasanya cukup sulit, bahkan ada rumor bahwa sakit hati dibawa sampai mati. Hemat saya ketika hati orang sungguh sehat alias tidak sakit, maka dengan mudah yang bersangkutan mengusahakan kesehatan-kesehatan lainnya, maka marilah kita lebih mengutamakan penyembuhan sakit hati. Bentuk sakit hati itu antara lain: 'ngambeg', marah, benci, mengurung atau menutup diri, dst.., dan rasanya yang cukup umum adalah 'marah'. Orangtua begitu mudah marah terhadap anaknya, guru terhadap muridnya, maka ketika anak-anak memiliki pengalaman dimarahi tersebut kiranya masa depan mereka juga akan mudah marah. Yang sering menjadi penyebab kemarahan antara lain perbedaan, pada kita semua berbeda satu sama lain, sehingga semuanya mudah marah. Jadikanlah perbedaan daya tarik, daya pikat untuk mendekat, mengenal dan mengasihi, bukan daya bermusuhan. Ingat bahwa laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain tetapi saling tergerak untuk mendekat, mengenal, mengasihi, dst..

·   "Hati mereka licik, sekarang mereka harus menanggung akibat kesalahannya: Dia akan menghancurkan mezbah-mezbah mereka, akan meruntuhkan tugu-tugu berhala mereka. Sungguh, sekarang mereka berkata: "Kita tidak mempunyai raja lagi, sebab kita tidak takut kepada TUHAN. Apakah yang dapat dilakukan raja bagi kita?" (Hos 10:2-3), demikian berita perihal orang-orang Israel yang hanya mau mengikuti selera pribadi atau keinginan diri sendiri.  Orang yang berhati licik mungkin akan berhasil sesaat dalam hidupnya, namun akhirnya akan menderita atau sengsara selamanya. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua untuk tidak berhati licik demi keuntungan atau kenikmatan diri pribadi. Licik memang berkonotasi jahat, maka mereka yang berhati licik pada umumnya adalah para penjahat atau koruptor. Orang-orang licik menggunakan kecerdasan demi kejahatan atau kepuasan diri sendiri, maka pada umumnya mereka juga materialistis dan dengan demikian kaya akan uang atau harta benda dan pada suatu saat berani berkata seperti beberapa orang Israel "Apakah yang dapat dilakukan raja bagi kita". Dalam kehidupan bersama mereka termasuk dalam 'poros bisnis', yang senantiasa berusaha mempengaruhi dan menguasai 'poros badan publik' guna memeras dan menindas 'poros komunitas' alias rakyat atau orang kebanyakan. Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa orang-orang yang begitu materilistis atau bersikap mental bisnis, memang tidak akan puas dengan apa yang telah mereka peroleh dan dengan demikian pada suatu saat jatuh karena kerakahan dan kesombongannya. Buah dari hati licik adalah penderitaan atau sengsara selama-lamanya, maka dengan ini kami mengingatkan kepada siapapun yang berhati licik untuk bertobat dan selanjutnya hidup sederhana, apa adanya, jujur, dst… Demikian juga kepada mereka yang sombong kami ajak untuk bertobat menjadi rendah hati.

 

"Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya" (Mzm 105:2-5)

 

Jakarta, 7 Juli 2010


Senin, 05 Juli 2010

6 Juli - Hos 8:4-7.11-13; Mat 9:32-38

"Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel."

(Hos 8:4-7.11-13; Mat 9:32-38)

 

"Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan.Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel." Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan." Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Mat 9:32-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia, datang di dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya antara lain dengan mengajar dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Di dalam Warta Gembira hari ini antara lain dikisahkan bahwa Yesus menyembuhkan orang bisu sehingga dapat berkata-kata dengan baik serta di satu sisi menimbulkan keheranan orang banyak dan disisi lain kecurigaan orang-orang Farisi. Orang  banyak heran dan berkata: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel". Nampaknya kebanyakan orang Israel, termasuk para tokohnya, pada waktu itu lebih cenderung mengandalkan diri pada diri sendiri serta kemampuan otaknya daripada pada Yang Ilahi atau Tuhan, sehingga cukup banyak orang Israel atau Yahudi sampai kini dikenal unggul dalam hal otak. Yang terjadi dalam penyembuhan orang bisu adalah mujzat, orang bisu kerasukan setan disembuhkan. Setan membuat orang menjadi bisu itulah yang terjadi, maka marilah kita mawas diri: sejauh mana kita dalam keadaan bisu atau kita menyembuhkan mereka yang bisu. Bisu dalam arti ini adalah tidak berani mengatakan apa yang benar, karena aneka macam bentuk ketakutan, entah takut disingkirkan, diancam hidupnya atau ditertawakan, dst.. Tahu tetapi tidak berani mengatakan itulah yang sering terjadi. Kami berharap kepada kita semua: marilah tanpa takut dan gentar mengungkapkan dan mewartakan aneka kebenaran, sehingga tidak banyak orang menjadi sakit dan lemah. Berbagai kebohongan dan ketidak-jujuran telah menimbulkan aneka macam penyakit dan kelemahan. Biarlah dengan hidup benar, berkata-kata benar apa adanya dengan jujur, mereka yang menyaksikan akan menjadi heran sambil berkata "Yang demikian belum pernah dilihat di antara kami".

·   "Mereka mencintai korban sembelihan; mereka mempersembahkan daging dan memakannya; tetapi TUHAN tidak berkenan kepada mereka. Sekarang Ia akan mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka; mereka harus kembali ke Mesir!" (Hos 8:13), demikian berita perihal Efraim, yang memperbanyak mezbah tetapi kurang memperhatikan Allah. Secara lain kutipan di atas ini dapat berbunyi "mereka lebih mengutamakan liturgy atau formalitas dan kurang memperhatikan tujuan atau cita-citanya". Dengan kata lain sangat sulit bagi kebanyakan orang untuk berubah dalam hal sikap mental. Perhatikan dan lihat perilaku kebanyakan orang di kota-kota besar, seperti Jakarta dan kota-kota lain, dimana cukup banyak pendatang dari daerah-daerah atau pedesaan-pedesaan. Mereka tinggal, hidup dan bekerja di kota besar/modern, tetapi cara hidup dan cara bertindaknya tetap kampungan, misalnya membuang sampah seenaknya, mengendarai sepeda motor atau mobil seperti di desa-desa saja dimana tiada rambu-rambu lalu lintas, dst.. Tubuh dan harta benda  berada di kota besar, metropolitan, tetapi hati, jiwa, semangat tetap kampungan alias berpegang teguh pada kebiasaan daerah masing-masing. Jika di dalam pertemuan akbar dimana dihadiri aneka macam suku atau kalangan, pada umumnya orang yang bersikap mental kampungan tersebut hanya mau kumpul atau omong-omong dengan kelompoknya sendiri, yang sesuku atau sepekerjaan, dst., tidak berani 'keluar dari dirinya sendiri'. Kutipan diatas kiranya mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa siap sedia dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk berubah sesuai dengan situasi dan kondisi, pertumbuhan, perkembangan dan tuntutan kebutuhan zaman, dst.. , lebih-lebih dalam hal sikap mental. Dalam hal ini hemat saya peran karya pendidikan sungguh penting dan menentukan.

 

"Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya." (Mzm 115:3-7)

Jakarta, 6 Juli 2010


Minggu, 04 Juli 2010

5 Juli - Hos 2:13.14b-15.18-19; Mat 9:18-26

"Imanmu telah menyelamatkan engkau"

(Hos 2:13.14b-15.18-19;  Mat 9:18-26)

 

"Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.. Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu" (Mat 9:18-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kita semua mengakui diri sebagai orang beriman, namun apakah kita semua sungguh menghayati atau mewujudkan iman kita ke dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari mungkin boleh dipertanyakan. Dalam Warta Gembira ini dikisahkan iman seorang kepala rumah ibadat dan seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan, dimana apa yang mereka imani menjadi kenyataan atau terwujud. Permohonan mereka yang penuh iman dikabulkan oleh Tuhan, maka marilah kita meneladan dua pribadi tersebut, lebih-lebih bagi mereka yang sedang, lesu, frustrasi, putus asa, dst..Marilah dengan rendah hati kita buka dan persembahkan sepenuhnya kepada Tuhan apa yang sedang kita rasakanm takuti atau khawatiirkan atau yang menjadi beban hidup kita. Kita renungkan dan imani sabda Yesus  "Teguhkanlah hatimu, imanmu menyelamatkan engkau". Kegiatan dan kesibukan kita setiap hari antara lain: makan, minum, istirahat/tidur, bekerja/belajar, dst…, maka jika kita mendambakan hidup selamat, damai sejahtera, sehat wal'afiat dan bahagia, marilah aneka kegiatan dan kesibukan tersebut kita jiwai dengan iman. Makan dan minum dalam atau dengan semangat iman berarti mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, tidak membahayakan kesehatan tubuh, maka juga tidak mengikuti selera pribadi. Bekerja atau belajar dengan atau dalam semangat iman kiranya identik dengan menghayati tugas belajar maupun bekerja bagaikan sedang beribadah, sehingga buah-buah pembelajaran maupun pekerjaan semakin menyucikan diri kita sendiri maupun mereka yang kena dampak buah pembelajaran atau pekerjaan kita.

·   "Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN" (Hos 2:18-19). Kutipan ini merupakan penghayatan iman nabi Hosea yang begitu mesra bersatu dengan Tuhan, sehingga menggambarkan relasinya dengan Tuhan bagaikan relasi suami-isteri yang saling mengasihi dengan penuh mesra dan kehangatan.. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk meneladan penghayatan nabi Hosea tersebut diatas, berrelasi atau berkomunikasi dengan Tuhan dengan mesra dan hangat, dengan kata lain menghayati segala sesuatu dalam Tuhan atau menemukan Tuhan dalam segala sesuatu. Tentu saja kemesraan dan kehangatan pertama-tama dan terutama terjadi dalam relasi antar manusia sendiri, maka hemat saya kemesraan dan kehangatan kasih ini harus terjadi di dalam setiap keluarga maupun relasi suami-isteri yang dibangun dan didasari oleh kasih. Kami percaya ketika orang menerima pengalaman kasih mesra dan hangat di dalam keluarga, maka dengan mudah akan  tergerak untuk senantiasa berhubungan dengan mesra dan hangat dengan siapapun, tanpa pandang bulu, SARA, jabatan, kedudukan atau usia. Para bapak dan ibu, suami dan isteri kami harapkan menjadi teladan atau contoh hidup kasih mesra dan hangat bagi anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada anda sekalian. Demikian juga kami berharap kepada rekan-rekan imam, biarawan maupun biarawati, untuk menjadi teladan dalam penghayatan perintah utama dan pertama dari Yesus, yaitu "saling mengasihi satu sama lain", dan dengan penuh kasih berdoa bagi mereka yang memusuhinya.

 

"Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya. Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga. Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu. Semarak kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib akan kunyanyikan" (Mzm 145:2-5).

Jakarta, 5 Juli 2010