Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 19 Maret 2011

Minggu Prapaskah II - Kej 12:1-4c; 2Tim 1:8b-10; Mat 17:1-9

"Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."

Mg Prapaskah II: Kej 12:1-4c; 2Tim 1:8b-10; Mat 17:1-9


Setelah memasuki bahtera perkawinan atau tahbisan imamat, pada umumnya orang menikmati masa yang menarik dan mempesona, yaitu 'bulan madu'. Selama berbulan madu kiranya orang sungguh menikmati masa-masa indah dan mempesona, yang mendorong orang kemudian menjanjikan sesuatu yang luhur, mulia, tinggi dan menggiurkan, misalnya baik suami atau isteri akan setia saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati, seorang imam berjanji untuk melayani umat dimanapun dan kapanpun dengan rendah hati. Ada kemungkinan orang menyebar-luaskan janji tersebut kepada siapapun tanpa perhitungan. Tiga rasul mengalami sesuatu yang indah dan mempesona, pengalaman penglihatan Yesus bersama dua nabi termashyur dalam perubahan rupa di bukit Tabor, namun Yesus berpesan kepada mereka "Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati"  Selama memasuki masa Prapaskah ini ada kemungkinan kita juga menerima hiburan-hiburan rohani atau pencerahan dan kita tergerak untuk menceriterakannya kepada saudara-saudari kita. Namun baiklah dengan sabar kita membagikan pengalaman tersebut sampai di Hari Kemenangan, Hari Raya Paskah nanti.

 

"Jangan kamu ceriterakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati."(Mat 17:9)

 

Sabda Yesus ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak mengumbar atau menyebar-luaskan seenaknya apa yang baik dalam diri kita atau yang kita miliki, misalnya cita-cita, harapan, dambaan, niat-niat, dst… Kita diharapkan untuk mencecap dalam-dalam atau meresapkan semua itu ke dalam hati sanubari, sehingga merasuki seluruh anggota tubuh kita. Maka baiklah selama masa Prapaskah ini kita mawas diri perihal janji-janji yang telah kita ikrarkan, misalnya janji baptis, janji perkawinan, janji imamat, kaul, janji pegawai atau pelajar, sumpah dst.. Ketika dalam mawas diri ada kemungkinan kita memperoleh pencerahan: suatu ajakan atau panggilan dan niat untuk memperbaharui janji, karena telah ingkar janji, hendaknya ajakan atau niat tersebut dicecap dalam-dalam dahulu dan di Trihari Suci nanti kita perbaharuilah dengan sepenuh hati.

 

Keutamaan kesabaran itulah yang hendaknya kita perdalam selama masa Prapaskah. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur , Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Gejolak dalam diri kita dapat bersifat baik atau buruk, bermoral atau amoral. Gejolak yang buruk dan amoral hendaknya dengan diam-diam ditahan seraya melakukan apa yang berlawanan alias yang baik dan bermoral. Ketika berbuat baik pun hendaknya juga dengan diam-diam, tak usah mencari muka, sebagaimana dipesankan oleh Yesus ketika memasuki masa Prapaskah, pada hari Rabu Abu :"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Mat 6:1-4)      

 

Berbuat baik kepada sesama diharapkan tidak karena paksaan dalam bentuk apapun, melainkan merupakan kesaksian iman yang mendalam, meluap dari kedalaman hati sanubari. Maka baiklah kita renungkan sapaan atau peringatan Paulus kepada Timoteus di bawah ini. 

 

"Janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah. Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa" (2Tim 1:8-10)

 

"Ikutilah menderita bagi InjilNya oleh kekuatan Allah", inilah kiranya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Injil adalah kabar gembira atau kabar baik. Pada masa kini untuk berbuat baik atau mewartakan atau menyebarluaskan apa yang baik kiranya akan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Marilah kita hadapai aneka tantangan, hambatan dan masalah dengan atau dalam kekuatan atau kasih karunia Allah. Bersama dan bersatu dengan Allah kita pasti mampu mengatasi aneka hambatan, tantangan dan masalah.   

 

Kasih karunia atau kekuatan Allah antara lain berupa iman, harapan dan cintakasih,  maka baiklah aneka hambatan, tantangan dan masalah kita hadapi dengan atau dalam iman, harapan dan cintakasih. Dalam atau dengan iman berarti kita mempersembahkan diri seutuhnya dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh/kekuatan menghadapi aneka hambatan, tantangan dan masalah, yang berarti bekerja keras melaksanakan aneka macam tugas atau pekerjaan kita. Maka bagi yang sedang bekerja hendaknya sungguh mengerjakan sepenuh hati pekerjaan yang diberikan kepadanya, demikian juga bagi yang sedang belajar, hendaknya sungguh belajar dengan giat. Dalam dan dengan harapan berarti melaksanakan aneka macam tugas atau menghadapi aneka hambatan, tantangan dan masalah dengan gembira serta ceria, penuh gairah dan semangat. Dalam kegairahan, keceriaan dan kegembiraan hati, jiwa aka budi dan anggota tubuh kita senantiasa terbuka terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan serta siap sedia memfungsikannya. Hadapilah aneka masalah, tantangan dan hambatan dengan gairah, semangat dan ceria.  Dalam dan dengan cintakasih berarti menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan secara positif serta menyikapinya sebagai wahana atau sarana untuk tumbuh dan berkembang. Cintakasih itu "sabar, murah hati,tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain,  tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran,  menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (lih 1Kor 13:4-7)

 

"Firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN  Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan"

 (Mzm 33:4-5.18-19)

 

Jakarta, 20 Maret 2011


Kamis, 17 Maret 2011

19 Maret - HR ST YUSUF SUAMI SP MARIA: 2Sam 7:4-5a,12-14a, 16; Rm 4:13.16-18.22; Mat 1:16.18-21.24a

"Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum"

HR ST YUSUF SUAMI SP MARIA:  2Sam 7:4-5a,12-14a, 16; Rm 4:13.16-18.22; Mat 1:16.18-21.24a

 

Sebut saja namanya "Roy" (nama samaran). Ia adalah seorang manajer muda yang cukup terkenal dan terhormat di tempat kerjanya, karena kesuksesan dalam tugas pekerjaannya. Ia sudah berkeluarga sejak lima tahun lalu, isterinya cukup cantik dan dianugerahi anak satu. Masa balita, entah balita anak-anak, balita suami-isteri, balita imam, bruder atau suster, balita pekerja, dst..adalah masa yang cukup rawan. Meskipun Roy memiliki isteri yang cukup cantik, ternyata sang isteri dirasakan kurang memuaskan baginya, lebih-lebih dalam hal pelayanan maupun urusan tempat tidur atau hubungan seksual. Hal itu cukup menyiksa dirinya: mau terus terang kepada isterinya tidak berani. Kebetulan di kantor, tempat kerja ia memiliki seorang sekretaris yang cukup cantik pula, ramah, cekatan dan ceria dalam membantu kerjanya atau melayaninya. Ia pun ketika diajak omong-omong juga dirasa enak dan nikmat adanya. Maka dari terbiasa omong-omong enak dengan sekretaris pribadinya, yang tidak hanya berbicara masalah pekerjaan saja, tetapi juga sana-sini, akhirnya pada suatu saat Roy curhat kepada sekretarisnya perihal relasi pribadi dengan isterinya yang tak membahagiakan.Ia menceriterakan kekurangan dan kelemahan pelayanan isterinya, termasuk urusan tempat tidur, dan dengan penuh hormat sang sekretaris mendengarkannya. Dampak berikutnya dapat diduga, yaitu Roy jatuh cinta kepada sang sekretaris, yang dirasa dapat mengobatinya ketidak-puasannya dan akhirnya mereka terjebak ke dalam huhungan seks  di ruang kerja Roy, tidak hanya sekali melainkan terjadi berkali-kali. Tak lama kemudian sang sekretaris pun hamil dan atas desakan Roy ia diminta untuk menggugurkan. Pendek kata sang sekretaris akhirnya menjadi 'wanita simpanan'nya, yang membantu tugas pekerjaan di kantor maupun urusan tempat tidur. Sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga, demikian kata sebuah pepatah. Perselingkuhan Roy terbongkar, dan kemudian sang isteri minta diceraikan, serta Roy bersama dengan sekretarisnya pun dipecat dari tugas pekerjaannya alias kemudian harus menganggur. Musibah di atas terjadi karena suami 'mencemarkan  nama isterinya di muka umum'.  Maka baiklah pada pesta St.Yusuf, suami SP Maria, hari ini kami mengingatkan dan mengajak para suami untuk setia pada janji perkawinannya, dan marilah meneladan St.Yusuf.

 

"Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam" (Mat 1:19)     

 

"Mencemarkan nama baik orang lain"  dilakukan oleh banyak orang, antara lain dengan 'ngrumpi/ ngrasani' atau secara terselubung terjadi diproses pengadilan maupun kampanye pemilu. Orang ngrumpi atau ngrasani pada umumnya membicarakan kekurangan dan kelemahan orang lain, sehingga kelemahan dan kekurangan orang yang dirasani diperbesar. Hemat saya entah laki-laki atau perempuan sama saja: laki-laki sekali menjelekkan orang lain dengan berteriak keras sehingga didengarkan banyak orang, sedangkan perempuan dengan diam-diam namun telaten dan tak henti-henti. Dalam relasi antar suami-isteri yang kemudian bercerai atau menikah lagi pada umumnya sang suami lebih dominan sebagai penyebab perceraian atau dorongan untuk menikah lagi alias beristeri lebih dari satu. Maka kami berseru kepada para suami untuk meneladan St.Yusuf, "yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum'.

 

Baiklah kami mengajak para suami untuk memuji isterinya, sebagaimana digambarkan dalam Kidung Agung ini: "Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead. Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada. Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu. Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. Seribu perisai tergantung padanya dan gada para pahlawan semuanya. Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung. Sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, aku ingin pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan. Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu." (Kid 4:1-7)     

 

"Sebab bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman.  Karena itulah kebenaran berdasarkan iman supaya merupakan kasih karunia, sehingga janji itu berlaku bagi semua keturunan Abraham, bukan hanya bagi mereka yang hidup dari hukum Taurat, tetapi juga bagi mereka yang hidup dari iman Abraham. Sebab Abraham adalah bapa kita semua, -- seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" -- di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada" (Rm 4:13.16-17)

 

Para suami atau rekan-rekan laki-laki kami harapkan meneladan iman Abraham, bapa umat beriman: hidup dan bertindak berdasarkan iman. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, dan secara konkret juga mempersembahkan diri seutuhnya kepada sesama manusia, terutama atau lebih-lebih kepada mereka yang hidup bersama setiap hari. Bagi para suami hal ini berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada isteri masing-masing, sebagaimana secara konkret antara lain terjadi dalam hubungan seksual. Masing-masing, baik suami maupun isteri, terbuka satu sama lain alias telanjang bulat, tiada sedikitpun yang ditutup-tutupi atau dirahasiakan. Pemberian diri sang suami kepada sang isteri antara lain terjadi ketika sang suami berejakulasi, memberi benih kehidupan kepada sang isteri dan dengan rendah hati sang isterinya menerimanya.

 

"Memberi benih kehidupan" itulah yang hendaknya senantiasa dilakukan oleh sang suami terhadap isterinya, artinya cara hidup dan cara bertindak atau segala sepak terjang atau perilaku suami senantiasa menggairahkan, menarik dan mempesona isteri, sehingga sang isteri pun dalam hati dan mungkin dengan kata-kata berseru sebagaimana digambarkan dalam Kidung Agung ini;" Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur, harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu, oleh sebab itu gadis-gadis cinta kepadamu! Tariklah aku di belakangmu, marilah kita cepat-cepat pergi! Sang raja telah membawa aku ke dalam maligai-maligainya. Kami akan bersorak-sorai dan bergembira karena engkau, kami akan memuji cintamu lebih dari pada anggur! Layaklah mereka cinta kepadamu! Memang hitam aku, tetapi cantik, hai puteri-puteri Yerusalem, seperti kemah orang Kedar, seperti tirai-tirai orang Salma. Janganlah kamu perhatikan bahwa aku hitam, karena terik matahari membakar aku. Putera-putera ibuku marah kepadaku, aku dijadikan mereka penjaga kebun-kebun anggur; kebun anggurku sendiri tak kujaga. Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu" (Kid 1:2-7)   

 

"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Engkau telah berkata: "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun." (Mzm 89:2-5)

 

Jakarta, 19 Maret 2011


18 Maret - Yeh 18:21-28; Mat 5:20-26

"Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli Taurat dan orang Farisi"
(Yeh 18:21-28; Mat 5:20-26)

"Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu
 itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas" (Mat 5:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•    Di dalam hidup beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diberlakukan aneka tata tertib atau aturan tertulis. Apa yang tertulis pada umumnya cukup terbatas jika dibandingkan dengan maksud atau tujuan apa yang tertulis tersebut, dan menghayati apa yang tertulis saja sulit, apalagi yang menjadi maksud atau tujuan utama. Memang ketika kita mampu menghayati apa yang tertulis dengan baik, maka ada kemungkinan kita sampai pada penghayatan maksud atau tujuan utama. Sabda Yesus hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk menghayati maksud atau tujuan utama aneka tata tertib atau aturan. Hemat saya maksud atau tujuan utama aneka tata tertib atau aturan adalah agar orang hidup saling mengasihi satu sama lain. Orang yang marah, menjelek-jelekkan orang lain, memiliki musuh dst, adalah orang yang tidak hidup saling mengasihi. Semua agama hemat  saya mengajarkan agar semua penganutnya hidup dan bertindak saling mengasihi, maka marilah kita
 yang
 mengaku diri beragama hidup dan bertindak saling mengasihi. Aneka perbedaan yang ada di antara kita hendaknya menjadi daya tarik untuk saling mengenal, mendekat dan bersahabat, bukan menjadi alasan untuk saling menjelekkan atau melecehkan. Maka baiklah kita hayati secara mendalam apa yang sama di antara kita, agar apa yang berbeda fungsional untuk memperkuat persahabatan antar kita: yang sama di antara kita antara lain sama-sama beriman, sama-sama manusia ciptaan Allah, dst..
•    "Kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati" (Yeh 18:27-28), demikian peringatan Nabi Yeheskiel kepada umatnya, kepada kita semua orang beriman. Kita semua dipanggil untuk bertobat, menyesali dosa-dosa yang telah kita lakukan dan kemudian tidak melakukan lagi dosa-dosa yang sama, serta kemudian 'melakukan keadilan dan kebenaran'. Kita akan dapat melakukan keadilan dan kebenaran yang baik jika kita menghormati dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia, menghargai dan menyikapi sesama manusia sebagai gambar atau citra Allah. Marilah kita lihat, temukan dan imani karya Allah dalam diri manusia, yang antara lain "memberi aku ada, hidup, berdayarasa dan berpikiran" (St.Ignatius Loyola, LR no 235). Hidup dan segala sesuatu yang dimiliki, dikuasai dan
 dinikmatui
 manusia adalah anugerah Allah. Kecantikan, ketampanan, kepandaian, kecerdasan, harta benda, uang dst. adalah anugerah Allah. Jika kita mampu menghargai dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia, maka hemat saya kita akan mampu menciptakan lingkungan hidup bersama yang enak, nikmat dan menarik serta mempesona, hidup bersama yang dijiwai oleh keadilan dan kebenaran. Keadilan secara konkret dapat diwujudkan oleh para pengusaha atau pemberi kerja dengan memberi imbal jasa atau gaji yang layak kepada para pegawai atau buruhnya. Maka kami berharap kepada para pengusaha atau pemberi kerja untuk sungguh adil dalam memperlakukan para pegawai atau buruhnya.

"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang." (Mzm 130:1-4)

Jakarta, 18 Maret 2011




Rabu, 16 Maret 2011

17 Maret - Est 4:10a,10c-12, 17-19; Mat 7:7-12

Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya."
(Est 4:10a,10c-12, 17-19; Mat 7:7-12)
 
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat 7:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
 
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Allah adalah Maha Baik, Ia telah menciptakan semua yang ada di bumi/dunia ini dalam keadaan baik adanya, dan menghendaki agar semuanya tetap dalam keadaan baik sampai kemusnahan atau kematiannya. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk menghayati iman kita dengan berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun tanpa pandang bulu atau SARA. Kita juga sering mohon sesuatu atau berdoa kepada Allah: ada orang yang kemudian malas atau tidak berdoa lagi karena merasa permohonannya tidak dikabulkan, karena ada kemungkinan yang kita mohon tidak baik untuk diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Yang terbaik untuk kita semua adalah keselamatan jiwa, maka marilah kita mohon keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita serta senantiasa berbuat baik kepada saudara-saudari kita. "Segala sesuatu yang kamu  kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi", demikian sabda Yesus. Masa Prapaskah juga masa atau kesempatan untuk meningkatkan dan memperdalam perbuatan baik, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kami berharap kepada para orangtua atau pendidik untuk senantiasa memberi apa yang baik dan menyelamatkan jiwa anak-anak atau peserta didik. Dengan kata lain hendaknya jangan selalu dikabulkan permintaan anak-anak atau peserta diri, melainkan periksa dan cermati apakah yang diminta menyelamatkan jiwanya, dan jika tidak menyelamatkan jiwanya hendaknya ditolak atau tidak dikabulkan. Di dalam novena-novena atau doa-doa kita entah secara pribadi atau bersama , hendaknya senantiasa mohon keselamatan jiwa manusia.
·   "Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja." (Est 4:11), demikian keluh kesah Ester untuk disampaikan kepada raja Mordekhai.  Mungkin kita semua memiliki pengalaman yang senada dengan pengalaman Ester, misalnya telah bertahun-tahun merasa kurang diperhatikan orang lain (pimpinan atau atasan atau sesama manusia). Jika terjadi demikian ada kemungkinan kita bersikap mental egois, hanya mencari kesenangan dan keinginan diri sendiri, tanpa memperhatikan orang lain sedikitpun. Maka marilah kita berantas aneka macam bentuk egois dalam diri kita masing-masing dan kemudian secara positif berbuat baik atau social kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Pertama-tama kami mengajak mereka yang berpengaruh dalam kehidupan atau kerja bersama, misalnya para orangtua, pimpinan, manajer, direktur, atasan, pejabat tinggi, dst. untuk senantiasa berbuat baik dan bermurah hati kepada anak-anak, anggota, bawahan, rakyat, dst.. "Bermurah  hati" artinya hatinya dijual murah atau gratis kepada siapapun alias memberi perhatian kepada siapapun. Para pegawai atau buruh ketika menerima perhatian yang memadai dari para pengelola atau penanggungjawab usaha atau kegiatan, hemat kami mereka kemudian tidak akan bersikap pelit dan materialistis. Sebaliknya ketika pengelola atau penanggungjawab usaha begitu pelit dan materialistis, maka para pegawai atau buruh pasti akan lebih pelit dan materialistis. Kita semua dipanggil untuk saling mengasihi, dan hemat saya salah satu bentuk saling mengasihi yang tak tergantikan oleh cara apapun adalah 'saling memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih', dengan kata lain marilah kita saling memboroskan waktu dan tenaga bagi saudara-saudari kita.
 
"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku." (Mzm 138:1-3)
       
Jakarta, 17 Maret 2011

16 Maret - Yes 55:10-11; Mat 6:7-15

"Kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus."

(Yun 3:1-10; Luk 11:29-32)

 

"Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!" (Luk 11:29-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ada aneka macam tanda atau symbol di dalam kehidupan bersama kita, dalam aneka macam bidang kehidupan. Misalnya: tanda-tanda zaman, rambu-rambu lalu lintas, tanda cinta/saling mengasihi, tanda setuju dengan mengangguk atau kerdipan mata, dst.. Para penjahat pada umumnya menggunakan banyak tanda atau symbol dalam sepak terjang atau usaha kejahatan mereka. Warta Gembira hari ini mengajak dan mengingatkan kita untuk meningkatkan dan memperdalam kepekaan kita terhadap tanda-tanda zaman serta kehidupan. Untuk melatih dan meningkatkan kepekaan ini antara lain setia mengadakan pemeriksaan batin atau mawas diri setiap hari. Rekan-rekan perempuan kiranya cukup peka akan tanda-tanda atau gejala dalam tubuhnya, misalnya saat-saat akan menstruasi, maka kami harapkan juga lebih peka terhadap tanda-tanda zaman dan kehidupan. Tanda Yunus sebagaimana diwartakan hari ini anda berbicara perihal wafat dan kebangkitan Yesus dari mati. Baiklah masing-masing dari kita berusaha untuk peka akan tanda-tanda kehidupan dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita yang setiap hari hidup atau bekerja bersama kita, di dalam keluarga atau tempat kerja/ tugas. Marilah kita lihat dan cermati tanda-tanda kehadiran dan karya Tuhan baik dalam diri kita sendiri maupun sesama kita, antara lain berupa kehendak atau dambaan suci/baik, maupun penghayatan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan, seperti iman, harapan dan cintakasih. Kami berharap para orangtua dapat menjadi teladan dalam hal kepekaan ini bagi anak-anaknya, para guru/pendidik bagi para peserta didik.

·   "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air.Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa." (Yun 3:7-9), demikian firman Tuhan yang diharapkan untuk disampaikan oleh Yunus kepada orang-orang Ninive.  "Haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya", inilah yang kiranya baik kita renungkan dan hayati. Marilah kita mawas diri: apakah bentuk kejahatan atau kekerasan yang telah kita lakukan?  Jika cara hidup atau cara bertindak kita membuat orang lain menjadi marah, menggerutu atau tidak senang, ada kemungkinan apa yang kita lakukan adalah jahat atau keras, sehingga menyakiti mereka. Bertobat dari kejahatan atau kekerasan berarti kemudian  bersikap hormat. "Sikap hormat adalah sikap dan perilaku yang menghargai orang lain, siapa pun di tanpa memandang kedudukan, kekayaan dan kekuasaannya" (Prof Dr Edi Setyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 25). Dengan kata lain sikap hormat terhadap sesama  berarti tidak pernah melecehkan atau merendahkan siapapun dan dalam bentuk apapun. Ada kekerasan yang lembut dalam kehidupan bersama kita, yaitu 'ngrumpi atau ngrasani', yang pada umumnya membicarakan kekurangan dan kelemahan orang lain, yang tidak ada di hadapan mereka. Kami berharap kepada kita semua untuk tidak dengan mudah membicarakan kekurangan dan kelemahan orang lain, dan ingatlah seta hayati bahwa diri kita adalah orang-orang lemah, rapuh dan berdosa, yang dipanggil Tuhan. Baik suami atau isteri kami harapkan juga tidak berlaku keras terhadap pasangannya, baik dalam kata maupun perilaku.

 

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku"

(Mzm 51:3-4)

 

Jakarta, 16 Maret 2011


15 Maret - Yes 55:10-11; Mat 6:7-15

"Bapa kami yang di sorga"

(Yes 55:10-11; Mat 6:7-15)

 

"Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Mat 6:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Warta Gembira hari ini mengangkat doa "Bapa Kami', doa yang diajarkan oleh Yesus dan kiranya kita semua hafal di luar kepala. Namun suatu pertanyaan refleksif: apakah kita telah menghayati isi doa Bapa Kami tersebut di dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Isi utama dari doa Bapa Kami hemat saya adalah persaudaraan atau persahabatan sejati, maka marilah di masa Prapaskah ini kita mawas diri perihal persaudaraan atau persahabatan sejati. Secara konkret kita diharapkan senantiasa menghayati kehadiran Allah dalam hidup kita sehari-hari, sehingga kita hidup dan bertindak dalam kuasa Allah, yang menjadi nyata dalam keutamaan-keutamaan: hidup sederhana/tidak serakah dan saling mengampuni. "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya", demikian doa kita, maka hendaknya agar doa tersebut terkabul kita senantiasa berusaha untuk hidup sederhana antara lain dalam hal makan dan minum. Makanan dan minuman yang penting sehat dan bergizi serta cukup, dan untuk itu belum tentu enak atau nikmat di lidah. Kalau masing-masing dari kita makan dan minum secara sederhana kiranya kita semua dapat makan hari ini secukupnya, tiada yang kelaparan atau kehausan satupun di antara kita. Hidup saling mengampuni juga merupakan panggilan yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat balas dendam, kebencian dan permusuhan masih marak di sana-sini. Jika kita hidup sederhana dan saling mengampuni, maka terjadilah persaudaraan sejati di antara kita.

·   "Seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya" (Yes 55:10-11). Allah adalah Maha Kuasa, maka firman atau sabdaNya sungguh kuat kuasa. Masa Prapaskah juga masa untuk meningkatkan dan memperdalam pemahaman dan penghayatan kita terhadap firman Allah, maka marilah kita baca, renungkan dan hayati firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Sebagai contoh baiklah kita ikuti teks-teks kitab suci sesuai dengan Kalendarium Liturgy, yang saya coba kutipkan setiap hari. Apa yang saya coba refleksikan dan tulis adalah bagian kecil, satu dua ayat saja, dari kutipan Kitab Suci pada hari yang bersangkutan. Maka silahkan membacakan dan mendengarkan kembali teks kitab suci hari ini, baca berkali-kali  atau berulang-ulang sampai ada kata atau kalimat yang mengesan atau menyentuh anda, dan kemudian cecap dalam-dalam kata atau kalimat tersebut, sehingga merasuk di hati alias menjadi milik anda sendiri. Kami percaya jika kita sungguh mendengarkan dan merenungkan dalam hati dalam-dalam firman Allah, maka kita akan hidup dan bertindak sesuai dengan firman tersebut. "Karena bukan berlimpahnya pengetahuan, melainkan merasakan dan mencecap dalam-dalam kebenarannya itulah yang memperkenyang jiwa" (St.Ignatius Loyola, LR no 2), demikian nasihat St.Ignatius Loyola bagi siapapun yang mendambakan kemajuan dan kedalaman hidup rohani. Firman atau nasihat di atas ini kiranya dapat diterapkan juga dalam bidang pendidikan; bukan banyaknya mata pelajaran yang diajarkan yang diutamakan, melainkan pemahaman dan kedalaman mata pelajaran yang bersangkutan.

 

"Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya"

(Mzm 34:4-7)

 

Jakarta, 15 Maret 2011


Minggu, 13 Maret 2011

14 Maret - Im 19:1-2.11-18; Mat 25:31-36

"Terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan"

(Im 19:1-2.11-18; Mat 25:31-36)



"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku" (Mat 25:31:36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•    Masa Prapaskah kiranya juga masa untuk meningkatkan atau memperdalam perbuatan baik kepada sesama, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Warta Gembira hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk berbuat baik kepada mereka yang lapar, haus, terasing, telanjang, sakit dan terpenjara, entah itu secara phisik maupun spiritual. Maka marilah kita perhatikan saudara-saudari di lingkungan hidup atau kerja kita: mereka yang miskin dan berkekurangan. Dengan kata lain marilah kita tunduk, melihat ke bawah, untuk mengorbankan sebagian kekayaan, waktu dan tenaga kita bagi mereka yang lapar, haus, terasing, telanjang, sakit atau terpenjara. Jika kita tidak memiliki harta benda atau uang untuk disumbangkan kepada mereka, baiklah kita mendoakan mereka. Ingatlah dan hayati bahwa segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini merupakan anugerah Allah yang kita terima melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan, membantu dan mengasihi kita, maka selayaknya kita fungsikan untuk berbuat baik kembali kepada mereka yang miskin dan berkekurangan tersebut. "Compassion" atau kepedulian bagi sesama terutama mereka yang miskin dan kekurangan merupakan salah satu cirikhas hidup beriman. Kita hayati iman kita dengan kepedulian bagi saudara-saudari kita yang miskin dan berkekurangan. Memberi dan berkorban bagi mereka yang miskin dan berkekurangan merupakan kebahagiaan tersendiri, yang tak terlupakan. Kita berantas dan musnahkan aneka macam bentuk egois yang merusak dan menghancurkan hidup bersama.


•    "Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya. Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN. Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya. Janganlah kaukutuki orang tuli dan di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN. Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran. Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN" (Im 19:11-18). Kutipan dari Kitab Imamat ini hemat kami cukup jelas: suatu perintah moral yang hendaknya kita laksanakan atau hayati.  Maka marilah mawas diri: kecurangan atau kejahatan macam apa yang masih atau sering kita lakukan untuk kita perbaiki, dan kemudian bertobat alias tidak melakukannya kembali. Kita semua mendambakan hidup mulia kembali di sorga setelah meninggal dunia atau mati, maka baiklah kita segera bertobat dan memperbaharui diri. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat atau memperbaharui diri.



"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya" (Mzm 19:8-10)


Jakarta, 14 Maret 2011

Minggu Prapaskah I - Kej 2:7-9; 3:1-7; Rm 5:12-19; Mat 4:1-11

"Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis."

Mg Prapaskah I : Kej 2:7-9; 3:1-7; Rm 5:12-19; Mat 4:1-11


Padang gurun di wilayah Timur Tengah memang sangat luas. Ketika saya mendampingi kelompok ziarah ke Tanah Suci antara lain harus melintasi padang gurun di wilayah Mesir selama lebih dari tiga jam perjalanan dengan bus wisata dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam. Maka kiranya dapat dibayangkan betapa besar, tantangan dan masalahnya jika anda berjalan atau berada sendirian di tengah padang  gurun. Godaan untuk bunuh diri mungkin terjadi. Namun ada dua kemungkinan ketika sendirian berada di padang gurun berhari-hari, yaitu : bunuh diri karena frustrasi atau mempersembahkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi/Allah sepenuhnya. "Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis", pencobaan dari Iblis adalah 'makanan, percaya diri tanpa Allah dan kesombongan'.  Mungkin kita tidak akan berada di padang gurun, tetapi hemat saya hidup masa kini bagaikan berada di padang gurun, dimana kita ada kemungkinan dicobai seperti Yesus. Maka baiklah ketika kita dicobai, marilah belajar dari atau meneladan Yesus, dan untuk itu saya berusaha membantu dengan sederhana merefleksikan pengalaman pencobaan Yesus di padang gurun serta tanggapanNya.

 

"Datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Mat 4:3-4)     

 

Godaan dari Iblis pada Yesus yang pertama adalah masalah kebutuhan phisik atau tubuh, yang bagi kita masa kini godaan tersebut dapat berupa: makanan, minuman, harta benda atau uang alias semangat atau sikap mental materialistis/duniawi. Sikap mental materiatistis kiranya menjiwai cukup banyak orang masa kini: makan dan minum yang enak sebanyak-banyaknya padahal jenis makanan dan minuman yang dinikmati menimbulkan penyakit dalam tubuh, seperti: kolesterol, trikeserit, gula dst.. Ada orang begitu bekerja keras, termasuik berkorupsi dalam rangka mengumpulkan uang atau harta benda: siang malam bekerja sehingga kurang istirahat dan berkomunikasi dengan anggota keluarga,

 

"Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah", demikian jawaban Yesus menanggapi godaan Iblis perihal kebutuhan tubuh. Kita memiliki hati, jiwa, akal budi dan anggota-anggota badan/tubuh, maka marilah tidak hanya anggota tubuh yang kita beri gizi, tetapi juga hati, jiwa serta akal budi, antara lain dengan membaca dan merenungkan firman Allah, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Maka baiklah kita berpartisipasi secara aktif dalam pertemuan umat di lingkungan di masa Prapaskah ini untuk berdoa bersama atau pendalaman iman. Jika tak mungkin berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan, baiklah secara sendirian atau di dalam keluarga disisihkan waktu khusus setiap hari untuk berdoa atau membaca dan merenungkan firman Allah. Selain di dalam Kitab Suci, firman Allah juga diusahakan 'diterjemahkan' ke dalam aneka tata tertib atau aturan hidup dan kerja bersama. Maka hendaknya menyisihkan waktu khusus setiap hari untuk membaca dan meresapkan tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan serta tugas pengutusan kita masing-masing. Marilah di masa Prapaskah ini kita perdalam dan kembangkan iman kepercayaan kita kepada Tuhan. Hendaknya aneka macam harta benda atau uang dijadikan sarana atau jalan menuju kepada Allah, alias sarana atau wahana untuk menyucikan diri atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah. Semakin kaya akan harta benda atau uang, hendaknya juga semakin beriman, semakin berbakti kepada Allah. Jauhilah 'gila akan harta benda atau uang', karena ketika tiada harta benda atau uang yang didambakan yang ada tinggal 'gila'nya alias anda akan menjadi gila atau sinthing.             

 

"Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (Mat  4:5-7)

 

Orang yang kaya akan harta benda atau uang pada umumnya menjadi begitu percaya diri sepenuhnya dan tidak atau kurang percaya kepada Allah. Dengan harta atau uangnya yang banyak orang dapat berbuat apa saja sesuai dengan keinginan atau untuk memenuhi nafsunya. Ia akan berusaha mencobai Allah agar Allah senantiasa mengabulkan keinginan atau nafsu pribadinya, meskipun apa yang diinginkan menghancurkan jiwanya. Ia juga sering menjadikan sesama manusia bagaikan harta benda saja, dapat diperoleh dengan uang atau harta bendanya, antara pergi ke tempat pelacuran untuk memenuhi gairah seksualnya, yang tak terpenuhi oleh pasangan hidupnya.

 

"Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu", demikian jawaban Yesus terhadap godaan Iblis. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah ciptaan Allah, dan hanya dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya saat ini karena kasih Allah, yang kita terima secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang mengasihi atau memperhatikan kita dengan aneka cara dan bentuk. Aneka macam sapaan, sentuhan, perhatian atau perlakuan orang lain pada diri kita adalah perwujudan kasih Allah, dengan kata lain saudara-saudari kita adalah wakil Allah. Maka hendaknya juga tidak mencobai sesama manusia atau memperlakukan sesama manusia bagaikan harta benda, yang dapat diperlukan apa saja sesuai dengan keinginan kita. Mencobai sesama manusia berari mencobai Yesus. Godaan pada diri kita dapat berupa gila akan kuasa atau kedudukan atau jabatan, maka hendaknya jangan gila akan kuasa, kedudukan atau jabatan, karena ketika anda tidak memperolehnya atau kehilangan kuasa, kedudukan atau jabatan, yang tinggal adalah 'gila'nya, anda akan menjadi gila atau sinthing. 

 

"Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (Mat 4-8-10)

 

Orang kaya akan harta benda dan uang serta memiliki kuasa, jabatan atau kedudukan dapat menjadi sombong, atau menghadapi godaan untuk menjadi sombong atau atheis. Ia bersembah sujud kepada harta benda, uang, kedudukan, kuasa atau jabatannya. Godaan untuk menjadi sombong kita hadapi setiap hari dalam aneka kesempatan dan kemungkinan. "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti", demikian jawaban Yesus pada Iblis yang menggodaNya untuk menjadi sombong. Kita dipanggil untuk meneladan Yesus, dan untuk itu marilah kita hidup dan bertindak dengan rendah hati, kebalikan dari sombong. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Putaka – Jakarta 1997, hal 24).

 

Kami berharap mereka yang berpengaruh dalam hidup dan kerja bersama untuk dapat menjadi teladan penghayatan kerendahan hati, dan tidak menjadi sombong. Marilah kita dukung para gembala kita, para uskup, yang  senantiasa berusaha untuk rendah hati, antara lain dalam doanya senantiasa menyatakan diri sebagai hamba yang hina dina, dengan harap dapat melayani umat yang dipercayakan kepadanya. Dengan kata lain kami berharap kepada para pemimpin atau ketua atau atasan untuk hidup dan bertindak melayani, menghayati kepemimpinan partisipatif: pemimpin atau atasan yang mendengarkan .       

 

"Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa" (Rm 5:12)

 

Paulus dalam suratnya kepada umat di Roma hari ini mengingatkan kita semua bahwa dosa atau keselamatan dapat masuk ke dunia oleh satu orang. Di sini Paulus berbicara perihal Adam, manusia pertama dan Yesus, Penyelamat Dunia. Peringatan Paulus ini kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan. Kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun dapat menjadi pendorong atau motivasi orang untuk berdosa atau semakin berbakti kepada Allah, semakin beriman. Dimanapun dan kapanpun kita hadir atau berada, serta apapun yang kita lakukan hendaknya dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi orang lain untuk semakin beriman atau berbakti kepada Tuhan, dan tentu saja dari diri kita sendiri harus sungguh beriman atau berbudi pekerti luhur. Maka baiklah sekali lagi kami kutipkan sifat-sifat berbudi pekerti luhur, dan anda dapat memilih salah satu ciri untuk dihayati. Hemat saya ketika kita unggul dalam salah satu ciri pada umumnya secara inklusif kita juga menghayati sifat-sifat lainnya.

 

"Sifat-sifat budi pekerti luhur, yaitu:  bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet "

(Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997)  

 

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat"

(Mzm 51:2-6a)

 

Jakarta, 13 Maret 2011