Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id
Jumat, 02 Maret 2012
Minggu Prapaska II
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 23.27 0 komentar
3 Maret
(Ul 26:16-19; Mat 5:43-48)
" Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkatah kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat 5:43-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Dalam dialog atau percakapan antar umat beragama se wilayah Kedu-Jawa Tengah yang diselenggarakan selama tiga hari di Hotel Trio-Magelang bulan September 2011 yang lalu ada seorang peserta yang mengangkat-angkat perihal 'perang salib', seraya membeberkan bahwa hal itu yang membekas di kalangan sementara umat Islam kurang bersahabat dengan atau bahkan memusuhi umat Kristen/Katolik. Saya pribadi heran dan bertanya-tanya mengapa peristiwa yang terjadi nun jauh di sana sekian tahun yang lalu masih begitu membekas, padahal mereka sebenarnya tidak tahu persis apa yang terjadi pada waktu itu. Maka ketika saya memperoleh giliran sebagai pembicara, saya pertama-tama mengangkat sabda Yesus, sebagaimana menjadi judul refleksi hari ini yaitu "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu". Memang kita semua pasti memiliki musuh-musuh, yaitu apa-apa saja yang tidak sesuai dengan selera pribadi dan ada kemungkinan juga apa-apa yang tidak kita ketahui dan tidak kita alami sendiri. Makanan,minuman, cuaca, pekerjaan, sesama manusia, binatang, tanaman atau harta benda dapat menjadi musuh-musuh kita. Sebagai orang beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk mengasihi musuh dan mendoakan mereka yang menganiaya atau mempersulit jalan hidup, tugas dan fungsi kita. Jika merasa masih berat untuk mengasihi secara konkret dengan bertatap muka, baiklah kita doakan dahulu. Dalam doa akhirnya kita akan memperoleh keberanian dan kekuatan untuk mengasihi musuh-musuh kita. Apa yang diajarkan oleh Yesus memang sungguh berat, namun mulia sekali, maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan agar kita senantiasa hidup saling mengasihi dan mengampuni dimana pun dan kapan pun.
• "Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. Engkau telah menerima janji dari pada TUHAN pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkau pun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya." (Ul 26:16-17). Kita semua diingatkan dan diajak untuk senantiasa dengan setia melakukan ketetapan dan peraturan, yang berlaku serta terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua selama masa Prapaska ini baiklah jika kita baca dan renungkan ketetapan dan peraturan sebagaimana tertulis di dalam Konstitusi, Pedoman Hidup, Anggaran Dasar, Aneka Keputusan dan Kebijakan dst… Alangkah baiknya jika dokumen-dokumen tersebut menjadi bacaan rohani harian selama masa Prapaska ini. Dengan kata lain saya mengajak kita semua untuk 'back to the basic', jati diri kita masing-masing sebagai umat beriman, beragama, imam, bruder, suster, anggota Lembaga Hidup Bakti, Anggota organisasi, dst.. Kami percaya bahwa yang mendasari cara hidup yang telah kita pilih dan geluti sampai kini sungguh mulia, baik dan luhur, yang mengarahkan dan menuntun kita agar kita semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin suci, semakin baik, semakin berbudi pekerti luhur. Marilah kita baca dan dengarkan dengan rendah hati aneka ketetapan dan peraturan yang terkait dengan panggilan, hidup dan tugas pengutusan kita masing-masing. Jika kita sungguh membaca dan mendengarkan dengan rendah hati, kami percaya kita akan tergerak untuk melaksanakan atau menghayati ketetapan dan peraturan tersebut. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa keunggulan hidup beriman atau beragama terletak pada penghayatan atau pelaksanaan, bukan wacana atau omongan.
"Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh. Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan-Mu!" (Mzm 119:1-2.4-5)
Ign 3 Maret 2012
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 23.26 0 komentar
Rabu, 29 Februari 2012
2 Maret
(Yeh 18:21-28; Mat 5:20-26)
sederhana sebagai berikut:
• Jika kita dengan jujur dan benar mawas diri kiranya tidak ada seorangpun diantara kita yang tidak pernah marah. Wujud marah yang paling lembut adalah mengeluh atau menggerutu, sedangkan yang paling kasar adalah membunuh. Bukankah kita jika menghadapi apa yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau keinginan diri sendiri, kemudian mengeluh atau menggurutu? Misalnya: makanan kurang enak atau tidak sesuai dengan selera pribadi mengeluh, menghadapi pekerjaan sedikit berat atau sulit mengeluh, jalanan macet mengeluh dst.. Yesus bersabda bahwa siapa yang marah terhadap saudaranya harus dihukum. Hemat saya tidak perlu dihukum orang yang marah pada umumnya sudah terhukum dengan sendirinya, yaitu ia semakin terasing atau kurang dicintai oleh sesamanya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua untuk tidak mudah mengeluh, menggerutu atau marah-marah. Cara mengatasinya adalah senantiasa berusaha untuk 'menikmati apa yang ada di depan kita atau yang harus kita kerjakan atau makan'. Dalam hal makan misalnya: enak dan tidak enak hanya sebentar saja yaitu di lidah, maka jika makanan tidak enak asal sehat telan saja tanpa dikunyah, karena Tuhan telah menganugerahi kita mesin penggiling/pengolah yang handal dan hebat di dalam tubuh/usus kita.
Pendek kata jika sehat nikmati saja, tak perlu dirasa-rasakan. Maka kami berharap agar anak-anak di dalam keluarga dididik untuk senantiasa membiasakan diri menikmati jenis makanan apapun yang sehat, karena jika tidak ada masalah dalam hal makanan hemat kami yang bersangkutan juga tidak akan mudah marah, mengeluh atau menggerutu ketika harus menghadapi apa-apa yang tidak sesuai dengan selera pribadinya.
• "Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya. Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya." (Yeh 18:20-21). Kutipan ini kiranya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua jika kita menghendaki hidup bahagia, selamat dan damai sejahtera selama hidup di dunia ini maupun setelah meninggal dunia nanti. Marilah kita jauhkan perbuatan dosa sekecil apapun dan senantiasa berusaha untuk "berpegang pada segala ketetapan Tuhan serta melakukan keadilan dan kebenaran". Segala ketetapan Tuhan hemat saya mengarahkan dan mengajak kita untuk senantiasa melakukan keadilan dan kebenaran. Berbuat adil dan benar antara lain dapat kita wujudkan dengan senantiasa menjujung tinggi harkat martabat manusia di dalam hidup sehari-hari, tidak pernah melanggar hak-hak asasi manusia atau melecehkan harkat martabat manusia. Marah, mengeluh atau menggerutu terhadap sesama manusia hemat saya merupakan bentuk pelecehan harkat martabat manusia. Memang kita boleh memarahi sesama kita jika yang bersangkutan melecehkan harkat martabat manusia, sebagaimana Yesus memarahi para pedagang di Bait Allah atau tempat ibadat, karena mereka mengkormersielkan tempat suci. Apa yang sering dilakukan oleh kebanyakan orang dalam hal marah pada umumnya karena ketidaksesuaian dengan selera pribadi saja.
"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang." (Mzm 130:1-4)
Ign 2 Maret 2012
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 22.32 0 komentar
1Maret
"Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya"
(Est 4:10a.10c.12.17-19; Mat 7:7-12)
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada ereka yang meminta kepada-Nya." "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat 7:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Berdoa merupakan salah satu cirikhas hidup orang beragama atau beriman; mengaku beragama atau beriman tetapi tidak pernah berdoa setiap hari berarti pembohong. Memang ada orang malas berdoa atau tidak mau berdoa lagi karena merasa tidak ada gunanya, doa-doanya tidak pernah dikabulkan oleh Tuhan. Ada kemungkinan mereka salah berdoa atau berdoa mohon kepada Tuhan bukan apa yang berkenan pada Tuhan, bukan apa yang baik. Apa yang baik adalah apa-apa yang menyelamatkan jiwa manusia, maka ketika berdoa mohon kepada Tuhan hendaknya mohon apa-apa yang baik, yang menyelamatkan jiwa. Jika dicermati doa-doa permohonan dalam Perayaan Ekaristi hari Minggu dapat dilihat contoh-contoh: pertama-tama mendoakan para pemimpin kita, entah pemimpin bangsa maupun Gereja/Agama, kemudian berdoa bagi mereka yang miskin dan berkekurangan dan baru kemudian berdoa bagi diri sendiri, yang isinya adalah agar dapat menghayati sabda Tuhan sebagaimana diwartakan hari ini. Kita perlu mendoakan para pemimpin karena mereka memiliki tugas berat dan mulia yaitu harus bekerja dan berjuang demi kesejahteraan dan keselamatan jiwa rakyat atau umat Allah. Kita berdoa bagi mereka yang miskin dan berkekurangan agar dengan rendah hati berani menyatukan diri dengan Yesus yang telah memiskinkan DiriNya untuk memperkaya orang lain, dan tentu saja mohon agar Tuhan mengutus orang-orang untuk menolong mereka yang miskin dan berkekurangan. Mohon untuk diri sendiri adalah agar kita menjadi pelaksana-pelaksana sabda Tuhan. Jika kita mohon yang demikian itu percayalah bahwa permohonan kita pasti dikabulkan. Yang tidak boleh dilupakan adalah doa syukur dan terima kasih karena kita telah menerima anugerah Allah secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan kita, berbuat baik kepada kita.
· "Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati." Maka pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya." (Est 4:16-17). Berpuasa demi tujuan atau maksud yang baik, itulah kiranya isi utama dari kutipan di atas ini. Dan memang kiranya siapapun yang melakukan puasa pasti mendambakan sesuatu yang baik, yang membahagiakan dan menyelamatkan jiwa manusia. Coba perhatikan dan cermati kisah-kisah mereka yang bertapa dan berpuasa di tempat-tempat sepi dan sunyi untuk beberapa waktu! Bukankah mereka melakukan yang demikian itu demi tujuan yang mulia, yang baik dan menyelamatkan jiwa manusia? Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua , yang sedang berada dalam masa Puasa atau masa Berahmat atau Retret Agung umat ini, untuk melakukan matiraga demi tujuan yang baik dan yang menyelamatkan atau membahagiakan jiwa. Hal ini kiranya juga dapat kita hayati secara positif, artinay selama masa Prapaska ini kita lebih meningkatkan dan memperdalam penghayatan panggilan maupun pelaksanaan tugas pengutusan kita masing-masing, sehingga yang terpanggil menjadi imam semakin menjadi penyalur doa umat kepada Tuhan dans sebaliknya juga menjadi penyalur berkat Tuhan bagi umat, yang menjadi bruder atau suster semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui pelayanan kepada sesamanya, yang menjadi suami-isteri semakin saling mengasihi, yang bertugas belajar semakin terampil dalam belajar, yang bekerja semakin terampil dalam bekerja, dst.. Hendaknya kita berusaha juga untuk melebihi dari apa yang diharuskan atau yang semestinya, dan jangan sampai kurang dari apa yang semestinya.
" Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku."
(Mzm 138:1-3)
Ign 1 Maret 2012
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 22.30 0 komentar
Selasa, 28 Februari 2012
29 Feb
"Angkatan ini adalah angkatan yang jahat"
(Yun 3:1-10; Luk 11:29-32)
" Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!" (Luk 11:29-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Sabda Yesus bahwa "angkatan ini adalah angkatan yang jahat", rasanya boleh dikenakan pada kebanyakan orang masa kini, antara lain para petinggi, pemimpin, politisi atau siapapun yang berpengaruh dalam hidup bersama, yang kurang memperhatikan budi pekerti atau nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup. Mereka juga tidak memiliki budaya malu lagi, artinya melakukan korupsi serta berbohong merasa enak-enak saja; mereka sungguh memiliki 'rai gedeg'. Memang kejahatan angkatan masa kini juga tak terlepas dari cara hidup dan cara bertindak angkatan pendahulunya. Bukankah mereka yang berpengaruh dalam hidup bersama masa kini, entah mereka yang ada di badan legislatif, eksekutif maupun yudikatif, adalah dididik dan dibesarkan sejak masa Orde Baru, tepatnya sekitar tahun 1980-1990?. Perubahan sistem pendidikan yang lebih menekankan nilai atau kepandaian daripada keutamaan atau budi pekerti waktu itu hemat saya merupakan awal kemerosotan moral bangsa. Buah sistem pendidikan yang juga masih berlangsung sampai sekarang adalah orang-orang yang lebih menekankan apa yang kelihatan daripada apa yang tidak kelihatan, yang lebih mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak, lebih menekankan material investment daripada spiritual investment. Maka kebanyakan angkatan saat ini tidak peka lagi akan tanda-tanda kehidupan, yang kemudian menjadi tidak memiliki kepekaan social atau kepedulian pada orang lain. Marilah di masa tobat atau masa berahmat ini kita memperbaharui diri: kita perdalam dan kembangkan sikap peduli dan berbagi, sehingga kita juga akan memiliki kepekaan akan kehadiran dan karya Tuhan dalam hidup sehari-hari.
· "Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya" (Yun 3:8). Kutipan ini hendaknya menjadi permenungan atau refleksi kita dan kemudian sungguh kita hayati atau laksanakan. Kita semua diingatkan dan diajak untuk berbalik dari tingkah laku kita yang jahat maupun aneka macam bentuk kekerasan yang pernah atau sedang/masih kita lakukan. Pertama-tama dan terutama saya mengajak dan mengingatkan para orangtua untuk tidak bertindak keras terhadap anak-anaknya, lebih-lebih secara phisik, karena kekerasan yang telah mereka terima dari anda sebagai orangtua akan tumbuh berkembang menjadi lebih keras lagi di kemudian hari. Coba perhatikan dan cermati melalui aneka mass media: anak-anak sekolah tawuran dan saling menyakiti merasa enak saja, karena mereka telah menerima yang demikian itu di dalam keluarga mereka. Anak-anak adalah buah kasih, maka hanya akan dapat tumbuh berkembang dengan baik jika mereka dididik dan dibesarkan dalam dan oleh kasih. Kami berharap kepada kita semua hidup dan bertindak dijiwai oleh cintakasih dan kebebasan. Kita dapat melakukan apapun asal tidak melecehkan atau menginjak-injak harkat martabat manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Aneka bentuk kejahatan dan kekerasan hemat saya melecehkan harkat martabat manusia. Maaf, saya juga pernah menerima informasi bahwa antar suami-isteri pun dapat terjadi kekerasan secara diam-diam, yaitu dalam rangka hubungan seksual, dimana salah satu merasa dipaksa atau diperkosa. Jika hal itu terjadi maka orang melakukan kekerasan atau kejahatan tak akan merasa lagi alias dianggap biasa-biasa saja. Kami berharap juga di sekolah-sekolah diberlakukan 'dilarang menyontek dalam ulangan dan ujian': membiarkan menyontek berarti membiarkan kejahatan tumbuh dan berkembang.
" Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku" (Mzm 51:3-4.12-13)
Ign 29 Februari 2012
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 06.57 0 komentar
Senin, 27 Februari 2012
28 Feb
"Dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah"
(Yes 55:10-11; Mat 6:7-15)
"Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu" (Mat 6:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Ada sekelompok orang atau pribadi ketika berdoa sungguh bertele-tele, panjang-panjang, dan ketika selesai berdoa ditanyakan perihal apa yang didoakan tidak tahu lagi apa isinya. Maklum mereka itu hanya membaca teks doa yang dibuat orang lain atau sekedar menghafalkan saja dan tak tahu maksud dan isinya. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua agar berdoa dengan sederhana sesuai dengan apa yang bergejolak di dalam hati kita atau kebutuhan hidup kita lebih-lebih demi kebahagiaan atau keselamatan jiwa kita. Yesus memberi contoh doa yang begitu tepat dan bagus, yaitu doa Bapa Kami, yang kiranya kita semua sungguh telah hafal juga. Maka marilah kita renungkan isi doa tersebut sesuai dengan situasi dan kebutuhan hidup kita masing-masing. Sesuai dengan tema APP tahun ini, yaitu ajakan untuk 'berbagi dan peduli' kiranya baik kita renungkan kata-kata ini "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya". Isi doa ini tidak lain adalah permohonan agar kita hidup dengan sederhana, tidak berfoya-foya. Segelintir orang kaya di dunia atau Negara kita ini rasanya begitu serakah dan boros, kurang peduli terhadap orang-orang yang miskin dan berkekurangan atau kelaparan. Jika kita semua hidup sederhana kiranya tidak akan ada lagi orang-orang yang kelaparan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun kaya kaya atau berkecukupan untuk peduli kepada orang lain yang kelaparan serta dengan rela dan besar hati berbagi kepada mereka. Sebagai warga Indonesia marilah kita bersama-sama berjuang mewujudkan cita-cita "Keadilan sosial bagi seluruh bangsa", sebagaimana tercantum dalam dasar Negara kita Pancasila. Kembali dalam hal doa: kami harapkan kita sungguh berdoa, tidak hanya membaca teks doa atau menghafalkan kata-kata saja.
· "Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yes 55:10-11). Kutipan dari kitab Nabi Yesaya ini kiranya merupakan ajakan atau peringatan bagi kita semua untuk senantiasa dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan berusaha menghayati atau melaksanakan sabda Tuhan di dalam hidup kita sehari-hari kapan pun dan dimana pun. Dengan kata lain ingatlah, sadari dan hayati bahwa dalam hal hidup beriman atau beragama kita dibina untuk sabda-sabda Tuhan. Jika kita sungguh beriman atau beragama pasti akan menghayati bahwa sabda Tuhan sungguh mahakuat dan mahakuasa, maka ketika mendengarkan sabdaNya tak mungkin lagi menghindar dan dengan demikian akan dikuasainya, mau tak mau harus menghayati sabda Tuhan. Kami percaya di masa Prapaska ini di dalam keluarga, lingkungan atau di sekolah-sekolah diselenggarakan gerakan pendalaman iman bersama, maka kami berharap agar kegiatan atau gerakan tersebut tidak disia-siakan. Kami berharap kita semua berpatisipasi aktif dalam pendalaman iman di masa Prapaska ini. Manfaatkan sebaik dan seoptimal mungkin buku-buku atau bahan-bahan pendalaman iman di masa Prapaska yang telah disiapkan dengan baik oleh Panitia APP. Semoga gerakan 'peduli dan berbagi' juga menjadi perhatian khusus di masa Prapaska ini, sebagaimana senantiasa terjadi setiap tahun: pengumpulan harta benda atau uang guna rmembantu mereka yang miskin dan berkekekurangan.
" Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya" (Mzm 34:4-7)
Ign 28 Februari 2012
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 11.09 0 komentar
27 Feb
"Sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini kamu tidak melakukannya juga untuk Aku"
(Im 19:1-2.11-18; Mat 25:31-46)
"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku. Lalu mereka pun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal." (Mat 25:31-46)
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· "Katolik sejati harus peduli dan berbagi", demikian tema APP tahun 2012 ini. Warta Gembira hari ini kiranya sangat cocok untuk merenungkan tema tersebut, sebagaimana disabdakan bahwa "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku". Yang paling hina antara lain adalah yang lapar, haus, terasing, telanjang, sakit dan terpenjara, dst.. Di dalam lingkungan hidup dan kerja kita setiap hari hemat saya pasti ada orang-orang terhina tersebut, entah secara phisik, social, emosional maupun spiritual. Tanpa pandang bulu marilah kita peduli dan siap berbagi dengan mereka yang hina di lingkungan hidup kita, marilah kita wujudkan kemurahan hati kita kepada mereka. Jika di lingkungan hidup dan kerja anda sendiri tak ada yang hina, marilah kita perhatikan alias kita wujudkan kemurahan hati kita kepada mereka yang berada di tempat-tempat panti asuhan atau penampungan-penampungan orang-orang yang kurang menerima perhatian. Dalam hal pendidikan dan kesehatan kiranya masih cukup banyak yang membutuhkan kemurahan hati anda, kepedulian anda, entah itu dengan memberi beasiswa kepada mereka yang tak mampu, atau memberi sumbangan dana bagi yang menderita sakit dan tidak memiliki dana atau uang untuk berobat. Yang hina di sekolah-sekolah antara lain adalah para peserta didik yang bodoh atau nakal, maka hendaknya anda para guru/pendidik peduli terhadap meraka. Di rumah-rumah sakit terbaring mereka yang sedang menderita sakit, baiknya jika ada kesempatan atau kemungkinan kami ajak anda untuk mendangi atau mengunjungi mereka, memberi sapaan atau sentuhan kasih dan kemurahan hati, dan jangan bertanya kesana - kemari kepada mereka yang sedang terbaring sakit. Datang, sapa dengan kasih dan doakan mereka. Kami berharap juga kepada para orangtua yang memiliki bayi atau anak balita untuk sungguh memboroskan waktu dan tenaga bagi mereka, sebagai bukti kasih anda.
· "Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya. Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN. Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya. Janganlah kaukutuki orang tuli dan di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN. Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran. Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN" (Im 19:11-18). Kutipan dari Kitab Imamat ini hemat saya sudah cukup jelas sebagai perintah moral, yang hendaknya kita laksanakan atau hayati di dalam cara hidup dan cara
·bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Anda kiranya dapat memilih sendiri perintah moral mana yang sesuai dengan lingkungan hidup atau kerja kita, yang harus kita hayati dengan sepenuh hati. Sebagai contoh perkenankan saya mengangkat masalah mencuri dan berbohong, mengingat dan memperhatikan pada masa kini masih cukup banyak orang suka mencuri dan berbohong melalui aneka bentuk dan kesempatan, sebagaimana nampak dalam tindakan korupsi atau berbohong, bahkan dilakukan oleh mereka yang disebut terhormat, misalnya pada anggota DPR, para aksekutif maupun para legislatif. Bapak Karni Ilyas melalui TV senantiasa mengangkat kata-kata: "Kalau yamg memerintah, mengawasi dan seharusnya melayani sudah korupsi, lalu siapa lagi yang dapat memberantas korupsi". Semoga kata-kata ini tidak memperlemah anda semua dalam rangka memberantas korupsi dan kebohongan yang masih marak di negeri kita ini.
"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya," (Mzm 19:8-10)
Ign 27 Februari 2012
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 11.08 0 komentar