Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 19 November 2010

21 Nov -HR TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM: 2Sam 5:1-3; Kol 1:12-20; Luk 23:35-43

"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."

HR TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM: 2Sam 5:1-3; Kol 1:12-20; Luk 23:35-43


Evaluasi suatu pekerjaan, usaha atau perjalanan hidup sangat penting untuk dilakukan. Fungsi evaluasi antara lain untuk mengetahui setepat dan secermat mungkin hasil pekerjaan, usaha atau perjalanan hidup kita, yang kemudian dijadikan titik pangkal/tolak untuk melangkah lebih lanjut. Jika kita dapat mengadakan evaluasi dengan baik dan benar, maka kita tahu persis 'jati diri' kita yang sebenarnya. Hari ini kita merayakan pesta "Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam", dimana kita memasuki minggu terakhir tahun Liturgy, dan minggu depan kita memasuki tahun baru Liturgy, Minggu Adven I. Maka kami mengajak di akhir tahun Liturgy ini untuk mawas diri perihal perjalanan hidup iman dan keagamaan kita selama kurang lebih satu tahun yang telah kita lewati. Semoga kita dapat berkata atau menyatakan diri seperti salah satu penjahat yang disalibkan bersama Yesus di akhir hidupnya "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."  (Luk 23:42)

 

"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." (Luk 23:42)

 

Salib merupakan hukuman terberat bagi para penjahat menurut tradisi orang-orang Yahudi, maka cukup menarik untuk menjadi bahan refleksi perihal 'penjahat' yang bertobat di detik-detik akhir hidupnya. Dari penjahat yang bertobat ini saya temukan dua hal untuk direfleksikan, yaitu pandangan perihal 'penjahat' dan hidup mulia kembali di sorga untuk selama-lamanya sebagai anugerah Tuhan:

1)                  'Hidup mulia di sorga adalah anugerah Tuhan' : "Baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan." (Rm 14:8), demikian kesaksian Paulus kepada umat di Roma. Apa yang dikatakan oleh Paulus ini hemat saya merupakan kebenaran iman bagi semua umat beriman, entah agamanya apapun. Jika orang sungguh beriman pasti akan mengahayati baik hidup atau mati adalah anugerah Tuhan, sehingga selama hidup di dunia ini senantiasa rendah hati, tidak sombong. Hidup adalah anugerah Tuhan, maka segala sesuatu yang menyertai hidup kita, yang kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, yang kita terima melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita atau mengasihi kita. Mati juga anugerah Tuhan, bukankah sebagai orang beriman kita tidak tahu kapan akan mati atau dipanggil Tuhan, karena kematian berada di 'tangan' Tuhan, milik Tuhan. Maka bagi orang beriman ketika saudaranya dipanggil Tuhan tidak akan sedih berkepanjangan.

 

Hidup atau mati adalah anugerah Tuhan, maka hidup mulia kembali di sorga setelah mati atau meninggal dunia juga anugerah Tuhan. Inspirasi bagi kita yang beriman kepada Yesus adalah sabdaNya kepada penjahat yang bertobat "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (Luk 23:43). Maka baiklah kita imani saudara-saudari kita, orangtua kita atau sahabat dan kenalan kita, yang ketika dipanggil Tuhan 'tidak melawan' alias tidak begitu gelisah, kita imani telah  hidup mulia kembali di sorga bersama Tuhan untuk selama-lamanya. Yang saya maksudkan 'tidak melawan' adalah pada detik-detik terakhir hidupnya yang bersangkutan nampak tenang, tanpa ada gerakan yang berarti, dan bahkan wajah atau ruman mukanya nampak gembira. Kita imani mereka telah hidup mulia kembali bersama Yesus Raja Semesta Alam.        

 

2)                  'Penjahat': Kebanyakan dari kita sering melihat dan memperlakukan para pencopet, penodong atau pencuri sebagai penjahat dan sampah masyarakat, serta menghormati dan menjujung tinggi para pejabat tinggi maupun tokoh politik atau masyarakat. Begitulah pandangan umum yang terjadi, namun hemat saya pandangan umum ini tidak tepat. Tahun lalu dalam suatu pertemuan para Yesuit dengan tema perihal persaudaraan sejati, antara lain dihadirkan Gus Mus, intelektual muda dari NU dan alumni pesantren di Madura, sebagai pembicara/nara sumber. Di tengah-tengah omongan atau arahannya ia menyampaikan rumor sebagai berikut: Pada suatu hari ia menilpon temannya di Madura perihal berita orang-orang Madura yang ditangkap polisi dan dipenjara karena mencuri batangan besi dan sekrup-sekrup (bahan bangunan jembatan Suramadu). Dengan hp-nya ia menyapa temannya di Madura;'memalukan hanya karena besi batangan dan sekrup jembatan , orang-orang Madura dikenal jahat, dan diberitakan kemana-mana melalui aneka media cetak dan elektronik'. Menanggapi sapaan tersebut temannya di Madura menjawab :'ya, teman-teman kita disini mencuri besi dan sekrup yang harganya hanya ratusan ribu rupiah, ditangkap polisi, dipenjarakan dan diberitakan kemana-mana; coba perhatikan orang-orang Jakarta korupsi jutaan atau milyardan rupiah dibiarkan saja'.

 

Dialog diatas sungguh inspiratif dan bermakna, dan kiranya juga nyata. Perhatikan saja seorang ibu tua yang dituduh mencuri 'tiga buah kakao' ditangkap polisi dan diadili: berapa harga tiga buah kakao dan berapa beaya penangkapan dan pengadilan? Saya merasa orang-orang kecil dan miskin yang terpaksa 'berbuat jahat' (menurut pandangan umum),hemat saya mereka tidak sejahat yang kita pikirkan. Mereka melakukan sesuatu, yang menurut pandangan umum jahat, seperti mengambil milik orang lain, hemat saya demi mempertahankan hidup, anugerah Tuhan, bukan untuk memperkaya diri. Dengan kata lain mereka terpaksa berbuat jahat karena kejahatan orang lain yang lebih besar, yaitu para koruptor atau penindas. Pengalaman saya pribadi dalam mengajak bertobat orang miskin dan tersingkir tersebut lebih mudah dari pada mereka yang terpandang di masyarakat. Orang miskin dan tersingkir ketika memperoleh bantuan rasa syukur dan terima kasihnya luar biasa, sedangkan orang kaya biasa-biasa saja atau bahkan minta tambah alias serakah.

 

"Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus" (Kol 1:17-20)       

    

Apa yang dikatakan Paulus kepada umat di Kolese di atas ini bahwa Yesus Raja Semesta Alam adalah pendamai, dan Ia telah mendamaikan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah dengan wafat di kayu salib. Ia bertahta di kayu salib, maka marilah kita bersembah sujud kepada Yang Tersalib. Bersembah sujud kepada Yang Tersalib berarti kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah atau meneladan cara hidup dan cara bertindak serta menghayati sabda-sabda Yesus. Dengan demikian kita sungguh dirajai atau dikuasai oleh Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam.

 

Kami berharap di akhir tahun liturgy, perjalanan hidup beriman dan beragama kita setahun yang telah kita lalui, kita semua semakin suci atau semakin beriman, semakin dirajai oleh Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Kita semakin hidup berdamai dengan seluruh ciptaan Allah di dunia ini, dengan sesama manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan serta lingkungan hidup kita. Semoga kita semua selalu hidup dan bertindak dengan motto "AMDG" (Ad Maiorem Dei Gloriam= semakin bertambahnya kemuliaan Tuhan) dalam pelayanan dan kesibukan kita setiap hari.

 

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem… ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122:1-2.4-5)

 

Jakarta, 21 November 2010


Kamis, 18 November 2010

20 Nov - Why 11:4-12; Luk 20:27-40

"Di hadapan Dia semua orang hidup."

(Why 11:4-12; Luk 20:27-40)


"Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak mengakui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, tetapi ia tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati. Bagaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia." Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan. Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup." Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: "Guru, jawab-Mu itu tepat sekali."Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus." (Luk 20:27-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Aneh dan nyata bahwa orang-orang Saduki tidak percaya akan kebangkitan orang mati bertanya kepada Yesus perihal kebangkitan orang mati. Orang-orang Saduki lebih bersikap mental materialistis, dengan kata lain hidup dan bertindak dengan mengandalkan yang materialistis saja atau harta benda duniawi, yang dipikirkan dan diperjuangkan hal-hal duniawi atau harta benda. Tanggapan Yesus atas pertanyaan orang-orang Saduki mengingatkan dan mengajak kita semua umat beriman untuk sungguh menghayati iman dalam hidup sehari-hari. Beriman antara lain berarti percaya pada Penyelenggaraan Ilahi, Allah yang hidup dan berkarya terus menerus tanpa kenal batas ruang dan waktu, dengan kata lain dimanapun dan kapanpun senantiasa berada 'di hadirat Allah'. Berada 'di hadirat Allah' pasti akan dikuasai atau dirajai oleh Allah, sehingga dalam situasi dan kondisi apapun senantiasa tetap bergairah dan dinamis, bergembira-ria. Berbagai macam tantangan, hambatan dan masalah kehidupan membangkitan gairah dan semangat hidup, dan dapat mengatasinya dengan baik, itulah salah satu cirikhas orang beriman. Sebagai suami-isteri beriman berarti dalam kondisi atau situasi apapun tetap saling mengasihi, sebagai anggota lembaga hidup bakti tetap membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah dan sebagai imam tetap menjadi penyalur rahmat/berkat Allah bagi manusia serta doa/dambaan umat manusia kepada Allah.


·   "Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka bangkit dan semua orang yang melihat mereka menjadi sangat takut"(Why 11:11 ). Kutipan dari Kitab Wahyu ini mengingatkan dan mengajak kita umat beriman untuk percaya akan kebangkitan orang mati. Bagi orang yang sungguh beriman hidup di dunia ini hanya sementara saja, dan hidup mulia di sorga bersama Allah setelah meninggal dunia akan berlangsung selamanya. Pepatah Jawa mengatakan 'Urip ing donya  iku koyo wong mampir ngombe' = 'Hidup di dunia itu bagaikan singgah minum sejenak'. Orang singgah untuk minum di perjalanan pada umumnya 'to the point', apa adanya, tidak aneh-aneh. Dengan kata lain selama hidup di dunia ini kita diharapkan tidak aneh-aneh, biasa saja, alias hidup sederhana atau bersahaja, tidak berfoya-foya. Maka dengan ini kami mengingatkan mereka yang sering suka berfoya-foya untuk bertobat, kembali ke hidup sederhana atau bersahaja. Tinggalkan keserakahan hidup anda, yang menyebabkan banyak orang menderita. Saya yakin jika kita hidup sederhana pasti tidak akan berbuat jahat, dan dengan demikian senantiasa berbuat baik dan berbudi pekerti luhur. Beriman memang juga berarti hidup baik dan berbudi pekerti luhur, sehingga setelah dipanggil Tuhan alias meninggal dunia akan hidup mulia selamanya bersama Allah di sorga. Hidup beriman berarti 'roh kehidupan dari Allah' menjiwai cara hidup dan cara bertindak, dan dengan demikian menghasilkan buah-buah roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22 -23); ia semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia selama hidup di dunia ini.

 

"Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang; yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku, perisaiku dan tempat aku berlindung, yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku!"(Mzm 144:1-2)

 

Jakarta, 20 November 201

Rabu, 17 November 2010

19 Nov - Why 10:8-11; Luk 19:45-48

"Seluruh rakyat terpikat kepadaNya dan ingin mendengarkan Dia"

(Why 10:8-11; Luk 19:45-48)

 

"Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, tetapi mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh rakyat terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia" (Luk 19:45-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kehadiran dan karya Yesus, Penyelamat dunia, antara lain menyingkapkan apa yang tersembunyi dalam kedalamam lubuk hati manusia: mereka yang percaya kepadaNya semakin terpikat dan senang mendengarkan ajaran-ajaranNya, sedangkan mereka yang tak percaya kepadaNya semakin tergerak untuk memusnahkanNya. Memang itulah yang juga masih terjadi pada masa kini: orang-orang baik, benar dan jujur yang berani membongkar aneka kejahatan dalam hidup dan kerja bersama, terutama yang dilakukan oleh para pejabat dan penguasa, maka mereka dengan segala upaya disingkirkan oleh para penguasa atau pejabat, yang merasa terganggu dengan sepak terjang maupun suara orang-orang benar tersebut. Namun karena mereka takut terhadap rakyat, maka cara menyingkirkan nampak begitu halus dan konstitusional. Sebagai contoh yang terjadi di Indonesia antara lain kaus 'Bank Century'. Meskipun harus menghadapi aneka ancaman atau terror dari mereka yang berkuasa, kami berharap kepada para pejuang kebenaran dan  kejujuran jalan terus dan tetaplah tegar serta jangan takut, dan percayalah bahwa 'rakyat terpikat pada cara hidup dan cara kerja serta perjuangan anda'. Dengan ini kami juga berharap kepada para penguasa dan pejabat untuk dengan rendah hati mendengarkan suara dan dambaan rakyat serta menanggapinya dengan sungguh-sungguh: bekerjalah sedemikian rupa sehingga rakyat terpikat pada anda serta senang mendengarkan arahan atau omongan anda. Kasus penyelamatan 33 orang pegawai tambang di Chile yang terjebak selama 69 hari dalam kedalaman lebih dari 600 m bulan lalu sungguh menjadi inspirasi luar biasa bagi para penguasa maupun pejabat. Semoga apa yang dilakukan oleh presiden Chile menjadi teladan dan dicontoh oleh para pemimpin Negara di dunia ini.

·   "Engkau harus bernubuat lagi kepada banyak bangsa dan kaum dan bahasa dan raja." (Why 10:11), demikian kata malaikat kepada seseorang yang telah 'makan gulungan kitab kehidupan'. Saya merasa apa yang dilakukan oleh presiden Chile sesuai dengan apa yang dikatakan oleh malaikat tersebut: ia telah makan gulungan kitab kehidupan, sehingga berani mengorbankan milyardan rupiah demi 33 warganya yang harus diselamatkan, dan apa yang dilakukan sungguh menjadi nubuat bagi seluruh bangsa dan pemimpin dunia, sehingga para pemimpin dunia berterima kasih dan bersyukur kepada presiden Chile maupun rakyatnya. Banyak bangsa dan pemimpin yang baik dan berbudi pekerti luhur terkesima menyaksikan peristiwa penyelamatan tersebut dan tergerak untuk melakukan apa yang sama di negaranya. Pada hari-hari terakhir tahun Liturgy ini kita memang diingatkan pentingnya memperhatikan keselamatan jiwa manusia, maka hendaknya keselamatan jiwa manusia senantiasa menjadi barometer atau ukuran keberhasilan usaha dan pelayanan, bukan harta benda atau uang. Ada motto 'vox populi, vox Dei' = suara rakyat/bangsa, suara Tuhan. Motto ini kiranya mengingatkan dan mengajak para pemimpin dunia atau Negara dimanapun untuk senantiasa mendengarkan dambaan rakyat serta melayaninya demi kesejahteraan dan keselamatan mereka. Tanda keberhasilan utama dan pertama-tama pelayanan seorang pemimpin adalah rakyatnya atau yang ia pimpin hidup dalam damai sejahtera baik lahir maupun batin, phisik maupun spiritual. Kami berharap kepada para bupati/walikota, gubernur, presiden beserta para menteri atau pembantunya di negeri Indonesia tercinta ini sungguh berpihak para rakyat, melayani, membahagiakan dan mensejahterakan rakyat, bukan untuk memperkaya diri, keluarga maupun kerabat-kerabatnya. Semoga pemberitaan di berbagai mass media, entah cetak maupun elektorik tentang penyelamatan 33 pegawai tambang di Chile menjadi contoh yang inspiratif dan selanjutnya juga diusahakan di seluruh dunia.

 

"Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak. Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku." (Mzm 119:14.24.72.103)

  

Jakarta, 19 November 2010

    


18 Nov - Why 5:1-10; Luk 19:41-44

"Engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau."

(Why 5:1-10; Luk 19:41-44)

 

"Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau."(Luk 19:41-44), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sabda hari ini kiranya mengingatkan kita semua bahwa masing-masing dari kita tidak tahu kapan dipanggil Allah atau meninggal dunia; kita dapat dipanggil Allah setiap saat, kapan saja dan dimana saja. Jika kita dipanggil Allah kiranya kita mendambakan kemudian hidup damai sejahtera dan mulia selama-lamanya di sorga bersama Allah yang telah menciptakan kita. Karena kita tidak tahu kapan meninggal dunia, maka hendaknya kita senantiasa siap sedia, tahu dan menghayati apa yang perlu untuk hidup damai sejahtera baik lahir maupun batin, phisik maupun spiritual. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur kapanpun dan dimanapun. Kami berharap masing-masing dari kita secara pribadi dengan bersungguh-sungguh berusaha hidup baik dan berbudi pekerti luhur, namun karena keterbatasan kita masing-masing baik kita bekerjasama, terutama dan saudara-saudari atau mereka yang hidup dan bekerja dekat dengan kita setiap hari, misalnya dengan segenap anggota keluarga atau rekan kerja/belajar. Di dalam keluarga hendaknya orangtua dapat menjadi teladan hidup baik dan berbudi pekerti luhur, sehingga dapat mendampingi anak-anak yang dianugerahkan Tuhan. Anak-anak adalah anugerah Tuhan maka selayaknya dididik dan didampingi sesuai dengan kehendak Tuhan. Pengalaman hidup baik dan berbudi pekerti luhur di dalam keluarga kemudian dapat dikembangkan dan diperdalam baik di sekolah maupun tempat kerja. Jika kita sungguh dalam keadaan siap sedia sewaktu-waktu dipanggil Allah alias meninggal dunia, maka pada detik-detik terakhir hidup kita, kita akan berdoa seperti penjahat yang disalibkan bersama Yesus:"Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja."(Luk 23:42), dan menerima jawaban "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."(Luk 23-43)

·   "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi."(Why 5:9-10), demikian nyanyian baru bagi mereka yang telah hidup mulai kembali di sorga, setelah meninggal dunia. Nyanyian ini kiranya juga menjadi nyata atau terwujud dalam diri orang yang sungguh baik dan berbudi pekerti luhur selama hidup dunia ini. Orang baik dan berbudi pekerti luhur 'telah dibeli bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa' alias hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah bukan tradisi-tradisi atau kebiasaan-kebiasaan suku maupun bangsa yang tidak baik. Orang-orang baik dan berbudi pekerti luhur juga 'menjadi imam-imam bagi Allah dan akan memerintah sebagai raja di bumi', dengan kata lain ia dapat menjadi penyalur rahmat, anugerah dan kasih karunia Allah kepada sesama manusia dimanapun dan kapanpun. Maka marilah dengan rendah hati dan bantuan rahmat Allah kita hayati panggilan imamat umum kaum beriman, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun dapat menjadi berkat atau rahmat bagi sesama, dan kita sendiri semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia. Orang baik dan berbudi pekerti luhur dengan enak dan gembira dapat membuka 'gulungan kitab', artinya dengan enak dan gembira melakukan apa yang baik dan berbudi pekerti luhur. Kehadiran, sepak terjangnya dimanapun dan kapanpun senantiasa menarik, mempesona dan memikat, sehingga banyak orang tergerak untuk mendekat dan bersahabat. Marilah kita hidup dan bertindak dalam dambaan hidup damai sejahtera, sehat wal'afiat baik seeara phisik maupun spiritual.

 

"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mzm 149:1-4)

   

Jakarta, 18 November 2010


Selasa, 16 November 2010

17 Nov - Why 4:1-11; Luk 19:11-28

"Setiap orang yang mempunyai kepadanya akan diberi tetapi siapa yang tidak mempunyai dari padanya akan diambil"

(Why 4:1-11; Luk 19:11-28)


"Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera kelihatan……..Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya. Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku." Dan setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem."(Luk 19:11.26-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Elisabeth dari Hungaria, biarawati, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Perkembangan masing-masing dari kita setelah mengarungi perjalanan hidup dan tugas pengutusan sampai saat ini kiranya ada dua kemungkinan, yaitu semakin baik/suci/terampil/cerdas/rajin dst…atau semakin buruk/jahat/bodoh /malas dst.. Cukup menarik jika diperhatikan yaitu, sebagaimana disabdakan oleh Yesus hari ini, mereka yang baik/suci/terampil/cerdas/rajin dst. semakin baik/suci/terampil/cerdas/rajin, sedangkan mereka yang buruk/jahat/ bodoh/ malas dst..semakin buruk/jahat/bodoh/malas. Maka dengan ini saya mengajak kita semua untuk mawas diri: apa yang terjadi dalam diri kita masing-masing. Kami berharap, karena cara hidup dan cara bertindak, kita semua tumbuh berkembang semakin baik/suci/termpil/cerdas/rajin, dst.. Dengan kata lain kita semakin siap sewaktu-waktu dipanggil Tuhan, meninggal dunia, mendahului perjalanan untuk menghadap Bapa di sorga dan hidup selama-lamanya. Bukankah semakin tambah usia berarti juga semakin dekat kematian kita? Kami juga berharap kepada mereka yang mengalami kemandegan dalam hidup beriman untuk dengan rendah hati membuka diri, siap sedia untuk dirubah dan dikembangkan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan kata lain mereka yang buruk kami harapkan memperbaiki diri, yang jahat bertobat, yang malas segera berlatih bekerja keras dan yang bodoh menyadari serta menghayati kebodohannya sambil siap sedia untuk diajar atau dibina. Dalam warta gembira hari ini Yesus mengumpamakan anugerah yang telah kita terima bagaikan mata uang: uang agar dapat bertambah harus 'berjalan-jalan' alias difungsikan, tidak disimpan di bawah bantal atau di brankas. 'Jalankan' anugerah Allah yang anda terima dalam hidup sehari-hari, apapun bentuk anugerah Allah tersebut!


·   "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan" (Why 4:11). Doa ini kiranya baik sering kita doakan, renungkan dan hayati dalam hidup sehari-hari. Segala sesuatu yang ada di dunia, di bumi ini adalah ciptaan Allah, dapat tumbuh berkembang bersama Allah, tanpa Allah tidak dapat tumbuh berkembang sebagaimana diharapkan atau dicita-citakan. Sebagai ciptaan Allah kita diharapkan hidup dan bertindak dengan memuji, menghormati, memuliakan dan melayani Allah melalui ciptaan-ciptaanNya terutama melalui ciptaanNya yang terluhur di bumi ini, manusia. Dengan kata lain sebagai umat beriman kita dipanggil untuk saling memuji, menghormati, memuliakan dan melayani, saling melihat dan mengimani Allah yang hidup dan berkarya dalam diri manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Kebetulan hari ini kita merayakan St.Elisabet dari Hungaria, biarawati: salah satu cirikhas biarawati atau menggota lembaga hidup bakti adalah menjadi saksi hidup yang "sudah dikuduskan, yang harus mereka pelihara dengan doa dan tobat" (KHK kan 673). Maka kami berharap kepada para anggota lembaga hidup bakti, biarawan dan biarawati, dapat menjadi teladan dalam hal hidup yang telah dikuduskan, yang antara lain juga ditandai dengan saling memuji, menghormati, memuliakan dan melayani. Para anggota lembaga hidup bakti memiliki kebiasaan untuk mempersembahkan puji-pujian kepada Tuhan di dalam ibadat harian, semoga juga menjadi nyata dengan memberi pujian kepada sesama manusia. Semoga suatu saat ketika kita dipanggil Tuhan juga dapat menjadi pujian bagi Tuhan, artinya mereka yang melayat kita dengan rendah hati dan jujur memuji hidup kita selama ini, sehingga kita layak memasuki 'Yerusalem abadi', hidup mulia di sorga selama-lamanya.

 

"Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat! Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat! Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang! Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!"

(Mzm 150)

Jakarta, 17 November 2010

  


16 Nov - Why 3:1-6.14-22; Luk 19:1-10

"Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

(Why 3:1-6.14-22; Luk 19:1-10)

 

"Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek. Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita. Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa." Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." (Luk 19:1-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam kisah Warta Gembira hari ini ada dua tokoh yang kiranya baik menjadi bahan permenungan kita, yaitu 'Zakheus' dan 'orang kebanyakan': Zakheus yang tergerak untuk melihat dan bertemu dengan Yesus dan orang kebanyakan yang bersungut-sungut ketika melihat orang bertobat, tumbuh berkembang semakin baik, semakin beriman, semakin suci, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Menempatkan diri seperti Zakheus berarti kita diajak untuk menyadari dan menghayati bahwa segala harta benda atau kekayaan yang ada pada kita atau kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, yang telah kita terima melalui siapapun yang telah berbuat baik kepada kita atau membantu tugas dan pelayanan kita. Yang layak menempatkan diri seperti Zakheus kiranya adalah mereka yang kaya akan uang atau harta benda, seperti para pengusaha atau para koruptor: ingat dan sadari bahwa kekayaan anda tak pernah terlepas dari jasa dan jerih payah para buruh atau pekerja alias rakyat keci, maka sejahterakan mereka sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan hidup sehari-hari yang layak. Ada kemungkinan kita menempatkan diri seperti orang banyak yang bersungut-sungut ketika melihat orang lain tumbuh berkembang menjadi baik, kaya atau sejahtera: kepada kita yang bersikap mental demikian saya ajak untuk bertobat dan merenungkan sabda Yesus, yaitu "Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang". Berarti kita termasuk orang yang hilang, maka baiklah dengan rendah hati kita berani menyadari dan mengakui kelemahan, dosa dan kerapuhan kita serta kemudian bertobat seperti Zakheus dengan siap sedia mengorbankan diri demi kebahagiaan atau keselamatan sesama.


·   "Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat." (Why 3:5-6). Kita akan menjadi pemenang yang unggul jika kita setia 'mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat'. Mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat berarti melihat, mengakui dan menghayati apa yang baik, indah, luhur dan mulia dalam diri sesama manusia, dan kemudian dengan rendah belajar  dari atau meneladan kebaikan, keindahan, keluhuran dan kemuliaannya. Dengan kata lain kita semua dipanggil untuk bersikap mental belajar sepanjang hayat, seumur hidup, sampai mati. Belajar tidak hanya di sekolah atau perguruan tinggi, tetapi kita juga dapat belajar dari kehidupan dan aneka peristiwa yang terjadi setiap hari di lingkungan hidup kita. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang bersikap mental belajar terus-menerus sepanjang hayat sungguh unggul dan menjadi pemenang dalam panggilan maupun tugas pengutusannya, dalam karya atau usahanya. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua: hendaknya jangan bangga akan aneka gelar atau ijazah yang telah diperolehnya, namun tidak terampil dalam mengaplikasikan apa yang telah dipelajari dan diketahuinya. Dengan kata lain marilah kita bekerja keras dalam melaksanakan segala sesuatu yang menjadi tugas pekerjaan atau kewajiban kita. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10).

 

"Dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi; yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya." (Mzm 15:2-5)

 

Jakarta, 16 November 2010             


Minggu, 14 November 2010

15 Nov - Why 1:1-4; 2:1-5a; Luk 18:35-43

"Melihatlah engkau!"

(Why 1:1-4; 2:1-5a; Luk 18:35-43)

 

"Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: "Apa itu?" Kata orang kepadanya: "Yesus orang Nazaret lewat." Lalu ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang itu: "Tuhan, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus kepadanya: "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah." (Luk 18:35-43), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam kisah Warta Gembira hari ini ada dua tokoh berdialog, yaitu Yesus dan seorang buta, maka sebagai refleksi kiranya kita dapat memilih seperti Yesus yang membuka mata orang buta sehingga dapat melihat atau sebagai orang buta yang telah disembuhkan. Bagi yang memilih seperti Yesus, saya ajak mawas diri: apakah cara hidup dan cara bertindak kita dapat  membuka mata hati, jiwa, akal budi dan tubuh orang untuk melihat siapa itu Tuhan dan sesama manusia dan apa itu harta benda, sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Namun kiranya lebih mungkin dan lebih dekat jika kita menempatkan diri sebagai seorang buta, yang mendambakan penyembuhan agar dapat melihat segala sesuatu dengan benar, tepat dan jelas. Orang buta pada umumnya indera pendengarannya sangat peka, sehingga ia dapat mendengarkan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dengan kata lain apakah masing-masing dari kita memiliki indera pendengaran yang baik, atau kita semakin peka mendengarkan segala sesuatu yang ada di sekitar kita? Kami percaya jika kita dapat mendengarkan dengan baik apa yang ada disekitar hidup kita, maka kita pasti dirubah oleh apa yang kita dengarkan, dan saya percaya yang diperdengarkan di sekitar lebih banyak apa yang baik daripada apa yang buruk, maka berarti kita semakin baik, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Dengan kata lain kami percaya bahwa kita semua semakin hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan 'sambil memuliakan Allah' dalam berbagai kesibukan dan pelayanan kita setiap hari. Maka marilah kita semakin hidup dengan penuh syukur dan terima kasih, karena hal itu terjadi berkat kasih karunia Allah.


·   "Engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan"(Why 2:3-5a). Kutipan dari kitab Wahyu ini kiranya baik menjadi permenungan bagi kita semua. Di satu sisi mungkin kita sabar, dan di sisi lain 'meninggalkan kasih yang semula'. Apa yang dimaksudkan dengan kasih yang semula antara lain adalah panggilan utama/pokok atau tugas utama/pokok kita masing-masing. Dengan kata lain kita diingatkan untuk 'back to basic', kembali ke semangat semula, ketika baru mengawali jalan panggilan atau tugas pekerjaan. Bukankah sebagai imam baru, bruder atau suster baru, suami-isteri baru, pegawai baru, dst.. kita senantiasa dalam keadaan gembira, bergairah dan dinamis menghayati panggilan maupun melaksanakan tugas pengutusan kita masing-masing? Sebagai contoh konkret baik saya angkat hidup suami-isteri: apakah cara hidup suami-isteri saat ini masih dijiwai oleh semangat ketika masih dalam pacaran atau tunangan, atau bulan-bulan pertama sebagai pengantin/suami-isteri baru? Benarkah pada masa kini senantiasa masih saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit? Tanda bahwa anda sebagai suami-isteri yang setia saling mengasihi antara lain anda berdua semakin nampak bagaikan manusia kembar, semakin banyak kesamaaan yang ada dalam diri anda berdua (tidak sama jenis pakaian saja). Mengapa saya mengajak para suami-isteri untuk mawas diri, karena hidup berkeluarga merupakan dasar dan kekuatan hidup bersama yang lebih luas, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tentu saja bagi kita semua selayaknya mawas diri: apakah saya semakin suci, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia.

 

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin"

(Mzm 1:1-4).

Jakarta, 15 November 2010