Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 29 Oktober 2010

28 Okt - Ef 2:19-22; Luk 6:12-19

"Ia memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebutNya rasul"

(Ef 2:19-22; Luk 6:12-19)

 

"Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes , Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon . Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya." (Luk 6:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Simon dan St.Yudas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Rasul adalah seseorang yang dipilih dan diutus untuk berpartisipasi dalam karya Penyelamatan: mewartakan Kabar Baik dan menyembuhkan aneka macam penyakit. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita memiliki dimensi rasuli dalam hidup dan cara bertindak kita, dengan  kata lain kita juga dipanggil untuk mewartakan kabar baik dan menyembuhkan aneka macam penyakit di lingkungan hidup kita masing-masing. Ingat dan hayati juga bahwa masing-masing dari kita sejak awal adalah yang terpilih dan menjadi pemenang (perhatikan ada jutaan sperma dan hanya satu yang terpilih dan menang untuk bersatu dengan sel telor). Maka sebagai yang terpilih marilah kita mawas diri sejauh mana cara hidup dan cara bertindak kita berdimensi rasuli. Hendaknya dari cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa tersiarkan atau terkabarkan apa-apa yang baik, menarik, mempesona dan memikat, dan untuk itu kiranya dari pihak kita diharapkan senantiasa berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun. Di lingkungan hidup dan kerja kita kiranya juga ada orang yang sakit serta membutuhkan penyemmbuhan, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh. Marilah dengan rela hati dan jiwa besar kita keluarkan atau baktikan apa yang kita miliki guna membantu penyembuhan mereka yang sedang menderita sakit; demikian juga ketika ada orang sakit mendantangi kita untuk mohon bantuan hendaknya dilayani denggn rendah hati dan gembira.


·   "Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh" (Ef 2;21-22), demikian peringatan Paulus perihal hidup menggereja atau paguyuban umat beriman. Secara organisatoris/ hirarkis 'bangunan Gereja Katolik' kiranya boleh dikatakan tersusun dengan rapi sejak dari Kepausan -> s/d lingkungan atau stasi, namun apakah para anggotanya sungguh 'menjadi tempat kediaman Allah'  kiranya menjadi pertanyaan bagi kita semua. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita mawas diri kita sendiri sejauh mana layak menjadi tempat  kediaman Allah. Menjadi tempat kediaman Allah berarti Allah hidup dan berkarya di dalam diri kita dan dengan demikian kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah atau setia menghayati janji baptis, yaitu 'hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan'. Allah hidup dan bekerja dalam diri kita juga berarti hidup di dalam Roh, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22 -23). Maka selayaknya siapapun yang 'menjamah' kita, hidup dan bekerja bersama kita akan tergerak untuk semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, dan jika mereka sedang menderita sakit akan tersembuhkan. Dengan ini kami juga mengingatkan dan mengajak rekan-rekan umat Katolik atau Kristen untuk dengan sungguh-sungguh hidup dalam paguyuban umat basis, sehingga kehidupan bersama sebagai umat yang percaya kepada Yesus Kristus menarik, mempesona dan memikat bagi orang  lain. Hendaknya para ketua lingkungan/stasi atau wilayah bersama dengan seluruh umat di lingkungan atau wilayahnya membangun kebersamaan hidup sejati.

 

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari" (Mzm 19:2-5)

Jakarta, 28 Oktober 2010


Selasa, 26 Oktober 2010

27 Okt - Ef 6:1-9; Luk 13:22-30

"Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!"

(Ef 6:1-9; Luk 13:22-30)


"Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.  Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"  Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.  Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.  Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.  Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!  Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.  Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.  Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir." (Luk 13:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   "Berakit-raktt ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian", demikian kata sebuah pepatah, yang kiranya erat kaitannya dengan Warta Gembira atau sabda Yesus hari ini. Senada dengan pepatah tersebut juga ada pepatah bahasa Jawa, yaitu "jer basuki mowo beyo', yang berarti untuk hidup mulia dan damai sejahtera, orang harus berani berjuang dan berkorban. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk dengan sungguh-sungguh mawas diri bercerimin dari sabda Yesus maupun pepatah-pepatah tersebut. Kami berharap kepada para orangtua dan pendidik/guru untuk membiasakan sedini mungkin bagi anak-anaknya perihal pentingnya perjuangan dan pengorbanan dalam hidup sehari-hari. Hendaknya anak-anak jangan dimanjakan, sebagaimana sering terjadi dalam diri anak-anak kota. Secara bertahap dan terus menerus orangtua hendaknya memberi tahu dan melatih anak-anak bahwa segala sesuatu yang dinikmati dan dipakai pada saat ini, entah itu makanan, pakaian atau aneka macam sarana-prasarana lain diperoleh dengan perjuangan, pengorbanan dan kerja keras. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbagi hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). Latihlah dan biasakan pada anak-anak dalam hal 'bekerja keras' ini.


·   "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi" (Ef 6:1-3), demikian ajakan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman. Dalam kutipan surat Paulus hari ini secara lengkap tidak hanya mengingatkan anak-anak, tetapi juga para bapak dan ibu maupun hamba atau pembantu rumah tangga. Maka sebagai bahan refleksi saya angkat ajakan ini: 'Marilah kita saling mentaati satu sama lain seraya melihat dan mengimani karya Tuhan dalam diri sesama atau saudara-saudari ktia'. Memang penting sedini mungkin anak-anak dibiasakan dan dididik atau dibina untuk mentaati orangtua di dalam Tuhan. Tentu saja para orangtua hidup dan bertindak sedemikian rupa sehingga dapat menjadi cermin karya Tuhan dalam diri para orangtua/bapak-ibu. Untuk itu para bapak-ibu atau orangtua mungkin dapat 'back to basic', kenangkan pengalaman ketika masa pacaran, tunangan atau tahun-tahun pertama sebagai suami-isteri. Bukankah pada masa-masa itu masing-masing saling melihat pasangannya di dalam Tuhan? Kami berharap pada saat ini anda sebagai orangtua atau bapak-ibu tetap saling melihat, mentaati pasangannya di dalam Tuhan. Percayalah dan imanilah jika orangtua hidup dan bertindak demikian, maka anak-anak akan meniru atau meneladannya. Secara khusus kami mengingatkan anak-anak sekalian, yang berarti masih ikut orangtua dan belum mandiri, hendaknya sungguh mentaati dan menghormati orangtua, ayah dan ibu di dalam Tuhan. Marilah kita hayati bersama bahwa Tuhan hidup dan berkarya terus menerus di dalam keluarga kita masing-masing.

 

"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk" (Mzm. 145:10-14).

Jakarta, 27 Oktober 2010


Minggu, 24 Oktober 2010

26 Okt - Ef 5:21-33; Luk 13:18-21

"Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?"

(Ef 5:21-33; Luk 13:18-21)

 

"Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya? Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."  Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?  Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." (Luk 13:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kerajaan Allah atau Allah yang meraja memang tidak nampak dengan jelas sekali namun Allah berkarya terus menerus tiada henti. KaryaNya antara lain dalam ciptaan-ciptaanNya seperti manusia, binatang dan tumbuh-tuimbuhan menganugerahi perkembangan. Sebagai contoh konkret: masing-masing dari kita berasal dari persatuan antara sel telor dan sperma yang begitu kecil dalam waktu kurang lebih selama sembilan bulan tumbuh dan berkembang begitu pesat, tiada kentara pertambahannya per hari, dan ketika keluar dari rahim ibu menjadi anak manusia yang memiliki anggota tubuh begitu lengkap dan mempesona. Maka perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus bahwa Kerajaan Allah itu bagaikan biji sesawi atau ragi, hendaknya kita renungkan dengan baik. Kita semua, sebagai umat beriman, dipanggil untuk menjadi ragi, dimana kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun membuat lingkungan hidup semakin enak dan nikmat untuk didiami dan orang-orang yang berada didalamnya semakin mendalam penghayatan imannya. Maka kami berharap meskipun kita merupakan kelompok kecil atau minoritas atau bahkan sendirian saja, hendaknya tidak takut untuk menjadi saksi iman, karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh. Sabda hari ini juga mengajak dan mengingatkan kita semua perihal 'proses': marilah kita hidup dan bertindak melalui proses yang baik dan benar, serta jauhilah budaya instant.  Apa yang diperoleh melalui proses yang benar dan baik akan handal dan tahan bantingan dan ada kemungkinan abadi adanya, sedangkan apa yang diperoleh secara instant atau cepat-cepat pada umumnya dengan cepat musnah juga. Orang-orang sukses di dunia ini hemat kami selalu hidup dan bertindak mengikuti proses yang benar dan baik, meskipun untuk itu harus berjuang dan berkorban.


·   "Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27), demikian kutipan dari surat Paulus kepada umat di Efesus. Allah memang senantiasa menempatkan diri kita  dihadiratNya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu. Kita semua yang beriman kepada Allah dipanggil untuk hidup dan bertindak demikian juga di dalam hidup kita sehari-hari dimanapun dan kapanpun. Marilah kita saling menempatkan dan menyikapi satu sama lain dengan cemerlang, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu. Dengan kata lain marilah kita saling melihat, mengakui dan mengimani apa-apa yang baik, indah, luhur dan mulia dalam diri kita masing-masing, manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Kami percaya sepenuhnya bahwa dalam diri kita masing-masing lebih  banyak apa yang baik daripada yang buruk, yang indah daripada yang amburadul, yang mulia daripada yang remeh, yang luhur daripada yang rendah. Marilah kita perkuat dan perdalam sikap mental 'positive thinking'  dalam diri kita masing-masing, sehingga kita semakin terampil dan cekatan melihat dan mengimani apa yang baik, indah, luhur dan mulia di lingkungan hidup kita dimanapun dan kapanpun. Surat Paulus kepada umat di Efesus hari ini mencoba menjelaskan sikap Allah terhadap manusia bagaikan sikap suami terhadap isteri dan sebaliknya yang sungguh saling mengasihi. Bukankah sang suami akan berkata dan mengimani bahwa isiterinya adalah perempuan yang sempurna, cantik, mempesona, dst.. tiada duanya di dunia ini, demikian juga sikap isteri terhadap suaminya. Ingat dan hayati de facto tidak ada duanya alias yang sama dan identik dengan suami atau isteri anda, karena setiap orang berbeda satu sama lain. Laki-laki dan perempuan yang berbeda satu sama lain dapat saling menempatkan dihadapanya dengan cemerlang, tanpa cacat dan tanpa kerut atau yang serupa itu. Bukankah pengalaman laki-laki dan perempuan yang saling mengasihi sebagai suami isteri dapat menjadi contoh atau bukti bahwa apa yang berbeda menjadi daya tarik, daya pikat dan daya pesona untuk mendekat dan mengasihi, maka marilah kita jadikan apa yang berbeda di antara kita sebagai daya tarik, daya pikat dan daya pesona untuk saling mendekat dan bersahabat.

 

"Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN."

(Mzm 128:1-4)

        

Jakarta, 26 Oktober 2010


25 Okt - Ef 4:32-5:8; Luk 13:10-17

"Ia adalah keturunan Abraham"

(Ef 4:32-5:8; Luk 13:10-17)

 

"Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat.  Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak.  Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh." Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?  Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?"  Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya." (Luk 13:10-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Beragama dan beriman adalah berbeda satu sama lain: orang beragama belum tentu beriman, sebaliknya orang beriman belum tentu beragama. Alangkah indahnya jika beragama sekaligus beriman! Cukup menarik dan memprihatinkan apa yang terjadi akhir-akhir ini perihal kekerasan agama yang dilakukan oleh oknum atau kelompok tertentu, antara lain peristiwa penusukan dan pemukulan pendeta serta penatua HKBP di Bekasi bulan lalu. Atas nama agama menyakiti orang lain itulah yang terjadi, entah itu disadari sepenuhnya oleh pelaku atau tidak atau pelaku hanya sekedar 'wayang' yang dimainkan oleh dalang tertentu. Sabda Yesus hari ini mengritik orang-orang munafik, dimana orang berpegang teguh pada peraturan tanpa dijiwai oleh iman dan cintakasih. Kita semua mungkin mengakui diri sebagai umat beriman, namun apakah menghayati iman dengan benar kiranya merupakan pertanyaan. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan yang utama adalah perintah untuk saling mengasihi satu sama lain. Cintakasih mendasari aneka peraturan dan kebijakan atau tata tertib, sekaligus menjadi sasaran pelaksanaan peraturan, kebijakan atau tata tertib. Dengan kata lain cintakasih mengatasi dan mendasari aneka peraturan,  kebijakan dan tata tertib. Maka ketika peraturan, kebijakan atau tata tertib, entah secara tertulis maupun pelaksanaannya, tanpa cintakasih, hendaknya tanpa takut dan gentar melawan atau melanggar peraturan, kebijakan atau tata tertib tersebut.   


·   "Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu"(Ef 4:32), demikian saran atau ajakan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Beriman kepada Yesus Kristus tidak identik dengan telah dibaptis dan dengan demikian secara formal beragama Katolik atau Kristen. Konsili Vatikan II (th 1965) antara lain telah mengimani bahwa mereka yang secara formal atau yuridis tidak percaya kepada Yesus Kristus, namun dari lubuk hatinya terdalam ada kerinduan akan Tuhan Allah yang menjadi nyata dalam perilaku yang baik dan berbudi pekerti luhur, maka yang bersangkutan ketika dipanggil Tuhan pasti hidup mulia kembali di sorga untuk selama-lamanya (lihat LG no 17). Maka marilah kita hayati ajakan atau saran Paulus di atas, yaitu "hendaknya kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni dalam hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun" . Ingatlah dan hayatilah bahwa masing-masing dari kita telah menerima keramahan, kasih dan pengampunan secara melimpah ruah antara lain dari orangtua kita masing-masing sebagai kepanjangan keramahan, kasih dan pengampun Allah. Maka tidak hidup dan tidak bertindak dengan ramah dan kasih pengampunan berarti mengingakari keramahan dan kasih pengampunan Allah yang kita terima melalui orangtua kita masing-masing. Marilah kita angkat tinggi-tinggi dan kubur dalam-dalam nama orangtua kita masing-masing (Jawa: mikul dhuwur, mendhem jero), artinya memuliakan orangtua dengan hidup dan bertindak dijiwai oleh iman, sehingga dimanapun dan kapanpun senantiasa bersikap ramah terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling menampuni. Marilah kita hidup saling ramah dan bermesra-mesraan.

 

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin." (Mzm 1:1-4)

Jakarta, 25 Oktober 2010