Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 11 November 2011

12 Nov


"Adakah Ia mendapati iman di bumi?"
(Keb 18:14-16; 19:6-9; Luk 18:1-8)
"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku." Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Luk 18:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yosafat, uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Berdoa merupakan bagian hidup kita sebagai umat beriman atau beragama. Saudara-saudari kita, umat Muslim, memiliki kebiasaan berdoa lima kali sehari, sementara itu kita semua kiranya memiliki kebiasaan berdoa harian, entah itu doa pagi atau doa malam dst.. Berdoa merupakan ungkapan iman kita bahwa Tuhan senantiasa menyertai dan mendampingi perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita. St Yosafat yang kita kenangkan hari ini dikenal sebagai gembala umat yang berusaha keras mempersatukan umat Allah, sehingga menghadapi perlawanan dari mereka yang tidak senang dan kemudian membunuhnya. Ia adalah korban dan martir pemersatu umat Allah. Hemat saya doa juga mempersatukan kita semua sebagai umat Allah, karena kita sama-sama berdoa kepada Allah Yang Maha Esa. Persaudaraan atau persatuan sejati antara umat beragama juga merupakan wujud iman kita kepada Allah Yang Maha Esa. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah korban persaudaraan atau persatuan sejati, yaitu persatuan antara bapak dan ibu kita masing-masing, yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, sehingga bersetubuh dan ada kemungkinan menghasilkan buah kesatuan, antara lain kita ini. Sebagai 'buah kesatuan' marilah kita tunjukkan dalam hidup sehari-hari dengan mengusahakan, memperdalam dan memperteguh persatuan dan persaudaraan antar umat beriman atau beragama, antara seluruh bangsa di dunia. 
·   "Sebab sementara sunyi senyap meliputi segala sesuatu dan malam dalam peredarannya yang cepat sudah mencapai separuhnya, maka firman-Mu yang mahakuasa laksana pejuang yang garang melompat dari dalam sorga, dari atas takhta kerajaan ke tengah tanah yang celaka. Bagaikan pedang yang tajam dibawanya perintah-Mu yang lurus, dan berdiri tegak diisinya semuanya dengan maut; ia sungguh menjamah langit sambil berdiri di bumi" (Keb 18:14-16). Firman Tuhan "laksana pejuang yang garang melompat dari dalam sorga…Bagaikan pedang yang tajam dibawanya perintahMu yang lurus", inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan bersama. Sebagai orang beriman dan beragama sungguh-sungguh kiranya percaya kepada semua firman Tuhan. Percaya berarti suka membacakan dan mendengarkan, dan karena Tuhan maha segalanya jika kita sungguh mendengarkan firmanNya maka kita akan dibentuk dan dibina. Dengan kata lain marilah kita sadari dan hayati bahwa firman Tuhan sungguh mendidik dan membina diri kita untuk semakin beriman. Apa yang saya kutipkan dan refleksikan setiap hari adalah firman Tuhan dan saya kirimkan kepada anda semua dengan harapan kita semua semakin beriman, maka semoga apa yang saya sharingkan berguna bagi anda semua untuk semakin beriman. Para imam dan anggota lembaga hidup bakti kiranya setiap hari juga mendengarkan firman Tuhan, entah dalam Perayaan Ekaristi maupun Ibadat Harian. Bacaan singkat dalam Ibadat Harian merupakan ayat-ayat terpilih, maka hendaknya sungguh direnungkan dan kemudian dihayati dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Pada minggu-minggu atau hari-hari terakhir dalam Kalendarium Liturgi ini kita diajak mawas diri: sejauh mana iman kita telah tumbuh-berkembang, makin kuat, makin handal, atau kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia dimana pun dan kapan pun, apakah kita semakin menjadi pendoa yang benar. 
"TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu. Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku" (Mzm 102:2-3)
Ign 12 November 2011

11 Nov


 "Sama seperti terjadi pada zaman Nuh demikian pulalah halnya kelak pada hari Anak Manusia"
(Keb 13:1-9; Luk 17:26-37)
" Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan isteri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan." [Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.] Kata mereka kepada Yesus: "Di mana, Tuhan?" Kata-Nya kepada mereka: "Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar." (Luk 17:26-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Martinus dari Tours, Uskup, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Zaman Nuh yang dimaksudkan dalam Warta Gembira hari ini adalah zaman air bah yang menggenangi seluruh negeri sebagai hukuman atas dosa dan kejahatan manusia yang tak mau bertobat, sehingga semuanya musnah, termasuk manusia, kecuali Nuh dan keluarganya yang baik dan berbudi pekerti luhur, karena mendapat peringatan Tuhan dan melaksanakannya. Pada masa kini, masa penghujan yang masih diwanai badai atau puting beliung, kiranya juga banyak wilayah di Indonesia yang tergenang alias kebanjiran. Hal itu terjadi juga karena keserakahan manusia dalam membabat hutan maupun membetoni tanah atau halaman-halaman. Hari Anak Manusia adalah hari penyaliban Yesus, dimana para muridNya juga tercerai berai, karena belum siap menderita dan mati seperti Guru dan Tuhan mereka, meskipun demikan Ia tetap setia dalam deritaNya. Martinus yang kita kenangkan hari ini juga pribadi yang tidak takut terhadap aneka ancaman dan masalah serta mereka yang tidak suka padanya alias fanatik, bahkan ia mendekati orang-orang yang fanatik tersebut, sehingga mereka suka padanya. Martinus tetap setia pada panggilan menjadi pewarta kabar baik, meskipun harus menghadapi tantangan dan masalah berat. Pengalaaman zaman Nuh maupun Hari Anak Manusia kiranya dapat menjadi peringatan bagi kita semua untuk tetap setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, meskipun harus menghadapi aneka masalah dan tantangan. Hendaknya tidak takut dan gentar ketika kita hanya sendirian saja sebagai orang yang setia, sementara kebanyakan orang tidak setia.
·   "Sungguh tolol karena kodratnya semua orang yang tidak mengenal Allah sama sekali; dan mereka tidak mampu mengenal Dia yang ada dari barang-barang yang kelihatan, dan walaupun berhadapan dengan pekerjaan-Nya mereka tidak mengenal Senimannya." (Keb 13:1). Semua yang ada di dunia atau di  bumi ini adalah ciptaan Allah: manusia, binatang dan tanaman. Allah hidup dan berkarya dalam seluruh ciptaanNya, "Allah tinggal dalam citptaan-ciptaanNya: dalam unsur-unsur, memberi 'ada'nya; dalam tumbuh-tumbuhan, memberi daya tumbuh; dalam binatang-binatang , daya rasa; dalam manusia, memberi pikiran. Jadi Allah juga tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup, berdaya rasa dan berpikiran" (LR St.Ignatius Loyola, no 235). Pertama-tama dan terutama marilah kita sadari dan hayati 'Allah tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup, berdaya rasa dan berpikiran', dengan kata lain marilah berperasaan dan berpikiran sebagaimana dikehendaki oleh Allah atau sebagaimana Allah rasakan dan pikirkan. Apa yang dipikirkan oleh Allah tidak lain adalah semua yang diciptakanNya senantiasa baik adanya, bahagia dan selamat, damai sejahtera. Maka marilah kita senantiasa berpikiran baik, sehingga apa yang kita katakan dan lakukan baik adanya, menyelamatkan dan membahagiakan baik diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Apa yang akan kita lakukan atau katakan tergantung pada apa yang kita rasakan dan pikirkan, maka hendaknya senantiasa merasa baik dan berpikiran baik.  Apa yang tidak baik berasal dari setan atau roh jahat.
"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia  memasang kemah di langit untuk matahari"
(Mzm 19:2-5)
Ign 11 November 2011

Selasa, 08 November 2011

10 Nov


(Keb 7:22-8:1; Luk 17:20-25)

"Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu." Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari pada hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut. Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini." (Luk 17:20-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Leo Agung, Paus dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kerajaan Allah atau Allah yang meraja memang tak dapat dilihat dengan mata kepala kita, namun 'ada di antara kamu'. Allah yang meraja antara lain menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, maka selayaknya siapapun yang dirajai oleh Allah akan mengalami atau menghadapi aneka penderitaan, tantangan dan hambatan, mengingat dan memperhatikan kemerosotan atau kebejatan moral masih marak di sana-sini dalam aneka bidang kehidupan bersama. Menjadi Paus atau Uskup pada umumnya juga menghadapi aneka masalah dan tantangan alias harus siap sedia untuk 'stress', dengan demikian para gembala kita dituntut untuk mahir dalam 'menejemen stress' alias mengelola stress. Jika kurang mahir dalam 'menejemen stress' akan mudah jatuh sakit. 'Menejemen stress' kiranya penting bagi kita semua untuk kita latih, dalami dan perkembangkan dalam aneka bidang kehidupan atau kerja bersama kapan pun dan di mana pun. Paus Leo Agung yang kita kenangkan hari ini "adalah suri teladan bagi siapa pun yang memimpin umat Kristen. Ia penuh semangat, berhati lapang, tetap dalam pendirian, pantang menyerah dalam tugas, beriman teguh pada pusat misteri Kristus yang terdalam: penjelmaan Sang Sabda" (Yayasan Cipta Loka Caraka: Ensiklopedi Orang Kudus/cetakan kelima, Jakarta 1985, hal 193). Kami berharap kepada siapapun yang berpartisipasi dalam memimpin atau melayani umat Allah meneladan semangat Leo Agung yang kita kenangkan hari ini, karena Ia adalah suri teladan bagi siapapun yang memimpin umat Allah, khususnya umat Kristen.     

·   "Di dalam dia ada roh yang arif dan kudus, tunggal, majemuk dan halus, mudah bergerak, jernih dan tidak bernoda, terang, tidak dapat dirusak, suka akan yang baik dan tajam, tidak tertahan, murah hati dan sayang akan manusia, tetap, tidak bergoyang dan tanpa kesusahan, mahakuasa dan memelihara semuanya serta menyelami sekalian roh, yang arif, murni dan halus sekalipun" (Keb 7:22-23), demikian gambaran perihal kebijaksanaan. Sifat-sifat kebijaksanan di atas ini selayaknya juga menjadi sifat-sifat para peemimpin dalam kehidupan bersama dimana pun, dalam bidang dan tinngkat kehidupan apa pun. "Mudah bergerak, jernih dan tidak bernoda.., murah hati dan sayang akan manusia", inilah mungkin sifat-sifat yang hendaknya kita usahakan, perdalam dan perkembangkan. Para pemimpin hendaknya tidak hanya duduk di kursi empuk di kantor atau kamar kerjanya saja, melainkan dengan murah hati dan sayang akan manusia mendatangi atau mengunjungi yang mereka pimpin. Sapalah dan bercakap-cakaplah dengan yang anda pimpin atau layani. Memang agar sapaan dan percakapan menghasilkan buah yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, dari pihak kita dituntut 'jernih dan tak bernoda'. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa terpilih sebagai pemimpin antara lain karena anda sebagai yang paling jernih dan tak bernoda alias yang tersuci. Memang dalam kehidupan bersama sebagai umat beragama mereka yang tersuci lah yang harus dihormati dan dijunjung tinggi, dan tentu saja semuanya juga dipanggil untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang suci, jernih dan tak bernoda. Orang yang jernih dan tak bernoda tak akan mudah tergoyang oleh aneka tawaran atau godaan atau rayuan yang hendak menggerogoti kejernihan atau kesuciannya, sebaliknya tawaran atau godaan atau rayuan tersebut dihayati sebagai wahana untuk semakin jernih dan tak bernoda, ia menghayati sebagai api membara yang membakarnya, dan dengan demikian semakin nampak kejernihan, kemurnian dan kesuciannya.

" Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga. Kesetiaan-Mu dari keturunan ke keturunan; Engkau menegakkan bumi, sehingga tetap ada. Menurut hukum-hukum-Mu semuanya itu ada sekarang, sebab segala sesuatu melayani Engkau" (Mzm 119:89-91)

Ign 10 November 2011


Senin, 07 November 2011

9 Nov


"Jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan."
(1Kor 3:9c-11.16-17; Yoh 2:13-22)
" Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus" (Yoh 2:13-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran hari ini saya sampaikan catatan sederhana sebagai berikut:
·   Jiwa atau sikap mental materialistis telah merasuki hidup orang beriman atau beragama, termasuk hidup Gereja Katolik. Di dalam lingkungan Gereja Katolik jika dicermati kiranya dapat dikatakan bahwa ada sementara imam, bruder, suster atau tokoh paroki maupun karya pastoral Gereja Katolik, yang sungguh bersikap mental materialistis. Kebanggaan keberhasilan pelayanan atau karyanya ada pada harta benda   atau uang: orang bangga jika dapat menumpuk dana dalam jumlah besar, bangga dengan bangunan gedung serta sarana prasarana modern sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan kata lain ada orang berbisnis atau berdagang dalam karya pelayanan pastoral. "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.", demikian sabda Yesus yang sungguh keras terhadap orang-orang yang menjadi tempat ibadah untuk berdagang. Maka dengan ini kami mengajak semua umat beragama untuk menegakkan fungsi tempat ibadatnya masing-masing; berantas semua sikap mental dan tindakan bisnis atau berdagang di lingkungan hidup umat beragama maupun tempat ibadat. Marilah kita fungsikan aneka macam harta benda dan uang sebagai sarana yang mendukung kita agar semakin beribadah atau berbakti kepada Tuhan. Kami berharap para pemimpin umat beragama maupun para pembantunya dapat menjadi teladan hidup sederhana, jauh dari sikap mental materialistis.
·   "Kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya" (1Kor 3:9c-10). Paulus memang telah menjadi 'ahli bangunan manusia', yang meletakkan dasar-dasar hidup baik dan bermoral pada sekian banyak orang yang telah mendengarkan pewartaannya. Sebagai umat Katolik, orang yang telah dibaptis, pada diri kita masing-masing juga telah diletakkan dasar, yaitu rahmat pembaptisan, dan kita diharapkan terus membangun di atas dasar tersebut, artinya mengisi dan mewujudkan rahmat baptisan dalam hidup sehari-hari dengan setia menghayati janji baptis, yaitu hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan. Marilah kita jadikan diri kita 'bangunan Allah' yang indah, menarik, mempesona dan memikat, sehingga banyak orang tergerak untuk mendekat dan bersahabat. Semoga tidak hanya kecantikan atau ketampanan tubuh/phisik saja yang menarik, mempesona dan memikat, melainkan lebih-lebih dan terutama adalah kecantikan atau ketampanan hati, jiwa dan akal budi . Marilah bekerjasama dan bekerja keras mempercantik hati dan jiwa kita, antara lain dengan senantiasa melakukan apa yang baik dan benar , menyelamatkan dan membahagiakan. Marilah kita saling mendoakan agar kita semua tetap dalam keadaan baik, benar dan suci, layak disebut 'bangunan Allah' dimana orang yang melihat saya akan tergerak untuk berbakti kepada Allah serta berbuat baik kepada saudara-saudarinya. Dengan rendah hati pada hari Pesta Pemberkatan Basilik Lateran, Gereja pribadi Paus, ini doakanlah saya, orang yang lemah, rapuh dan berdosa ini boleh menjadi imam yang layak dan setia untuk melayani umat Allah dimanapun dan kapanpun.
"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;.. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi."
 (Mzm 46:2-3.5-6)
Ign 9 November 2011

Minggu, 06 November 2011

8 Nov


(Keb 2:23-3:9; Luk 17:7-10)

"Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (Luk 17:7-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketaatan dan kesetiaan itulah dua keutamaan yang hendaknya kita refleksikan sesuai dengan Warta Gembira hari ini.  "Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan", inilah kata-kata yang hendaknya menjadi pegangan hidup dan cara bertindak kita kapan pun dan dimana pun. "Aku sendiri pun berkeinginan agar kalian lengkap sempurna dalam setiap keutamaan dan anugerah rohani. Namun, pertama-tama agar kalian menjadi unggul dalam keutamaan ketaatan", demikian kutipan surat Ignatius Loyola kepada para pengikutnya. Taat satu sama lain akan menghasilkan atau berbuahkan kehidupan bersama yang membahagiakan, menarik dan mempesona bagi orang lain; kehidupan bersama dijiwai oleh kesatuan hati dan budi, sehingga segar dan sehat. Kita dapat belajar dari anggota-anggota tubuh kita yang taat satu sama lain, dan masing-masing anggota setia di tempatnya masing-masing. Atau kita juga dapat bercermin pada para hamba, pelayan atau pembantu rumah tangga/komunitas yang baik, yang senantiasa setia dan taat melaksanakan tugas pengutusan apapun yang diberikan kepadanya. Jika mencermati apa yang terjadi di jalanan, yang dilakukan oleh para pengendara sepeda motor maupun mobil atau pejalan kaki, rasanya penghayatan keutamaan ketaatan dan kesetiaan masih memprihatinkan, hal itu nampak dalam pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Bukankah apa yang terjadi di jalanan merupakan cermin kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara? Kami harap ketaatan dan kesetiaan ini sedini mungkin dibiasakan dan dididikkan pada anak-anak dan kemudian diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah.

·   "Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan dijadikan-Nya gambar hakekat-Nya sendiri. Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu" (Keb 2:23-24). Kita semua dipanggil untuk setia pada jati diri kita sebagai manusia, yaitu sebagai 'gambar Allah'. Dengan kata lain cara hidup dan cara bertindak kita mencerminkan Allah yang telah menciptakan kita.  Sebagai gambar Allah kita diharapkan memiliki dan menghayati 'budaya kehidupan' bukan 'budaya kematian', kehadiran, sepak terjang dan kesibukan kita senantiasa menggairahkan dan memberdayakan atau menghidupkan saudara-saudari kita maupun lingkungan hidup dimana kita hadir atau berada. Kebalikan dari 'budaya kehidupan' adalah 'budaya kematian' dimana orang hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan setan, dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindaknya merusak dirinya sendiri,  saudara-saudarinya maupun lingkungan hidupnya; yang bersangkutan menuju ke kebinasaan atau kehancuran. Sebagai umat beriman atau beragama kita semua dipanggil untuk 'berbudaya kehidupan' yang menuju ke kebakaan hidup mulia selamanya di sorga. Kami berharap 'budaya kehidupan' ini sedini mungkin dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret para orangtua. Berbudaya kehidupan berarti hidup dan bertindak sesuai dengan Roh Kudus dan berbuahkan keutamaan-keutamaan seperti "sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Maka para orangtua diharapkan menjadi teladan dalam penghayatan keutamaan-keutamaan di atas ini, antara lain yang mungkin baik kita hayati dan sebarluaskan pada masa ini adalah kebaikan, artinya kapanpun dan dimanapun kita baik adanya serta senantiasa berbuat baik kepada orang lain. Apa yang disebut 'baik' senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja.

"Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." (Mzm 34:16-19)

Ign 8 November 2011


7 Nov


"Tambahkanlah iman kami!"
(Keb 1:1-7; Luk 17:1-6)
"Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Luk 17:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefeksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Kita semua mengakui diri sebagai umat beriman, namun apakah sungguh hidup dan bertindak dijiawai oleh iman kiranya boleh ditanyakan. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga hidup dan bertindak dalam kesatuan atau kebersamaan dengan Tuhan. Yesus bersabda:"  "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.". Melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan iman berarti 'mengerahkan sepenuhnya hati, jiwa, akal budi dan kekuatan atau tubuh' pada tugas atau pekerjaan. Yang berbeda pada umumnya adalah akal budi dan kekuatan phisik, sedangkan hati dan jiwa hemat saya sama-sama kita miliki. Maka baiklah saya ajak untuk mengerahkan hati dan jiwa sepenuhnya dalam mengerjakan segala sesuatu. Mengerahkan hati berarti sungguh memperhatikan apa yang sedang dikerjakan, sedangkan mengerahkan jiwa berarti dengan penuh gairah dan semangat dalam mengerjakan alias penuh minat. Jika kita sungguh memperhatikan dengan penuh minat maka apapun yang menjadi tugas atau pekerjaan kita pasti dapat diselesaikan dengan baik, maka milikilah keteguhan hati dan jiwa dalam mengerjakan segala sesuatu. Maka perkenankan sekali lagi saya angkat salah satu motto Bapak Andrie Wongso, yaitu "Selama kita memiliki kemauan, keuletan dan keteguhan hati, besi batangan pun bila digosok terus-menerus, pasti akan menjadi sebatang jarum…Milikilah keteguhan hati".
·   "Pikiran bengkang-bengkung menjauhkan dari pada Allah, dan kekuasaan-Nya yang diuji mengenyahkan orang bodoh. Sebab kebijaksanaan tidak masuk ke dalam hati keruh, dan tidak pula tinggal dalam tubuh yang dikuasai oleh dosa. Roh pendidik yang suci menghindarkan tipu daya, dan pikiran pandir dijauhinya. Sebab kebijaksanaan adalah roh yang sayang akan manusia, tetapi orang penghujat tidak dibiarkannya terluput dari hukuman karena ucapan bibirnya. Memang Allah menyaksikan hati sanubarinya, benar-benar mengawasi isi hatinya dan mendengarkan ucapan lidahnya" (Keb 1:3-6), demikian kutipan dari Kitab Kebijaksanaan. "Allah menyaksikan hati sanubari, mengawasi isi hati dan mendengarkan ucapan lidah", inilah kiranya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Kita dapat menyembunyikan isi hati kita kepada orang lain atau saudara-saudari kita, namun tak mungkin menyembunyikan isi hati pada Allah; apa yang ada di dalam hati kita semuanya diketahui oleh Allah. Iman juga erat kaitannya dengan hati, maka marilah mawas diri apakah kita memiliki hati beriman. Jika kita memiliki hati beriman berarti hati kita bersih dan jernih, tidak pernah berbohong atau melakukan tipu daya dalam bentuk apapun, dan kita juga akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang bijaksana. Kata-kata dan tindakan kita tidak pernah melukai atau menyakiti orang lain, melainkan senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan orang lain, tentu saja terutama dan pertama-tama adalah keselamatan jiwa. Ada peristiwa menarik: seorang pemuda pada malam minggu sedang mengunjungi pacar pujaannya, gadis cantik. Kebetulan musim penghujan dan akhirnya kunjungan pacar tersebut sampai larut malam. Sang pemuda tergerak untuk mengadakan hubungan seksual dengan pacarnya, dan sang gadis menjawab tidak karena takut ketahuan orangtua dan adik-adiknya. Sang pemuda menanggapi bahwa orangtua dan adik-adiknya telah tidur pulas, maka tak akan tahu. Namun sang gadis masih menolak, karena takut ketahuan peronda malam yang berkeliling, dan sang pemuda pun mengecek para peronda malam dan ternyata mereka juga telah tertidur pulas. Hal itu disampaikan kepada sang gadis, dan akhirnya sang gadis tetap menolak, karena Tuhan tahu. Tuhan tahu dan melihat apapun yang kita lakukan dalam kesunyian, sendirian dan tertutup.
"TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya." (Mzm 139:1-6)
Ign 7 November 2011