Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 10 Februari 2012

Minggu Biasa VI


Minggu Biasa VI

Im 13:1-2.45-46; 1Kor 10:31-11:1; Mrk 1:40-45

"Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku."

Sebuah paroki di pedesaan Jawa Tengah selain pelayanan pastoral bagi umat katolik juga membuka pelayanan umum bagi masyarakat luas, yaitu sebuah poliklinik, bekerjasama dengan suster/biarawati serta beberapa dokter relawan. Di wilayah paroki yang bersangkutan yang cukup luas juga ada Puskesmas-Puskesmas di tiap kecamatan, yang konon cukup murah dan bahkan gratis. Suatu info yang menarik saya terima, yaitu: warga masyarakat umum ternyata lebih senang berobat ke poliklinik paroki dari pada ke Puskesmas, meskipun poliklinik paroki lebih jauh tempatnya. Konon tersebar berita di kalangan masyarakat umum bahwa pengobatan di poliklinik paroki lebih mujarab atau manjur dari pada Puskesmas-Puskesmas. Bahkan ada rumor di kalangan mereka :"Wah kalau berobat ke poliklinik paroki itu menyenangkan, bahkan sebelum diobati pun kami terasa sudah sembuh". Dimana letak kemujaraban dan kemanjuran pengobatan di Poliklinik paroki, karena obat yang tersedia sama dengan obat yang ada di Puskesmas-Puskesmas? Rahasianya terletak pada pelayanan yang dilakukan oleh para dokter, suster maupun perawat. Keramahan pelayanan membuat menarik warga masyarakat, sehingga mereka bergairah mendatangi poliklinik paroki. Kegairahan pasien inilah juga merupakan rahasia kemujaraban dan kemanjuran pengobatan.

"Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." (Mrk 1:40)

Seseorang yang sedang menderita penyakit kusta dengan penuh kepercayaan datang kepada Yesus dan mohon untuk disembuhkan dari penyakitnya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.". Penyembuhan pasien dari penyakit hemat saya tergantung pada tiga unsur, yaitu: pribadi pasien, obat dan pelayanan para dokter maupun paramedis lainnya. Pribadi pasien yang sedang menderita sakit hendaknya tetap dalam kegairahan dan semangat, lebih-lebih kegairahan dan semangat untuk disembuhkan, karena baik obat maupun pelayanan yang lain lebih merupakan bantuan atau dukungan. Memang ada hubungan timbal balik, yaitu relasi antara pasien dan pelayan-pelayan kesehatan: semangat melayani yang dihayati oleh para pelayan kesehatan mendorong dan memotivasi para pasien tetap bergairah dan bersemangat, sebaliknya kegairahan dan semangat pasien juga membuat para pelayan kesehatan semakin bergairah untuk melayani pasien.

Kegaiarahan dan semangat pasien merupakan wujud iman mereka kepada Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi. Kita semua mungkin sedang menjadi pasien alias sedang menderita sakit, tentu saja yang saya maksudkan tidak hanya sakit phisik, tetapi juga sakit hati, sakit jiwa maupun sakit akal budi. Mungkin kita tidak 100% (seratus persen) sakit, melainkan hanya 10, 20, 25 atau 50 %, sehingga kita mudah marah, membenci, iri hati, putus asa dst.. Maka kepada anda yang sedang menderita sakit kami harapkan bertobat dengan mengusahakan tetap bergairah dan bersemangat. Yang menyebabkan anda sakit dan tidak bergairah hemat saya adalah karena anda tidak mau mengampuni mereka yang menyalahi atau menyakiti anda. Maka berusaha untuk bergairah dan bersemangat berarti hidup dan bertindak mengampuni siapapun yang menyakiti atau menyalahi kita.

"Aku mau, jadilah engkau tahir."(Mrk 1:41), demikian tanggapan Yesus atas permintaan orang kusta. Tanggapan Yesus yang demikian ini hendaknya menjadi inspirasi atau pegangan bagi para pelayan kesehatan, para dokter maupun paramedis lainnya. Dengan kata lain marilah meneladan Yesus yang segera tanggap sepenuh hati pada orang yang mohon penyembuhan. Maka kami berharap kepada para pelayan kesehatan untuk sungguh tanggap sepenuh hati terhadap keluh kesah atau harapan para pasien. Layanilah mereka dengan sepenuh hati dan keramahan. Ingat dan sadari kata Inggris 'rumah sakit' adalah 'hospital' dan dari kata 'hospital' dapat menjadi kata 'hospitality' yang berarti keramahan. Semoga siapapun yang mendatangi rumah sakit serta seluruh pelayan kesehatan dan pegawai lainnya di rumah sakit memperoleh keramahan. Pasien yang sedang menderita sakit ditanggapi dengan pelayanan yang ramah akan segera sembuh dan sehat. Selanjutnya marilah kita renungkan ajakan Paulus di bawah ini.

"Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (1Kor 10:31)

AMDG = Ad Maiorem Dei Gloriam (Demi Kemuliaan Nama Tuhan, Amrih Mulyo Dalem Gusti), demikian salah satu motto St.Ignatius Loyola, yang hemat saya senada dengan nasihat Paulus di atas ini. "Lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah", demikian saran atau nasihat Paulus kepada kita semua. Segala sesuatu yang ada di bumi atau dunia ini diciptakan oleh Allah, dan manusia sebagai ciptaan tertinggi atau termulia di dunia ini dipanggil untuk memfungsikan ciptaan-ciptaan lainnya demi kemuliaan Allah. Dengan kata lain melalui aneka kesibukan, pekerjaan, pelayanan, tugas atau apapun yang kita lakukan diharapkan kita semakin beriman, semakin berbakti kepada Allah , semakin suci, semakin dikasihi oleh Allah dan banyak orang.

Secara khusus Paulus mengingat dalam hal makan dan minum, suatu kegiatan yang menyenangkan bagi kita semua. Pertanyaannya adalah: apakah selama makan dan minum kita juga sekaligus memuliakan Allah, yang berarti aneka makanan dan minuman yang kita santap sungguh membuat tubuh segar-bugar, sehat wal'afiat, sehingga semakin bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak anda sekalian untuk mengkomsumi jenis makanan dan minuman yang sehat, meskipun tidak nikmat di lidah. Maklum mayoritas orang masa kini sudah kena budaya pasar yang konsumptif dalam hal makanan dan minuman, sehingga mudah kena penyakit dan tidak memiliki ketahanan phisik yang handal. Bukankah banyak orang lebih senang jenis makanan instant dalam kemasan plastik atau jajan ke restaurant dan warung dari pada memasak sendiri? Dengan kata lain banyak orang mengkomsumi makanan yang kurang atau tidak sehat. Kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian: marilah kita mengkomsumi jenis makanan dan minuman alamiah yang sehat.

"Orang yang sakit kusta harus berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya." (Im 13:45-46). Kutipan ini kiranya dapat menjadi peringatan bagi kita semua agar kita jangan jatuh sakit, entah sakit apapun. Tanpa disingkirkan pada umumnya mereka yang menderita sampai menyingkirkan atau mengasingkan diri sendiri. Ia mengasingkan dari sesamanya, lingkungan hidupnya maupun tugas pekerjaannya. Saya percaya kita semua tidak mendambakan keterasingan macam itu, maka baiklah kalau kita senantiasa mengusahakan kesehatan dan kebugaran tubuh kita masing-masing. Anak-anak di dalam keluarga hendaknya sedini mungkin dibiasakan dan dididik untuk hidup sehat dan bugar, baik secara jasmani maupun rohani, phisik maupun spiritual.

"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!  Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku" (Mzm 32:1-2.5)

Ign 12 Februari 2012


11 Feb

"HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini"

(1Raj 12:26-32; 13:33-34; Mrk 8:1-10)

" Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh."Murid-murid-Nya menjawab: "Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?" Yesus bertanya kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" Jawab mereka: "Tujuh." Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta." (Mrk 8:1-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan Hari Orang Sakit Sedunia hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang yang menderita kelaparan atau sakit kiranya akan menggerakkan hati orang beriman untuk berbelaskasih kepada mereka, sebagaimana Yesus yang HatiNya tergerak oleh belaskasih karena ribuan orang kelaparan. Maka dalam rangka mengenangkan Hari Orang Sakit Sedunia ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian, umat beriman, untuk mawas diri: sejauh mana kita memiliki belaskasih terhadap saudara-saudari kita yang menderita sakit maupun kelaparan. Berbelaskasih antara lain dapat diwujudkan dengan memberi perhatian, misalnya mendatangi atau mengunjungi, mendoakan, memberi sumbangan sesuai dengan yang dibutuhkan dst.. Dengan memberi perhatian macam itu, percayalah bahwa anda tidak akan menjadi miskin atau bangkrut, melainkan akan semakin diperkaya, tidak hanya secara spiritual atau rohani tetapi juga secara phisik atau jasmani. Secara spiritual atau rohani berarti kita akan menjadi semakin peka terhadap orang lain, terutama mereka yang sungguh membutuhkan bantuan atau perhatian. Secara phisik atau jasmani kita akan semakin bertatap muka dan bercurhat dengan banyak orang dan dengan demikian tambah kenalan atau sahabat. Dalam rangka mengenangkan Hari Orang Sakit Sedunia hari ini kiranya kita yang sehat diharapkan mengunjungi saudara-saudari kita yang sedang menderita sakit. Maka jika tidak ada kenalan anda yang sedang menderita sakit, silahkan anda berkunjung ke rumah sakit terdekat untuk menyapa dan mendoakan secara langsung mereka yang sedang terbaring di rumah sakit. Dalam rangka mengunjungi orang sakit hendaknya tetap setia 'mengunjungi', jangan berkotbah atau memberi pertanyaan-pertanyaan kepada mereka yang sedang menderita sakit. Kehadiran dan sapaan singkat anda sungguh merupakan kegembiraan bagi mereka.

·    "Kini mungkin kerajaan itu kembali kepada keluarga Daud. Jika bangsa itu pergi mempersembahkan korban sembelihan di rumah TUHAN di Yerusalem, maka tentulah hati bangsa ini akan berbalik kepada tuan mereka, yaitu Rehabeam, raja Yehuda, kemudian mereka akan membunuh aku dan akan kembali kepada Rehabeam, raja Yehuda." (1Raj 12:26-27), demikian keluh kesah raja Yeroboam, yang kurang beriman atau bahwa lebih berbakti kepada berhala daripada Tuhan. Orang yang kurang atau tidak beriman memang mudah mengeluh dan mengesah, demikian juga orang sakit yang kurang beriman pasti dengan mudah mengeluh dan mengesah karena penyakitnya. Kepada anda yang sedang menderita sakit kami ingatkan: jangan mudah mengeluh dan mengesah, melainkan berpasrahlah kepada Tuhan serta bersyukur kepada Tuhan. Mengapa saya mengajak bersyukur kepada mereka yang sedang menderita sakit? Bukankah dengan menderita sakit kita dingatkan betapa arti hidup ini, sedangkan ketika kita sedang sehat-sehat saja tidak pernah mengenangkan arti hidup ini. Dengan kata lain bagi anda yang sedang menderita sakit kami harapkan memanfaatkan keheningan di rumah sakit atau di kamar sakit untuk merenungkan dan mawas diri perihal arti hidup di dunia ini. Untuk apa saya hidup, untuk apa saya diciptakan oleh Tuhan? Percayalah jika anda tidak mengeluh atau mengesah ketika sedang menderita sakit, maka anda akan cepat sembuh, apalagi ketika anda memanfaatkan waktu sakit untuk merenungkan arti hidup, yang dianugerahkan oleh Tuhan.

"Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah kepada patung tuangan; mereka menukar Kemuliaan mereka dengan bangunan sapi jantan yang makan rumput. Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal-hal yang besar di Mesir:perbuatan-perbuatan ajaib di tanah Ham, perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau"

(Mzm 106:19-22).

Ign 11 Februari 2012


Kamis, 09 Februari 2012

10 Feb

"Maria telah bagian yang memilih terbaik"

(Kid 8: 6-7; Luk 10:38-42)

" Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya.Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk 10:38-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Skolastika, perawan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Di dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan, kita harus menghadapi aneka macam tawaran yang harus kita pilih, olah dan geluti dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Jika yang ditawarkan jelas bedanya dan berbeda manfaat maupun keuntungannya, tentu dengan mudah kita akan memilih apa yang lebih bermanfaat dan mengutungkan alias memilih yang terbaik. Orang baik pada umumnya sering dihadapkan kepada tawaran atau pilihan yang sepintas kelihatan sama-sama baik, namun harus memilih satu yang terbaik, dan untuk itu kiranya tidak mudah serta membutuhkan pengorbanan ketika harus menentukan pilihan. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan bahwa "Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya". Hal yang sama kiranya juga telah dilakukan oleh St.Skolastika yang telah memilih hidup sebagai perawan, tidak menikah serta kemudian mempeesembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Keperawanannya tidak diserahkan kepada orang tertentu, melainkan kepada Tuhan, karena dengan demikian ia kemudian akan mampu melayani lebih banyak orang daripada hanya melayani orang tertentu yang telah diserahi keperawannya, yaitu suaminya. Maka dalam rangka mengenangkan St.Skolastika hari ini kami berharap kepada rekan-rekan perempuan yang masih perawan semoga juga ada yang tergerak untuk mempersembahkan keperawananya kepada Tuhan dengan menjadi suster atau biarawati. Sekiranya tidak menjadi biarawati atau suster baiklah mempersembahkan keperawanannya kepada lelaki yang menjadi suaminya, karena dengan demikian anda berarti juga tetap menjaga kesucian anda. Kepada anda yang telah bersuami kami harapkan setia pada suaminya serta tidak menjual diri kepada orang lain alias berselingkuh. Sebaliknya kepada para suami kami harapkan juga setia pada isterinya dan tidak berselingkuh.

·   "Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina" (Kid 8:6-7). Kutipan ini menggambarkan dahyatnya cintakasih, yang sungguh kuat dan perkasa, tak mudah dihancurkan. Cintakasih memang merupakan hukum tertinggi dan termulia. Sekali lagi kami angkat: ingatlah, sadari dan hayati bahwa kita diciptakan, dibesarkan dan dididik dalam dan oleh cintakasih, tanpa cintakasih kita tidak dapat menjadi orang atau pribadi sebagaimana adanya pada saat ini. Maka marilah kita senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi kapan pun dan dimana pun. " Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." (1Kor 13:4-7), demikian ajaran Paulus perihal cintakasih. Danah Zohar dan Ian Marchall, penulis buku "Spiritual Intelligent", buku yang sangat termashyur perihal kecerdasan ini, mengatakan bahwa syair cintakasih (demikian ia menyebutnya) Paulus ini merupakan ajaran cintakasih yang tiada duanya di dunia ini alias yang tertinggi, dan mereka mengajak kita semua untuk menghayati ajaran cintakasih di atas di dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari agar kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas spiritual. Kami berharap anak-anak sedini mungkin dididik dan dibina dalam hal kecerdasan spiritual ini, antara lain dengan menghayati ajaran cintakasih tersebut di atas.

"Haleluya! Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi! Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia, hai segala tentara-Nya! , hai raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; hai teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda! Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit." (Mzm 148:1-2.11-13)

Ign 10 Februari 2012


Rabu, 08 Februari 2012

9 Feb


"Pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu."

(1Raj 11:4-13; Mrk 7:24-30)

" Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. Malah seorang ibu, yang anaknya perempuan kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar." (Mrk 7:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup dijiwai oleh iman memang merupakan dambaan semua orang, tanpa pandang bulu. Namun dalam kenyataan memang tidak mudah: ada orang mengaku diri sungguh beriman dan beragama tetapi dalam kenyataan hidup, dalam cara hidup dan cara bertindak jauh dari apa yang diakuinya. Dengan kata lain pengakuannya hanya manis di mulut dan tidak sampai pada penghayatan dalam cara hidup dan cara bertindak. Perempuan dari Yunani yang datang kepada Yesus untuk mohon penyembuhan anaknya yang kerasukan setan merupakan contoh yang baik untuk kita renungkan dan tiru. Orang-orang Yunani masa itu kiranya dikenal sebagai orang-orang yang unggul dalam hal otak atau berpikir, sehingga terjebak ke kepercayaan pada apa yang dapat dipikirkan alias difahami oleh pikiran manusia. Hal ini kiranya juga terjadi pada sementara orang masa kini, yang begitu percaya dan mengandalkan diri pada apa yang dapat dipikirkan dan difahami secara manusia serta kurang percaya pada Penyelenggaraan Ilahi/Tuhan. Dengan kata lain sedikit banyak mereka lebih dikuasai oleh setan daripada Tuhan. Sabda Yesus kepada perempuan dari Yunani "Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.", mengajak dan memanggil kita untuk sungguh menghayati iman kita, tidak hanya manis di mulut saja. Iman harus menjadi nyata dalam tindakan atau perilaku. Jika cara hidup dan cara bertindak kita sungguh dijiwai oleh iman kita, maka kita akan mampu mengatasi aneka masalah, tantangan dan hambatan maupun setan yang menguasai dan menjiwai manusia. Kata-kata yang lahir dari orang yang sungguh beriman mampu menyehatkan dan menyembuhkan mereka yang sakit dan kerasukan setan.

·   "Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu. Hanya, pada waktu hidupmu ini Aku belum mau melakukannya oleh karena Daud, ayahmu; dari tangan anakmulah Aku akan mengoyakkannya. Namun demikian, kerajaan itu tidak seluruhnya akan Kukoyakkan dari padanya, satu suku akan Kuberikan kepada anakmu oleh karena hamba-Ku Daud dan oleh karena Yerusalem yang telah Kupilih." (1Raj 11:11-13), demikian sabda Tuhan kepada raja Salomo. Sabda ini kiranya baik untuk direnungkan atau direfleksikan bagi siapapun yang merasa menjadi pemimpin, di tingkat  maupun bidang kehidupan apa pun dan di mana pun. Pemimpin hendaknya "berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan yang telah diperintahkan Tuhan". Ketika diangkat menjadi pemimpin pada umumnya yang bersangkutan berjanji untuk melayani yang dipimpin serta mendambakan dapat menjadi teladan atau inspirator yang baik bagi mereka melalui  cara hidup dan cara bertindak yang baik, yang bermoral atau berbudi pekerti luhur. Ia juga berjanji (paling tidak dalam hati) untuk senantiasa setia pada kehendak dan perintah Tuhan serta ketetapan-ketetapanNya. Kehendak Tuhan antara lain menggejala dalam orang-orang yang berkehendak baik, yang memiliki ketulusan hati untuk senantiasa mencari Tuhan. Maka kami berharap para pemimpin dengan rendah hati mendengarkan kehendak-kehendak baik dari yang dipimpin, kemudian mengolah dan menanggapi dalam bentuk pelayanan kepada mereka. Kami percaya jika pemimpin sungguh mendengarkan dengan rendah hati apa yang hidup dan terjadi dalam lingkungan hidup dan karyanya, maka akan terjadilah persaudaraan sejati sehingga tak akan terjadi perpecahan dalam hidup bersama. Salah satu fungsi pemimpin adalah pemersatu: menyatukan semua yang dipimpin dalam derap langkah pelayanan bersama.

"Berbahagialah orang-orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di segala waktu!Ingatlah aku, ya TUHAN, demi kemurahan terhadap umat-Mu, perhatikanlah aku, demi keselamatan dari pada-Mu" (Mzm 106:3-4)

Ign 9 Februari 2012


Selasa, 07 Februari 2012

8 Feb


"Apa yang keluar dari seseorang itulah yang menajiskannya"

(1Raj 10:1-10; Mrk 7:14-23)

"Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!] Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. Maka jawab-Nya: "Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Mrk 7:14-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yang keluar dari seseorang antara lain: kata-kata melalui mulut, keringat melalui kulit, air seni/ kencing melaui alat kelamin dan tinja melalui dubur. Apa yang keluar tersebut pada umumnya berbau, tidak sedap dan tidak enak. Dari anggota-anggota tubuh di atas juga dapat muncul percabulan atau perzinahan, sedangkan "dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan". Sabda hari ini mengingatkan kita agar dari hati kita timbul apa yang sebaliknya, yaitu pikiran dan perbuatan baik atau segala tingkah laku yang membuat tubuh, hati, pikiran dan jiwa kita semakin suci, bersih dari aneka macam dosa. Dengan kata lain kita diharapkan senantiasa berpikiran positif terhadap saudara-saudari dan lingkungan kita maupun aneka macam peristiwa yang sedang terjadi, sebagaimana sering muncul dari mulut orang-orang Jawa yang baik ketika melihat sesuatu peristiwa, misalnya: ada orang jatuh, untung tidak patah kakinya, terlambat datang, untung tetap hadir dst.. Maka dengan ini kami berharap secara khusus kepada rekan-rekan laki-laki: ketika melihat gadis cantik, ayu, berpakaian bagus dst.. hendaknya tidak berpikiran cabul atau zinah, melainkan memuji Allah. Kepada kita semua: hendaknya ketika melihat uang atau barang berharga tertinggal tidak lalu berpikiran jahat untuk memilikinya, melainkan segera mengusahakan siapa pemiliknya serta menyerahkannya.

·   "Berbahagialah para isterimu, berbahagialah para pegawaimu ini yang selalu melayani engkau dan menyaksikan hikmatmu! Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta kerajaan" (1Raj 10:8-9), demikian pujian ratu Syeba kepada raja Salomo. Apa yang dilakukan oleh ratu Syeba kepada raja Salomo ini kiranya merupakan contoh yang baik untuk kita tiru dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Melihat atau menyaksikan keberhasilan atau kesuksesan orang lain hendaknya langsung memujinya bukan iri hati. Pujian macam itu hendaknya juga senantiasa dilakukan oleh para orangtua kepada anak-anaknya, para guru/pendidik kepada para murid/peserta didiknya, para pemimpin kepada para anggotanya, para atasan kepada para bawahannya dst.. Sikap mental demikian merupakan perwujudan kita dalam berpartisipasi di dalam karya Penciptaan Allah atau Penyelenggaraan Ilahi, yang bersifat menumbuh-kembangkan alias berbudaya kehidupan bukan berbudaya kematian. Jika kita ragu-ragu untuk memberi pujian kepada orang lain, kiranya juga dapat belajar dari ratu Syeba, yang menguji raja Salomo dengan aneka pertanyaan. Sebaliknya kepada mereka yang merasa sedang diuji hendaknya meneladan raja Salomo yang tidak menyembunyikan sesuatu apapun akan apa yang dilakukan atau dialami alias jujur, terbuka apa adanya dan tak ada sedikitpun yang ditutup-tutupi. Terbuka apa adanya serta tidak ada yang ditutupi sedikitpun bagaikan suami-isteri atau laki-laki dan perempuan yang sedang memadu kasih atau berhubungan seksual sebagai wujud saling mengasihi secara total itulah yang diharapkan dari kita semua, umat beriman atau beragama. Marilah kita saling memuji karena anugerah Tuhan yang telah dicurahkan kepada kita secara melimpah ruah.

" Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. Mulut orang benar mengucapkan hikmat, dan lidahnya mengatakan hukum; Taurat Allahnya ada di dalam hatinya, langkah-langkahnya tidak goyah"(Mzm 37:5-6.30-31)

Ign.8 Februari 2012


Senin, 06 Februari 2012

7 Feb


"Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."

(1Raj 8:22-23.27-30; Mrk 7:1-13)

"Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."Yesus berkata pula kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada Allah --, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan." (Mrk 7:1-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat memang bersikap mental yuridis, begitu berpegang tegung pada aneka aturan. Semua aturan dibuat atas dasar cintkasih dan diundangkan atau diberlakukan agar orang  hidup saling mengasihi, dengan kata lain yang utama dan terutama adalah cintakasih bukan peraturan. Hal senada kiranya juga terjadi dalam diri umat beragama, yaitu lebih setia dan taat pada adat-istiadat para leluhur daripada ajaran agama. Sebagai contoh konkret: ada orang yang hendak menikahkan anaknya menurut perhitungan sebagaimana diberlakukan dalam adat-istiadat perihal hari dan jam, tidak mengikuti ajaran agamanya. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk lebih mengutamakan dan mengedepankan Firman/Sabda Allah daripada adat istiadat alias mengutamakan cintakasih daripada kebiasaan. Maka kami berharap agar anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin untuk dididik dan dibina dalam hal cintakasih daripada kebiasaan-kebiasaan atau dalam hal etika lebih mengutamakan nilai-nilai moral daripada nilai-nilai hukum maupun sopan santun. Nilai moral lebih luas dan universal daripada nilai hukum maupun sopan santun.

·   "Maka berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya TUHAN Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hamba-Mu panjatkan di hadapan-Mu pada hari ini! Kiranya mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan: nama-Ku akan tinggal di sana; dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini" (1Raj 8:28-29). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua, umat beragama atau beriman untuk senantiasa "berpaling kepada Tuhan" dalam cara hidup dan cara bertindak dimana pun dan kapan pun. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa Tuhan telah menciptakan kita serta senantiasa menyertai perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. PenyertaanNya antara lain dapat kita temukan dalam aneka perhatian, sapaan dan sentuhan saudara-saudari kita sebagai perwujudan kasih mereka kepada kita. Maka hendaknya senantiasa memiliki sikap terbuka terhadap saudara-saudari kita; dengan rendah hati menerima perhatian, sapaan dan sentuhan mereka, serta kemudian kita tanggapi dengan penuh syukur dan terima kasih. Kita juga diharapkan tidak pernah melupakan doa-doa harian seraya menghaturkan pujian, syukur dan terima kasih maupun permohonan-permohonan kepada Tuhan. "Dengarkanlah doa yang hambaMu panjatkan di tempat ini". Dimana pun dan kapan pun kita dapat berdoa sesuai dengan kesempatan dan kemungkinan serta kebutuhan kita masing-masing, tidak hanya berdoa di tempat-tempat doa saja. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang akan dan sedang melakukan perjalanan atau bepergian, hendaknya tidak lupa berdoa mohon perlindungan dan pendampingan Tuhan dalam perjalanan sehingga selamat sampai di tujuan. Dengan berdoa sebelum bepergian berarti anda sekaligus akan dimotivasi untuk berhati-hati selama di perjalanan. Berjalan dan bepergianlah dalam dan bersama Tuhan agar anda selamat sampai tujuan atau  sasaran.

"Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau" (Mzm 84:3-4)

Ign 7 Februari 2012


Minggu, 05 Februari 2012

6 Feb

"Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi"

(2Mak 7:1a.20-23.27-29; Luk 12:4-9)

" Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah" (Luk 12:4-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Paulus Miki, imam, dan kawan-kawannya, martir hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Martir adalah orang yang sungguh bersaksi tentang imanya serta tidak takut karena imannya harus menghadapi aneka macam bentuk ancaman, intimidasi maupun terror sampai harus mati dibunuh. Maka dalam rangka mengenangkan pesta St. Paulus Miki dan kawan-kawannya hari ini saya mengajak dan mengingatkan anda sekalian, segenap umat beriman, untuk menghayati rahmat kemartiran dengan menjadi saksi iman di dalam hidup sehari-hari. "Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi…Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka", demikian sabda Yesus. Tuhan hadir dan berkarya dimana-mana, maka apapun yang kita lakukan dan katakan diketahui sepenuhnya oleh Tuhan. Hal ini juga berarti Tuhan senantiasa menyertai dan mendampingi perjalanan hidup, tugas dan panggilan kita, maka hendaknya jangan takut untuk melaksanakan atau mengerjakan tugas dan kewajiban seberat apapun, yang sarat dengan tantangan, hambatan dan masalah, karena bersama dan bersatu dengan Tuhan kita dapat mengatasinya. Paulus Miki dan kawan-kawanya ini mati disalibkan di atas sebuah bukit, sebagaimana juga terjadi dalam Yesus, Sahabat dan Penyelamatnya. Pengorbanan mereka telah menyemangati umat lainnya, dan mereka pun bersyukur dan berterima kasih menjelang kematian mereka karena boleh meneladan Yesus, Sahabat dan Penyelamat mereka. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak siapapun yang merasa menjadi sahabat Yesus untuk siap sedia mati demi iman atau dengan rendah hati berani menegor dan mengingatkan para koruptor di negeri tercinta ini.

·   "Aku tidak tahu bagaimana kamu muncul dalam kandungku. Bukan akulah yang memberi kepadamu nafas dan hidup atau menyusun bagian-bagian pada badanmu masing-masing! Melainkan Pencipta alam semestalah yang membentuk kelahiran manusia dan merencanakan kejadian segala sesuatunya. Dengan belas kasihan-Nya Tuhan akan memberikan kembali roh dan hidup kepada kamu, justru oleh karena kamu kini memandang dirimu bukan apa-apa demi hukum-hukum-Nya." (2Mak 7:22-23), demikian kata seorang ibu seraya menyaksikan tujuh anaknya dihukum mati karena imannya kepada Tuhan. Anak-anak adalah anugerah Tuhan, maka selayaknya dididik dan dibesarkan dalam dan bersama Tuhan, sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam semangat cintakasih dan kebebasan itulah prinsip mendidik yang benar, karena anak-anak pun juga diciptakan oleh Tuhan dalam cintakasih dan kebebasan yang menghidupi suami dan isteri, laki-laki yang saling mengasihi dalam cintakasih dan kebebasan. Jika kita mendidik anak-anak dalam cintakasih dan kebebasan, kami percaya mereka akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang sungguh beriman, membaktikan dan mengandalkan diri sepenuhnya kepada Tuhan sehingga tidak takut akan aneka tantangan, masalah dan hambatan maupun ancaman dibunuh karena imannya. Kami berharap juga kepada orangtua, khususnya para ibu, untuk meneladan ibu dari tujuh anak tersebut di atas. Hendaknya juga tidak menghalang-halangi jika anak-anak tergerak untuk membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dengan menjadi imam, bruder atau suster. Sebagai orangtua kami berharap memiliki motto atau prinsip bahwa kebahagiaan sejati terjadi ketika anak-anak tumbuh berkembang sebagai orang yang sungguh beriman dan berbahagia dalam menggeluti jalan hidup atau panggilannya apapun, tentu saja yang menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan jiwa manusia.

"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Biarlah Israel berkata: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!"Biarlah kaum Harun berkata: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan. TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Mzm 118:1-6)

Ign 6 Februari 2012