Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 02 Januari 2010

4 Jan - 1Yoh 3:22-4:6; Mat 4:12-17.23-25

"Ia mengajar dalam rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu".

(1Yoh 3:22-4:6; Mat 4:12-17.23-25)

"Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, -- bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang." Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"…Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan." (Mat 4:12-17.23-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus, Penyelamat Dunia, datang untuk menyelamatkan dunia, antara lain dengan "mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan". Sebagai orang beriman yang percaya kepadaNya, kita juga dipanggil untuk meneladan Dia, maka marilah kita mawas diri sejauh mana tugas pengutusan atau missioner tersebut kita hayati dalam hidup kita sehari-hari. "Memberitakan Injil Kerajaan Allah" berarti menyebarluaskan warta gembira atau kabar baik agar semua orang dirajai atau dikuasai oleh Allah, maka hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa baik dan menggembirakan serta menyelamatkan orang lain. Dari cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa terpancarkan atau tersiarkan apa yang baik, menyelamatkan dan menggembirakan. Selain itu kita juga dipanggil untuk "melenyapkan segala penyakit dan kelemahan", dan tugas panggilan itu rasanya mendesak dan up to date, mengingat dan memperhatikan masih maraknya aneka penyakit dan kelemahan dalam kehidupan bersama kita, entah itu sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh. Maka marilah kita cermati apakah di antara saudara-saudari atau kenalan kita ada yang sedang menderita sakit; kita datangi mereka yang sakit dan kita sembuhkan. Yang sakit hati hendaknya diampuni atau dikasihi, yang sakit jiwa hendaknya disapa dan diperlukan dengan ceria dan kasih mesra, yang sakit akal budi ditemani untuk belajar dengan rajin dan tekun, sedangkan yang sakit tubuh sekiranya kita tak dapat menyembuhkan baiklah kita bawa ke dokter atau rumah sakit.

·   "Inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita. Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita" (1Yoh 3:23-24). "Saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita" itulah panggilan dan tugas pengutusan kita semua, yang percaya kepadaNya. Saling mengasihi berarti siap sedia mengasihi maupun dikasihi, dan rasanya yang sulit pada masa kini adalah siap sedia dikasihi. Dikasihi tidak hanya diberi yang enak-enak dan nikmat saja, seperti dicium, diberi hadiah, dibelai, ditemani, dst.., tetapi juga ditegor, dikritik, dinasihati, diejek, dst. Beranikah kita menghayati aneka tegoran, kritik, nasihat dan ejekan dari saudara-saudari kita sebagai perwujudan kasih? Ingat dan sadari bahwa jika saudara-saudari kita tidak mengasihi kita pasti mendiamkan kita, namun karena mereka mengasihi kita maka mereka mengritik, menasihati, menegor maupun mengejek. Hemat saya orang menyampaikan kritik, nasihat, tegoran maupun ejekan tidak mendadak, melainkan telah persiapan cukup lama dengan memboroskan waktu dan tenaganya untuk mencermati dan mengamat-amati kita. Pemborosan waktu dan tenaga tersebut merupakan wujud konkret kasih mereka kepada kita, maka ketika yang keluar dari mereka terasa sakit pada diri kita (kritik, ejekan, nasihat). Terimalah dengan rendah hati segala kritik dan nasihat atau tegoran dari saudara-saudari kita, dan tanggapi dengan singkat 'terima kasih'. Dengan demikian ketika dikritik, ditegor, diejek dan dinasihati dari diri kita tetap terpancar kegembiraan yang menyelamatkan dan membahagiakan.

 

"Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia! Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar" (Mzm 2:7-8.10-11)

 

Jakarta, 4 Januari 2010


Jumat, 01 Januari 2010

3 Jan - Yes 60:1-6; Ef 3:2-3a.5-6; Mat 2:1-12

"Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."

HR PENAMPAKAN TUHAN: Yes 60:1-6; Ef 3:2-3a.5-6; Mat 2:1-12


Dalam berbagai kesempatan pertemuan atau acara pada umumnya para peserta yang bertempat tinggal jauh dari tempat pertemuan datang lebih awal daripada mereka yang dekat. Mereka yang jauh takut terlambat, dan untuk itu memang harus jauh mempersiapkan diri,  berangkat lebih awal dan ketika mengikuti ibadat di gereja kiranya dapat mengambil tempat di depan, sementara yang dekat merasa aman dan pasti tak akan terlambat. Dengan kata lain mereka yang jauh memang lebih berkorban daripada yang dekat. Dalam Warta Gembira hari ini kita baca dan dengarkan bahwa 'orang-orang majus dari Timur' lebih cepat tergerak untuk "menyembah Dia", bersembah sujud kepada "Sang Bayi/Kanak-Kanak Yesus" daripada orang-orang Betlekem, termasuk tokoh-tokoh penting. Orang-orang majus yang jauh dari Betlekem lebih peka akan kedatangan  Penyelamat Dunia dengan melihat tanda-tanda, "Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia" (Luk 2:2). Pancaran Kabar Gembira dari Kanak-Kanak Yesus menggema jauh alias Kanak-Kanak Yesus sungguh bercirikhas missioner. Hari ini oleh Gereja Katolik juga dijadikan 'Hari Anak Misioner Sedunia', suatu ajakan untuk membina semangat missioner sedini mungkin kepada anak-anak kita. Maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal bina missioner anak-anak.

 

"Di manakah Dia, …yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." (Luk 2:2)      

 

Pertanyaan orang-orang majus dari Timur "Di manakah Dia, ....yang baru dilahirkan itu", selayaknya juga menjadi pertanyaan kita, para orangtua, orang dewasa, dan mungkin pertanyaan dari kita akan seperti ini "Di manakah anak-anak kita…,adik-adik kita?".  Marilah kita perhatikan anak-anak maupun remaja kita, mereka yang berusia 13 tahun ke bawah, entah di dalam keluarga kita maupun lingkungan hidup dan kerja kita.

1)      Anak-anak usia balita: Anak-anak usia balita penting sekali untuk diperhatikan, menerima kasih-sayang dari orangtuanya, dan secara khusus dari ibunya. Kami berharap orangtua dengan rela hati, penuh kasih dan pengorbanan berani memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anak balitanya, alias 'bersembah-sujud kepada anak-anaknya selama usia balita'. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak para ibu untuk menyusui anak-anaknya secara memadai, konon menurut ahli gizi minimal menyusui anaknya sampai usia satu tahun. Untuk itu memang dari para ibu dituntut kebugaran dan kesegaran tubuh serta makan dan minum yang bergizi. Anak-anak usia balita pada umumnya sepenuhnya berada di rumah dalam asuhan orangtuanya, maka hendaknya sedini mungkin anak-anak dibina dalam hal kepekaan sosial, sopan santun, budi pekerti, dst.. . Pembelajaran membaca dan berhitung kiranya juga mendapat tempat khusus bagi anak-anak balita, yang diajarkan oleh bapak-ibunya.     

2)      Anak-anak usia sekolah/pendidikan dasar: Sekolah adalah pembantu orangtua dalam rangka mendidik anak-anak mereka, maka hendaknya ada kerjasama antara sekolah/para guru dan orangtua dalam proses pembelajaran di sekolah. Para guru dalam rangka melaksanakan tugas pengajaran, hendaknya menghayati tehnik-tehnik mengajar sebagai berikut:

·        "Mulai dengan kasih sayang"

·        "Belajar dengan melakukan"

·        "Bergerak dari yang mudah ke yang sulit"

·        "Mengajar satu per satu"

·        "Guru sebagai teman baik para siswa"

·        "Membuat belajar menyenangkan"

(lihat: Rung Kaewdang PhD: Suatu Cara Reformasi Pembelajaran yang Mangkus, BELAJAR DARI  MONYET, Grasindo – Jakarta 2002, hal 61-71).

Baik di dalam keluarga maupun sekolah kiranya perlu dibina semangat missioner bagi anak-anak. Salah satu cara bina misioner antara lain anak-anak diminta mengenali dengan cermat lingkungan hidupnya minimal dalam radius satu kilometer, entah dari rumah/tempat tinggal atau sekolah. Mereka, anak-anak diminta berjalan kaki sambil melihat-lihat apa yang ada di jalanan, dan kemudian diminta menceriterakan apa yang mereka lihat, apa yang mengesan dst.. Jika mungkin hendaknya anak-anak diajak melihat atau mendatangi mereka yang miskin dan berkekurangan, entah di kota-kota atau pedesaan atau panti asuhan, dst..

 

"Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu,…yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus" (Ef 3:2-3a.5)  

 

Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Efesus di atas ini kiranya dapat kita renungkan (1) pertama-tama kita diharapkan mendengarkan berbagai pengajaran yang disampaikan oleh 'para rasul dan nabi' dan (2) kita juga dipanggil untuk menjadi 'nabi atau rasul':

(1). Mendengarkan merupakan salah satu indera dari pancaindera, yang pertama-tama berfungsi; bayi sejak dalam kandungan sudah dapat mendengarkan. Keutamaan mendengarkan ini hendaknya terus 'dipelihara' dan diperdalam dalam diri anak-anak kita sampai dewasa; mendengarkan penting sekali dalam proses pembelajaran dalam bentuk apapun. Memang mendengarkan mengandaikan keutamaan kerendahan hati, tanpa kerendahan hati orang tak dapat mendengarkan dengan baik. Tentu saja kebiasaan mendengarkan perlu diimbangi dengan melatih memilah dan memilih, memilah mana yang baik dan buruk dan kemudian memilih yang baik untuk dilaksanakan. Masa kini cukup banyak informasi atau berita melalui aneka media massa atau lisan dari mulut ke mulut, yang perlu dipilah dan dipilih dengan cermat, teliti dan tekun.

(2). Sebagai orang beriman kita memiliki dimensi missioner, diutus sebagai 'nabi atau rasul'. Nabi adalah "orang yang diutus dan diilhami oleh Allah untuk menyatakan sesuatu yang tersembunyi, mengungkapkan suatu nubuat, menyatakan pikiran dan kehendak Ilahi, dan juga untuk meramalkan masa depan" (Xavier Leon – Dufour: Ensklopedi Perjanjian Baru, Penerbit Kanisius – Yogyakarta 1990, hal 412), sedangkan rasul adalah seseorang yang diutus untuk menyampaikan sesuatu dan tentu saja apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan. Kita, orang yang percaya kepada Yesus Kristus, Pewarta Kabar Baik, dipanggil untuk menjadi pewarta-pewarta kabar baik: yang terdengar dan terlihat dari cara hidup dan cara bertindak kita adalah apa yang baik, dan juga diharapkan untuk senantiasa menyuarakan dan menyebarluaskan apa yang baik dalam berbagai kesempatan dan kemungkinan. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, dimana saja dan kapan saja dan bagi siapapun juga. Apa yang disebut baik antara lain buah-buah Roh seperti " kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri"(Gal 5:22-23), maka baiklah keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh ini kita hayati dan sebarluaskan dalam hidup kita sehari-hari.   

"Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu" (Yes 60:1-2). Apa yang diserukan oleh nabi Yesaya ini baiklah kita renungkan dan hayati; panggilan atau ajakan bagi kita agar menjadi 'terang' bagi siapapun yang kita jumpai atau hidup bersama-sama dengan kita. Marilah kita saling menerangi dengan penuh harapan dan gairah, karena 'terang Tuhan' di atas kita semua.

 

"Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong;ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin" (Mzm 72:11-13).

 

Jakarta, 3 Januari 2010     


2 Jan - 1Yoh 2:22-28; Yoh 1:19-28

"Membuka tali kasutNya pun aku tidak layak."

(1Yoh 2:22-28; Yoh 1:19-28)

 

"Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?" Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias." Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!" Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?" Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya." Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi. Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?" Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak."Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis." (Yoh 1:19-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Basilius Agung dan Gregorius dari Nazianze hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini kepada kita ditampilkan tokoh Yohanes Pembaptis, yang dengan rendah hati mempersiapkan jalan bagi Penyelamat Dunia. Ia dinilai atau dipandang sebagai seorang nabi besar, namun dibandingkan dengan Sang Penyelamat Dunia, Yesus, dirinya bukan apa-apa, maka ia bersaksi "Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.". Sikap mental Yohanes Pembaptis ini kiranya baik kita tiru dan hayati juga dalam hidup dan bertindak kita setiap hari, sebagai orang beriman, khususnya kita yang beriman kepada Yesus, Penyelamat Dunia. Kita semua dipanggil untuk dengan rendah hati mempersiapkan jalan bagi Tuhan, artinya melalui atau dengan cara hidup dan cara bertindak kita, kita dapat menjadi petunjuk jalan bagi orang lain untuk semakin beriman, semakin suci, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, Yang Ilahi. Mereka yang melihat atau kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita tergerak untuk semakin beriman, semakin berbudi pekerti luhur. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya"(Prof Dr. Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kami berharap kepada mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama di tingkat atau ranah kehidupan apapun, misalnya orangtua, pemimpin, ketua, pejabat, dst. dapat menjadi saksi atau teladan dalam hal penghayatan keutamaan kerendahan hati.

·   "Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus?" (1Yoh 2:22). Yohanes Pembaptis dengan jujur mengakui dirinya bukan Penyelamat yang didambakan banyak orang, melainkan hanya menyiapkan jalan bagiNya: ia percaya bahwa "Yesus adalah Kristus', Yesus adalah Penyelamat Dunia. Sebagai orang Kristen atau Katolik kita percaya bahwa Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka marilah kepercayaan kita itu kita hayati dalam hidup sehari-hari, antara lain dengan menghayati ajaran atau sabda Yesus maupun meneladan cara bertindakNya, sebagaimana diwartakan dalam dan melalui Kitab Suci. Jika kita tidak menghayati ajaran atau sabda Yesus maupun meneladan cara bertindakNya berarti kita adalah pendusta, mengakui diri sebagai orang Kristen atau Katolik tetapi cara hidup maupun cara bertindaknya tidak sesuai dengan ajaran Yesus. Mungkin kita semua tidak sempurna dalam menghayati ajaran maupun meneladan cara bertindak Yesus, maka baiklah kita saling membantu dan mengingatkan satu sama lain. "Di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia"(1Yoh 2:27). Kita tidak mau saling mengajar, melainkan saling mengingatkan dengan rendah hati. Yang juga diharapkan dari kita adalah keterbukaan satu sama lain, dalam rangka menghayati keterbukaan kita terhadap Penyelenggaraan Ilahi, kehendak Tuhan, bisikan Roh Kudus.

 

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" (Mzm 98:1-4)

  Jakarta, 2 Januari 2010


Rabu, 30 Desember 2009

1 Jan - Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21


"Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya".

HR SP MARIA BUNDA ALLAH: Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21


Pertama-tama saya ucapkan 'SELAMAT TAHUN BARU 2010'; marilah kita masuki Tahun Baru ini dengan semangat baru. Hari ini juga "Hari Perdamaian Sedunia", dan bagi anggota Serikat Yesus merupakan hari "Pesta Nama". Dalam "Hari Perdamaian Sedunia" ini Paus Benediktus XVI memberi pesan dengan tema "IF YOU WANT TO CULTIVATE PEACE, PROTECT CREATION". Tahun 2010 yang juga disebut 'Tahun Macan', yang juga ditandai dengan 'pemanasan global',  kiranya kita juga akan menghadapi aneka tantangan dan hambatan dalam rangka membudayakan hidup damai maupun melindungi ciptaan Allah di dunia ini. Namun demikian marilah kita bersama-sama, bergotong royong mengusahakan damai maupun pelestarian lingkungan hidup.

 

"Ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya" (Luk 2:21) 

 

"Hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan"(Luk 1:31-33). Nama Yesus telah ditentukan oleh Allah sebelum lahir di dunia ini. Kiranya kita semua juga berbuat yang sama, yaitu mempersiapkan nama bagi anak yang masih berada dalam kandungan maupun nama suatu gedung, paguyuban, dst. sebelum diresmikan atau diberkati. Dalam memilih nama kiranya tidak sembarangan saja, melaikan sungguh dipertimbangkan, direnungkan dan dibicarakan bersama, karena nama mengandung banyak makna dan cita-cita atau harapan. Demikian kiranya nama-nama yang dikenakan pada diri kita masing-masing, maka marilah kita mawas diri perihal nama yang dikenakan pada diri kita: apakah kita setia pada cita-cita atau dambaan yang dibebankan pada diri kita.

 

Bagi kita semua orang Kristen maupun Katolik, dan khususnya rekan-rekan anggota Serikat Yesus, marilah kita mawas diri perihal kekristenan atau kekatolikan kita. Kita semua diharapkan hidup dan bertindak meneladan Yesus maupun dengan menghayati ajaran-ajaran atau sabda-sabdaNya, hidup dan bertindak dirajai atau dikuasai oleh Yesus. Untuk lebih mengenal dan memahami cara bertindak maupun sabda-sabda Yesus, baiklah kita baca dan renungkan apa yang ditulis di dalam Kitab Suci; dengan kata lain kami berharap di tahun 2010, tahun macan, ini kita menggiatkan gerakan pembacaan maupun pendalaman Kitab Suci. Dalam upacara saling menerimakan Sakramen Perkawinan pada umumnya pasangan suami-isteri baru juga dibekali Kitab Suci, Rosario dan Salib, dengan harapan dalam mengarunsi hidup berkeluarga hendaknya tidak melupakan Sabda Tuhan, Bunda Maria maupun Kasih Sejati yang telah dihayati oleh Yang Tersalib. Hemat saya ketika suami-isteri sedini mungkin membiasakan pemfungsian Kitab Suci, Rosario dan Salib, maka hidup berkeluarga akan damai sejahtera, saling mengasihi dan dengan demikian anak-anak yang lahir dan dianugerahkan oleh Tuhan juga akan terbiasa membaca Kitab Suci, berdoa Rosario dan berdevosi kepada Yang Tersalib.

 

Hidup berkeluarga yang saling mengasihi baik dalam untung dan malang, sehat maupun sakit sampai mati, akan membawa keluarga yang bersangkutan ke damai sejati. Dan jika setiap keluarga dapat hidup dalam damai sejati, maka dambaan perdamaian seluruh dunia segera menjadi nyata. Perdamaian Sedunia hemat saya perlu dimulai dan didasari oleh hidup damai sejahtera dalam keluarga-keluarga. Bagi suami-isteri kami harapkan mawas diri perihal nama yang menyatukan mereka berdua, dua nama menjadi satu: apa makna dan dambaan anda berdua? Bagi para anggota Lembaga Hidup Bakti kami harapkan mawas diri perihal nama yang menandai kebersamaan hidup kita, misalnya SJ, MSF, OSF, OSC, PI, OFM , dst.. Sebagaimana keluarga menjadi dasar dan landasan perdamaian sedunia, demikian halnya komunitas-komunitas hidup membiara. Semoga baik dari keluarga-keluarga maupun komunitas biara serta paguyuban-paguyuban tersiarkan damai sejahtera, warta gembira bagi seluruh umat manusia.

 

"Kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah" (Gal 4:7)   

 

Secara manusiawi kita semua pernah menjadi anak, dan dengan demikian juga menjadi ahli waris atau menerima warisan tertentu dari orangtua kita masing-masing. Ketika menjadi tua atau orangtua pada gilirannya harus mewariskan kepada anak-anak atau generasi penerus/generasi muda apa-apa yang mereka butuhkan untuk hidup kini dan masa depan. Sebagai orang beriman kita semua adalah 'anak-anak Allah', yang memperoleh warisan dari Allah, antara lain ciptaan-ciptaanNya yang indah, mulia, luhur dan suci di dunia ini alias lingkungan hidup yang enak, nyaman dan nikmat, mempesona dan memikat. Maka baiklah memasuki dan mengarungi Tahun 2010 ini marilah kita tanggapi ajakan Paus untuk melindungi atau melestarikan ciptaan alias lingkungan hidup.

 

Allah kita adalah Allah Pencipta, maka sebagai anak-anak Allah kita dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya PenciptaanNya, termasuk melindungi ciptaan-ciptaanNya. Kita semua kiranya berprihatin dengan adanya 'pemanasan global', yang sedikit banyak pasti akan merusak lingkungan hidup maupun aneka jenis kehidupan di alam raya ini, yang pada gilirannya akan mencelakakan atau menyengsarakan manusia, sebagai ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini. Marilah keprihatinan kita terhadap 'pemanasan global' kita wujudkan secara positif dengan gerakan bersama yang bersifat preventif untuk mengurangi 'pemanasan global', antara lain gerakan penanaman pohon-pohon/penghijaun, penghematan enerji, pengurangan berbagai sarana maupun bangunan yang dapat menambah panas bumi dst.. . Yang tidak kalah penting atau yang pertama-tama dan terutama harus menjadi perhatian kita tentu saja manusia, melindungi dan mendampingi manusia agar setia sebagai ciptaan Tuhan terluhur dan termulia di dunia ini.

 

Melindungi manusia sebagai ciptaan terluhur dan termulia berarti mendampingi sebaik mungkin sejak ia masih berada di dalam kandungan sampai lahir dan mati. Dengan kata lain marilah pada tahun 2010 ini kita sungguh lebih menekankan dan mengutamakan 'human investment' daripada 'material investment' . Memang mendidik, mendampingi dan membina manusia/anak-anak tidak mudah, sarat dengan tantangan maupun hambatan serta hal-hal yang sering sulit terpahami. Maka baiklah ketika kita harus menghadapi hal-hal yang sulit dipahami, marilah kita meneladan Bunda Maria, Bunda Allah, Bunda kita, yang "menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya". Dengan kata lain di tahun 2010, tahun macan, yang konon akan ada kemungkinan terjadi banyak konflik, marilah kita lebih banyak berdoa dan merenung alias mempersembahkan apa yang kita alami kepada Tuhan. Marilah kita mendunia dengan iman, berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi dalam semangat iman. Marilah kita saling membantu agar kita semua semakin cerdas beriman, sehingga kita bersama-sama dapat mengusahakan perdamaian dunia yang menyelamatkan dan membahagiakan semua orang.

 

"Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu.Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia!" (Mzm 67:5-8)

Selamat tahun baru 2010

 

Jakarta, 1 Januari 2010   

      


Selasa, 29 Desember 2009

31 Des - 1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18

Dari kepenuhanNya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia"

(1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18)

 

"Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya" (Yoh 1:10-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini adalah hari terakhir tahun 2009, dan kita akan segera memasuki tahun baru 2010. Selama tahun 2009 kiranya kita telah menerima berbagai macam kasih karunia Allah, yang kita terima melalui saudara-saudari kita yang telah berbuat baik kepada kita dalam berbagai kesempatan, maka marilah kita syukuri semuanya itu dengan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari di tahun 2010 yang akan datang. Syukur tersebut kita wujudkan dengan meneruskan aneka kasih karunia yang telah kita terima, sehingga dalam kehidupan bersama kita senantiasa saling menerima dan memberi kasih karunia. Kasih karunia tersebut mungkin secara konkret berupa harta benda/uang atau kekayaan, kesehatan, kecerdasan, keterampilan, sahabat atau kenalan, dan bagi orangtua mungkin anak, sedangkan para pekerja mungkin kenaikan pangkat atau kesejahteraan. Hidup dan segala sesuatu yang menyertai hidup kita, yang kita miliki, kuasai atau nikmati sampai kini adalah kasih karunia Allah, maka baiklah di tahun yang akan datang ini kita senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Allah, antara lain setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan dan terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Mungkin di tahun 2009 ada rencana yang belum dapat kita laksanakan atau kerjakan, marilah di tahun 2010 yang akan datang kita laksanakan. "Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita", demikian kutipan warta gembira hari ini, yang kiranya baik kita hayati, antara lain dengan melaksanakan rencana atau cita-cita yang masih dalam rumusan kata-kata, sehingga menjadi tindakan atau perilaku nyata.

·  "Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita" (1Yoh 2:18-19). Pesan ini mengingatkan kita akan bahaya-bahaya atau godaan-godaan yang mungkin terjadi di tahun 2010 yang akan datang, yang menurut kalender Tionghoa disebut 'tahun macan'. Macan atau singa memang senantiasa berusaha mencari mangsa dengan cerdik, maka baiklah kita hadapi dengan 'tulus seperti merpati, dan cerdik seperti ular', artinya dengan kecerdasan spiritual. Maka sekali lagi saya angkat disini cirikhas kecerdasan spiritual, yang hendaknya menjadi cara hidup dan cara bertindak kita, yaitu "mampu untuk fleksibel (adaptasi aktif dan spontan), memiliki kesadaran diri yang tinggi, mampu menghadapi dan menggunakan penderitaan, mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit, hidup dijiwai oleh visi dan nilai-nilai, enggan untuk menyakiti orang lain, melihat hubungan dari yang beragam (holistik), bertanya 'mengapa' dan 'apa jika' untuk mencari jawaban mendasar, kemampuan/kemudahan untuk 'melawan perjanjian'". Kita hayati dengan kerja sama dan saling membantu cirikhas kecerdasan spiritual di atas dalam hidup kita sehari-hari.

 

"Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya" (Mzm 96:11-13)

 

Jakarta, 31 Desember 2009


30 des - 1Yoh 2:12-17; Luk 2:3640

"Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa".

(1Yoh 2:12-17; Luk 2:3640)

 

"Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" (Luk 1:36-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari ini kepada kita ditampilkan seorang nabi perempuan, bernama Hana, yang "tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa". Tokoh nabi Hana ini kiranya baik menjadi bahan refleksi bagi rekan-rekan perempuan. Dari berbagai pencermatan dan pengalaman kiranya dapat dikatakan bahwa rekan-rekan perempuan pada umumnya lebih berperan dalam "beribadah dengan berpuasa dan berdoa". Pertemuan-pertemuan bersama untuk pendalaman iman atau doa bersama di lingkungan/stasi pada umum lebih banyak dihadiri oleh rekan-rekan perempuan daripada rekan laki-laki. Perhatian ibu kepada anak-anaknya pada umumnya lebih besar daripada perhatian bapak terhadap anak-anaknya, sebagaimana sering dikumandangkan dalam sebuah lagu "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk sungguh bersyukur dan berterima kasih kepada ibu kita masing-masing, yang telah mengandung, melahirkan, membesarkan kita sehingga kita "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah" berkanjang dalam diri kita masing-masing. Sebagai ucapan syukur dan terima kasih hendaknya kita juga rajin 'beribadah dengan berpuasa dan berdoa', yang menandai atau menjadi cirikhas hidup beriman atau beragama. Tujuan beribadah tidak lain adalah agar kita senantiasa tetap berada dalam 'kasih karunia Allah', dan dengan demikian hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan dan terkait dengan cara hidup dan panggilan kita masing-masing. Maka baiklah kita saling membantu dan mengingatkan satu sama lain dalam hal 'beribadah' ini.          

·   "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya" (1Yoh 2:15-17). Apa yang dimaksudkan dengan 'mengasihi dunia'  disini kiranya adalah sikap mental materialistis atau duniawi atau bisnis, dimana orang mengurus atau mengelola aneka karya pelayanan secara materialistis atau bisnis melulu. Kita dipanggil mendunia sesuai dengan kehendak Allah, mengurus dan mengelola hal-ikhwal duniawi sesuai dengan kehendak Allah alias mengusahakan kesucian hidup dengan berpartipasi dalam seluk beluk duniawi. Ingat dan hayati bahwa kita baru saja merayakan pesta Kelahiran Penyelamat Dunia, yang datang untuk menyelamatkan dunia dengan mendunia. Maka baiklah kami mengingatkan dan mengajak kita semua dalam pelayanan atau kegiatan hendaknya sesuai dengan visi yang telah dicanangkan atau dimaklumkan. Setiap hidup dan kerja bersama maupun pribadi kiranya memiliki visi yang bagus dan indah serta baik, maka hendaknya visi tidak berhenti dalam tulisan atau wacana, melainkan sungguh menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Bagi para anggota Lembaga Hidup Bakti, biarawan dan birawati, berarti hidup dan bertindak dijiwai oleh charisma pendiri, bagi suami-isteri berarti setia pada janji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati, dst.. Kepada para pejabat atau pemimpin masyarakat maupun bangsa kami harapkan untuk hidup dan bertindak dijiwai oleh semangat melayani, sehingga segala usaha dan kegiatan terarah pada kesejahteraan umum ('bonum commune'). Semakin berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi/mendunia hendaknya juga semakin beriman; mendunia tanpa iman akan terjadi kekacauan.

 

"Kepada TUHAN, hai suku-suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi! Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran." (Mzm 96:7-10)

 

Jakarta, 30 Desember 2009


Senin, 28 Desember 2009

29 Des - 1Yoh 2:3-11; Luk 2:22-35

"Biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firmanMu"

(1Yoh 2:3-11; Luk 2:22-35)

 

"Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan -- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." (Luk 2:22-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari ini kepada kita diketengahkan seorang tokoh bernama Simeon, "seorang benar dan saleh…Roh Kudus di atasnya". Ia yang sungguh menantikan penghiburan sejati dan kini telah menyaksikan dalam Kanak-Kanak Yesus yang sedang dipersembahkan di bait Allah, maka ia pun memuji Allah serta bersyukur, antara lain dengan berkata "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa". Sebagai orang yang telah usur alias lansia kiranya kutipan di atas ini baik menjadi permenungan atau refleksi. Hendaknya ketika sudah usia lanjut, sesuai dengan aturan di Indonesia ketika usia 60 tahun ber-KTP abadi, dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk 'mengundurkan diri' serta memberi kesempatan kepada generasi muda lebih berperan dalam kehidupan bersama. Hal yang sama kiranya juga baik dilakukan oleh mereka yang merasa senior terhadap yang yunior. Marilah kita beri kepercayaan kepada generasi muda sebagai pembaharu, "untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang…supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang". Sebaliknya kepada generasi muda kami harapkan siap sedia untuk mengambil alih peran dan fungsi generasi tua.

·   "Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan" (1Yoh 2:9-10). Kutipan dari surat Yohanes ini kiranya dialami oleh Simeon, yang "berada di dalam terang, dan dalam dia tidak ada penyesatan". Kutipan ini juga baik menjadi permenungan bagi para orangtua, para senior, pendidik/guru, dst..: hendaknya senantiasa berada dalam terang dan tidak ada penyesatan dalam cara hidup dan cara bertindaknya, sehingga dalam mendampingi dan mendidik anak-anak, yunior, peserta didik, dst.. sungguh bermanfaat bagi masa depan mereka. Hendaknya orangtua, pendidik/guru dst. tidak menyesatkan. Tanda bahwa tidak menyesatkan antara lain senantiasa hidup berbudi pekerti luhur serta mengajarkan dan membina anak-anak/peserta didik untuk berbudi pekerti luhur. Maka perkenankan sekali lagi saya kutipkan ciri-ciri budi pekerti luhur, yang harus dihayati dan dibinakan, yaitu "bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet "(Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997)

"Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya" (Mzm 96:11-13).

 

Jakarta, 29 Desember 2009


Minggu, 27 Desember 2009

28 Des - 1Yoh 1:5-2:2; Mat 2:13-18

"Ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya"

(1Yoh 1:5-2:2; Mat 2:13-18)

 

"Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:"Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi" (Mat 2:13-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. .

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Kanak-Kanak suci, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Penguasa yang gila akan harta benda, kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi menjadi gusar dan merasa tidak aman dan tidak nyaman ketika muncul tokoh baru yang mengambil atau mendominasi hati rakyat. Itulah yang dialami Herodes ketika menerima info telah lahir seorang Raja sesuai dengan ramalan para nabi, ia ingin membunuhnya, namun karena sulit atau tidak dapat menemukan Sang Raja yang dimaksud maka ia memerintahkan agar semua anak-anak laki-laki usia dibawah 2 (dua) tahun di Betlekem dibunuh. Kanak-kanak pun akhirnya dibunuh dan mereka menjadi martir. Kanak-kanak memang lebih suci daripada orangtua atau orang dewasa, maka pada pesta Kanak-Kanak suci, martir, hari ini saya mengajak kita semua untuk memberi perhatian selayaknya atau istimewa kepada anak-anak. Anak-anak adalah masa depan kita, masa depan bangsa dan Gereja; tidak memperhatikan anak-anak berarti bunuh diri pelan-pelan. Secara khusus kami mengingatkan para ibu untuk berani memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya yang masih balita, 2 atau 5 tahun ke bawah, juga menyusui anaknya secara memadai (menurut berbagai nasihat sebaiknya anak-anak dapat menyusu atau menikmati ASI kurang lebih satu tahun). Kami mengharapkan tidak dengan mudah 'menyerahkan' kanak-kanak kepada asuhan pembantu/baby sitter atau neneknya, sebagaimana dilakukan sebagian ibu/orangtua di kota-kota yang mabuk kerja alias materialistis. Berilah makanan bergizi, sesuai pedoman empat sehat lima sempurna, kepada kanak-kanak.

·   "Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia." (1Yoh 2:1-2). Kanak-Kanak Yesus yang baru saja kita kenangkan kelahiranNya adalah pendamaian untuk segala dosa kita. Hemat saya jika kita hidup dalam kasih juga akan mengimani bahwa setiap kanak-kanak adalah pendamaian bagi kita semua. Sebagai contoh: suami-isteri tanpa anak dapat uring-uringan terus, sebaliknya ketika mereka memiliki anak kiranya suami-isteri akan bersama-sama mengasihi dan membesarkan atau mendidik anak-anaknya, mengingat dan memperhatikan bahwa anak adalah hasil atau buah kerjasama atau gotong-royong. Maka ketika anda sebagai orangtua, bapak atau ibu ataupun guru/pendidik tergoda atau dirayu untuk berbuat dosa atau menyeleweng, kenangkan dan ingat anak-anak atau peserta didik anda, dengan demikian kiranya anda tak tergerak untuk melakukan dosa. Memang para penjahat sering memanfaatkan anak untuk kepentingan mereka sendiri antara lain dengan menculik seorang anak dan minta tebusan berupa uang sebanyak mungkin. Betapa tinggi nilai seorang anak? Ketika orang dewasa tidak ada alias bepergian kiranya kita cuek saja alias tidak/kurang gusar, tetapi ketika anak kecil tidak ada di rumah kiranya banyak orang gusar dan was-was. Lihatlah dalam dan dengan mata kasih anak-anak, maka anda akan tergerak untuk hidup dan bertindak dalam kasih, saling mengasihi. Anak sungguh membawa damai bagi siapapun yang hidup dan bertindak dalam dan oleh kasih.

 

"Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita; maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita, maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap-luap itu" (Mzm 124:2-5).

Jakarta, 28 Desember 2009