Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 07 September 2012

Minggu Biasa XXIII

Mg Biasa XXIII: Yes 35:4-7a; Yak 2:1-5; Mrk 7: 31-37
"Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata."

Orang yang sakit bisu-tuli memang harus menghadapi aneka kesulitan dan tantangan. Dalam tayangan TV sering ada penyiar khusus bagi mereka yang memiliki sakit bisu tuli agar dapat mengetahui dengan baik apa yang sedang ditayangkan atau disiarkan melalui TV. Bisu tuli secara fisik mungkin lebih mudah dibantu atau diselamatkan daripada mereka yang memiliki penyakit bisu tuli secara spiritual atau rohani, karena pada umumnya orang yang bersangkutan akan lebih cenderung hidup dan bertindak hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi, dan dengan demikian mengalami aneka keterbatasan dalam dirinya. Yang bersangkutan jelas akan menjadi gangguan dalam hidup bersama, sehingga hidup bersama tidak baik. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan Yesus menyembuhkan orang tuli sehingga dapat mendengarkan dan orang bisu dapat berkata-kata. Maka sebagai orang yang beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus, kita juga dipanggil untuk meneladanNya, yaitu menyembuhkan saudara-saudari kita yang bisu-tuli secara spiritual atau rohani.

"Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata." (Mrk 7:37)

Apa-apa yang baik, luhur, mulia dan indah dst.. memang merupakan karya Allah, dan demikian juga yang dikerjakan atau dibuat oleh Yesus, Penyelamat dunia, dalam kedatanganNya di dunia ini. Tentu saja kita semua yang beriman kepadaNya dipanggil untuk meneladanNya, maka marilah dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun senantiasa mengusahakan dan melakukan apa-apa yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan, terutama kebahagiaan dan keselamatan jiwa manusia.

Dalam lingkungan hidup dan kerja kita pasti ada hal-hal yang kurang baik karena kelengahan atau keteledoran manusia, maka marilah kita perbaiki apa yang tidak baik serta kita ajak saudara-saudari kita yang bisu-tuli secara spiritual untuk mengusahakan kepekaan hati, jiwa dan budi dalam mendengarkan apa yang terjadi dalam lingkungan hidup dan kerjanya. Indera pendengaran hemat saya merupakan yang pertama kali berfungsi di antara indera-indera lainnya, namun entah mengapa pada umumnya semakin tambah usia mengalami erosi dalam hal mendengarkan. Mungkin hal itu disebabkan oleh aneka godaan dan rayuan duniawi yang sungguh marak pada masa kini.

Pada bulan Kitab Suci ini baiklah kita fungsikan Kitab Suci untuk membantu saudara-saudari kita tidak bisu dan tuli secara rohani atau spiritual. Apa yang tertulis di dalam Kitab Suci diilhami oleh Allah dan "segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2Tim 3:6). Apa yang tertulis di dalam Kitab Suci pertama-tama dan terutama untuk dibacakan dan didengarkan, bukan untuk didiskusikan atau dijadikan bahan omongan saja. Maka yang membacakan Kitab Suci hendaknya membacakan dengan baik sehingga dapat didengarkan, dan untuk itu hendaknya dipersiapkan, sebaliknya yang mendengarkan hendaknya sungguh mendengarkan. Kami percaya jika kita sungguh dapat mendengarkan dengan baik apa yang dibacakan dari Kitab Suci, maka kita pasti akan tidak tuli lagi terhadap aneka bisikan Roh Kudus yang menggejala dalam aneka kehendak baik saudara-saudari kita.

Jika kita menjadi pendengar yang baik dan dengan demikian kita kaya akan hal-hal baik sebagaimana diinspirasikan oleh sabda atau firman Allah, hendaknya apa yang kita dengarkan dan telah kita hayati segera diteruskan kepada orang lain. Dengan kata lain hendaknya dalam wacana atau omongan kita tidak hanya sekedar bicara atau omong saja, melainkan apa yang kita bicarakan atau omongkan adalah hal-hal baik, yang berinspirasi pada sabda atau firman Allah. Semoga kita terbiasa bercakap-cakap perihal apa-apa yang baik dan saling mendengarkan dengan baik dalam percakapan, sehingga kita semua diperkaya dalam hal-hal baik, keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang membahagiakan atau menyelamatkan, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwa manusia. Kami berharap pembacaan Kitab Suci ini dapat dilakukan setiap hari di dalam keluarga-keluarga, atau kalau tidak mungkin seluruh anggota keluarga dapat hadir karena tugas dan pekerjaan, kiranya dapat dilakukan dengan anggota keluarga yang ada atau sendirian. Ketika membaca Kitab Suci sendirian, hendaknya tidak dalam batin saja, melainkan disuarakan sehingga telinga dapat mendengarkan.

"Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!",bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?" (Yak 2:1-4)
Apa yang dikatakan oleh Yakobus di atas ini kiranya baik kita renungkan dan refleksikan. Kita diingatkan dan diajak untuk tidak membedakan satu sama lain dalam hidup dan pergaulan dimana pun, dan menghayati motto "berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah" alias sama-sama ciptaan Allah. Perbedaan yang ada di antara kita lebih bersifat fungsional, yaitu memfungsikan agar apa yang sama di antara kita dihayati semakin mendalam dan akurat serta handal.

Baik kepada mereka yang kaya raya dengan pakaian indah, menarik dan mahal besera asessorinya yang indah juga maupun mereka yang miskin dan compang-camping, kami harapkan untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain, dapat hidup bersama, berdampingan dengan mesra. Mereka yang kaya raya hendaknya tidak menjadi sombong serta melecehkan mereka yang miskin, sebaliknya mereka yang miskin kami harapkan tidak perlu kecil hati atau minder. Memang semuanya itu bermula dari hati kita masing-masing, maka kami harapkan kita semua memiliki kerendahan hati, keutamaan yang paling mendasar. Kita diingatkan untuk menghayati iman kita tanpa memandang muka, yang memang berbeda satu sama lain, melainkan lebih memandang apa yang ada di dalam  hati, karena kami percaya kita semua memiliki hati yang sama-sama baik.  
"Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (Yes 35:4). "Kuatkanlah hati, janganlah takut" inilah yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Jika kita lebih memandang dan memperhatikan apa yang sama di antara kita, maka kita tidak akan kecil hati dan tidak akan takut sama sekali bertemu dan bercakap-cakap dengan siapapun. Jika kita mengalami kesulitan bahasa lidah atau vocal, baiklah kita gunakan bahasa tubuh dalam percakapan kita. Dengan bahasa tubuh kita dapat berkomunikasi dan bercakap-cakap dengan siapapun tanpa pandang bulu atau muka. Bahasa tubuh adalah bahasa yang dianugerahkan oleh Allah kepada semua orang, maka marilah kita fungsikan dalam kebersamaan  kita dimana pun dan kapan pun.

"TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar.TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. TUHAN itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya!"
 (Mzm 146:8-10)
Ign 9 September 2012

8 sept

"Janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu"
(Rm 8:28-30; Mat 1:18-25)
"Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus" (Mat 1:18-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Kelahiran SP Maria hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   SP Maria kita imani suci sejak dalam kandungan, demikian juga setelah dilahirkan maupun tumbuh berkembang sebagai manusia, SP Maria tetap suci adanya. Sebagai gadis perawan yang suci ia bertunangan dengan Yusuf, dan pada suatu hari SP Maria menerima kabar gembira bahwa ia akan mengandung anak laki-laki, Penyelamat Dunia, karena Roh Kudus, bukan karena hubungan seksual dengan laki-laki. Karena masih bertunangan dan mengandung bukan karena Yusuf, maka ketika Yusuf mendengar bahwa SP Maria mengandung, Yusuf bermaksud untuk meninggalkan SP Maria. Yusuf juga orang suci dan tak pernah mau mencemarkan nama baik orang lain, maka ketika ia bermaksud meninggalkan SP Maria menerima penampakan malaikat Allah dalam mimpi yang berkata :"Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka". Dan Yusuf pun mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah tersebut. Maka dalam rangka mengenangkan Kelahiran SP Maria ini pertama-tama kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa menjaga kesucian diri kita masing-masing, dan tidak takut melakukan apa-apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Jangan sekali-kali takut melakukan apa yang baik dan suci, mengurus dan mengelola apa-apa yang suci dan baik.
·   "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." (Rm 8:28-29), demikian kesaksian iman Paulus, yang selayaknya kita renungkan atau refleksikan. "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia", inilah yang hendaknya kita renungkan. Kami percaya bahwa kita semua hidup dan bekerja untuk mendatangkan alias senantiasa berusaha melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Maka baiklah kami ajak dan ingatkan: hendaknya tidak hanya mengandalkan diri kita, yang lemah dan rapuh ini, melainkan seraya bekerja keras dalam melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, kita sekaligus mengandalkan rahmat dan bantuan Allah, sehingga bersama dan bersatu dengan Allah dalam melakukan segala sesuatu pasti akan menghasilkan apa yang baik dan menyelamatkan, dan segala usaha kita akan sukses atau berhasil. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita, sebagai umat beriman, seharusnya senantiasa mengandalkan diri pada Allah dalam aneka cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun. Dengan kata lain kami mengajak kita semua dalam semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, agar cita-cita 'kesejahteraan bagi seluruh bangsa' segera menjadi kenyataan atau terwujud, tidak berhenti pada cita-cita atau harapan belaka. Marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan rencana Allah bagi diri kita masing-masing, sesuai dengan bakat, keterampilan yang dianugerahkan oleh Allah demi kesejahteraan umum
"Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku" (Mzm 13:6)
Ign 8 September 2012

Kamis, 06 September 2012

7 Sept

"Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula"
(1Kor 4:1-5; Luk 5:33-39)

"Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa." Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka: "Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik." (Luk 5:33-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Memasuki 'hidup baru' kiranya hampir dialami oleh semua orang, misalnya baptisan baru, pelajar/ murid/mahasiswa baru, keluarga baru, imam/bruder/suster baru, pekerja baru, dst.. Dalam memasuki 'hidup baru' senantiasa harus menghadapi tata tertib atau aturan yang berlaku yang harus ditaati dan dilaksanakan. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua bahwa di dalam menempuh dan menghayati 'hidup/panggilan baru' kita diajak untuk sungguh hidup baru, yang berarti senantiasa siap sedia untuk berubah dan diperbaharui agar tumbuh berkembang menjadi pribadi-pribadi yang sungguh telah memasuki hidup atau panggilan baru. Dengan kata lain kita semua harus senantiasa siap sedia untuk berubah, dan ingatlah serta sadari bahwa yang abadi di dunia ini adalah perubahan, maka bagi mereka yang tak bersedia berubah akan ketinggalan zaman serta menderita sengsara dalam hidupnya. Pertama-tama kami mengingatkan kita semua umat katolik untuk setia menghayati janji baptis yang telah diikrarkan. Kepada para pelajar/murid atau mahasiswa kami ajak untuk setia menghayati janji pelajar atau mahasiswa yang ada di dalam tempat pendidikan masing-masing, kepada mereka yang berkeluarga, sebagai suami-isteri hendaknya setia pada pasangan masing-masing dan bersama-sama menghayati atau melaksanakan janji perkawinan sampai mati alias tidak bercerai. Akhirnya kepada rekan-rekan imam, bruder dan suster kami ajak dapat menjadi teladan dalam kesetiaan pada semangat pendiri, janji atau kaul-kaul.

·   "Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.Bagiku sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu pengadilan manusia. Malahan diriku sendiri pun tidak kuhakimi." (1Kor 4:1-3), demikian kesaksian, yang kiranya dapat menjadi bahan atau refleksi kita semua, umat beriman. "Dapat dipercaya" itulah kiranya yang baik kita refleksikan. Orang yang dapat dipercaya pada umumnya setia dan taat pada panggilan dan tugas pengutusan dalam situasi dan kondisi macam apapun dan dimana pun. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat. Ini diwujudkan dalam perilaku tetap memilih dan mempertahankan perjanjian yang telah dibuat dari godaan-godaan yang lebih menguntungkan" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24-25). Godaan-godaan yang menggoncang dan akhirnya dapat meruntuhkan kesetiaan kita pada masa kini sangat banyak, entah itu berupa penyelewengan atau perselingkuhan. Penyelewengan sering terjadi di kalangan para pelajar maupun pekerja , sedangkan perselingkungan terjadi di kalangan orang-orang terpanggil, entah terpanggil menjadi suami dan isteri, maupun imam, bruder dan suster. Perselingkungan di kalangan pekerja atau pegawai yang telah bersuami atau beristeri pada umumnya terjadi pada jam-jam istirahat, dan menurut informasi yang kami terima perselingkungan antar pegawai atau pekerja sering dilakukan di hotel-hotel atau penginapan kelas melati, yang dapat dibooking atau dipesan dengan hitungan jam. Jam istirahat yang sebenarnya dimaksudkan untuk makan siang digunakan berselingkuh dengan rekan kerja atau kenalan.

"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:3-6)
Ign 7 September 2012

Selasa, 04 September 2012

6 Sep


"Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
(1Kor 3:18-23; Luk 5:1`-11)
" Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus." (Luk 5:1-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Para rasul memang berasal dari nelayan-nelayan, penjala ikan, yang setiap hari kesibukan atau pekerjaannya mencari atau menjala ikan. Mereka dipanggil oleh Tuhan untuk ditingkatkan atau diperdalam keterampilan sebagai 'penjala', dari penjala ikan ke penjala manusia, setelah melaksanakan sabdaNya : "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.". Melaksanakan sabda atau perintah Tuhan akhirnya memperoleh hasil yang melimpah ruah. Maka marilah kita sebagai umat beriman setia melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan dalam hidup dan kerja kita dan hendaknya lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Kita hayati 'bertolaklah ke tempat yang dalam' dengan bekerja keras membaktikan diri pada tugas dan kewajiban serentak mengandalkan diri para rahmat atau pendampingan Tuhan. Bekerja keras bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam aneka tugas dan kewajiban akan menghasilkan buah yang melimpah ruah, dan dalam kerja atau usaha senantiasa akan lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami berharap kepada anda sekalian, lebih-lebih kepada para orangtua maupun pendidik atau guru untuk senantiasa lebih mengutamakan keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia, yang secara konkret berarti senantiasa lebih berusaha agar anak-anak atau para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, bukan cerdas secara intelektual, melainkan cerdas secara spiritual.

·   "Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu: baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia, hidup, maupun mati, baik waktu sekarang, maupun waktu yang akan datang. Semuanya kamu punya. Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah"(1Kor 3:21-23). Kita semua adalah ciptaan Allah dan menjadi milik Allah, maka hendaknya menyadari dan menghayati diri dengan konkret sebagai milik Allah. Tentu saja sebagai milik Allah harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah, tidak mengikuti keinginan atau kemauan pribadi. Apapun yang dikehendaki atau diperintah oleh Allah dalam  keadaan atau situasi apapun senantiasa dilaksanakan atau dihayati, tidak pernah melawan atau menghindar dari perintah dan kehendak Allah. Karena kita sama-sama milik Allah, maka selayaknya kita semua, tanpa pandang bulu hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati, kita adalah sama-sama saudara. Perbedaan yang ada di antara kita lebih bersifat fungsional, agar kehidupan bersama lebih berkualitas dan mendalam. Maka hendaknya jangan ada iri hati di antara kita, dan marilah masing-masing bangga atas apa yang dimiliki, entah itu berupa keterampilan, kepandaian atau kecerdasan. Hendaknya kita senantiasa hidup dalam kerjasama atau gotong-royong, mengingat dan memperhatikan bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban kerjasama, sehingga tanpa kerjasama kita tak akan tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini. Kita juga diingatkan oleh Paulus untuk tidak memegahkan diri alias sombong, melainkan hendaknya senantiasa rendah hati.

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai."Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mzm 24:1-4)
Ign 6 September 2012

5 Sep

Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus."
(1Kor 3:1-9; Luk 4:38-44)

"Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itu pun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka. Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias. Ketika hari siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus." Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea." (Luk 4:38-44), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yesus adalah Penyelamat Dunia, datang ke dunia untuk menyelamatkan seluruh dunia, maka tidak terbatas oleh tempat, daerah atau area tertentu. Kerajaan Allah harus menguasai atau merajai dunia seisinya, maka kita semua yang beriman kepadaNya juga dipanggil untuk berpartisipasi dalam karyaNya. Memang tugas panggilan ini sarat dengan tantangan dan hambatan, sebagaimna juga dialami oleh Yesus, dimana Ia akan dikultuskan atau ditahan di suatu tempat. Untuk menghindari hal itu Yesus berusaha menyendiri, menyepi untuk berdoa. Berdoa dengan tujuan untuk menyadari Jati Diri yang sebenarnya. Buahnya adalah Ia harus meninggalkan mereka karena Ia harus ke kota-kota lain untuk memberitakan Kerajaan Allah. Sebagai orang yang beriman kepadaNya kita semua dipanggil untuk meneladanNya, yaitu tidak membatasi diri dalam menjadi saksi iman atau mewartakan Kabar Baik, menyebarluaskan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan jiwa manusia. Mungkin secara konkret hal ini dapat kita hayati di tengah masyarakat maupun tempat kerja kita masing-masing dengan menjadi saksi iman dalam hidup dan kerja sehari-hari. Di lingkungan hidup dan kerja kita setiap hari kiranya kita dapat membantu saudara-saudari kita yang sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit fisik, dengan membantu usaha penyembuhan mereka entah secara langsung atau tidak langsung. Pendek kata kita semua dipanggil untuk memberantas aneka jenis penyakit yang merusak hidup pribadi maupun bersama, tanpa pandang bulu.

·   "Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah." (1Kor 3:7-9), demikian kesaksian iman atau peringatan Paulus kepada kita semua, umat beriman. Kutipan di atas ini bagi para suami dan isteri kiranya dapat dihayati bahwa suami sebagai yang menanam, yaitu menanam benih dalam rahim isteri, dan isteri sebagai yang menyiram, yang sccara konkret mengandung benih yang tumbuh berkembang selama kurang lebih selama sembilan bulan, sampai benih lahir dari rahim atau kandungan sang isteri sebagai anak/bayi yang menarik dan mempesona. Marilah baik sang suami maupun sang isteri kami ajak untuk tetap rendah hati, karena Allah lah yang menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan bagi benih atau janin. Sedangkan bagi para orangtua dan guru/pendidik apa yang dikatakan oleh Paulus di atas boleh dihayati bahwa orangtua sebagai yang menanam dan guru/pendidik sebagai yang menyiram para murid atau peserta didik yang diserahkan oleh orangtua kepada sekolah dengan permohonan bantuan untuk membantu pendidikan anak-anaknya. Sebagaimana suami dan isteri saling bekerjasama dalam cintakasih dan kebebasan, demikian pula kami harapkan orangtua dan guru/pendidik bekerjasama dalam proses pendidikan atau pembelajaran para peserta didik di sekolah. Dalam kerjasama ini hendaknya jangan dilupakan peran Allah yang utama dan pertama, maka hendaknya bersama-sama mencari dan menemukan karya atau kehadiran Allah dalam diri anak-anak, dengan menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan. Masing-masing dari kita adalah korban kerjasama antar suami-isteri dengan Allah, maka selayaknya kita semua senantiasa hidup dan bertindak dengan kerjasama dimana pun dan kapan pun.

"Berbahagialah bangsa, yang Allahnya ialah TUHAN, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri! TUHAN memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia; dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi. Dia yang membentuk hati mereka sekalian, yang memperhatikan segala pekerjaan mereka." (Mzm 33:12-15)
Ign 5 September 2012
      

Senin, 03 September 2012

4 September

"Apa urusanMu dengan kami?"
(1Kor 2:10b-16; Luk 4:31-37)

"Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras: "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itu pun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan mereka pun keluar." Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu." (Luk 4:31-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Mereka yang berbuat jahat atau para penjahat ketika tertangkap basah pada umumnya dengan keras melawan atau bahkan berusaha untuk membinasakan mereka yang berusaha menangkapnya atau paling tidak menakut-nakuti mereka yang mau menangkapnya. Memang begitulah cirikhas roh jahat atau setan yang pada umumnya menggertak mereka yang memusuhi atau membinasakannya. Sebaliknya roh baik pada umumnya bertindak dengan lembut. Maka marilah kita mawas diri: apakah kita lebih dikuasai oleh roh jahat atau roh baik, setan atau malaikat. Kami berharap kepada segenap umat beriman atau pa beragama senantiasa hidup dan bertindak dijiwai oleh roh baik atau malaikat, dan tanpa takut atau tanpa gentar berusaha mengusir roh jahat yang menguasai saudara-saudari kita. Marilah meneladan Yesus yang dengan tenang dan lembut namun tegas mengusir roh jahat dengan berkata "Diam, keluarlah dari padanya". Biarlah karena tindakan kita yang lembut mengusir setan akhirnya membuat orang yang menyaksikannya takjub, serta menyebarluaskan perbuatan baik kita. Dengan kata lain kita semua umat beriman dipanggil untuk senantiasa menjadi saksi kebaikan-kebaikan, sehingga dari diri kita senantiasa tersiarkan apa-apa yang baik. Pada masa kini rasanya cukup banyak orang dikuasai dan dijiwai oleh roh jahat, yang menggejala ke dalam tindakan-tindakan amoral serta merusak kehidupan bersama. Marilah kita bina diri kita bersama-sama agar kata-kata yang keluar melalui mulut kita sungguh memiliki kuasa atau kekuatan untuk mengusir dan memberantas aneka tindak jahat atau amoral.

·   "Manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab: "Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?" Tetapi kami memiliki pikiran Kristus" (1Kor 2:15-16). Sebagai orang beriman hemat saya kita termasuk 'manusia rohani' artinya orang yang hidup dan bertindak sesuai dengan atau dijiwai oleh roh baik, Roh Kudus. Sebagai manusia rohani dapat menilai segala sesuatu, tetapi tidak dinilai orang lain, artinya manusia rohani senantiasa mampu membaca tanda-tanda zaman maupun aneka macam gerak-gerik sesamanya, tentu saja lebih melihat atau mengutamakan karya roh baik dalam diri sesamanya daripada karya roh jahat, dengan kata lain lebih berpikiran positif daripada berpikiran negatif. Secara khusus kami berharap kepada segenap biarawan dan biarawati yang juga sering disebut sebagai rohaniwan-rohaniwati, yang berarti memang sungguh hidup dan bertindak sesuai dengan dorongan Roh Kudus, karena yang menjadi kesukaan atau kebiasaan hidup adalah senantiasa bergaul dengan Roh Kudus. Hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus berarti cara hidup dan cara bertindaknya berbuah keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan dan mambahagiakanm yaitu "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Semoga para biarawan-biarawati dapat menjadi teladan dalam penghayatan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai tersebut di atas dalam cara hidup dan cara bertindaknya setiap hari dimana pun dan kapan pun, dan segenap umat beriman senantiasa bekerjasama , saling mendukung dan membantu, juga berusaha menghayati keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai tersebut diatas. Pecayalah bahwa jika kita bersama-sama berusaha menghayatinya akan lebih berhasil atau sukses daripada sendirian. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, demikian kata sebuah pepatah. Kita semua diciptakan dan dididik dalam kerjasama atau merupakan buah kerjasama, maka tidak bekerjasama dalam hidup dan bertindak berarti ingkar diri.

"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu,"
(Mzm 145:8-10)
Ign 4 September 2012

Minggu, 02 September 2012

3 Sept


"Siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka"
(2Kor 4:1-2.5-7; Luk 22:24-30)

" Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel" (Luk 22:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Gregorius Agung, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Paus adalah yang terbesar di dalam Gereja Katolik, namun sebagai yang terbesar Yang Mulia senantiasa berusaha untuk hidup rendah hati dan sederhana, sebagaimana diucapkan dalam doa Syukur Agung. Maka dengan ini kami mengharapkan siapapun yang merasa terbesar dalam hidup dan kerja bersama untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati dan sederhana, sebagaimana disabdakan oleh Yesus: "yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan". Berkali-kali saya mengangkat dan mengingatkan agar siapapun yang merasa terbesar dalam hidup dan kerja bersama hidup dan bertindak dengan rendah hati dan sederhana. Cirikhas orang rendah hati adalah tidak pernah mengeluh atau menggerutu dalam situasi dan kondisi apapun, termasuk pekerjaan atau tugasa berat, makanan atau minuman dst.. namun tetap ceria, gairah dan dinamis, sebagai wujud atau penghayatan bahwa ALLAH senantiasa menyertai dan hidup di dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Dengan kata lain apa yang dikatakan dan dilakukan sungguh merupakan kehendak dan suara Allah sendiri. Kami berharap secara khusus kepada rekan-rekan pastor atau imam untuk sungguh hidup dan bertindak dengan rendah hati dalam menghayati panggilan maupun melaksanakan aneka tugas pengutusan dan kewajiban. Demikian pula kami berharap kepada para orangtua untuk menjadi teladan rendah hati bagi anak-anaknya, dan para guru atau pendidik menjadi teladan rendah hati bagi para murid atau peserta didik.

·   "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami" (2Kor 4:5-7). "Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami", inilah yang hendaknya menjadi acuan atau pegangan hidup kita sebagai umat beriman atau beragama. Aneka macam jenis barang yang dibuat dari tanah liat memang dengan mudah hancur atau pecah, kembali menjadi tanah liat kembali, demikian pula diri kita ini berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Dengan kata lain jati diri kita yang asli sebenarnya adalah tanah, maka benarlah apa yang dikatakan oleh Paulus di atas. Bukankah tanah senantiasa diinjak-injak atau berada di tempat paling bawah, namun di atas tanah aneka macam ciptaan Allah dapat hidup, tumbuh dan berkembang. Marilah kita senantiasa siap sedia untuk diinjak-injak alias direndahkan atau dilecehkan, dan biarlah melalui diri kita yang lemah dan rapuh ini tumbuh berkembang aneka keutamaan atau nilai kehidupan yang dibutuhkan untuk hidup sejahtera dan damai sejahtera di bumi maupun di sorga. Jika ada yang baik, mulia, indah dan terpuji dalam diri kita tidak lain merupakan anugerah Allah, dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai  merupakan anugerah Allah, maka sebagai umat beriman kita senantiasa harus rendah hati, bersyukur dan berterima kasih, serta kemudian mewujudkan syukur dan terima kasih dalam tindakan pelayanan nyata bagi orang lain dimana pun, tanpa pandang bulu.

"Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah" (Mzm 95:1-3)
Ign 3 September 2012