"Siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka"
(2Kor 4:1-2.5-7; Luk 22:24-30)
" Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel" (Luk 22:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Gregorius Agung, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Paus adalah yang terbesar di dalam Gereja Katolik, namun sebagai yang terbesar Yang Mulia senantiasa berusaha untuk hidup rendah hati dan sederhana, sebagaimana diucapkan dalam doa Syukur Agung. Maka dengan ini kami mengharapkan siapapun yang merasa terbesar dalam hidup dan kerja bersama untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati dan sederhana, sebagaimana disabdakan oleh Yesus: "yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan". Berkali-kali saya mengangkat dan mengingatkan agar siapapun yang merasa terbesar dalam hidup dan kerja bersama hidup dan bertindak dengan rendah hati dan sederhana. Cirikhas orang rendah hati adalah tidak pernah mengeluh atau menggerutu dalam situasi dan kondisi apapun, termasuk pekerjaan atau tugasa berat, makanan atau minuman dst.. namun tetap ceria, gairah dan dinamis, sebagai wujud atau penghayatan bahwa ALLAH senantiasa menyertai dan hidup di dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Dengan kata lain apa yang dikatakan dan dilakukan sungguh merupakan kehendak dan suara Allah sendiri. Kami berharap secara khusus kepada rekan-rekan pastor atau imam untuk sungguh hidup dan bertindak dengan rendah hati dalam menghayati panggilan maupun melaksanakan aneka tugas pengutusan dan kewajiban. Demikian pula kami berharap kepada para orangtua untuk menjadi teladan rendah hati bagi anak-anaknya, dan para guru atau pendidik menjadi teladan rendah hati bagi para murid atau peserta didik.
· "Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus. Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami" (2Kor 4:5-7). "Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami", inilah yang hendaknya menjadi acuan atau pegangan hidup kita sebagai umat beriman atau beragama. Aneka macam jenis barang yang dibuat dari tanah liat memang dengan mudah hancur atau pecah, kembali menjadi tanah liat kembali, demikian pula diri kita ini berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Dengan kata lain jati diri kita yang asli sebenarnya adalah tanah, maka benarlah apa yang dikatakan oleh Paulus di atas. Bukankah tanah senantiasa diinjak-injak atau berada di tempat paling bawah, namun di atas tanah aneka macam ciptaan Allah dapat hidup, tumbuh dan berkembang. Marilah kita senantiasa siap sedia untuk diinjak-injak alias direndahkan atau dilecehkan, dan biarlah melalui diri kita yang lemah dan rapuh ini tumbuh berkembang aneka keutamaan atau nilai kehidupan yang dibutuhkan untuk hidup sejahtera dan damai sejahtera di bumi maupun di sorga. Jika ada yang baik, mulia, indah dan terpuji dalam diri kita tidak lain merupakan anugerah Allah, dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai merupakan anugerah Allah, maka sebagai umat beriman kita senantiasa harus rendah hati, bersyukur dan berterima kasih, serta kemudian mewujudkan syukur dan terima kasih dalam tindakan pelayanan nyata bagi orang lain dimana pun, tanpa pandang bulu.
"Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah" (Mzm 95:1-3)
Ign 3 September 2012
0 komentar:
Posting Komentar