Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 11 Mei 2012

12 Mei


 "Ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu"

(Kis 16:1-10; Yoh 15:18-21)

"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku" (Yoh 15:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketika saya masih belajar di sekolah rakyat/dasar di Sekolah Rakyat/Dasar Kanisius desa Murukan, Wedi-Klaten, setiap hari saya berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki sendirian. Jaraknya sekitar 3 km dari desa saya ke sekolah dan hampir setiap hari berpapasan atau bersamaan dengan anak-anak yang sedang belajar di Sekolah Rakyat Muhamadiyah/Islam; mereka ini tinggal di desa dimana setiap hari saya harus melintasinya. Ketika berpapasan dengan mereka saya sering diejek, karena mereka tahu saya belajar di sekolah katolik, antara dengan kata-kata sebagai berikut :"Katolik, katol cilik, yen mati dadi babi dll." (=Katolik, kecil sekali, kalau mati jadi babi). Tentu saya sebagai anak kecil dan sendirian saya tak berani menanggapi apalagi melawan, melainkan dalam hati berdoa semoga mereka tidak menyakiti saya secara fisik. Sedangkan ketika mengikuti pelajaran agama/katekese di desa pada Sabtu sore/malam Minggu kami senantiasa menerima terror dari teman-teman simpatisan PKI. Saya angkat pengalaman saya ini setelah membaca dan merenungkan sabda Yesus hari ini, dimana Ia bersabda "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu". Menjadi murid atau pengikut setia Yesus Kristus memang sering harus menghadapi aneka tantangan atau masalah, bahkan kebencian dari mereka yang tidak senang pada kita, sebagaimana sering dilakukan oleh kelompok ekstrim yang menamakan diri "FPI".  Baiklah jika anda setia pada iman dan agama anda harus menghadapi kebencian dan ancaman, hendaknya diamkan saja seraya berdoa kepada Tuhan. Pengalaman saya di atas sampai kini masih mengesan dan membekas di hati saya sehingga saya tidak mudah takut menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan dalam penghayatan iman maupun pelaksanan tugas panggilan.

·   "Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!" Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana" (Kis 16:9-10). Inilah awal karya missioner atau pewartaan Injil di wilayah Eropa, yang dilakukan oleh Paulus karena perintah Tuhan melalui penampakan. Tanpa takut dan gentar Paulus berusaha mencari kesempatan untuk menyeberang dari wilayah Asia ke wilayah Eropa melalui laut. Tuhan memanggil pasti akan menganugerahi bekal dan menunjukkan jalan, itulah keyakinan iman kita. Panggilan Tuhan dapat berupa permohonan atau ajakan untuk berbuat baik kepada orang lain, maka hendaknya tidak takut untuk berbuat baik kepada siapapun, meskipun kita belum mengenal mereka. Percayalah bahwa Tuhan pasti menyertai perjalanan kita, melindungi dan menguatkan kita sehingga kita mampu menanggapi secara positif ajakan atau permohonan untuk melakukan apa yang baik, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan ancaman. Carilah kesempatan dengan tenang dalam Tuhan untuk mengatasi aneka tantangan, masalah dan ancaman, kerena dengan demikian Tuhan pasti menganugerahi jalan atau cara yang baik, memadai dan menyelamatkan. Jika anda menerima pengalaman sebagaimana dialami oleh Paulus, yaitu penampakan Tuhan yang memanggil dan mengutus, hendaknya segera ditanggapi, tanpa ditunda-tunda.

"Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun"

(Mzm 100:1-3.5)

Ign 12 Mei 2012


Kamis, 10 Mei 2012

11 Mei

"Supaya kamu saling mengasihi seperti Aku telah mengasihi kamu"
(Kis 15:22-31; Yoh 15:12-17)

" Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh 15:12-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Perintah hidup saling mengasihi kiranya diajarkan oleh semua agama, namun mengapa sering terjadi tawuran, permusuhan dan pembunuhan, saling membenci dst.., meskipun mereka mengakui diri sebagai umat beragama. Mengapa suami-isteri telah sekian tahuh menikah serta dianugerahui anak-anak kemudian bercerai?  Hemat saya hal itu disebabkan oleh kesalahfahaman atau keterbatan pengertian perihal cintakasih. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua agar kita senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita. Pedoman atau barometer cintakasih atau cintakasih Tuhan kepada kita, manusia. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita diajak dan dipanggil untuk hidup dan bertindak saling mengasihi dengan meneladan cintakasihNya kepada kita semua. Yesus telah menyerahkan atau mempersembahkan Diri seutuhnya sehingga menderita, wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan kita. CintakasihNya kepada kita sungguh total tanpa syarat. Marilah kita wujudkan saling mengasihi dengan saling memberikan diri satu sama lain tanpa syarat, dan tentu saja kami berharap pertama-tama dan terutama hal ini dihayati oleh para suami-isteri yang telah saling berjanji baik dalam untung dan malang, sehat maupun sakit, sampai mati. Keteladanan anda sebagai suami-isteri dalam saling mengasihi bagi anak-anak anda sungguh dibutuhkan, sehingga anak-anak kelak kemudian ketika menjadi dewasa akan hidup dan bertindak saling mengasihi. Kepada kita semua, segenap umat beriman, kami ajak untuk menghayati diri sebagai yang dikasihi oleh Tuhan secara melimpah ruah dan kemudian meneruskan atau menyalurkannya bagi sesamanya dimana pun dan kapan pun.

·    "Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat." (Kis 15:28-29), demikian tanggapan para rasul dan penatua di Yerusalem kepada usulan Paulus dan Barnabas atas nama umat. Dalam pengalaman hidup dan kerja kita, kiranya kita sering menghadapi aneka masalah atau soal, maka hendaknya hal itu dibicarakan bersama dalam terang Roh Kudus, untuk selanjutnya diambil kebijakan sesuai dengan ilham Roh Kudus. Apa yang dilakukan oleh para rasul dan penatua ini pada masa kini senantiasa juga dilakukan oleh para gembala kita, yang sering mengadakan sinode atau sidang tahunan. Di Indonesia misalnya setiap tahun para gembala/uskup berkumpul untuk berbicara dan bertukar pengalaman bersama di kantor KWI perihal aneka macam masalah atau soal yang muncul dalam penggembalaan mereka. Sumbang-saran dan percakapan dalam Tuhan atau terang Roh Kudus akhirnya mengasilkan kebijakan pastoral yang membahagiakan dan menyelamatkan umat. Kebijakan pastoral memang senantiasa dibutuhkan para imam atau gembala dalam menghayati panggilannya, maka kami harapkan para imam atau pastor paroki sungguh bertindak bijaksana dalam menggembalakan umat, bukan kebijakan pribadi melainkan kebijakan yang lahir dari percakapan atau perjumpaan bersama dalam Tuhan, dalam Roh Kudus, dengan rekan sekerja atau para pembantu dalam tugas penggembalaan. Ingat dan sadari bahwa anda sebelum ditahbiskan menjadi imam harus lulus dalam ujian kebijakan pastoral dan telah dinyatakan lulus, maka hendaknya hal itu terus diperkembangkan dan diperdalam terus menerus: kebijakan pastoral dalam penggembalaan umat.

"Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar! Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa; sebab kasih setia-Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran-Mu sampai ke awan-awan.Tinggikanlah diri-Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi!" (Mzm 97:8-12)

Ign 11 Mei 2012   

10 Mei


"Tinggallah di dalam kasihKu itu"

(Kis 15:7-21; Yoh 15:9-11)

 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh" (Yoh 15:9-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Perintah yang paling utama dari Tuhan adalah saling mengasihi, yang berarti siap sedia untuk mengasihi maupun dikasihi. Hemat saya pengalaman yang paling membekas dalam diri kita ialah dikasihi daripada mengasihi, maka hendaknya pengalaman dikasihi ini terus menerus diperdalam dan diperkembangkan. Bukankah setelah dilahirkan dari rahim ibu kita terus menerus dikasihi sehingga dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini, sehingga kita senantiasa senang dan rindu tinggal bersama orangtua kita masing-masing, karena memang mereka lah yang kita hayati sebagai yang lebih banyak mengasihi daripada orang lain. Namun jika sebagai orang beriman kita mawas diri dengan jujur dan benar kiranya kita akan mengakui dan menyadari, serta tentu saja juga kami harapkan menghayati, bahwa Tuhan lah yang paling banyak telah mengasihi dan memperhatikan kita. Di mana pun kita berada atau kemana pun kita pergi Tuhan senantiasa mendampingi atau menyertai, antara lain melalui malaikat pelindung. Sebagaimana karena kasih orangtua kita senang tinggal bersama orangtua, maka karena Tuhan mahasegalanya dan kasihNya yang luar biasa kepada kita, mau tidak mau kita  senantiasa tinggal di dalam kasihNya. Tinggal di dalam kasihNya berarti melaksanakan kehendak atau perintahNya, senantiasa hidup dan bertindak dengan saling mengasihi. Jika kita senantiasa hidup saling mengasihi maka sukacita kita akan menjadi penuh, kita tidak akan pernah sedih, frustrasi atau menderita.

·   "Sebab itu aku berpendapat, bahwa kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah, tetapi kita harus menulis surat kepada mereka, supaya mereka menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah" (Kis 15:19-20), demikian usul atau pendapat Paulus dan Barnabas dalam menanggapi perkembangan jumlah umat yang menimbulkan pertanyaan atau masalah. "Kita tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah", inilah yang hendaknya kita tanggapi dan laksanakan. Jangan mengahalang-halangi atau mempersulit orang untuk berbuat baik, itulah yang harus kita hayati. Saya sungguh merasa prihatin bahwa izin untuk mendirikan rumah ibadat (kapel, gereja) lebih sulit daripada izin membangun losmen/ tempat penginapan, hotel, dst…, padahal rumah ibadat merupakan sarana untuk membantu orang semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, sementara itu telah menjadi rahasia umum bahwa tempat-tempat penginapan saat ini sering disalahgunakan untuk perbuatan maksiat atau pelacuran. Maka dengan ini kami berharap kepada para pejabat atau kepala daerah untuk tidak mempersulit izin pendirian atau pembangunan rumah ibadat. Demikian juga hendaknya tidak dilarang penggunaan rumah atau tempat tinggal untuk kegiatan ibadat atau doa bersama. Hidup beragama merupakan hak asasi manusia, maka para pejabat pemerintah tidak mungkin mempersulit kehidupan umat beragama, dan jika mempersulit berarti mereka tidak beriman. Dan tentu saja tidak hanya para pejabat, melainkan kita semua demikian juga, yaitu jika mempersulit penghayatan hidup beragama orang lain berarti tidak beriman atau tidak ber-Tuhan. Marilah kita bangun, kembangkan dan perdalam kehidupan bersama antar umat beragama, dan hendaknya jangan mudah tergoda oleh jabatan atau uang untuk mengacau kehidupan umat beragama.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)

Ign 10 Mei 2012


Selasa, 08 Mei 2012

9 Mei


"Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu"

(Kis 15:1-6; Yoh 15:1-8)

 "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yoh 15:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup beriman berarti mempersembahkan diri atau seluruh hidupnya kepada Tuhan, dan dengan demikian senantiasa juga tinggal atau hidup bersama dengan Tuhan kapan pun dan dimana pun. Dengan kata lain jika kita hidup dan bertindak senantiasa dalam dan oleh iman, maka cara hidup dan cara bertindak kita akan menghasilkan buah-buah yang menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa. Buahnya tidak hanya satu atau dua saja, melainkan melimpah ruah, tak terhitung banyaknya. Tinggal bersama atau senantiasa bersatu dengan Tuhan berarti secara konkret sebagai anggota keluarga atau komunitas senantiasa berpartisipasi dalam aneka kehidupan dan kerja keluarga atau komunitas, tidak pernah absen dalam acara-acara atau kegiatan keluarga atau komunitas. Pengamatan kami adalah bahwa mereka yang jarang atau sama sekali tidak pernah bertemu dengan rekan-rekan sekomunitas, sekeluarga, se tempat kerja, se desa/kampung dst.., yang berarti orang yang suka menyendiri dan egois pada umumnya tidak lama kemudian memisahkan diri dari keluarga, komunitas atau tempat kerja: sebagai suami-isteri lalu bercerai atau berselingkuh, sebagai imam, bruder atau suster mengundurkan diri, sebagai warga masyarakat merasa tak kerasan lalu pindah tempat tinggal dst.. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua pentingnya bekerjasama dalam aneka kegiatan dan usaha; jika kita bekerjasama pasti akan menghasilkan buah melimpah dan kebahagiaan, sebagaimana juara sepakbola dunia tahun lalu dapat mengalahkan musuh-musuhnya dengan cemerlang karena kerjasama dalam permainan yang sungguh cantik dan memikat.

·   "Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu" (Kis 5:6), demikian informasi dalam hidup dan kerja para rasul dalam menghadapi masalah atau soal. Kami percaya dalam kehidupan, kerja atau tugas kita menghadapi aneka masalah atau soal, maka jika menghadapi masalah atau soal hendaknya segera dibicarakan bersama-sama atau minta tolong orang lain untuk memecahkan masalah atau soal tersebut. Aneka bentuk sidang atau pertemuan kiranya sering kita lakukan, entah secara formal atau informal. Dari pengalaman cukup banyak masalah atau soal dapat diselesaikan dalam pembicaraan bersama, entah itu terjadi sambil makan bersama, di tengah-tengah atau di sela-sela berolahraga dst.. Yang tidak kalah penting adalah bercakap-cakap bersama-sama alias saling curhat. Curhat berarti saling tukar pengalaman hati/perasaan, dan kami percaya semua orang memiliki pengalaman yang berbeda satu sama lain, demikian juga pengalaman tidak pandang bulu, tua-muda, besar-kecil, pandai-bodoh dst.. masing-masing memiiliki pengalaman. Untuk itu dalam saling curhat atau tukar pengalaman hati dibutuhkan kerendahan hati agar dapat saling mengungkapkan isi hati/perasaan dan mendengarkan dengan baik. Dengan bercakap-cakap atau curhat kita semua akan saling diperkaya, dan dengan demikian dalam kebersamaan kita akan mampu mengatasi atau menyelesaikan aneka macam  masalah atau soal. Percayalah jika kita memiliki hati, jiwa dan budi yang baik saling bercakap-cakap akan menghasilkan sesuatu yang indah dan menakjubkan, di luar dugaan. Saya pernah mendapat pertanyaan atau sanggahan ketika mengusulkan pentingnya percakapan atau curhat secara rutin (bulanan), yaitu perihal isi atau bahan percakapan. Menanggapi hal itu saya berikan jawaban bahwa bahan atau isi percakapan tidak lain adalah kehadiran kita semua, karena saya percaya jika kita saling bertemu pasti akan bercakap-cakap atau bercurhat.

" Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN," (Mzm 122:1-4a)

Ign 9 Mei 2012


Senin, 07 Mei 2012

8 Mei


"Apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu"

(Kis 14:19-28; Yoh 14:27-31a)

" Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku" (Yoh 14:27-31a)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Apa yang disebut dengan kenikmatan fisik memang berbeda dengan kenikmatan spiritual. Sebagai orang berinab hendaknya lebih mengutamakan kenikmatan spiritual daripada fisik dan tentu saja jika dapat menikmati keduanya secara serentak atau integral lebih baik, mengingat dan memperhatikan kita masih hidup di dunia secara fisik. Kenikmatan fisik itu misalnya dalam hal seks, makanan maupun minuman, tidur dst.., sedangkan kenikmatan spiritual ada di dalam hati, jiwa dan akal budi: kenikmatan fisik bersifat sementara tetapi kenikmatan spiritual bertahan lama atau bahkan dinikmati sampai mati atau dipanggil Tuhan. Maka jika kita mendambakan kenikmatan yang bertahan lama atau sampai mati hendaknya meneladan Yesus yang "mengasihi Bapa dan melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepadaNya". Dengan kata lain marilah kita melaksanakan kehendak dan perintah Allah, yang secara konkret hal ini dapat kita hayati dengan setia menghayati janji-janji yang pernah diikrarkan  Atau baiklah kita juga dapat mewujudkan perintah dan kehendak Allah dengan cara: "dalam dan dengan semangat iman kita hidup dan melakukan apapun, termasuk dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara". Dalam kegiatan sehari-hari seperti makan, minum, istirahat/tidur, rekreasi dst.. hendaknya dalam dan dengan iman. Hayati segala sesuatu dalam Tuhan atau temukan Tuhan dalam segala sesuatu. "Damai sejahtera lahir dan batin, fisik dan spiritual" menjadi dambaan semua orang, kita semua, maka marilah kita usahakan bersama-sama dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Kami juga berharap kepada mereka yang masih mendambakan kenikmatan fisik melulu untuk mengembangkan dan meningkatkan ke kenikmatan spiritual atau rohani.

·   "Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara" (Kis 14:21-22). "Bertekun dalam iman serta berusaha untuk masuk dalam Kerajaan Allah"  memang tak akan terlepas dari aneka macam bentuk penderitaan atau kesengsaraan, dan penderitaan maupun kesengsaraan yang lahir dari kesetiaan pada iman maupun usaha masuk dalam Kerajaan Allah alias lebih dikuasai oleh Allah merupakan jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati, maka hadapilah dalam keteguhan iman. "Jer basuki mowo beyo" = Hidup mulia dan damai sejahtera butuh perjuangan dan pengorbanan. Ada kecenderungan banyak orang masa kini, yang diawali di dalam keluarga-keluarga, untuk memanjakan anak-anak atau generasi muda, dan hal ini antara lain didukung oleh aneka produk tehnologi yang membanjiri warga atau masyarakat, antara lain makanan atau minuman yang memanjakan lidah kita, tangan maupun semua anggota tubuh kita yang lain. Aneka makanan dan minuman instant telah menina-bubukkan lidah kita, dan kiranya tak lama kemudian jika diibiarkan cara hidup dan cara bertindak kita akan dikuasai oleh orang-orang yang bersikap mental materialistis dan kemudian kita juga akan memiliki sikap mental materilistis. Usaha untuk bertekun dalam iman hemat saya untuk masa kini memang harus dimulai dari makanan dan minuman, artinya berusaha makan dan minum apa-apa yang menyehatkan tubuh, sehingga tubuh sungguh handal. Kehandalan tubuh akan memudahkan untuk hidup dan bertindak dijiwai oleh iman. Kami berharap para orangtua tidak memanjakan lidah anak-anaknya dengan aneka macam jenis makanan instant dan yang tidak sehat.

"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu" (Mzm 145:10-12)

Ign 8 Mei 2012


Minggu, 06 Mei 2012

7 Mei


"Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu"

(Kis 14:5-18: Yoh 14:21-26)

" Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: "Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?" Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu;  tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yoh 14:21-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus berpesan kepada para rasul dan kita semua yang beriman kepadaNya agar senantiasa melaksanakan segala sesuatu yang pernah Ia ajarkan. Apa yang diajarkan Yesus antara lain dicatat dalam bentuk tulisan atau buku, Injil, sebagaimana kita miliki pada saat ini. Maka baiklah saya mengingatkan dan mengajak kita semua yang beriman kepadaNya untuk rajin dan setia membaca, merenungkan, memahami dan melaksanakan apa yang tertulis di dalam Injil. Memang tidak mudah memahami apa yang tertulis didalam Injil, apalagi melaksanakan atau menghayatinya, namun demikian marilah kita ingat dan imani bahwa kepada kita dijanjikan Roh Kudus yang akan membantu kita untuk memahami serta melaksanakan apa yang tertulis di dalam Injil. Apa yang dijanjikan oleh Yesus ini kiranya mulai dari saat ini dapat kita wujudkan secara konkret, antara lain kita bersama-sama membaca, merenungkan dan memahami serta kemudian menghayati apa yang tertulis di dalan Injil. Maka hendaknya diusahakan adanya gerakan pendalaman Injil atau iman bersama, pertama-tama di dalam keluarga kita masing-masing dan kemudian diperluas di tingkat lingkungan atau stasi. Di dalam keluarga hemat saya dapat diselenggarakan setiap hari, serta dapat menggunakan apa yang saya kirimkan via email setiap hari ini. Dengan kata lain usaha saya yang sederhana dan kecil untuk merefleksikan Injil pada hari yang bersangkutan, silahkan diperluas dan diperdalam kembali pemahaman maupun penghayatan konkret sesuai dengan situasi dan kondisi anda atau keluarga anda. Sedangkan di tingkat lingkungan atau stasi hendaknya mimimal seminggu sekali diselenggarakan pendalaman Injil dan iman bersama-sama. Percayalah bahwa dengan cara demikian ini anda akan semakin memahami Injil dan menghayati apa yang disabdakan atau diajarkan oleh Yesus.

·    "Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya" (Kis 14:15), demikian kata Barnabas dan Paulus kepada umat yang mendengarkan pengajaran atau kotbah mereka. Apa yang dilakukan atau dikatakan oleh Barnabas dan Paulus kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi yang baik bagi para pewarta Injill, misalnya para katekis, entah katekis resmi maupun relawan, dan tentu saja juga bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Pemberitaan Injil bertujuan agar mereka yang mendengarkannya 'meninggalkan perbuatan sia-sia dan berbalik kepada Allah yang hidup'. Perbuatan sia-sia tidak lain adalah perbuatan dosa, segala tindakan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, misalnya bermalas-malas, berfoya-foya alias memboroskan waktu dan tenaga tiada guna bagi kesehatan fisik maupun spiritualitas. Sedangkan berbuat atau bertindak sesuai dengan kehendak Allah antara lain melakukan apa yang baik demi kesehatan fisik dan spiritual atau orang senantiasa bekerja keras melakukan apa yang baik guna keselamatan fisik dan spiritual. Maka kepada mereka yang sedang bertugas belajar kami harapkan belajar sungguh-sungguh, tidak hanya belajar dari apa yang diajarkan di tempat-tempat pendidikan resmi atau sekolah-sekolah, melainkan juga belajar dari kehidupan dan pengalaman. Kepada mereka yang bertugas untuk bekerja kami harapkan bekerja keras melaksanakan tugas-tugasnya dan tentu saja juga dengan semangat belajar terus menerus guna meningkatkan dan memperdalam keterampilan dan kecakapan bekerja. Marilah meneledan orang-orang yang sukses dimana dalam dan dan dengan cintakasih besar melakukan apa yang harus dikerjakan.

" Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: "Di mana Allah mereka?" Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia,"

 (Mzm 115:2-4)

Ign 7 Mei 2012


MgPaskah V


Mg Paskah V : Kis 9:26-31; 1Yoh 3:18-24; Yoh 15:1-8

"Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya"

Setiap manusia atau kita semua diciptakan didalam kebersamaan atau gotong-royong oleh Allah yang bekerjasama dengan orangtua kita masing-masing yang saling bergotong-royong atau kerjasama dalam cintakasih. Dengan kata lain masing-masing dari kita adalah buah kesatuan cintakasih atau kerjasama, antara laki-laki dan perempuan yang berbeda satu sama lain dalam banyak hal. Maka kita semua dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai dengan kehendak Allah maupun dambaan kita yang baik jika kita hidup dan bekerja dalam kebersamaan atau gotong-royong. Berbagai kasus telah menjadi bukti, yaitu mereka yang jarang berkumpul atau sama sekali tak mau berkumpul dengan saudara-saudarinya, misalnya imam dengan sesama imam, suster dengan sesama suster, bruder dan sesama bruder, antar anggota keluarga atau komunitas/Tarekat, pada umumnya tidak lama kemudian 'hilang' atau 'mengundurkan diri' dari kebersamaan hidup terpanggil. Jika yang bersangkutan tidak mundur pada umumnya buah karya atau pelayanannya juga kurang memberi buah keselamatan jiwa. Kebersamaan atau kegotong-royongan dengan saudara-saudari merupakan wujud kebersamaan kita dengan Allah, maka marilah kita mawas diri sejauh mana kita hidup dan bertindak dalam  kebersamaan atau gotong-royong.

"Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yoh 15:5).

Sebagai ciptaan Allah jika kita mendambakan hidup berbahagia, damai sejahtera dan selamat lahir maupun batin, fisik maupun jiwa, dan tentu saja terutama dan pertama-tama jiwa, maka kita senantiasa harus bersatu dan bersama dengan Allah kapan pun dan dimana pun. Kebersamaan atau persatuan dengan Allah harus menjadi nyata juga dalam kebersamaan atau persatuan dengan saudara-saudari kita. Apa yang disabdakan oleh Yesus di atas rasanya secara konkret telah dihayati oleh para suami dan isteri yang saling mengasihi satu sama lain sebagai kebersamaan atau persatuan, yang antara lain ditandai dalam hubungan seks dan akhirnya menghasilkan buah cintakasih atau kerjasama, seorang anak atau keturunan. Semoga kesatuan para suami-isteri tidak sebatas fisik saja, melainkan juga sampai pada kesatuan hati, jiwa dan akal budi, karena dengan demikian buahnya atau keturunannya akan mewarisi kesatuan tersebut.

Tinggal dan hidup maupun  bekerja bersama dengan Allah memang dapat kita wujudkan dalam hidup dan bekerja bersama dalam cintakasih, dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga. Kesatuan dengan Allah juga dapat menjadi nyata dalam kesatuan dengan Yesus Kristus, Allah yang telah menjadi manusia seperti kita kccuali dalam hal dosa, menderita sengsara, wafat disalibkan dan dibangkitkan dari mati. Dengan kata lain kita sungguh mencintai Yesus Kristus. "Menghayati cinta mendalam kepada pribadi Kristus menyebabkan bahwa kita ingin mengenakan 'pikiran Kristus', supaya kita menjadi, nampak dan berbuat seperti Dia. Itulah yang merupakan corak pertama daan dasar cara kita bertindak" (SJ, Teman Dalam Perutusan, Penerbit Kanisius 1985, hal 330).

"Nampak dan berbuat seperti Dia" alias menjadi sahabat-sahabat Yesus itulah kiranya yang baik kita renungkan dan hayati.  Pertama-tama hendaknya kita sungguh mengenal Yesus Kristus dan untuk itu kiranya dapat kita lakukan dengan membaca dan mencecap dalam-dalam apa yang tertulis di dalam Kitab Suci atau Injil. Di dalam Injil dikisahkan 'cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak' Yesus terhadap aneka manusia maupun peristiwa kehidupan, yang dijiwai oleh cintakasih. Maka sebagai sahabat-sahabat atau murid-murid Yesus Kristus kita semua dipanggil untuk senantiasa hidup dan bertindak dijiwai oleh cintakasih, apalagi kita semua diadakan/diciptakan dan dibesarkan sebagaimana adanya saat ini karena dan oleh cintakasih. Pertama-tama dalam mengasihi saudara-saudari kita hendaknya dengan rendah hati dan lemah lembut sesuai dengan apa yang mereka butuhkan demi kesejahteraan dan keselamatan mareka, terutama jiwanya. Pada masa kini yang mungkin sulit dan berat adalah 'dikasihi'. Dikasihi tidak hanya enak dan nikmat di dalam tubuh, melainkan juga sering tidak enak dan menyakiti, yaitu ketika kita diejek, dikritik, diberitahu, dididik/dibimbing dst.. Hendaknya semua sapaan, perlakuan dan sikap saudara-saudari kita dihayati sebagai kasih mereka kepada kita.

"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu." (1Yoh 3:18-20)

Cintakasih sejati memang harus menjadi nyata dalam tindakan atau perilaku, tidak berhenti pada kata-kata manis dan mesra di lidah saja. Anda semua yang menjadi suami-isteri kiranya telah menghayati cintakasih tidak hanya dalam perkataan manis dengan lidah saja, melainkan menjadi nyata dalam tindakan atau perilaku yaitu dalam hubungan seksual dimana anda saling memberikan diri seutuhnya secara terbuka atau telanjang bulat, tak ada sesuatupun yang disembunyikan: semuanya dipersembahkan kepada yang terkasih. Kami berharap pengalaman tersebut menjadi nyata juga atau dihayati dalam mengasihi anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada anda, sehingga anak-anak tumbuh berkembang dalam cintakasih yang nyata dan kelak kemudian hari mereka juga akan mengasihi sesamanya lebih dalam tindakan atau perilaku daripada kata-kata atau omongan.

Kita semua dapat mewujudkan cintakasih dalam saling memberi perhatian, dan perhatian tersebut dapat menjadi nyata dalam aneka bentuk tergantung situasi dan kondisi atau kesempatan dan kemungkinan. Perhatian antara lain dapat diwujudkan dengan tinggal bersama, menghadiri atau mendatangi, mendoakan dst.. Secara khusus kami ingatkan kepada mereka yang mengunjungi saudara-saudarinya yang sedang menderita sakit, hendaknya lebih mengutamakan hadir atau bersama mereka daripada omong-omong, apalagi menanyakan sebab-sebab mereka menderita sakit. Kepada para pimpinan karya atau hidup bersama kami harapkan sering mendatangi anak buah atau anggota seraya memberi sapaan secukupnya. Yang juga tak pernah boleh dilupakan adalah cintakasih atau perhatian orangtua bagi anak-anaknya: hendaknya dengan besar hati dan pengorbanan memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya. Cintakasih memang antara lain harus diwujudkan dalam pemborosan waktu dan tenaga bagi yang terkasih.

"Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus" (Kis 9:31), demikian berita yang menggembirakan perihal pertambahan jumlah mereka yang percaya kepada Yesus Kristus karena kehadiran Paulus dan Barnabas. Hal ini kiranya merupakan contoh atau teladan yang baik bagi para gembala umat atau para pastor/imam. Secara khusus kami harapkan pada para pastor paroki: hendaknya memberi perhatian dalam pelayanan pastoral dengan mengunjungi umat di wilayah parokinya secara bergiliran sehingga seluruh umat pernah dikunjungi. Berpatoral berarti mengunjungi atau mendatangi, lebih-lebih atau terutama mereka yang kurang memperoleh perhatian atau mereka yang miskin dan berkekurangan.

"Nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia. Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya! Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya. Sebab TUHANlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat menyambung hidup."

 (Mzm 22:26b-30)

Ign 6 Mei 2012