Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Kamis, 04 April 2013

5 april

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu maka akan kamu peroleh."

(Kis 4:1-12; Yoh 21:1-14)

"Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati." (Yoh 21:1-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya  sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan sendiri atau mengandalkan kekuatan diri sendiri pada suatu saat akan frustrasi atau gagal dalam mencapai cita-cita. Itulah yang terjadi dalam diri para rasul, yang memiliki keterampilan sebagai nelayan karena ditinggalkan oleh Yesus merasa frustrasi dan kesepian, mereka beramai-ramai melaut untuk menangkap ikan. Sepanjang malam mereka bekerja keras tak seekor ikan pun dapat ditangkap, namun atas perintah Yesus, yang telah bangkit yang menampakkan Diri kepada mereka, untuk menebarkan jalanya, maka mereka menangkap ikan dalam jumlah sangat besar. Kisah ini kiranya merupakan peringatan bagi kita semua agar dalam cara hidup dan cara bertindak kita tidak mengikuti selera atau keinginan pribadi melainkan sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Dengan kata lain secara konkret kita diharapkan hidup dan bertindak secara konstitusional, sesuai dengan aturan dan tata tertib yang terkait dengan cara hidup dan cara bertindak kita masing-masing. Hendaknya iman kita sungguh menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kita semua diharapkan disiplin dan jujur dalam hidup dan bertindak. Dalam bekerja maupun belajar marilah kita lihat dan imani Tuhan yang hidup dan bekerja melalui pekerjaan atau pelajaran

·   "Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. Tetapi karena mereka melihat orang yang disembuhkan itu berdiri di samping kedua rasul itu, mereka tidak dapat mengatakan apa-apa untuk membantahnya" (Kis 4:13-14). Tidak terpelajar namu cerdas serta mampu mengalahkan orang-orang pandai, itulah yang terjadi dalam diri Petrus dan Yohanes. Petrus dan Yohanes memiliki kecerdasan spiritual, dan memang kecerdasan spiritual lebih unggul daripada kecerdasan intelektual. Kesakian iman Petrus dan Yohanes kiranya dapat menjadi teladan bagi kita semua, maka marilah kita berusaha dengan rendah hati dan keras untuk menjadi cerdas secara spiritual. Salah satu cara untuk itu tidak lain adalah pemeriksaan batin atau refleksi, maka hendaknya setiap hari kita mengadakan pemeriksaan batin dan refleksi diri, sehingga kita cerdas secara spiritual serta terampil dalam pembedaan roh atau spiritual discernment. Negara kita ketinggalan dengan Negara tetangga karena kurang memberi perhatian terhadap refleksi atau evaluasi diri yang benar. Lebih memprihatinkan lagi bahwa pemberian nilai alias nilai ujian di sekolah-sekolah tidak jujur lagi serta terjadi manipulasi dengan 'mark up'., maka tidak heran kita senantiasa ketinggalan dan tumbuh berkembang menjadi bangsa konsumen bukan produsen. Kami berharap aneka bentuk evaluasi atau refleksi dikerjakan dengan baik dan benar, tidak asal-asalan atau bahkan manipulasi, yang pada gilirannya mencelakakan diri sendiri.

"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!" (Mzm 118:22-24)

Ign 5 April 2013

  


4April

"Dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa"

(Kis 3:11-26; Luk 24;35-48)

"Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini" (Luk 24:35-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pertobatan dan pengampunan dosa bagaikan mata uang bermuka dua serta merupakan kabar gembira kebangkitan Yesus dari mati. Bertobat berarti memperbaharui diri menuju ke pemenuhan jati diri yang benar sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Dalam rangka Tahun Iman ini kami harapkan kita sungguh semakin mendalam dalam penghayatan iman, dan memang untuk itu sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Sebagai yang telah dibaptis berarti semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan serta tidak melakukan dosa lagi sekecil apapun. Sebagai suami-isteri berarti semakin saling mengasihi sehingga sebagai laki-laki dan perempuan yang berbeda satu sama lain semakin sehati, sejiwa, sepikiran dan dengan demikian akan kelihatan wajah mereka berdua bagaikan manusia kembar. Sebagai anggota Lembaga Hidup Bakti berarti semakin menghayati charisma atau spiritualitas pendiri. Sebagai pekerja berarti semakin terampil semakin bekerja, dan sebagai pelajar semakin terampil dalam belajar. Kita semua dipanggil menjadi saksi iman melalui cara hidup dan cara bertindak kita yang sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan. Memperbaharui diri memang tak akan terlepas dari perjuangan dan pengorbanan, maka hendaknya kita rela berkorban diri dan berjuang. Semoga cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun memotivasi orang lain untuk bertobat atau memperbaharui diri.

·   "Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus" (Kis 3:19-20). Kita semua kiranya mendambakan kelegaan terus menerus dalam hidup kita sehari-hari alias dalam keadaan damai sejahtera dan aman tenteram. Daerah-daerah wisata pada umumnya dalam keadaan damai dan aman tenteram, dan warga masyarakat setempat berusaha hidup sebaik dan seramah mungkin sehingga semakin banyak orang berwisata di daerahnya dan sepulang dari wisata pun para wisatawan semakin menjadi lega juga. Marilah kita berusaha entah diri kita, keluarga atau desa atau daerah kita bagaikan 'tempat wisata', tempat orang mencari kelegaan dan kesegaran hidup. Memang ajakan kami di atas untuk senantiasa menghayati pertobatan atau memperbaharui diri merupakan cara hidup dan cara bertindak. Kita mungkin bagaikan 'pengusaha' yang senantiasa mendengarkan dan melayani para konsumen sebaik mungkin, sehingga semua kerinduan dan dambaan konsumen dapat dilayani dengan baik. Untuk itu pengusaha senantiasa memperbaharui diri terus menerus sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Marilah kita ingat dan sadari bahwa apa yang abadi di dunia ini adalah perubahan, segala sesuatu yang ada di muka bumi berubah terus-menerus, sebagai tanda bahwa Sang Pencipta bekerja terus-menerus dalam dan melalui ciptaan-ciptaanNya. Semoga kita semua semakin lama dan semakin tua juga semakin lebih dikasihi oleh Allah maupun saudara-saudari atau sesama kita.

"Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang;burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan" (Mzm 8:5-9)

Ign 4 April 2013

 


Selasa, 02 April 2013

2April

"Aku telah melihat Tuhan!"

(Kis 2:36-41; Yoh 20:11-18)

" Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan."Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya" (Yoh 20:11-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam kebingungan atau kekalutan pada umumnya orang frustrasi, dan ada kemungkinan membuka diri atau menutup diri. Maria Magdalena sedih dan menangis karena Yesus yang terkasih, yang dimakam-kan tidak ditemukan di makamNya. Namun karena Maria Magdalena adalah orang yang penuh syukur dan terima kasih karena dosa-dosanya telah diampuni, ia membuka diri, dan akhirnya Yesus yang telah bangkit dari mati menampakkan Diri kepadaNya, dan dengan penuh kasih menyapanya. Maka dengan gembira akhirnya ia kembali kepada para rasul serta berkata: "Aku telah melihat Tuhan". Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian sekiranya mengalami kebingungan atau kekalutan dalam hidup, hendaknya tetap membuka diri, karena percayalah bahwa pasti ada orang yang memberi pencerahan, dan akhirnya kita akan mengimani bahwa Tuhan sungguh hidup dan berkarya dalam diri saudara-saudari kita. Marilah kita lihat Tuhan  yang hadir dan berkarya dalam hidup kita sehari-hari, termasuk dalam situasi dan kondisi yang sulit, membingungkan dan membuat kita frustrasi. Tentu saja hendaknya kita meneladan Maria Magdalena, yang tetap tegar dan terbuka dalam menghadapi kebingungan, kekalutan dan ketidaktahuan. Sebaliknya kita juga dapat membantu saudara-saudari kita yang bingung dan kalut dengan mendekati mereka dalam dan oleh kasih, sebagaimana dilakukan oleh Yesus yang telah bangkit dari mati kepada Maria Magdalena. Apa yang dilakukan oleh Yesus kiranya juga menjadi inspirasi bagi kita semua untuk lebih mengenal orang lain secara mesra, antara lain menyebut nama panggilan yang mengesan bagi yang bersangkutan.

·   "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." (Kis 2:38-39), demikian kata Petrus kepada umat yang menanyakan kepadanya perihal apa yang harus dilakukan. Apa yang dilakukan oleh Petrus ini kiranya secara khusus dapat menjadi teladan bagi para imam atau pemberita Kabar Gembira, para katekis. Cara hidup dan cara bertindak para imam, bruder, suster maupun katekis kami harapkan menimbulkan pertanyaan pada orang lain mempertanyakan dirinya atau syukur mendorong dan memotivasi orang lain untuk bertobat. Dengan kata lain hendaknya cara hidup dan bertindaknya sungguh mempesona, menarik dan memikat orang lain, sehingga orang lain dengan gembira dan bersemangat mendekat dan mendatangi kita. Secara khusus kami berharap agar pendekatan terhadap mereka yang lemah, berdosa dan takut dilakukan sedemikian rupa sehingga mereka terpesona dan terpikat kepada kita, dan kemudian mereka tergerak untuk memperbaharui diri, entah bertobat atau semakin menjadi berani. Kita semua diingatkan untuk memperhatikan saudara-saudari kita yang merasa jauh atau kurang diperhatikan tanpa takut dan gentar. Kami juga berharap agar karya-karya pastoral Gereja seperti karya social, pendidikan dan kesehatan juga menarik dan memikat orang lain. Salah satu cara untuk itu antara lain hendaknya siapapun yang mendatangi karya anda dilayani sebaik mungkin sehingga mereka kemudian tergerak untuk menceriterakan kebaikan yang mereka terima, dan dengan demikian mereka menjadi 'pewarta sukarela' perihal karya-karya kita.

"Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita!" (Mzm 33:18-20)

Ign 2 April 2013

 


Minggu, 31 Maret 2013

1 April

"Mereka pergi ke Galilea dan di sanalah mereka akan melihat Aku."

(Kis 2:14.22-32; Mat 28:8-15)

" Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini." (Mat 28:8-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Beriman kepada kebangkitan Yesus dari mati berarti menghayati karyaNya dalam hidup sehari-hari tanpa batas waktu dan tempat melalui RohNya, mengingat dan mengenangkan bahwa Allah hidup dan berkarya melalui ciptaan-ciptaanNya terus-menerus tiada henti. Dengan kata lain beriman kepada kebangkitan Yesus dari mati juga tidak bersikap mental materialistis. Sebaliknya tidak percaya kepada kebangkitanNya akan bersikap mental materialistis. "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." , demikian sabda Yesus yang telah bangkit dari mati. Galilea adalah tempat asal para murid dan tempat hidup sehari-hari mereka. Perintah atau sabda ini bagi kita semua yang beriman kepadaNya berarti menemukan dan mengimani karya Tuhan dalam diri saudara-saudari kita dan tentu saja juga dalam diri kita sebagai orang beriman. Kehadiran dan karyaNya antara lain menjadi nyata dalam kehendak baik dan kami percaya kita semua berkehendak baik, maka marilah kita lihat dan akui kehendak baik saudara-saudari kita. Karena ada kemungkinan perbedaan kehendak baik yang ada dalam diri kita, yang dikarenakan kelemahan dan kerapuhan kita, maka baiklah masing-masing dari kita tidak memutlakkan kehendak baiknya untuk segera direalisasikan atau diwujudkan, melainkan marilah kita sinerjikan kehendak baik kita dengan saling mensharingkan. Hendaknya kita juga tidak berbohong satu sama lain, karena sekali berbohong pada umumnya orang akan terus berbohong dan kebohongannya semakin besar. Hendaknya kita jangan takut dengan jujur membagikan niat dan kehendak baik kita kepada saudara-saudari kita, kehendak dan niat baik hendaknya jangan disimpan dalam hati saja.

·   "Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu" (Kis 2:25-28). Kutipan ini kiranya baik sekali untuk kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita senantiasa 'memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku', dengan demikian kita tidak akan takut menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan sebagaimana terjadi masa kini. Meskipun harus berjalan sendiri hendaknya kita tidak takut, karena Tuhan senantiasa menyertai perjalanan kita, Ia tidak akan membiarkan kita menuju ke kebinasaan, melainkan kita akan dituntun menuju ke sukacita abadi. Ada kemungkinan kita hidup atau tinggal sendirian di dalam rumah atau di suatu tempat, dengan kata lain apa yang saya katakan atau lakukan tak ada seorang pun yang melihatnya dan tahu, namun ingatlah, sadari dan  hayati bahwa Tuhan mengetahui segala sesuatu yang kita katakan dan lakukan, tiada sedikitpun yang tersembunyi bagi Tuhan. Maka ketika harus sendirian hidup atau bekerja hendaknya tetap setia melaksanakan tugas pekerjaan atau menghayati panggilan, karena Tuhan menyertai dan mendampingi kita. Kita semua mendambakan hidup bahagia dan damai sejahtera, maka marilah kita senantiasa berusaha menelusuri dan menempuh 'jalan kehidupan', yang  berarti melakukan segala sesuatu yang menggairahkan diri kita untuk semakin  beriman atau semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

"Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram;sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan." (Mzm 16:7-10)

Ign 1 April 2013

 


Hari Raya Paskah

HR PASKAH : Kis 10:33a.37-43; Kol 3:1-4; Yoh 20:1-9

"Selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati"

Post kematian seseorang, lebih-lebih yang mati seorang tokoh yang berpengaruh dalam kehidupan bersama, pada umumnya mereka yang pernah mengenalnya ingat akan hal-hal baik dan penting yang pernah dilakukan atau dikatakan oleh yang baru saja meninggal tersebut, serta memahaminya dengan baik. Dengan kata lain kesadaran mendalam akan sesuatu memang sungguh membutuhkan waktu, apalagi sesuatu tersebut sangat berguna bagi kehidupan bersama. Hal yang demikian pernah saya peroleh dari beberapa alumni sekolah-sekolah tertentu, dimana selama sedang belajar di sekolah tersebut mereka tak memahami aneka kebijakan dan tindakan para gurunya, namun ketika telah berjalan lama dan setelah menjadi orang penting dalam karya atau hidup bersama orang yang bersangkutan memahami dengan baik dan benar apa yang pernah dikatakan oleh guru mereka dan dilakukan oleh guru mereka. Memang itulah arti suatu proses pendidikan atau pembinaan: kita mendidik anak-anak atau generasi muda untuk hidup 10 sampai 15 tahun yang akan datang. Demikian pula kami berharap kepada para orangtua dalam mendidik anak-anaknya hendaknya mengantisipasi apa yang akan terjadi 10 atau 15 tahun mendatang. Untuk itu semua hemat saya bekal yang harus kita sampaikan kepada anak-anak atau generasi muda adalah nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup, bukan harta benda atau uang. Maka marilah kita renungkan apa arti iman kita kepada kebangkitan Yesus dari mati.

"Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam.Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah,sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya.Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati"(Yoh 20:5-9)

"Ia melihatnya dan percaya", itulah yang terjadi dalam diri Yohanes, murid terkasih Yesus, ketika ia melihat makam tempat Yesus dimakamkan kosong. Ia percaya bahwa Ia telah dibangkitkan dari mati sebagaimana pernah Ia sabdakan. Memang orang yang merasa sungguh dikasihi akan lebih ingat akan segala sesuatu daripada orang lain, ingat akan segala kata, nasihat, saran, ajaran atau cara hidup dari Dia yang telah mengasihinya. Dengan kata lain beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati diharapkan senantiasa hidup dan berindak dalam kasih. Marilah masing-masing dari kita ingat dan sadar bahwa kita dapat hidup, tumbuh-berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena dan oleh kasih, maka selanjutnya kita senantiasa hidup dan bertindak dijiwai oleh terima kasih dan syukur.

Orang yang sungguh dijiwai oleh terima kasih dan syukur pada umumnya senantiasa hidup dan bertindak dengan penuh semangat, bergairah dan dinamis, yang menandakan bahwa orang yang bersangkutan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan dorongan Roh Kudus. Maka kita yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati hendaknya dalam hidup dan bertindak kaapan pun dan dimana pun senantiasa bergairah, bersemangat dan dinamis, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Orang yang hidup dan bertindak demikian berarti dalam keadaan sehat wal'afiat secara lahir dan batin, karena semua syaraf berfungsi optimal, dan metabolisme darah baik adanya juga.

Hidup dan berkarya dijiwai oleh Roh Kudus antara lain berarti senantiasa hidup sesuai dengan kehendak dan perintah Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Maka pada Tahun Iman ini marilah kita giatkan pembacaan dan pendalaman Sabda, yang tertulis di dalam Kitab Suci. Hendaknya diingat, disadari dan dihayati bahwa yang penting dan utama bukan banyaknya pengetahuan perihal Kitab Suci, melainkan mencecap dalam-dalam apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Mungkin baik jika pembacaan, pendalaman dan pencecapan Sabda ini setiap hari dilakukan  di dalam keluarga kita masing-masing, dan ada kemungkinan setiap minggu di lingkungan umat, untuk bertukar pengalaman yang terjadi dalam keluarga kita masing-masing. Untuk itu pastor paroki atau ketua lingkungan hendaknya sungguh menggerakkan kegiatan lingkungan dalam rangka pendalaman iman atau Kitab Suci.

"Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan." (Kol 3:1-4)

Kutipan di atas ini kiranya mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak bersikap mental materialistis. Sikap mental materialistis telah merasuki hampir di semua bidang kehidupan, tak ketinggalan juga ada imam, bruder atau suster pun juga terjangkiti sikap mental materialistis ini. Memang para imam, bruder atau suster yang berkarya di kota-kota besar sungguh menghadapi godaan atau rayuan sikap mental materialistis, sehingga kita tidak handal spiritualitas atau kharismanya, maka dengan mudah mereka jatuh ke sikap mental materialistis. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, yang telah bangkit dari mati, kita semua dipanggil untuk mencari dan memikirkan perkara-perkara yang di atas, yaitu hal rohani atau spiritual.

Mencari dan memikirkan perkara-perkara yang di atas berarti hidup dari dan oleh Roh, sehingga menghayati keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan" (Gal 5:22). Dari keutamaan-keutamaan ini manakah yang kiranya mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebar-luaskan di lingkungan keluarga atau masyarakat kita masing-masing, kiranya masing-masing dari kita dapat memilihnya. Memang keutamaan yang paling dasar atau utama adalah 'kasih', apalagi masing-masing dari kita diciptakan, dilahirkan dan dibesarkan dalam dan oleh kasih, tanpa kasih kita tak mungkin dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini. Marilah kita hidup dan bertindak 'saling mengasihi' satu sama lain, yang berarti siap sedia mengasihi dan dikasihi. Pada masa kini hemat 'dikasihi' lebih sulit daripada 'mengasihi'. Ingat dan sadari dikasihi antara lain dapat berujud diberitahu, diajar, diejek, dikritik dst.. atau 'disalib'. Hendaknya menyikapi segala sapaan, sentuhan dan perlakuan orang lain terhadap diri kita sebagai perwujudan kasih mereka kepada kita.

 

"Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya." (Kis 10:42-43). Kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus dipanggil untuk menjadi saksi kebangkitanNya, sehingga semakin banyak orang percaya kepadaNya. "Barangsiapa percaya kepadaNya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya", inilah yang kiranya baik untuk kita renungkan. Beriman berarti mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah, sehingga senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Marilah kita saling membantu dan bekerjasama dalam rangka mentaati dan melaksanakan perintah atau kehendak Allah, dan perintah atau kehendakNya antara lain dapat kita temukan di dalam Kitab Suci.

 

"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Biarlah Israel berkata: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!"

(Mzm 118:1-2)

 

"SELAMAT PASKAH, MARILAH SALING BERSYUKUR DAN MENGASIHI"

 

Ign 31 Maret 2013