Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 18 Agustus 2012

Minggu Biasa XX

Mg Biasa XX: Ams 9:1-6; Ef 5:15-20; Yoh 6:51-58

" Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."


Makan dan minum merupakan kegiatan manusia yang paling banyak dikerjakan dan diminati. Orang yang masih mau makan dan minum dengan baik menunjukkan bahwa yang bersangkutan sehat wal'afiat, sebaliknya orang yang sulit atau tak bergairah makan dan minum pada umumnya sedang menderita sakit, sebagaimana terjadi dalam diri mereka yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. Dalam media massa diberitakan bahwa mayoritas orang Indonesia ini adalah senang makan nasi alias mengkomsumsi beras, yang mengakibatkan bahwa penderita diabetes terbanyak adalah warganegara Indonesia. Memang apa yang kita makan dan minum atau menjadi komsumsi utama kita akan mempengaruhi kesehatan tubuh kita, demikian juga apa yang kita lihat dan dengarkan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kepribadian kita. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus agar kita 'makan apa yang dianugerahkan oleh Tuhan', karena "Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selamanya", dan kiranya kita semua mendambakan setelah meninggal dunia hidup mulia dan berbahagia selamanya di sorga.


"Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yoh 6:51)


Sabda Yesus di atas ini kiranya mengajak kita semua untuk mawas diri apa artinya dan maknanya setiap kali kita menerima Tubuh Kristus atau Komuni Kudus di dalam Perayaan Ekaristi. Menerima Komuni Kudus berarti hidup dan bersatu dengan Yesus Kristus dan dengan demikain senantiasa hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindakNya, berpartipasi dalam karya penyelamatan dunia, yang menjadi tugas utama dalam perutusanNya. "Roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia", demikian sabda Yesus. Sabda ini kiranya mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mawas diri apa artinya setiap kali kita menerima Komuni Kudus atau Tubuh Kristus. Yesus telah memberikan atau membagikan TubuhNya kepada kita semua, maka setiap kali kita menerimaNya berarti kita dipanggil untuk berbagi kepada saudara-saudari kita, dimana pun dan kepada siapapun, tanpa pandang bulu.


Secara kebetulan hari ini adalah Hari Raya Idul Fitri, dan kami percaya banyak di antara kita berkumpul dengan dan saling memberi salam kepada saudara, sahabat dan kenalan, dan dalam kebersamaan tersebut pasti terjadilah saling berbagi, entah berbagi cerita atau pengalaman, makanan atau minuman, uang dst.. Maka marilah menggabungkan atau menyatukan diri dengan saudara-saudari kita yang sedang merayakan Idul Fitri, untuk memperdalam, memperteguh dan memperkembangkan sikap hidup dan tindakan saling berbagi, bercurhat dan berbagi aneka pengalaman dan kekayaan guna memperteguh dan memperdalam persaudaraan sejati antar kita, antar suku, agama dan ras. Kami percaya juga bahwa saudara-saudari kita, umat Islam, yang baru saja menyelesaikan ibadah puasa dan matiraga selama sebulan, cara hidup dan cara bertindaknya telah diperbaharui, lebih menyadari dan menghayati diri sebagai yang berasal dari Allah dan kelak akan kembali bersatu dengan Allah ketika telah meninggal dunia. Maka marilah kita refleksikan bahwa kita 'telah turun dari sorga dan suatu saat harus kembali ke sorga'.


"Urip iku kowo wong lelungan sing mampir ngombe" = Hidup itu bagaikan orang dalam berjalanan yang singgah sejenak untuk minum, demikian kata pepatah Jawa, yang kurang lebih berarti bahwa hidup ini hanya sebentar saja, maka hendaknya diisi dan dihayati sebaik-baiknya, tidak untuk berfoya-foya, bermalas-malasan atau hidup dan bertindak seenaknya. Memang karena waktunya hanya sebentar atau mepet ada dua kemungkinan orang menyikapinya: hidup seenaknya, menuruti selera pribadi atau hidup sebaik mungkin sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Kami berharap hidup yang hanya sebentar ini sungguh dihayati sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, apalagi kita semua tidak tahu kapan kita dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Marilah waktu yang hanya sebentar ini kita isi dengan aneka cara hidup dan cara bertindak, yang menyelamatkan dan membahagiakan, terutama kebahagiaan atau keselamataan jiwa manusia.


"Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati" (Ef 5:15-19).


Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat Efesus di atas ini kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan, lebih-lebih ajakan untuk "Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati". Dalam berkata-kata atau bercakap-cakap kapan pun dan dimana pun kita diharapkan mengatakan atau mempercakapkan apa yang baik, mulia, bermoral atau berbudi pekerti luhur, sehingga yang didengarkan dari perkataan atau percakapan kita mendorong para pendengar untuk "bersorak gembira bagi Tuhan dengan segenap hati". Jauhkan dan berantas isi perkataan dan percakapan yang merangsang orang lain untuk berbuat dosa atau melakukan apa yang tidak baik, tidak bermoral dan tidak berbudi pekerti luhur.

"Bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan dengan segenap hati" itulah panggilan dan tugas pengutusan kita dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Hal ini berarti kita diajak dan dipanggil untuk menghayati hidup dan melaksanakan aneka tugas dan pekerjaan bagaikan sedang beribadah, sebagai wujud pembaktian diri sepenuhnya kepada Tuhan. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak segenap anggota Lembaga Hidup Bakti, entah yang menjadi imam, bruder atau suster, dapat menjadi teladan atau inspirator dalam pembaktian hidup sepenuhnya kepada Tuhan, kepada Penyelenggaraan Ilahi.


Kita semua juga diingatkan agar senantiasa mengusahakan untuk mengerti kehendak Allah dalam hidup sehari-hari, dalam hari-hari yang sarat dengan aneka bentuk kejahatan. Kehendak Allah antara lain menggejala dalam diri orang-orang yang berkehendak baik, dan saya percaya bahwa orang-orang yang berkehendak baik lebih banyak daripada yang berkehendak jahat. Maka saya juga mengajak siapapun yang berkehendak baik untuk mengungkapkan kehendaknya agar lebih mudah dimengerti orang lain, dengan kata lain marilah kita bersama-sama berusaha saling mengungkapkan dan mengerti kehendak kita, dan biarlah kebersamaan hidup kita akhirnya juga semakin baik, menyelamatkan dan membahagiakan. "Buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian." (Ams 9:6), demikian pesan penulis Kitab Amsal yang hendaknya kita usahakan bersama-sama. Tentu pengertian dan kebodohan yang dimaksudkan di sini terkait dengan hati bukan otak.


"Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatu pun yang baik.Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan TUHAN akan kuajarkan kepadamu!Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?" (Mzm 34:10-13)

Ign 19 Agustus 2012   

"Selamat Idul Fitri, 1Syawal 1433 H"

Mohon maaf lahir dan batin, dan marilah kita teguhkan dan perdalam hidup persaudaraan sejati.  


Jumat, 17 Agustus 2012

18 Agt

"Orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga."
(Yeh 18:1-10.13b.30-32; Mat 19:13-15)

"Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ" (Mat 19:13-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Anak-anak jelas lebih suci daripada orangtuanya, generasi muda lebih suci daripada generasi tua, karena pada umumnya orang tambah usia dan pengalaman juga bertambah dosa-dosanya. Dalam hidup beriman atau beragama orang yang selayaknya dihormati dan dijunjung tinggi adalah mereka yang lebih suci, maka marilah kita renungkan sabda Yesus hari ini, yaitu "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga". "Yang empunya Kerajaan Sorga" berarti yang dikuasai oleh Sorga atau Allah alias yang hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah atau hidup suci, mempersembah-kan diri seutuhnya kepada Allah. Sabda Yesus di atas ini mengajak dan mengingatkan kita agar kita memberi perhatian yang memadai bagi anak-anak, dengan jiwa besar dan hati rela berkorban memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anak. Anak-anak hendaknya memperoleh pendidikan atau pembinaan yang memadai, maka kami harapkan orangtua sungguh memperhatikan pendidikan anak-anaknya, antara lain mengalokasikan dana dan waktu yang memadai bagi pendidikan anak-anak. Umat Allah di lingkungan paroki, masjid atau umat beragama lainnya, kami harapkan memberi waktu dan tenaga maupun dana yang memadai bagi pembinaan iman anak-anak. Entah orangtua maupun para guru atau pendidik hendaknya lebih takut dan prihatin terhadap anak-anak daripada terhadap atasan atau pimpinan, artinya prihatin dan takut jika anak-anak tidak tumbuh-berkembang menjadi pribadi cerdas beriman. Berilah kesempatan dan kemungkinan sedini mungkin bagi anak-anak untuk belajar aneka kebiasaan baik, mulia, bermoral dan berbudi pekerti luhur, antara lain dengan teladan konkret dari orangtua maupun para guru/pendidik.

·   "Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!" (Yeh 18:32), demikian firman Allah kepada bangsa terpilih melalui nabi Yeheskiel. Allah tidak menghendaki bahwa umatNya mengalami kematian, terutama mati dalam hal hidup baik, mulia, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Para orangtua maupun guru atau pendidik hemat saya memiliki tugas berat  dan mulia dalam menjaga, membina dan mendampingi anak-anak atau para peserta didiknya. Karena tugas yang begitu berat dan mulia ini kami harapkan para orangtua maupun pendidik sungguh baik adanya, membaktikan diri seutuhnya kepada Allah alias senantiasa mengusahakan hidup suci bagi dirinya sendiri. Hidup suci berarti senantiasa bersama dan bersatu dengan Allah dimana pun dan kapan pun, dan dengan demikian akan mampu melaksanakan tugas berat dan mulia dalam mendidik atau mendampingi anak-anak atau peserta didik. Cukup menarik bahwa kata lain dari murid atau peserta didik, yang berarti para murid berpartisipasi sebagai peserta dalam proses pembelajaran atau pendidikan. Maka dengan ini kami harapkan para guru atau pendidik sungguh menyadari  diri sebagai yang sedang diikuti atau disertai para murid atau peserta didik: apa yang ada katakan dan kerjakan sungguh didengarkan dan dilihat oleh para peserta didik serta berpengaruh dalam perkembangan dan pertumbuhan kepribadian mereka. Maka dengan ini kami sungguh mengharapkan anda semua menghayati motto bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro, yaitu "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" (keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). Keteladanan pada masa kini sungguh memprihatinkan. Pendidikan nilai atau budi pekerti, yang menurut hemat saya merupakan yang harus diutamakan dalam proses pembelajaran atau pendidikan, sungguh butuh teladan-teladan konkret dari para guru/pendidik. Semoga para guru/pendidik dapat menjadi teladan atau inspirator bagi para peserta didik dalam hal melakukan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.

"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu" (Mzm 51:12-15).
Ign 18 Agustus 2012
 

Kamis, 16 Agustus 2012

17 Agustus - Hari Raya Kemerdekaan RI - Sir 10:1-8; 1Pet 2:13-17; Mat 22:15-21

"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."


Film "Sogija", yang mengangkat kembali atau mengenangkan riwayat hidup panggilan dan tugas pengutusan Mgr.Albertus Soegijapranata SJ, Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang dan Pahlawan Nasional sungguh mengesan bagi banyak orang, tidak hanya umat Katolik saja, tetapi juga mereka yang memiliki wawasan dan sikap mental kebangsaan. Sejak ditayangkan untuk pertama kalinya di beberapa kota besar tanggal 7 Juni 2012 lalu sampai saat ini film tersebut masih banyak diminati banyak orang, dan saya dengar sudah mulai diputar di paroki-paroki atau paguyuban yang berminat, sehingga karena banyak peminat maka harus antri menunggu giliran untuk menyaksikannya. Mgr Sogija ketika menjabat sebagai Uskup Agung memang dalam masa perjuangan maupun pertahanan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau mencanangkan motto "100% Katolik dan 100% warganegara". Beliau menggabungkan diri dengan para pejuang kemerdekaan maupun pemerintahan baru NKRI yang pada masa itu harus pindah dari Jakarta ke Yogyakarta dalam rangka menghadapi agresi Belanda. Maka kiranya film Soegija sungguh dapat membantu kita untuk berrefleksi pada Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia hari ini.


"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Mat 22:21)


Bendera 'merah putih' menjadi panji-panji NKRI. Merah berarti berani, sedangkan putih berarti suci; warna merah berada di atas dan warna putih berada di bawah kiranya dapat diartikan bahwa kita, warganegara NKRI, harus dengan gagah berani mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dalam dan dengan kesucian hidup. Merah putih kiranya juga merupakan kenangan para pendiri bangsa ini yang bercirikhas cerdas beriman. Panji-panji bendera merah-putih kiranya senada dengan sabda Yesus "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.", dihayati oleh Mgr Soegija dengan motto "100% Katolik dan 100% warganegara". Karena Mgr Soegija menjadi pahlawan nasional, maka kiranya baik juga kami mengajak rekan yang beragama lain untuk menghayati motto tersebut, yang berarti "100% Islam/Kristen/Hindu/Budha/Kepercayaan dan 100% warganegara".


Yang pertama-tama dan terutama kita usahakan dan perdalam serta perkembangkan pada masa kini hemat saya adalah kesucian, maka marilah kita bersama-sama berusaha untuk hidup suci. Suci berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga memiliki cara hidup dan cara bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan atau dijiwai oleh iman. Dengan hidup suci diharapkan kita 'dalam semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara', sehingga tidak pernah melakukan korupsi sedikitpun. Sungguh sayang dan memprihatinkan bahwa para penerus dan pengisi kemerdekaan saat ini pada umumnya melakukan korupsi, entah mereka yang berada di jajaran legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Maka Bapak Karni Ilyas dalam siaran TV One sering mengangkat kata-kata "Jika legislatif, eksekutif maupun yudikatif berkorupsi, maka apa yang dapat diharapkan dari negeri ini". Semoga para koruptor mengakui diri dan bertobat di Hari Raya Kemerdekaan ini, dan kami berharap mereka yang bertugas atau berpartisipasi dalam pemberantasan korupsi untuk tetap berjiwa 'merah-putih' dalam memberantas korupsi.


Jika orang hidup suci kiranya giliran berikutnya untuk berusaha menjadi cerdas atau pandai dst.. akan lebih mudah. Pada masa ini apa yang disebut suci kiranya senada atau searti dengan kecerdasan spiritual atau SQ, dan "SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita" (Danah Zohar dan Ian Marshall: SQ, Penerbit Mizan – Bandung 2000, hal 4). Dengan dan dalam kecerdasan spiritual, marilah kita usahakan, perdalam dan perkembangkan kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosional. Kami berharap hal ini dapat dilaksanakan baik di dalam keluarga maupun sekolah-sekolah dalam rangka mendidik dan mendampingi anak-anak maupun para peserta didik. Sekali lagi kami ingatkan dan ajak untuk memberlakukan aturan 'Dilarang menyontek baik dalam ulangan maupun ujian', dan ketika peserta didik kedapatan menyontek hendaknya diberi sangsi berat antara lain dikeluarkan dari sekolah atau tidak naik kelas. Untuk itu perlu ada perjanjian tertulis antara orangtua dan sekolah. Marilah kita hayati sabda Yesus di atas dengan hidup suci dan sosial demi kebahagiaan dan kesejahteraan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!" (1Pet 2:16-17.)


'Hidup bebas merdeka sebagai hamba Allah' itulah panggilan dan tugas pengutusan kita semua sebagai warganegara NKRI. Sebagai manusia, ciptaan Allah, kita semua dianugerahi kebebasan penuh oleh Allah, dan hendaknya kita tidak menyalahgunakan kebebasan ini untuk hidup seenaknya alias melakukan kejahatan-kejahatan dalam bentuk apapun, termasuk juga 'melidungi atau menyelubungi kejahatan-kejahatan'. Pasangan dari kebebasan adalah cintakasih, kebebasan dan cintakasih bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Maka selanjutnya marilah kita renungkan dan tanggapan ajakan Petrus di bawah ini.


"Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu", begitulah ajakan dan peringatan Petrus kepada kita semua, segenap umat beriman atau beragama. Salah satu bentuk atau yang terutama dan pertama-tama dapat kita usahakan dan hayati dalam rangka menanggapi ajakan tersebut adalah menjunjung tinggi dan menghormati hak-hak azasi manusia, harkat martabat manusia. Maka urutan dalam Pancasila, dasar Negara kita, setelah Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Perikemanusiaan yang adil dan beradab. Kita adalah bangsa yang beradab dan bukan biadab, demikian sering digembar-gemborkan oleh para pembicara dalam aneka kesempatan, namun kiranya apa yang disuarakan tersebut masih jauh untuk menjadi kenyataan, mengingat dan memperhatikan bahwa aneka kerusuhan, permusuhan, pembunuhan, saling membenci dan mencaci maki dst.. masih marak di sana-sini dalam kehidupan bersama kita. 


"Pemerintah yang bijak mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur. Seperti penguasa bangsa demikianpun para pegawainya, dan seperti pemerintah kota demikian pula semua penduduknya." (Sir 10:1-2). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi bahan refleksi atau mawas diri baik bagi pemerintah maupun rakyat, yaitu perihal ketertiban. Pertama-tama saya mengajak anda sekalian untuk memperhatikan apa yang terjadi di jalanan, yaitu dalam berlalu-lintas. Tertib dan mentaati aneka rambu-rambu lalu lintas di jalanan merupakan cermin hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hari-hari ini kiranya masih banyak orang dalam perjalanan untuk mudik, maka kami harapkan tertib di jalanan agar selamat sampai tujuan, bertemu dengan orangtua, sahabat dan kenalan guna merayakan Idul Fitri bersama-sama. Semoga para pejabat pemerintahan dapat menjadi teladan dalam pelaksanaan tata tertib dalam menjalankan fungsinya maupun aneka tugas dan pekerjaan. Kepada segenap anggota masyarakat atau rakyat, marilah bertanya kepada diri sendiri: apa yang kupersembahkan bagi ketertiban hidup bersama di tengah masyarakat.


"Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku. Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku." (Mzm 101:6-7)


Ign 17 Agustus 2012


"Marilah kita tegakkan dan perdalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan semangat bapa pendiri bangsa, cerdas beriman, serta dengan panji-panji merah-putih (berani dan suci)" 


Rabu, 15 Agustus 2012

16 Agt

"Sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku?"
(Yeh 12:1-12; Mat 18:21-19:1)

"Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."(Mat 18:21-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kasih pengampunan merupakan akar atau dasar untuk membangun dan memperdalam perdamaian dunia, sebagaimana pernah dicanangkan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam rangka memasuki Millenium Ketiga dengan motto "There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" (=Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan). Maka melanjutkan refleksi kemarin, suatu ajakan untuk senantiasa berpikir positif terhadap orang lain, marilah hal itu kita perdalam dan perkembangan dengan hidup saling mengampuni satu sama lain dimana pun dan kapanpun serta dengan siapapun. Jika Yesus bersabda bahwa harus mengampuni tujuh kali tujuh puluh kali berarti merupakan ajakan agar kita senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi dan mengampuni. Kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus kiranya hafal doa Bapa Kami yang diajarkanNya, maka marilah kita hayati kata-kata dalam doa Bapa Kami "ampunilah kami seperti kamipun mengampuni mereka yang bersalah kepada kami". Doa Bapa Kami kiranya kita hafal semua dan setiap hari mendoakannya, maka semoga kata-kata di atas tidak hanya manis dimulut atau dibibir saja, tetapi menjadi nyata atau terwujud dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Kami berharap kepada umat Katolik dan Kristen dapat menjadi teladan hidup dan bertindak saling mengampuni.

·   "Katakanlah: Aku menjadi lambang bagimu; seperti yang kulakukan ini begitulah akan berlaku kepada mereka: sebagai orang buangan mereka akan pergi ke pembuangan. Dan raja yang di tengah-tengah mereka akan menaruh barang-barangnya ke atas bahunya pada malam gelap dan akan pergi ke luar; orang akan membuat sebuah lobang di tembok supaya ada baginya jalan keluar; ia akan menutupi mukanya supaya ia tidak akan melihat tanah itu" (Yeh 12:11-12). Kutipan ini merupakan ajaran bagi kita semua bahwa jika diperlakukan apapun hendaknya tidak marah atau menggerutu atau mengeluh, melainkan hayati dengan penuh ketaatan dan penyerahan diri secara total. Kita diharapkan bagaikan orang-orang buangan yang senantiasa siap sedia diperintah atau diperlakukan apa saja , tanpa membantah dan mengeluh. Raja yang dimaksudkan dalam kutipan di atas ini kiranya Tuhan sendiri, maka marilah ketika kita menerima perintah Tuhan kita sikapi dengan ketaatan buta, karena perintahNya pasti menyelamatkan dan membahagiakan kita. Perintah Tuhan antara lain dapat menggejala dalam diri saudara-saudari kita yang berkehendak baik, misalnya orangtua atau para guru. Kita dipanggil untuk menghayati sikap mental kemuridan, yang memiliki siap belajar dengan rendah hati serta senantiasa siap sedia untuk dituntun dan dididik. Atau juga kita dapat bersikap mental bagaikan anak kecil/bayi yang berada di pangkuan sang ibu, diperlakukan apapun ikut saja, karena percaya bahwa sang ibu pasti akan membuatnya bahagia dan baik adanya.

"Mereka mencobai dan memberontak terhadap Allah, Yang Mahatinggi, dan tidak berpegang pada peringatan-peringatan-Nya; mereka murtad dan berkhianat seperti nenek moyang mereka, berubah seperti busur yang memperdaya; mereka menyakiti hati-Nya dengan bukit-bukit pengorbanan mereka, membuat Dia cemburu dengan patung-patung mereka.Ketika Allah mendengarnya, Ia menjadi gemas, Ia menolak Israel sama sekali" (Mzm 78:56-59)
Ign 16 Agustus 2012

Selasa, 14 Agustus 2012

15 Agt

 "Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu"
(Yeh 9:1-7;10:18-22; Mat 18:15-20)

 "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Mat 18:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketika orang sedang berduaan, entah sejenis atau antar jenis, pada umumnya akan omong-omong dengan mesra atau curhat. Dua orang yang sedang saling mengasihi pasti akan lebih melihat kebaikan dan keunggulan masing-masing, tetapi juga ada kemungkinan mereka sedang ngrumpi atau ngrasani orang lain, yang pada umumnya membicarakan kesalahan dan kekurangan orang lain. Ketika semua kiranya memiliki kecenderungan mudah untuk membicarakan kesalahan atau kekurangan orang yang tidak ada di hadapan kita. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk tidak dengan mudah membicarakan kekurangan atau kelemahan orang lain, apalagi menjadikannya bahan rekreasi. Jika kita melihat kekurangan atau kelemahan orang lain serta berminat untuk memperingatkannya, diharapkan 'menegor di bawah empat mata', artinya secara langsung disampaikan kepada orang yang bersangkutan. Membicarakan kekurangan atau kelemahan orang yang tidak ada di hadapan kita hemat saya merupakan pelanggaran hak asasi manusia alias melecehkan harkat martabat manusia. Yang sering terjadi adalah entah suami atau isteri sering menceriterakan kekurangan pasangan hidupnya dengan rekan sekantor yang berbeda jenis kelamin, dan rekan yang bersangkutan mendengarkan dengan baik serta kemudian dirasakan dapat menerima keluh kesahnya. Maka dampak berikutnya dapat terjadi perselingkuhan. Memang secara khusus saya ingin mengingatkan rekan-rekan yang ada daalm satu komunitas atau suami-isteri: hendaknya jangan membicarakan kekurangan atau kelemahan rekan sekomunitas atau pasangan hidup kepada orang lain.

·   "Lalu kemuliaan TUHAN pergi dari ambang pintu Bait Suci dan hinggap di atas kerub-kerub. Dan kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan waktu mereka pergi, aku lihat, mereka naik dari tanah dan roda-rodanya bersama-sama dengan mereka. Lalu mereka berhenti dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah timur, sedang kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka. Itulah makhluk-makhluk hidup yang dahulu kulihat di bawah Allah Israel di tepi sungai Kebar. Dan aku mengerti, bahwa mereka adalah kerub-kerub" (Yeh 10:18-20). Yang dimaksudkan dengan kerub-kerub adalah makhluk-makhuk sorgawi yang misterius dan menggambarkan kemuliaan Allah, maka kutipan di atas ini kiranya mengajak dan mengingatkan kita semua agar kita senantiasa melihat kemuliaan Allah, baik yang ada di dalam diri kita masing-masing maupun saudara-saudari kita atau orang lain. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa berpikiran positif terhadap diri kita maupun orang lain. Marilah kita ingat dan sadari bahwa kita adalah manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah, maka hendaknya senantiasa dilihat dan diimani karya Allah dalam tiap diri manusia. Karya Allah dalam diri kita, manusia, antara lain menjadi nyata dalam kehendak baik kita, dan kami percaya bahwa masing-masing dari kita memiliki kehendak baik. Marilah  kita saling membagikan kehendak baik kita serta kemudian kita sinerjikan sehingga menjadi kehendak baik bersama, serta kemudian kita wujudkan bersama-sama. Marilah kita saling mengabdi, saling melayani, saling menghormat dan saling memuliakan serta memuji, sehingga kehidupan bersama sungguh menarik, mempesona dan memikat, karya Allah tinggal dan berkarya dalam kebersamaan kita. Semoga sabda Yesus bahwa 'dimana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu' dapat menjadi nyata dalam kebersamaan kita dengan orang lain, siapapun dan dimana pun.

"Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya.Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi,yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?
" (Mzm 113:1-6)
Ign 15 Agustus 2012

Senin, 13 Agustus 2012

14 Agt

"Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu ia menyambut Aku."
(Yeh 2:8-3:4; Mat 18:1-5.10.12-14)

"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang."(Mat 18:1-5.10.12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St Maksimilianus Maria Kolbe, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Mengurus, mendidik dan merawat anak-anak kecil memang tidak mudah, membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak serta pengorbanan. Cukup banyak keluarga muda masa kini kurang perhatian dalam mendidik atau mengurus anak-anaknya, dan pada umumnya anak-anaknya diserahkan kepada pembantu atau perawat khusus bayi atau neneknya. Dengan kata lain orang suka menanam, namun enggan atau tak dapat merawatnya dengan baik dan memadai. Jika Yesus bersabda bahwa   "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.", kiranya merupakan ajakan atau peringatan bagi kita semua untuk senantiasa memperhatikan pendidikan atau pembinaan anak-anak sccara memadai. Kita juga dapat meneladan kemartiran St.Maksimilianus Maria Kolbe, yang telah merelakan diri untuk bersama dengan orang-orang tahanan, yang akhirnya meninggal dunia karena diracun; ia telah mengorbankan diri demi keselamatan dan kebahagiaan orang lain. Kami berharap para orangtua untuk dengan sungguh-sungguh berani memboroskan waktu dan tenaga guna merawat dan mendidik anak-anaknya, agar anak-anak kelak kemudian hari ketika tumbuh berkembang menjadi pribadi dewasa 'tidak hilang' alias tetap tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman. Maklum masa kini kiranya cukup banyak anak-anak lebih taat pada para guru di sekolah daripada kepada orangtua atau bapak-ibunya, dan hal ini menunjukkan bahwa orangtua kurang memadai dalam mendidik dan mengasihi anaknya. Marilah kita sikapi anak-anak kita sebagai anak Tuhan, yang berarti harus kita sembah-sujud kepadanya alias membaktikan diri sepenuhnya demi perkembangan dan pertumbuhan anak. Tidak memperhatikan dan mendidik anak-anak dengan baik dan benar berarti mencelakakan diri sendiri maupun anak-anak di masa depan.

·   "Hai anak manusia, makanlah gulungan kitab yang Kuberikan ini kepadamu dan isilah perutmu dengan itu." (Yeh 3:3). Kutipan ini kiranya mengingatkan dan mengajak kita semua, umat beriman atau beragama untuk senantiasa membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, sehingga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Dengan  rendah hati setiap hari saya berusaha membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci serta kemudian menulis refleksi sederhana serta meneruskannya kepada anda sekalian. Semoga apa yang saya sampaikan kepada anda membantu untuk menghayati kutipan di atas. Makan 'gulungan Kitab' berarti melaksanakan atau menghayati apa yang tertulis dalam kitab tersebut. Maka baiklah saya ingatkan kepada kita semua: hendaknya aneka tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing kita 'makan sampai habis' alias kita laksanakan sebaik-baiknya. Biarlah tata tertib atau aturan sungguh mengusai atau merajai cara hidup dan cara bertindak kita. Sekali lagi kami ingatkan bahwa keunggulan hidup beriman atau beragama ada dalam pelaksanaan atau penghayatan, bukan wacana atau omongan. Semoga menyikapi dan melaksanakan aturan atau tata tertib tidak pilih-pilih apa yang menguntungkan dirinya sendiri saja, melainkan secara utuh dan total dilaksanakan atau diihayati. Sikapi dan hayati aneka tata tertib dan aturan dalam dan oleh kasih, maka akan terasa nikmat adanya.
"Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku" (Mzm 119:14.24)
Ign 14 Agustus 2012

13 Agt


Jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka"
(Yeh 1:2-5.24-2:1a; Mat 17:22-27)
"Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga." (Mat 17:22-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup sebagai warganegara memang terikat oleh aneka tata tertib dan aturan serta harus melaksanakan-nya sebaik dan seoptimal mungkin. Salah satu tata tertib atau aturan yang secara umum berlaku di seluruh dunia adalah 'kewajiban membayar pajak'. Salah satu yang menjadi dukungan kemajuan dan perkembangan hidup warganegara adalah ketertiban dan kedisiplinan pembayaran dan pengelolaan pajak. Mayoritas pemasukan anggaran pendapatan suatu Negara berasal dari pembayaran pajak, dan jumlah dana pajak yang masuk difungsikan untuk aneka pelayanan bagi warganegara. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan bahwa Yesus bersama para rasul setia membayar pajak agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Maka kami berharap kepada segenap umat beriman atau beragama untuk setia membayar pajak, dan tentu saja para pengurus dan pengelola pajak juga melaksanakan tugas dan fungsinya sebaik dan sejujur mungkin, tidak melakukan korupsi sedikitpun. Maklum jika dicermati para pengurus dan pengelola pajak di negeri kita tercinta ini tidak jujur dan dampaknya para wajib pajak pun juga mangkir untuk membayar pajak atau kong-kalingkong dengan petugas pajak. Kami berharap kepada mereka yang berpengaruh dalam hidup bersama dapat menjadi teladan dalam kewajiban membayar pajak, dan para petugas, pegawai dan pengurus jujur dalam menjalankan tugasnya. Ingatlah dan sadari bahwa tindakan korupsi para petugas dan pengelola pajak telah menjadi batu sandungan banyak warganegara untuk membayar pajak seenaknya. Para pegawai negeri atau pemerintahan kami harapkan juga dapat menjadi teladan dalam hal kejujuran, karana imbal jasa atau gaji bagi anda sekalian berasal dari rakyat, dan hendaknya sungguh berusaha untuk melayani dan mensejahterakan rakyat. Pajak berasal dari rakyat dan harus kembali kepada rakyat dalam aneka bentuk pelayanan bagi rakyat.
·   "Seperti busur pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan, demikianlah kelihatan sinar yang mengelilinginya. Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN. Tatkala aku melihatnya aku sembah sujud, lalu kudengar suara Dia yang berfirman" (Yeh 1:28). "Busir pelangi, yang terlihat pada musim hujan di awan-awan" memang begitu indah, mempesona dan menarik. Sebagai orang beriman atau beragama kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak bagaikan 'busur pelangi' tersebut, dengan kata lain dimanapun dan kapanpun cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa indah, mempesona, menarik dan memikat orang lain serta tidak pernah menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berbuat dosa atau melakukan kejahatan. Para gadis atau perempuan, terutama yang belum menikah dan berusaha mencari jodoh atau pasangan hidup, pada umumnya berusaha menghadirkan sedemikian  rupa sehingga menarik, mempesona dan memikat laki-laki yang didambakan menjadi jodoh atau pasangan hidupnya. Semoga hal itu tidak menjadi batu sandungan bagi rekan-rekan laki-laki untuk berpikiran serta melakukan yang jahat atau berdosa. Kami berharap apa yang menjadi daya pesona, daya tarik dan daya pikat buka hanya penampilan hal duniawi atau fisik belaka, tetapi terutama dan pertama-tama adalah yang terkait dengan hal rohani atau spiritual, dengan kata lain tunjukkan bahwa anda adalah pribadi yang baik, suci dan berbudi pekerti luhur, sehingga orang yang terpesona, tertarik dan terpikat pada diri anda menjadi semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan alias semakin hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Biarlah apa yang mempesona, menarik dan memikat dalam diri kita adalah sesuatu yang menunjukkan kemuliaan Tuhan.
"Haleluya! Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi! Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia, hai segala tentara-Nya!"(Mzm 148:1-2)
Ign 13 Agustus 2012