Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

22Agt

"Banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih."

(Hak 11:29-39a; Mat 22:1-14)

"Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal
Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin
untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang
telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak
mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah
kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah
kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih;
semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi
orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke
ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap
hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja
itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan
pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata
kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi
orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu.Sebab itu
pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang
yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah
hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya
di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga
penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu
masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang
tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana
engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi
orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah
kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang
paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab
banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Mat 22:1-14),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta SP Maria,
Ratu, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Dari data statistik Seminari Menengah Mertoyudan dapat diketahui
bahwa mereka yang akhirnya ditabiskan menjadi imam dan tetap setia
pada panggilan imamatnya kurang lebih hanya 10% dari jumlah seminaris
yang sempat belajar di Seminari Menengah Mertoyudan. Memang banyak
yang berminat, termasuk saat ini, untuk menjadi imam, namun akhirnya
hanya sedikit yang terpilih. Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
generasi muda dalam memilih pacar atau calon suami/isteri, kiranya
juga banyak pilihan, namun akhirnya harus memilih satu yang dianggap
cocok dan terbaik. Demikian juga sering banyak pelamar kerja namun
hanya beberapa saja yang akhirnya terpilih sebagai pekerja. Mereka
yang terpilih dinilai layak dan pantas, dan kiranya kita semua juga
mendambakan 'terpilih', yaitu terpilih menjadi orang baik, bermoral
dan berbudi pekerti luhur alias orang yang sungguh dikasihi Allah
maupun sesamanya. Maka marilah sebagai orang beriman kita berlomba
untuk menjadi 'yang terpilih dan terkasih'. Sebenarnya masing-masing
dari kita adalah 'yang terpilih dan terkasih': bukankah ada jutaan
sperma berebut satu 'telor' dan hanya satu yang menang dan terpilih,
dan siapa dia kalau bukan kita masing-masing ini. Dengan demikian
selayaknya kita semua berusaha menjadi 'yang terpilih dan terkasih',
dan untuk itu marilah kita senantiasa berusaha hidup dan bertindak
sedemikian rupa sehingga dikasihi oleh Allah maupun sesama kita.
Hendaknya dalam keadaan apapun kondisi kita jangan sampai 'minder'
atau kecil hati, karena kita semua telah menjadi 'pemenang' atau
'juara', terpilih sebagai sperma bersatu dengan telor dan akhirnya
menjadi diri kita apa adanya pada saat ini. Marilah kita meneladan SP
Maria, Ratu kita, yang senantiasa mentaati dan melaksanakan kehendak
Allah.

·    "Hanya izinkanlah aku melakukan hal ini: berilah keluasan
kepadaku dua bulan lamanya, supaya aku pergi mengembara ke pegunungan
dan menangisi kegadisanku bersama-sama dengan teman-temanku." (Hak
11:37), demikian kata seorang gadis, anak perempuan Yefta, kepada
ayahnya. Kata-kata ini mungkin baik menjadi bahan permenungan bagi
rekan-rekan perempuan yang masih gadis atau perawan, yang tidak lama
lagi akan segera menikah atau bersuami. Ada waktu persiapan khusus
sebelum mempersembahkan kegadisan atau keperawanannya kepada sang
suami yang baru. Masa ini mungkin pada saat ini tidak lain adalah masa
tunangan, maka kepada rekan-rekan gadis yang sedang dalam masa
tunangan kami ajak untuk sungguh mempersiapkan diri. Kepada para
orangtua dari anak gadis yang segera akan menikah atau bersuami kami
harapkan memberi keleluasaan kepadanya dalam mempersiapkan diri.
Persiapan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan kita: segala
sesuatu yang dipersiapkan dengan baik dan benar pasti akan sukses atau
berhasil sebagaimana didambakan atau diharapkan. Tentu saja saya juga
berharap kepada rekan-rekan gadis untuk menjadi kegadisan atau
keperawanannya sampai pada saatnya nanti dipersembahkan kepada 'yang
terkasih', suami terkasih.

"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian,
tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban
penghapus dosa tidak Engkau tuntut.Lalu aku berkata: "Sungguh, aku
datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku;aku suka
melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." (Mzm
40:7-9) Ign 22 Agustus 2013

21Agt

"Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu"

(Hak 9:6-15; Mat 20:1-16a)

 "Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang
pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.
Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar
sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul
sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain
menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke
kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan mereka
pun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar
pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia
keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada
mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata
mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada
mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan
itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan
bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga
mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai bekerja
kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar.
Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan
mendapat lebih banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu
dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada
tuan itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu
jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk
bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.Tetapi tuan itu
menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil
terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah
bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk
terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan
milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku
murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang
terdahulu "(Mat 20:1-16a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Pius X,
Paus,hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Murah hati merupakan salah satu keutamaan yang selayaknya kita
hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan
ada kecenderungan umum banyak orang tumbuh-berkembang bersikap mental
egois atau 'pengumpul' karena pengaruh HP dan Internet. Kita semua
telah menerima kemurahan hati dari Allah secara melimpah ruah, maka
sebagai orang beriman kita diharapkan saling bermurah hati. Murah hati
secara kasar dapat diartikan sebagai 'memberi perhatian kepada
siapapun dan dimana pun', dan kiranya hal ini perlu dihayati oleh para
pemimpin. Memang ada kemungkinan seorang pemimpin secara fisik tak
mungkin memperhatikan semuanya, maka baiklah kemurahan hati diwujudkan
juga secara spiritual, yaitu mendoakan: berdoa bagi mereka semua yang
harus dipimpin atau dilayani. Paus Pius X yang kita kenangkan hari ini
kiranya adalah pribadi yang sungguh baik hati dan sederhana. Sebagai
gembala umat Paus Pius X antara lain membuat mudah Kitab Suci difahami
oleh umat, memperhatikan anak-anak dan orang miskin dst.. "Saya
dilahirkan miskin, saya hidup miskin dan saya ingin mati secara miskin
pula", demikian ungkapan hatinya yang terdalam menjelang Paus Pius X
dipanggil Tuhan. Bersikap mental 'miskin' berarti siap sedia menerima
apa saja dari orang lain, termasuk juga melakukan apa saja asal
berguna bagi keselamatan dan kebahagiaan jiwa orang lain. Marilah kita
saling bermurah hati dan berbaik hati satu sama lain dalam kehidupan
kita setiap hari dimana pun dan kapan pun, sehingga kehidupan bersama
sungguh membantu kita semua mengusahakan keselamatan dan kebahagiaan
jiwa kita.

·   "Jawab semak duri itu kepada pohon-pohon itu: Jika kamu
sungguh-sungguh mau mengurapi aku menjadi raja atas kamu, datanglah
berlindung di bawah naunganku; tetapi jika tidak, biarlah api keluar
dari semak duri dan memakan habis pohon-pohon aras yang di gunung
Libanon." (Hak 9:15). Pohon-pohon anggur dan pohon-pohon ara menolak
tawaran untuk menjadi raja. Hemat saya pohon anggur dan pohon ara
merupakan lambang bagi orang-orang yang bersikap mental materialistis
dan egois, cari enak sendiri dan keuntungan diri sendiri. Sebaliknya
semak duri merupakan lambang orang-orang yang kurang diperhatikan atau
tersingkir dalam percaturan social di masyarakat. Hal ini rasanya
secara konkret juga terjadi dalam hal 'panggilan', misalnya mayoritas
seminaris di Seminari Mertoyudan yang tumbuh berkembang panggilannya
menjadi imam dengan baik pada umumnya mereka yang berasal dari
keluarga miskin atau berkekurangan, sedangkan mereka yang berasal dari
keluarga kaya sungguh bermasalah, sulit dididik dan akhirnya
mengundurkan diri atau harus diundurkan. Semak duri merupakan symbol
kerendahan hati dan keterbukaan: kerendahan hati merupakan keutamaan
dasar atau yang paling utama, yang harus kita hayati dan sebarluaskan
pada masa kini.

"TUHAN, karena kuasa-Mulah raja bersukacita; betapa besar
kegirangannya karena kemenangan yang dari pada-Mu! Apa yang menjadi
keinginan hatinya telah Kaukaruniakan kepadanya, dan permintaan
bibirnya tidak Kautolak." (Mzm 21:2-3)

Ign 21 Agustus 2013

20Agt

"Bagi manusia hal ini tidak mungkin tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."

(Hak 6:11-24a; Mat 19:23-30)

"Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor
unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah." Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah
mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"
Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak
mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." Lalu Petrus
menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala
sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" Kata
Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu
penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta
kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas
dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.Dan setiap
orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki
atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya,
akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup
yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang
terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Mat
19:23-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Bernardus,
Abas dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Manusia berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah ketika
meninggal dunia, dengan kata lain kita manusia adalah lemah dan rapuh
serta serba terbatas. Hidup kita sungguh berasal dari Allah dan
tergangtung pada Allah sepenuhnya, maka marilah kita senantiasa hidup
bersama dan bersatu dengan Allah alias hidup baik, bermoral dan
berbudi pekerti luhur. Jika kita demikian adanya, maka segala sesuatu
yang kita dambakan atau harapkan akan mungkin alias dapat terwujud.
Pengalaman saya pribadi' lebih-lebih atau terutama ketika bertugas
sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang sering harus menghadapi
kegiatan atau proyek besar dengan beaya besar,  sungguh mengesan.
Antara lain ketika menyambut kedatangan atau kunjungan pastoral Bapa
Suci, Yohanes Paulus II, di wilayah Keuskupan Agung Semarang pada
tahun 1988. Waktu itu dalam tempo atau waktu kurang lebih enam bulan
kami harus menyediakan dana kurang lebih Rp.750.000.000,- (tiga
perempat milyard rupiah).   Dengan dan dalam iman kepada Allah, karena
kegiatan yang direncanakan sesuai dengan kehendak Allah, saya percaya
bahwa semuanya akan terlaksana dengan baik alias tak akan kekurangan
dana. Sungguh diluar dugaan atau pikiran saya waktu itu bahwa akhirnya
banyak orang memberikan sumbangan yang sangat besar dengan rela dan
jiwa besar: dana terkumpul sebagaimana direncanakan dan penggunaan
kurang dari yang direncanakan (ada saldo kurang lebih
Rp.200.000.000,-). Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak
segenap umat beriman: hendaknya apa yang anda dambakan atau harapkan
sesuai dengan kehendak Allah serta diusahakan bersama dan bersatu
dengan Allah, karena dengan demikian dambaan atau harapan tersebut
pasti terlaksana dengan sukses.

·   "Berfirmanlah Malaikat Allah kepadanya: "Ambillah daging dan roti
yang tidak beragi itu, letakkanlah ke atas batu ini, dan curahkan
kuahnya." Maka diperbuatnya demikian. Dan Malaikat TUHAN mengulurkan
tongkat yang ada di tangan-Nya; dengan ujungnya disinggung-Nya daging
dan roti itu; maka timbullah api dari batu itu dan memakan habis
daging dan roti itu. Kemudian hilanglah Malaikat TUHAN dari
pandangannya." (Hak 6:20-21). Kutipan ini berbicara perihal Gideon,
yang dipilih oleh Allah untuk menjadi hakim. Malaikat Allah
mendampingi hidup kita sebagai 'malaikat pelindung'; hal itu merupakan
kasih dan kemurahan hati Allah bagi kita manusia yang lemah, rapuh dan
tak berdaya ini. Kami berharap kepada kita semua untuk membuka diri
terhadap bisikan malaikat pelindung kita masing-masing, serta kemudian
melaksanakan apa  yang dibisikkan atau diperintahkan. Ada kemungkinan
malaikat pelindung menjadi nyata atau konkret dalam diri
saudara-saudari kita yang berkehendak baik, maka marilah kita
dengarkan kehendak baik saudara-saudari kita, dengan kata lain kita
komunikasikan atau bagikan kehendak baik kita kepada saudara-saudari
kita dan dengan demikian kita saling berbagi kehendak baik. Percayalah
bahwa kita saling berkehendak baik, maka dambaan atau harapan kita
bersama akan terwujud. Secara khusus kami berharap kepada para
suami-isteri untuk senantiasa saling membagikan dan mendengarkan
kehendak baik, dan kemudian berdua bersama-sama mewujudkan kehendak
baik yang telah disinerjikan. Hendaknya anda sebagai suam-isteri
saling menjaga dan mengingatkan agar tetap setia saling mengasihi
sampai mati.

"Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan
bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan
menjenguk dari langit.Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan
negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di
hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan." (Mzm
85:11-14)

Ign 20 Agustus 2013

19Agt

"Perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"

(Hak 2:11-19; Mat 19:16-22)

" Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik
apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab
Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang
baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam
hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya:
"Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah,
jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan
ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata
orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang
masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna,
pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang
miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke
mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu,
pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya" (Mat 19:16-22),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Kita semua kiranya mendambakan hidup kekal, berbahagia dan mulia
selamanya di sorga bersama Allah, setelah meninggal dunia nanti. Jika
kita sungguh mendambakan hal itu diharapkan dengan rela dan jiwa besar
'menjual segala milik dan memberikan hasil jualan kepada orang-orang
miskin'. Ajakan ini kiranya bagi kita semua tak mungkin melakukannya,
kecuali mereka yang terpanggil untuk hidup membiara, khususnya hidup
kontemplatif. Mungkin bagi kita semua ajakan tersebut dapat kita
wujudkan dengan senantiasa memperhatikan orang-orang miskin di
lingkungan hidup dan kerja kita, maka marilah kita 'melihat kebawah'
untuk mengetahui dengan benar dan jelas siapa saja yang selayaknya
kita perhatikan dan bantu, mereka yang sungguh miskin dan
berkekurangan. Secara khusus kami berharap kepada para kepala
pemerintahan daerah maupun pusat untuk sungguh memperhatikan rakyat
yang miskin dan berkekurangan. Percayalah jika para pemimpin
mengutamakan memberi perhatian kepada mereka yang miskin dan
berkekurangan, maka banyak orang akan tergerak untuk melakukan yang
sama. Kita dapat belajar dari Paus Fransiskus yang mengawali
pelayanannya dengan hidup sederhana serta memperhatikan mereka yang
miskin dan berkekurangan. Paus kita adalah Yesuit, sahabat Yesus, maka
juga tergerak untuk meneladan Yesus, yang meskipun kaya telah menjadi
miskin untuk memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan.
Kepada para pengusaha atau pemberi kerja kami harapkan sungguh
menjamin kesejahteraan hidup para pekerjanya, sebagai wujud gerakan
preventif memberantas kemiskinan.

·   "Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi
mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari
tangan musuh mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas
kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan
menindas mereka. Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka
berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti
allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam
hal apa pun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka
yang tegar itu." (Hak 2:18-19). Hakim dalam hidup sehari-hari yang
kita kenal adalah orang yang menentukan atau mengambil keputusan atas
aneka macam perkara, guna menjatakan benar atau salah. Dengan kata
lain tugas utama seorang hakim adalah sebagai 'pembawa kebenaran' dan
harus menghayati tugasnya dengan jujur. Hakim yang diutus oleh Allah
di sini adalah orang yang bertugas untuk mengingatkan bangsanya atau
saudara-saudarinya 'meninggalkan aneka kejahatan dan penyembahan
berhala', dan mengajak mereka untuk kembali berbakti sepenuhnya kepada
Allah. Pada masa kini kiranya hal ini menjadi tugas para pemuka agama:
pastor/imam, kyai, pendeta, bhikkhu atau para guru agama. Maka kepada
anda semua kami ajak untuk tidak takut mengajak orang-orang penyembah
berhala dan jahat bertobat, kembali membaktikan diri sepenuhnya kepada
Allah. Hal ini kiranya juga dapat dilakukan oleh para orangtua serta
guru/pendidik di sekolah-sekolah dalam mendidik dan mendampingi
anak-anak atau peserta didik. Berhala yang merebak pada masa ini
antara lain adalah dalam bentuk HP atau computer, dimana orang begitu
memboroskan waktu dan tenaga untuk main 'game' di computer atau kirim
SMS, dan kemudian merasa tak bergairah dalam hidup ketika tiada
sarana-prasarana elektronik tersebut. Kami berharap para orangtua
sungguh memperhatikan anak-anaknya dalam penggunaan computer untuk
'main game'.

"Mereka tidak memunahkan bangsa-bangsa, seperti yang diperintahkan
TUHAN kepada mereka,tetapi mereka bercampur baur dengan bangsa-bangsa,
dan belajar cara-cara mereka bekerja. Mereka beribadah kepada
berhala-berhala mereka, yang menjadi perangkap bagi mereka. Mereka
mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka
kepada roh-roh jahat" (Mzm 106:34-37)

Ign 19 Agustus 2013

17Agt HR KEMERDEKAAN RI

HR KEMERDEKAAN RI: Sir 10:1-8; 1Ptr 2:13-17; Mat 22:15-21

"Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"

"Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoesaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja .
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta", demikian bunyi teks Proklamasi RI tanggal 17 Agustus
1945. Konon ditulis 05 karena sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu
adalah tahun 2605. Negara kita telah merdeka secara territorial sejak
tahun 1945, yang berarti telah merdeka selama 68 tahun secara
territorial, namun kiranya masih terjadi penjajahan atau penindasan
baik secara social maupun spiritual. Maka di Hari Raya Kemerkaan RI ke
68 ini marilah kita mawas diri sebagai warganegara: sejauh mana kita
hidup dan bertindak berdasarkan Pancasila, dasar Negara kita yang
tercinta ini. Perkenankan saya merefleksikan Pancasila dengan terang
Kitab Suci kami, atau ajaran-ajaran Yesus Kristus beserta mereka yang
telah membaktikan diri kepada Yesus Kristus dan sekarang telah
meninggal dunia, sebagai pahlawan atau santo dan santa.

1)                  Ketuhanan Yang Maha Esa

"Berikan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."(Mat
22:21). Merah-putih itulah warna bendera kita, dan warna putih ada di
bagian bawah. Putih berarti suci/bersih, dengan kata lain sungguh
'memberikan kepada Allah apa yang wajib diberikan kepada Allah".
Berada di bawah berarti menjadi dasar utama atau landasan utama, dan
memang ketika semua warganegara suci atau bersih adanya, maka segala
bentuk hidup, perjuangan dan pelayanan akan baik adanya, itulah warna
merah yang ada di atas. Maka dengan ini kami mengajak segenap
warganegara untuk setia menghayati ajaran agamanya masing-masing dalam
cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun.
Jika kita semua setia menghayati ajaran agama kita masing-masing, maka
percayalah sila ke dua dengan mudah kita hayati bersama-sama.

2)                  Kemanusiaan yang adil dan beradab

Tumbuh berkembang menjadi manusia yang adil  dan beradab merupakan
dambaan kita semua. Adil dan beradab bagaikan mata uang bermuka dua,
dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Makna adil secara mendasar
hemat saya adalah menjunjung tinggi dan menghormati harkat martabat
manusia, maka ketika orang sungguh bertindak adil berarti orang yang
bersangkutan juga beradab. Bertindak adil dan beradab berarti
berbudaya kehidupan, segala sepak terjang dan kinerja orang yang adil
dan beradab akan menghidupkan dan menggairahkan orang lain. Saat ini
masih beberapa orang atau kelompok, misalnya FPI, yang biadab, dengan
mengadakan 'sweeping' seenaknya. Namun hemat saya di dalam
keluarga-keluarga juga masih terjadi kebiadaban, meskipun secara
lembut, misalnya kekerasan suami terhadap isteri atau orangtua
terhadap anak-anaknya. Ketika kita semua sungguh bertindak adil dan
beradab, maka persaudaraan atau persatuan Indonesia dapat kita
wujudkan bersama-sama.

3)                  Persatuan Indonesia

Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari aneka suku dan bahasa.
Sejak Sumpah Pemuda, tahun 1928, telah diperjuangkan adanya persatuan
dengan penyataan "satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa". Apa yang
telah dicanangkan oleh generasi muda itu terus diperjuangkan oleh
tokoh-tokoh nasionalis sampai dinyatakannya 'kemerdekaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia'. Marilah kita usahakan bersama-sama
persatuan atau persahabatan kita. Hendaknya kita bersama-sama
senantiasa mengusahakan menghayati apa yang sama di antara kita dengan
handal dan mendalam, karena dengan demikian apa yang berbeda di antara
kita akan fungsional memperdalam dan mengembangkan persatuan atau
persaudaraan. Pertama-tama dan terutama kami mengajak dan mengingatkan
para pemuka atau tokoh agama untuk berusaha mengusahakan persatuan dan
persaudaraan sejati, maka paguyuban umat beriman yang sudah dimulai di
daerah-daerah, misalnya di wilayah kabupaten dan kota madya Magelang,
hendaknya dikembangkan di semua wilayah atau daerah di Indonesia ini.

4)                  Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan

Para anggota DPR adalah wakil rakyat, karena juga dipilih oleh rakyat
secara demokratis. Maka dengan ini kami harapkan anda semua sungguh
berfungsi mewakili rakyat, apalagi kesejahteraan anda juga dijamin
oleh rakyat. Kebanyakan anggota DPR masa kini kurang mewakili rakyat
dan hanya demi kepentingan pribadi atau partainya, bahkan dengan
seenaknya sendiri melakukan korupsi untuk memperkaya diri. Hendaknya
anda sungguh memperjuangkan kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
Ingat anda adalah wakil rakyat, dengan kata lain yang menjadi ketua
atau pimpinan anda adalah rakyat, maka jika anda tidak memperjuangkan
kepentingan dan kesejahteraan rakyat, jangan bertanya jika rakyat
memecat anda melalui aneka cara dan bentuk termasuk demonstrasi.
Kesejahteraan rakyat merupakan barometer atau ukuran keberhasilan
pengabdian anda sebagai wakil rakyat.

5)                  Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Seluruh rakyat Indonesia mendambakan keadilan sosial, yang berarti
hidup bersama di Indonesia ini, dimana pun dan kapan pun dalam keadaan
damai dan sejahtera, tidak ada seorangpun yang tertindas atau
menderita. Hemat saya sekiranya tidak ada seorang pun warganegara
Indonesia yang melakukan  korupsi, seluruh rakyat Indonesia dapat
hidup damai dan sejahtera. Tidak ada penindasan dan pelecehan harkat
martabat manusia kiranya menjadi dambaan atau harapan kita semua, maka
marilah kita usahakan bersama-sama.

"Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada
raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada
wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat
jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah
kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan
kepicikan orang-orang yang bodoh.Hiduplah sebagai orang merdeka dan
bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk
menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba
Allah.Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah
akan Allah, hormatilah raja!" (1Ptr 2:13-17)

Kutipan di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi
kita bersama-sama, dimana kita diajak melihat dan menyikapi para
pimpinan sebagai 'wakil Allah'. Maka pertama-tama dan terutama kami
mengingatkan dan mengajak para pemimpin untuk berusaha hidup dan
bertindak bersama atau bersatu dengan Allah dimana pun dan kapan pun,
dengan kata lain senantiasa hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti
luhur. Para pemimpin kami harapkan tidak melakukan kejahatan sekecil
apapun, tidak korupsi atau mengkomersilkan jabatan atau kedudukan.

Sebagai warganegara atau anggota masyarakat kita semua dipanggil untuk
lebih melihat dan mengakui apa yang baik, mulia dan luhur dalam diri
para pemimpin. Maka baiklah kita hayati atau lakukan apa yang mereka
katakan atau arahkan bagi kita semua, karena pada umumnya apa yang
dikatakan sebagai arahan atau nasihat baik adanya, dan jangan hanya
melihat apa yang kurang atau tidak baik dalam diri pemimpin, karena
mereka juga manusia lemah dan rapuh seperti kita.

Kita semua dipanggil untuk saling menghormati sebagai saudara, saling
mengasihi satu sama lain. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa kita
semua berasal dari cinta dan akan kembali ke Yang Tercinta, Allah,
maka selayaknya dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun
dan kapan pun kita senantiasa saling mencintai atau mengasihi tanpa
syarat. Marilah kita saling memboroskan waktu dan tenaga kepada
saudara-saudari kita sebagai wujud saling mencintai satu sama lain.

"Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur
bagi-Mu, ya TUHAN. Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela:
Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan
hatiku di dalam rumahku.Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila"
(Mzm 101: 1-3a)

Ign 17 Agustus 2013

16Agt

"Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"

(Yos 24:1-13; Mat 19:3-12)

"Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia.
Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya
dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia
yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan
perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah
dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi
satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena
itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa
memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan
isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa
mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah
demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan
isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia
berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian
halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin."
Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat
mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang
yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim
ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada
orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh
karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia
mengerti." (Mat 19:3-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Jumlah perceraian perkawinan di Indonesia kiranya cukup besar dan
memprihatinkan. Yang sering menjadi korban perceraian pada isteri atau
perempuan, dan ketika sang perempuan cukup kaya dan cantik kiranya
akan segera menikah atau bersuami kembali, sedangkan sang perempuan
yang miskin dan berkekurangan ada kecenderungan melacurkan diri atau
menjual diri kepada para laki-laki hidung belang demi uang. Namun
ketika perceraian suami-isteri terjadi ketika mereka telah memiliki
anak, maka anaknya akan menjadi korban. Yesus bersabda bahwa yang
menjadi penyebab perceraian adalah ketegaran hati manusia, yang secara
konkret berarti kurangnya perhatian satu sama lain antara
suami-isteri. Maka dengan ini kami mengingatkan rekan-rekan
suami-isteri untuk sungguh saling memperhatikan sebagai perwujudan
cintakasih dan secara konkret saling memboroskan waktu dan tenaga satu
sama lain sebagai suami-isteri. Pemborosan waktu dan tenaga merupakan
bentuk konkret cintakasih. Yesus juga menanggapi keluhan para rasul
dengan bersabda bahwa ada orang yang tidak menikah demi Kerajaan
Allah, misalnya menjadi imam, bruder atau suster. Memang alasan takut
hidup berkeluarga sebagai suami-isteri sering merupakan motivasi
dasar/awal panggilan hidup imamat atau membiara sebagai imam, bruder
atau suster. Kepada rekan-rekan muda-mudi atau remaja kami ingatkan
juga akan tidak melakukan perzinahan dalam bentuk apapun.

·   "Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan
binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua
raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula
oleh panahmu. Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh
tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi
kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun
zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya" (Yos
24:12-13), demkian kutipan kata-kata Yosua kepada bangsanya,
mengingatkan kasih dan kemurahan hati Allah. Kutipan ini kiranya baik
menjadi permenungan kita semua, warganegara yang hidup masa kini, yang
mewarisi kemerdekaan/berdirinya NKRI. Sebagai penerus atau pewaris
hendaknya dengan penuh syukur dan terima kasih kita hidup dan
bertindak, serta kita wujudkan dalam cara hidup dan cara bertindak
kita masing-masing. Memang sungguh memprihatinkan bahwa cukup banyak
orang yang dilahirkan di masa kemerdekaan, tidak mewarisi nilai-nilai
perjuangan dan pengorbanan para pejuang dan pendiri NKRI, namun hanya
mewarisi kekayaan dengan serakah. Kami berharap anak-anak dan generasi
muda diwarisi nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup, bukan harta
benda atau uang. Harta benda  dan uang dengan mudah dapat dihabiskan,
sedangkan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup akan dibawa atau
dinikmati sampai mati, dan ketika sudah mati pun akan senantiasa
dikenang oleh orang-orang kemudian. Didiklah dan dampingilah anak-anak
anda dalam hal nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang
menyelamatkan jiwa manusia. Kepada anda yang beragama katolik serta
mengenakan nama baptis, kami ajak untuk menghayati nilai-nilai atau
keutamaan-keutamaan yang telah dihayati oleh santo atau santa
pelindung anda.

"Kepada Dia yang memimpin umat-Nya melalui padang gurun! Bahwasanya
untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Kepada Dia yang memukul kalah
raja-raja yang besar; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Dan membunuh raja-raja yang mulia; bahwasanya untuk selama-lamanya
kasih setia-Nya." (Mzm 136:16-18)

Ign 16 Agustus 2013

15Agt

"Sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat
dosa terhadap aku?"

(Yos 3:7-10a.11.13-17; Mat 18:21-35)

" Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai
berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa
terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku
berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh
puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja
yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia
mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang
berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu
melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta
anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka
sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala
hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas
kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan
hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang
hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan
mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya
itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan
kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam
penjara sampai dilunaskannya hutangnya.Melihat itu kawan-kawannya yang
lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan
mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya:
Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau
memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu
seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan
menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh
hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga
terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu
dengan segenap hatimu." (Mat 18:21-35), demikian kutipan Warta Gembira
hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Kasih pengampunan merupakan akar perdamaian sejati, dan jika kita
mawas diri dengan baik dan benar kiranya mau tak mau kita harus
mengakui dan menghayati diri sebagai orang yang telah menerima kasih
pengampunan melimpah ruah dari Allah melalui sekian banyak orang yang
telah memperhatikan dan mengasihi kita. Maka marilah kita sebagai
orang beriman dalam hidup sehari-hari dimana pun dan kapan pun
senantiasa hidup saling mengampuni. Marilah kita kembangkan dan
perdalam persaudaraan sejati antar umat beragama di Indonesia ini, dan
untuk itu baiklah pertama-tama dan terutama kita hayati secara
mendalam dan handal apa yang sama di antara kita: sama-sama manusia,
ciptaan Allah, karena dengan mengahayati apa yang sama secara mendalam
dan handal apa yang berbeda antara kita akan fungsional memperdalam
dan mengembangkan persaudaraan sejati. Di wilayah Kota Madya dan
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, telah berkembang Paguyuban Umat
Beriman, dan dengan senang hati saya senantiasa berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut, misalnya tgl  30 Juli 2013 yang lalu
diselenggarakan acara Buka Puasa Bersama di Klenteng Muntilan. Marilah
kita perangi bersama aneka usaha yang ingin memecah belah persaudaraan
kita sebagai warganegara Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semoga
para pemimpin atau kepala daerah di negeri kita tercinta ini selalu
mengusahakan persaudaraan sejati di antara warganya. Marilah kita
saling berbagi, saling memberi dan menerima.

·   "Pada hari inilah Aku mulai membesarkan namamu di mata seluruh
orang Israel, supaya mereka tahu, bahwa seperti dahulu Aku menyertai
Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau.Maka kauperintahkanlah
kepada para imam pengangkat tabut perjanjian itu, demikian: Setelah
kamu sampai ke tepi air sungai Yordan, haruslah kamu tetap berdiri di
sungai Yordan itu." (Yos 3:7-8), demikian firman Tuhan kepada Yosua,
pengganti Musa dalam memimpin bangsanya. Yosua diperintahkan untuk

·tetap ' berdiri di sungai Yordan' seraya menunggu para imam yang akan
meneguhkan dan memberkatinya. Sungai kiranya merupakan symbol
kehidupan sejati, dimana mengalir air terus-menerus: air yang sungguh
fungsional untuk kehidupan umat manusia. Bukankah aliran air di sungai
sungguh merupakan kasih dan kemurahan hati Tuhan kepada kita semua.
Maka dengan ini kami mengajak anda  sekalian untuk menjaga agar aliran
air di sungai-sungai tidak berhenti, dan untuk itu memang kita perlu
bersama-sama mengusahakan peresapan air hujan di tempat kita
masing-masing. Marilah kita pelihara lingkungan hidup kita. Saya
pribadi sungguh bangga serta mendukung 'gerakan Seminari Menanam' yang
dicanangkan oleh Bidel Umum Seminari Menengah Mertoyudan. Moga-moga
embriyo gerakan ini tumbuh berkembang dengan baik, dan dengan rendah
hati kami ajak anda sekalian: marilah kita giatkan 'gerakan menanam'
di daerah atau wilayah kita masing-masing.

"Pada waktu Israel keluar dari Mesir, kaum keturunan Yakub dari bangsa
yang asing bahasanya, maka Yehuda menjadi tempat kudus-Nya, Israel
wilayah kekuasaan-Nya. Laut melihatnya, lalu melarikan diri, sungai
Yordan berbalik ke hulu. Gunung-gunung melompat-lompat seperti domba
jantan, dan bukit-bukit seperti anak domba." (Mzm 114:1-4)

Ign 15 Agustus 2013

14Agt

"Apabila saudaramu berbuat dosa tegorlah dia di bawah empat mata"

(Ul 34:1-12; Mat 18:12-15)

 "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata.
Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika
ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi,
supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak
disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah
soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat,
pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang
pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat
di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia
ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua
orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga,
permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku
ada di tengah-tengah mereka." (Mat 18:15-20), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan St.Maximilianus
Maria Kolbe, Imam dan Martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Kami percaya bahwa kita semua pernah atau bahkan setiap hari
melakukan kesalahan, entah besar atau kecil, karena kelemahan dan
kerapuhan kita masing-masing sebagai manusia. Jika kita berkata bahwa
belum pernah melakukan kesalahan berarti kita pembohong. Sabda hari
ini mengingatkan kita semua agar kepada saudara-saudari kita yang
melakukan kesalahan kita tegor 'empat mata', dengan kata lain
hendaknya melokalisir kesalahan orang bukan memperbesar atau
menyebarluaskannya. Maklum kecenderungan banyak orang masa kini adalah
dengan mudah menyebarluaskan kesalahan atau kekurangan orang lain,
dengan atau melalaui cara apapun, antara lain dengan 'ngrumpi atau
ngrasani'. Maximilianus Maria Kolbe yang kita kenangkan hari ini
dikenal sebagai orang yang rela mati dalam membela dan melindungi
orang salah, ia rela menjadi terhukum mati demi kebahagiaan banyak
orang lain. Menegor teman yang bersalah dengan 'empat mata' memang
membutuhkan kerendahan hati dan kebenarian dan berani menanggung
resiko ditolak, namun demikian marilah kita lakukan. Kita juga
dingatkan oleh Tuhan bahwa 'barangsiapa berkumpul dua atau tiga orang
dalam NamaKu, Aku di tengah-tengah mereka', dengan kata lain ketika
menegor teman yang bersalah kita direstui atau didukung oleh Tuhan,
dan dengan demikian pasti akan berhasil dengan baik. Kepada kita semua
kami ajak: marilah dengan rendah hati kita mengingatkan
saudara-saudari kita yang melakukan kesalahan. Ingatlah juga bahwa
masing-masing dari kita juga dengan mudah melakukan kesalahan.

·    "Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham,
Ishak dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri
itu. Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi
engkau tidak akan menyeberang ke sana." (Ul 34:4), demikian firman
Tuhan kepada Musa. Musa tidak diperkenankan memasuki tanah terjanji,
namun hanya melihatnya dari kejauhan keindahan tanah terjanji, karena
Musa pernah kurang percaya kepada Tuhan alias melakukan kesalahan. Hal
ini kiranya menjadi pelajaran bagi kita semua agar tidak melakukan
kesalahan sedikitpun. Tentu pertama-tama dan terutama kami ingatkan
kepada anda yang sedang tugas belajar: hendaknya belajar dengan baik,
dan sekiranya melakukan kesalahan kecil saja, agar dengan demikian
anda sukses dalam belajar, naik kelas atau lulus ujian. Demikian juga
kepada para pekerja atau pegawai kami harapkan bekerja sebaik mungkin
sampai pension, jangan sampai dipecat dari pekerjaan karena melakukan
kesalahan. Hal yang sama saya ingatkan kepada rekan-rekan yang
terpanggil hidup berkeluarga sebagai suami-isteri, imam, bruder maupun
suster. Anda semua kiranya mendambakan menghayati panggilan hidup
tersebut sampai mati, maka kami berharap senantiasa setia pada
janji-janji yang pernah diikhrarkan. Dan kepada kita semua kiranya
juga mendambakaan setelah meninggal dunia nanti kembali hidup mulia
dan berbahagia lagi di sorga bersama Tuhan, maka marilah kita berusaha
setia menghayati iman kita masing-masing. Marilah kita 'seberangi'
atau hadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah bersama dan bersatu
dengan Tuhan. Kepada para pemuka atau tokoh agama kami harapkan
mengingatkan umatnya dengan rendah hati dalam menghayti iman mereka,
sehingga pada suatu saat kita semua selamat sampai tujuan akhir hidup
kita, yaitu hidup mulia dan berbahagia selamanya di sorga bersama
dengan Tuhan.

"Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah
kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Katakanlah
kepada Allah: "Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu; 66:5 Pergilah
dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya
terhadap manusia"

 (Mzm 66:1-3a.5)

Ign 14 Agustus 2013

12Agt

"Jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka"

(Ul 10:12-22; Mat 17:22-27)

" Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia
berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan
manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan
dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali. Ketika
Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea
Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar
bea dua dirham itu?" Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus
masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah
pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan
pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" Jawab Petrus: "Dari
orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya.
Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah
memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan
bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di
dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan
bagimu juga." (Mat 17:22-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Warta Gembira hari ini berbicara masalah 'pajak', yang menjadi
kewajiban seluruh warganegara atau masyarakat. Hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara pada umumnya dibiayai oleh hasil pajak
masyarakat atau warganegara. Pajak berasal dari rakyat dan harus
dikembalikan kepada rakyat dalam aneka bentuk pelayanan kepada rakyat
demi kesejahteraan seluruh rakyat, maka dengan ini kami berharap
kepada kita semua untuk setia membayar pajak sesuai dengan peraturan
yang berlaku, dan tentu saja kami berharap kepada mereka yang
berpengaruh dalam kehidupan bersama dapat menjadi teladan dalam hal
membayar pajak. Kepada para pengusaha kami harapkan setia dalam
membayar pajak. Kepada para petugas, pegawai dan pengelola pajak kami
harapkan tidak melakukan korupsi sedikitpun, demikian juga mereka yang
menarik pajak di jalanan kami harapkan juga tidak melakukan korupsi
sedikitpun. Masalah perpajakan ini mungkin baik dididikkan pada
anak-anak kita baik di dalam keluarga maupun di sekolah-sekolah.
Memang mereka ada yang bebas membayar pajak karena pendapatannya
kecil, demikian juga para imam/pastor karena memang tidak menerima
gaji atau imbal jasa. Sebenarnya jika pajak dibayar dan dikelola
dengan baik dan benar di Indonesia ini, maka seluruh rakyat Indonesia
hidup sejahtera lahir dan batin, fisik dan spiritual, namun karena
masih dikorupsi sampai kini masih jutaan warganegara yang miskin, jauh
dari hidup sejahtera. Kita semua mendambakan hidup damai dan
sejahtera, maka marilah kita setia pada tugas, kewajiban dan fungsi
kita masing-masing. Semoga tak ada seorang pun di antara kita menjadi
batu sandungan untuk berdosa atau melakukan yang jahat.

·   "Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah yang empunya langit, bahkan
langit yang mengatasi segala langit, dan bumi dengan segala isinya;
tetapi hanya oleh nenek moyangmulah hati TUHAN terpikat sehingga Ia
mengasihi mereka, dan keturunan merekalah, yakni kamu, yang
dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti sekarang ini. Sebab itu
sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk. Sebab TUHAN,
Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang
besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima
suap; yang membela hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasih-Nya
kepada orang asing dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian."
(Ul 10:14-18). Segala sesuatu yang ada dipermukaan bumi ini adalah
milik Tuhan, dan kita hanya 'dipinjami' untuk digunakan agar kita
semakin berbakti kepadaNya, semakin suci, semakin hidup baik. Kutipan
di atas ini juga mengingatkan dan mengajak kita semua untuk "membela
hak anak yatim dan janda dan menunjukkan kasihNya kepada orang asing
dengan memberikan kepadanya makanan dan pakaian". Janda sering menjadi
bahan gunjingan alias pembicaraan negatif di masyarakat kita, dan
mereka yang tak kuat menjadi bahan gunjingan ada kecenderungan untuk
melacurkan diri, menjual diri kepada 'hidung belang' demi uang untuk
mencukupi kebutuhan hidup bagi dirinya sendiri maupun anak-anaknya.
Maka kami berharap kepada kita semua untuk tidak berpikiran jelek
kepada para janda, sebaliknya sering ada pastor yang tergoda oleh
janda-janda cantik. Pengamatan saya: janda cantik yang ditinggalkan
suaminya sering berkonsultasi dengan pastor, dan lama-lama relasi
spiritual tersebut runtuh menjadi relasi fisik. Kami juga berharap
kepada kita semua untuk memperhatikan anak-anak yatim atau membantu
yayasan yang mengelola atau mengurus anak-anak yatim. Marilah kita
kembangkan kepekaan social dalam diri kita masing-masing.

"Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia
meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di
antaramu. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan
mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik.Ia menyampaikan
perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari" (Mzm
147:12-15)

Ign 12 Agustus 2013

HR Sp Maria

HR SP Maria diangkat ke sorga: Why 11:19a; 12:1.3-6a; 1Kor 15:20-26; Luk 1:39-56

"Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?"

"Allah tidak berkenan mewahyukan misteri keselamatan umat manusia
secara resmi, sebelum mencurahkan Roh Kudus yang dijanjikan oleh
Kristus. Maka kita saksikan para Rasul sebelum Pentekosta 'bertekun
sehati sejiwa dalam doa bersama beberapa wanita, dan Maria juga dengan
serta saudara-saudaraNya' (Kis 1:14). Kita lihat Maria juga dengan
doa-doanya memohon kurnia Roh, yang pada saat Warta Gembira dulu sudah
menaunginya. Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena
oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya
di dunia, telah diangkat memasuki kemuliaan di sorga beserta badan dan
jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta,
supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, 'Tuan di atas segala
tuan' (lih Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut" (Konsili
Vatikan II, LG no 59). Masih dalam masa Tahun Iman, maka dalam rangka
mengenangkan Hari Raya SP Maria Diangkat ke Sorga saya kutipkan ajaran
iman para bapa Gereja, sebagaimana tertulis di atas ini. SP Maria
adalah teladan hidup umat beriman, maka kami mengajak segenap umat
beriman untuk mawas diri perihal kehidupan beriman dalam hidup
sehari-hari.

"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah
rahimmu.Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang
di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah
percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan
terlaksana." (Luk 1:42-45)

Ketika SP Maria mengunjungi Esabeth, ia telah mengandung karena Roh
Kudus dan Elisabeth pada usia lansianya juga telah mengandung serta
menantikan kelahiran anaknya. Elisabeth lebih tua usianya daripada SP
Maria, dan cukup menarik serta mengesan bahwa Elisabeth menegor SP
Maria sebagai 'ibu Tuhanku'. Apa yang dikatakan oleh Elisabeth kiranya
boleh dikatakan mewakili kita semua yang beriman kepada SP Maria. SP
Maria diimani sebagai 'ibu Tuhan' berarti SP Maria sungguh suci,
dikuasai dan dirajai oleh Tuhan sepenuhnya, hidup dan bertindak
senantiasa dalam dan oleh Roh Kudus. Maka beriman kepada SP Maria
diharapkan senantiasa hidup dan bertindak dalam dan oleh Roh Kudus.

Maka dengan ini kami mengajak segenap umat beriman untuk menjadi
sahabat-sahabat Tuhan, maka kiranya boleh dikatakan sebagai ibu
baiknya berusaha menjadi 'ibu Tuhan', sebagai bapak menjadi 'bapak
Tuhan', dst..,dan tentu saja yang kami maksudkan adalah bahwa Tuhan
sungguh hidup dan berkerja dalam  diri kita yang lemah dan rapuh ini.
Kita semua berasal dari Tuhan dan diharapkan setelah meninggal dunia
nanti kembali hidup mulia di sorga bersama dengan Tuhan, dan untuk itu
hendaknya kita senantiasa berjalan, melangkah, bekerja dalam Tuhan.
Dengan kata lain hendaknya kita memiliki cara melihat, cara merasa,
cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak sesuai dengan cara
Tuhan.

Mengikuti cara Tuhan berarti senantiasa mengusahakan keselamatan jiwa
manusia dalam hidup dan bertindak dimana pun dan kapan pun. Maka
hendaknya senantiasa memfungsikan semua anggota tubuh kita dalam
Tuhan, aneka sarana-prasarana, harta benda dan uang sebagai bantuan
bagi kita agar semakin memuji, menghormati, memuliakan dan mengabdi
Tuhan. Aneka sarana-prasarana, harta benda atau uang yang mengganggu
tujuan kita diciptakan, yaitu demi keselamatan jiwa kita, hendaknya
disiungkirkan atau dimusnahkan saja. Salah satu penyelewengan yang
dengan mudah dilakukan pada masa kini adalah apa yang terkait dengan
kenikmatan seksual atau uang. Rekan muda-mudi dan remaja kami ingatkan
untuk tidak mengadakan hubungan seks bebas, dan tetap menjaga dan
mengusahakan kesucian hidupnya. Secara khusus kami ingatkan rekan
remaja putri,  perempuan yang belum menikah untuk menjaga
keperawanannya, dan tidak mudah menjual diri kepada laki-laki 'hidung
belang'.

Memang dalam hal kesucian hidup ini hemat saya para orangtua atau
bapak-ibu dapat menjadi teladan atau inspirator bagi anak-anaknya.
Maka hendaknya para suami-isteri setia pada pasangan masing-masing
serta tidak melakukan perselingkuhan; sekali lagi kami tegaskan kepada
para lelaki atau suami/bapak untuk tidak berselingkuh, mencemari
perkawinan suci yang dianugerahkan oleh Tuhan. Kita semua juga
dipanggil untuk saling mengunjungi dan memuji, karena Tuhan sungguh
hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

"Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian
juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena
sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian
pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan
Kristus.Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah
sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu
kedatangan-Nya" (1Kor 15:20-23)

Kita semua kiranya mendambakan yang setelah mati "dihidupkan kembali
dalam persekutuan dengan Kristus/Tuhan". Sebagai manusia kita memang
akan mati dan kembali menjadi tanah, dan entah kapan kita semua akan
mati kiranya tak ada yang tahu, kecuali orang yang tak beriman dengan
bunuh diri. Karena kita tak tahu kapan mati atau dipanggil oleh Tuhan,
maka hendaknya senantiasa siap sedia jika sewaktu-waktu dipanggil oleh
Tuhan. Kita akan siap sedia sewaktu-waktu dipanggil Tuhan jika dalam
hidup sehari-hari kita senantiasa terbiasa bergaul dengan Tuhan alias
hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Maka baiklah jika
anak-anak sejak dilahirkan diusahakan senantiasa hidup baik, bermoral
dan berbudi pekerti luhur, dan tentu saja hal  ini dapat terjadi
ketika orangtua atau bapak-ibunya senantiasa hidup baik, bermoral dan
berbudi pekerti luhur.

Hidup atau mati adalah milik Tuhan, bukan milik kita, demikian juga
segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai pada saat ini juga
merupakan anugerah Tuhan, yang kita terima melalui sekian banyak orang
yang telah memperhatikan dan mengasih kita dengan berbagai cara atau
bentuk. Karena semuanya merupakan anugerah Tuhan, dengan demikian
semakin kaya akan harta benda, ilmu pengetahuan, keterampilan dan
kecakapan hendaknya semakin rendah hati, demikian juga semakin tambah
usia dan pengalaman. Tidak hidup dengan rendah hati berarti tidak
beriman, tidak berterima kasih dan tidak bersyukur, dan orang yang
demikian pada umumnya merusak kehidupan bersama serta dijauhi orang
lain alias tersingkir dengan sendirinya.

"Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor
naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh,
dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret
sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas
bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan
itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu
melahirkan-Nya. Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan
menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu
dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya" (Why 12:3-5).
Kutipan ini kiranya bicara perihal SP Maria dengan Puteranya, Yesus
Kristus. Kiranya kutipan ini juga baik menjadi permenungan bagi para
ibu yang sedang melahirkan anaknya. Semoga anak-anak yang anda
lahirkan kelak ada yang  'menggembalakan semua bangsa' alias
terpanggil menjadi imam, bruder atau suster.

"Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu,
lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi
gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu"

(Mzm 45:11-12b)

Ign 11 Agustus 2013

10Agt

"Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati"

(2Kor 9:6-10; Yoh 12:24-26)

" Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh
ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati,
ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia
akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya
di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku
berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku,
ia akan dihormati Bapa" (Yoh 12:24-26), demikian kutipan Warta Gembira
hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St
Laurentius, diakon dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Satu biji 'jatuh di tanah', ketika tumbuh berkembang menjadi
sebuah pohon, akan menghasilkan buah melimpah yang berguna bagi
kehidupan dan kebahagiaan umat manusia. Hal senada juga terjadi dalam
diri pahlawan yang rela mati demi keselamatan seluruh bangsa,
sebagaimana dikatakan dalam sebuah pepatah "mati satu tumbuh seribu".
Sebagai orang beriman kita semua memiliki rahmat panggilan sebagai
martir, maka dalam rangka mengenangkan St.Laurentius, diakon dan
martir, hari ini kami mengajak anda sekalian mawas diri: sejauh mana
kita menghayati rahmat kemartiran dalam cara hidup dan cara bertindak
kita setiap hari. Salah satu bentuk penghayatan rahmat kemartiran
antara lain adalah hidup dan bertindak tidak mengikuti keinginan dan
kehendak sendiri, melainkan meneladan Yesus yang taat kepada kehendak
Bapa yang mengutusnya serta mempersembahkan Diri dengan menderita dan
wafat di kayu salib demi keselamatan seluruh bangsa di dunia ini.
Secara konkret pada masa kini hemat saya dapat kita hayati dengan
senantiasa mentaati aneka tatanan atau tata tertib yang terkait dengan
hidup dan panggilan kita masing-masing tanpa cacat dan cela
sedikitpun. Maka marilah kita kerahkan semangat, waktu dan tenaga kita
guna melaksanakan tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup
dan panggilan kita masing-masing. Hemat saya tidak melakukan korupsi
sedikitpun dan dalam bentuk apapun juga merupakan penghayatan rahmat
kemartiran yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan
sebarluaskan masa kini. Bagi mereka yang sedang bertugas belajar:
tidak menyontek baik dalam ulangan maupun ujian juga merupakan wujud
penghayatan rahmat kemartiran. Pada Tahun Iman saat ini kiranya
segenap umat yang beriman kepada Yesus Kristus dalam Gereja Katolik
juga diharapkan hidup dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran Gereja
Katolik, yang tertulis dalam aneka dokumen Gerejani.

·   "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit
juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.Hendaklah
masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih
hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi
dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia
kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala
sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan" (2Kor
9:6-8). Kita semua diharapkan hidup saling memberi dengan kerelaan
hati: memberi kepada orang lain tidak hanya merupakan kewajiban moral
belaka, melainkan merupakan suatu keharusan, karena sampai kini kita
telah menerima segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati
merupakan pemberian dari orang lain. Kami berharap bahwa kebiasaan
saling memberi ini dibiasakan dan didikkan sedini mungkin pada
anak-anak didalam keluarga, dan kemudian diperkembangkan dan
diperdalam di dalam sekolah-sekolah. Memberi dengan kerelaan hati
berarti tidak mendambakan balasan sedikitpun entah berupa barang atau
uang atau bahkan pujian dari orang lain. Kebiasaan saling memberi dan
menerima hemat saya telah dihayati oleh para suami-isteri dalam saling
mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan
segenap kekuatan atau tenaga, maka pengalaman tersebut hendaknya
diwariskan atau diteruskan kepada anak-anak yang dianugerahkan oleh
Tuhan kepada suami-isteri yang bersangkutan. Maaf kalau agak porno:
bukankah laki-laki telah memberikan benih laki-laki/sperma kepada
perempuan dan sang perempuan juga memberikan benih perempuan/telor,
yang akhirnya membuahkan kehidupan baru, yang selanjutnya juga saling
memberi sehingga jumlah umat manusia berkembang luar biasa sebagaimana
kita saksikan pada masa kini. Benih yang sangat kecil/embryo tumbuh
berkembang dengan cepat. Kami berharap kepada kita semua: keterampilan
atau kecakapan sekecil apapun marilah kita sumbangkan demi kehidupan
bersama.

"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka
kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi;
angkatan orang benar akan diberkati. Mujur orang yang menaruh belas
kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan
sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar
itu akan diingat selama-lamanya."

(Mzm 112:1-2.5-6)

Ign 10 Agustus 2013

9Agt

"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?"

(Ul 4:32-40; Mat 16:24-28)

" Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan
mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan
kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena
Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh
dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya
sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan
Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan
membalas setiap orang menurut perbuatannya. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan
mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam
Kerajaan-Nya." (Mat 16:24-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Salah satu dampak pengaruh internet adalah menjiwai orang bersikap
mental "pengumpul", maka tidak mengherankan bahwa banyak orang
berusaha untuk mengumpulkan harta benda atau uang bagi dirinya
sendiri, keluarga maupun keturunannya. Dengan kata lain banyak orang
bersikap mental materialistis atau duniawi. Karya pelayanan pendidikan
maupun agama pun juga telah dijiwai semangat materialistis, orang
bangga ketika memiliki gedung sekolah atau gereja/tempat tempat ibadat
lengkap dengan aneka sarana-prasarana yang dibutuhkan untuk beribadat
atau belajar-mengajar, namun dalam hal pemanfaatan maupun perawatan
sarana-prasarana yang ada sungguh memprihatinkan: aneka
sarana-prasarana tidak digunakan atau difungsikan sebagaimana
mestinya, begitu pula tidak dirawat. Sabda hari ini sekali lagi
mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa mengusahakan
keselamataan jiwa manusia dalam aneka pelayanan, usaha dan kerja atau
kesibukan kita. Maka aneka sarana-prasarana yang mengganggu usaha
penyelamatan jiwa manusia hendaknya disingkirkan atau dimusnahkan
saja. Kita juga diingatkan dan diajak untuk mengalokasikan dana dan
tenaga demi keselamatan jiwa manusia, lebih-lebih atau terutama dalam
pelayanan pendidikan maupun agama. Kita diajak juga untuk tidak hidup
dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi, seenaknya
sendiri, melainkan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan,
dan secara konkret kiranya dapat kita wujudkan dengan melaksanakan
aneka tatanan atau tata tertib yang terkait dengan hidup dan panggilan
kita masing-masing.

·   " Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa TUHANlah
Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang
lain.Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan
kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu
yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN,
Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ul 4:39-40). "Berpeganglah pada
ketetapan dan perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini",
inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Setiap hari
ketika kita masuk ke ruang kelas atau ruang kerja kiranya ada perintah
atau tugas yang telah tersedia secara rutin atau baru, berasal dari
mereka yang berwenang memberikan. Pertama-tama dan terutama kami
berharap kita disiplin dalam hal waktu: waktu masuk kerja atau belajar
dan waktu selesai bekerja atau belajar. Selanjutnya selama di dalam
ruang belajar atau bekerja hendaknya hanya memikirkan dan mengerjakan
tugas belajar atau bekerja yang ada, dan kiranya tugas utama sudah
dikerjakan dengan baik dan selesai, baiklah secara kreatif
mengusahakan kesibukan yang mendukung tugas belajar atau bekerja yang
bersangkutan. Kerjakan dan pelajari segala sesuai dengan aturan main
yang ada, tidak mengerjakan atau mempelajari hanya mengikuti selera
pribadi. Kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam tugas,
kerja atau belajar bersama dapat menjadi teladan dalam hal
melaksanakan aneka ketetapan dan peraturan. Kita semua mendambakan
diri kita maupun keturunan kita baik adanya, maka jangan pernah
melupakan ketetapan dan peraturan yang ada. Dalam hal melaksanakan
ketetapan dan peraturan kami harapkan kita saling bekerja sama, saling
membantu dan mengingatkan. Memang kami juga berharap kepada para
orangtua menjadi teladan dalam pelaksanaan ketetapan dan peraturan
bagi anak-anaknya. Ketika anak-anak dididik dan dibiasakan taat dan
setia pada ketetapan dan peraturan di dalam keluarga, maka kelak
kemudian hari mereka akan tumbuh berkembang sebagai orang yang tertib
dan teratur hidupnya.

"Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak
mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala.Aku hendak
menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan
perbuatan-perbuatan-Mu. Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah
yang begitu besar seperti Allah kami? Engkaulah Allah yang melakukan
keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa."
(Mzm 77:12-15)

"SELAMAT HARI SAYA IDUL FITRI, 1 Syawal 1434 H, Maaf lahir dan batin"

Ign 9 Agustus 2013

8Agt

"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang
tidak layak untuk Kerajaan Allah."

(1Kor 2:1-10a; Luk 9:57-62)

" Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka,
berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut
Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala
mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Lalu Ia berkata kepada
seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku
pergi dahulu menguburkan bapaku." Tetapi Yesus berkata kepadanya:
"Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah
dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana." Dan seorang lain lagi
berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku
pamitan dahulu dengan keluargaku." Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang
yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk
Kerajaan Allah." (Luk 9:57-62), demikian kutipan Warta Gembira hari
ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Dominikus, Pendiri Ordo Pengkotbah, imam, hari ini saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang yang sedang membajak tanah pada umumnya senantiasa memandang
ke depan seraya mengendalikan binatang penarik bajak atau mesin
pembajak. Buah pembajakannya adalah kesiap-sediaan tanah untuk
ditanami padi, yang kemudian akan tumbuh berkembang serta menghasilkan
bulir-bulir pada sebagai bahan makanan yang sangat dibutuhkan oleh
umat manusia. Sebagai orang beriman, khususnya yang beriman kepada
Yesus Kristus, kita semua dipanggil untuk senantiasa menatap ke depan
seraya melaksanakan sabda-sabda/firman-firman atau kehendak Tuhan.
St.Dominikus yang kita kenangkan pada hari ini adalah pengkotbah sabda
Tuhan yang ulung, pekerja keras dalam mewartakan Kabar Baik, maka
marilah kita meneladannya dengan senantiasa melakukan atau mewartakan
apa yang baik dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan
kapan pun. Tentu saja kita juga diajak untuk senantiasa setiap hari
menimba apa-apa yang baik sebagaimana tertulis didalam Kitab Suci,
dengan kata lain hendaknya setiap hari senantiasa disediakan waktu
khusus untuk membaca dan merenungkan serta mencecap dalam-dalam sabda
Tuhan sebagaimana tertulis didalam Kitab Suci. Sabda Tuhan yang telah
kita cecap dalam-dalam serta menjiwai cara hidup dan cara bertindak
kita kemudian kita teruskan atau bagikan kepada saudara-saudari kita.
Kita semua kiranya berharap agar kehidupan bersama kita senantiasa
dirajai dan dikuasai oleh Tuhan, maka hendaknya kita senantiasa
membuka diri, hati, jiwa dan akal budi terhadap sabda Tuhan. Biarlah
sabda Tuhan mendidik dan membina diri kita sehingga dimana pun dan
kapan pun kita senantiasa melaksanakan kehendak atau sabdaNya.

·   "Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di
antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.Aku juga
telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan
gentar.Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan
kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan
kekuatan Roh,supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia,
tetapi pada kekuatan Allah" (1Kor 2:2-5). Apa yang dikatakan oleh
Paulus kepada umat di Korintus ini kiranya baik kita renungkan secara
mendalam. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita
diingatkan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh mengenal Yesus
Kristus, sehingga menjadi sahabat-sahabatNya. Salah satu cara untuk
itu tidak lain adalah sering membaca, merenungkan dan mencecap
dalam-dalam perihal Yesus Kristus, ajaran dan cara bertindakNya,
sebagaimana diwartakan di dalam Kitab Suci. Apa yang tertulis di dalam
Kitab Suci pertama-tama untuk dibacakan dan didengarkan, dan ketika
kita memiliki hati, jiwa dan akal budi yang terbuka ketika
mendengarkan sabda Tuhan, kita pasti akan semakin mengenalNya. Ketika
kita mengenalNya dan menjadi sahabat-sahabatNya mau tak mau kita akan
tergerak untuk meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Cirikhas
cara hidup dan cara bertindakNya adalah senantiasa menyelamatkan jiwa
manusia dengan memberi ajaran atau tuntunan atau berbuat baik kepada
orang yang membutuhkan. Tanda bahwa kita sungguh mengenal Yesus
Kristus memang dapat dilihat apakah cara hidup dan cara bertindak kita
senantiasa menyelamatkan jiwa manusia. Keselamatan jiwa manusia
hendaknya menjadi tolok ukur atau barometer keberhasilan semua usaha
atau pekerjaan kita, bukan harta benda atau uang.

"Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung
batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan
nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Sebab
TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala
allah."

 (Mzm 95:1-3)

Ign 8 Agustus 2013. "SELAMAT IDUL FITRI",maaf lahir dan batin.

7Agt

"Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel."

(Bil 13:1-2a.25-14:1.26-29.34-35; Mat 15:21-28)

"Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.
Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru:
"Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan
kerasukan setan dan sangat menderita." Tetapi Yesus sama sekali tidak
menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya:
"Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak." Jawab
Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat
Israel." Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil
berkata: "Tuhan, tolonglah aku." Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut
mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya
kepada anjing." Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu
makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Maka Yesus menjawab
dan berkata kepadanya: "Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu
seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh."
(Mat 15:21-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka Ia senantiasa berusaha
menyelamatkan bagian dunia yang tidak selamat, dan tentu saja terutama
manusia, ciptaan termulia di bumi ini. Maka kepada kita semua yang
beriman kepadaNya kami mengajak untuk meneladanNya. Untuk itu marilah
kita kerahkan tenaga dan waktu kita untuk menyelamatkan
saudara-saudari kita yang tidak selamat: yang miskin, bodoh,
berkekurangan, menderita dst.. Pertama-tama kami mengajak dan
mengingatkan para orangtua: apakah ada anak-anak anda yang kurang
selamat serta membutuhkan perhatian khusus, tentu saja tidak
memanjakannya. Dampingilah anak-anak yang kurang dengan semangat
'cinta kasih dan kebebasan Injili', sehingga anak sungguh merasa
dikasihi. Ketika anak sungguh merasa dikasihi berarti yang
bersangkutan memiliki kekuatan dan modal untuk bangkit dari
'kekurangan'nya. Kepada rekan-rekan guru atau pendidik di
sekolah-sekolah kami harapkan memberi perhatian yang memadai bagi para
peserta didik yang 'kurang'. Ingat, sadari dan hayati mendidik berarti
'menuntun ke luar', maka tuntunlah mereka yang 'kurang' dengan dan
dalam cinta kasih dan kebebasan Injili. Mendidik dan mendampingi
mereka yang 'kurang' memang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan
serta kerendahan hati. Kepada para orangtua maupun guru/pendidik kami
harapkan dalam mendidik dan mendampingi anak-anak/peserta didik dengan
motto "cura personalis" serta 'berproses'.  Sebaliknya kepada mereka
yang 'berkekurangan' kami harapkan juga rendah hati serta senantiasa
membuka diri terhadap aneka bantuan atau belas kasih orang lain yang
akan mengentaskan anda dari 'kekurangan'. Kepada kita semua, umat
beriman, marilah dalam dan dengan semangat iman kita hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

·   "Berapa lama lagi umat yang jahat ini akan bersungut-sungut
kepada-Ku? Segala sesuatu yang disungut-sungutkan orang Israel
kepada-Ku telah Kudengar. Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang
hidup, demikianlah firman TUHAN, bahwasanya seperti yang kamu katakan
di hadapan-Ku, demikianlah akan Kulakukan kepadamu. Di padang gurun
ini bangkai-bangkaimu akan berhantaran, yakni semua orang di antara
kamu yang dicatat, semua tanpa terkecuali yang berumur dua puluh tahun
ke atas, karena kamu telah bersungut-sungut kepada-Ku."(Bil 14:27-29).
Bersungut-sungut dalam perjalanan karena harus menghadapi aneka
tantangan, hambatan dan masalah kiranya merupakan hal biasa bagi
kebanyakan orang. Hari-hari ini mungkin anda dalam perjalanan 'mudik'
dan terjebak kemacetan di jalan-jalan, serta ada kemungkinan anda juga
bersungut-sungut. Bersungut-sungut berarti tidak puas terhadap apa
yang terjadi atau tidak mampu menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
Kami ingatkan kepada kita semua bahwa penderitaan yang lahir dari
kesetiaan hidup beriman merupakan jalan keselamatan atau kebahagiaan
sejati, maka jika menderita karena iman hendaknya jangan
bersungut-sungut, melainkan nikmati saja. Memang sekali lagi pelatihan
yang dapat kita lakukan dalam hidup sehari-hari antara lain dalam hal
makan dan minum: kami harapkan kita berusaha untuk makan dan minum
apa-apa yang sehati, meskipun tidak enak. Jika dalam hal makan dan
minum kita tak mengalami kesulitan, maka kita memiliki kemampuan
mengatasi aneka penderitaan. Mari kita ingat motto atau peribahasa
Jawa ini :"Jer basuki mowo beyo" = Hidup mulia dan damai sejahtera
membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Semoga para orangtua berani
mewariskan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan kepada anak-anaknya.

"Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah
melakukan hal-hal yang besar di Mesir: perbuatan-perbuatan ajaib di
tanah Ham, perbuatan-perbuatan dahsyat di tepi Laut Teberau. Maka Ia
mengatakan hendak memusnahkan mereka, kalau Musa, orang pilihan-Nya,
tidak mengetengahi di hadapan-Nya, untuk menyurutkan amarah-Nya,
sehingga Ia tidak memusnahkan mereka"

(Mzm 106:21-23)

Ign 7 Agustus 2013

6Agt

"Guru betapa bahagianya kami berada di tempat ini."

(2Pet 1:16-19; Luk 9:28b-36)

"Yesus membawa Petrus, Yohanes dan Yakobus, lalu naik ke atas gunung
untuk berdoa. Ketika Ia sedang berdoa, rupa wajah-Nya berubah dan
pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan. Dan tampaklah dua orang
berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakkan diri
dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan
digenapi-Nya di Yerusalem. Sementara itu Petrus dan teman-temannya
telah tertidur dan ketika mereka terbangun mereka melihat Yesus dalam
kemuliaan-Nya: dan kedua orang yang berdiri di dekat-Nya itu. Dan
ketika kedua orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus berkata
kepada-Nya: "Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini.
Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu
untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang
dikatakannya itu. Sementara ia berkata demikian, datanglah awan
menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah
mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata:
"Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia."Ketika suara itu
terdengar, nampaklah Yesus tinggal seorang diri. Dan murid-murid itu
merahasiakannya, dan pada masa itu mereka tidak menceriterakan kepada
siapa pun apa yang telah mereka lihat itu" (Luk 9:28b-36), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta Yesus
Menampakkan KemuliaanNya hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Pengalaman mempesona atau menghentak/menakutkan kiranya sering
kita alami dalam perjalanan hidup dan panggilan kita. Sabda hari ini
mengajak dan mengingatkan kita semua untuk sering mengenangkan
pengalaman mempesona dalam hidup kita, yang menggairahkan hidup dan
panggilan kita. Maka ketika anda dalam perjalanan hidup ini menghadapi
kelesuan atau keloyoan, kami harapkan untuk mengenangkan pengalaman
mempesona yang menggairahkan agar cara hidup dan cara bertindak anda
bersemangat dan dinamis. Sebagai contoh: para suami-isteri yang
mengalami erosi atau kemunduran dalam saling mengasihi kami harapkan
mengenangkan masa pacaran atau tunangan, yang menggairahkan tersebut,
demikian pula rekan-rekan imam, bruder atau suster ketika mengalami
kelesuan dan keloyoan dalam penghayatan panggilan maupun pelaksanaan
tugas pengutusan kami ajak untuk mengenangkan masa'formasi' (novisat?)
yang menggairahkan, sedangkan para pekerja atau pegawai ketika lesu
atau loyo dalam tugas pekerjaan. kami ajak mengenangkan semangat kerja
di masa percobaan yang menggairahkan. Dengan kata lain kami mengajak
dan mengingat anda sekalian untuk senantiasa mengenangkan apa yang
baik, mulia dan luhur dalam hidup ini atau kekuatan dan keterampilan
yang dianugerahkan oleh Tuhan, sehingga dalam hidup dan kerja
senantiasa bergairah dan mempesona serta menarik bagi orang lain.
Tuhan menghendaki semua ciptaan di dunia ini baik dan berbahagia
adanya, dan hal  itu kiranya sangat tergantung dari kita, manusia.

·   "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia,
ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita,
Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari
kebesaran-Nya" (2Pet 1:16). Kutipan ini mengingatkan dan mengajak kita
untuk saling membagikan pengalaman iman satu sama lain, pengalaman
karya Tuhan dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Maka marilah
kita sebagai umat beriman saling membagikan pengalaman iman kita
kepada saudara-saudari kita tanpa pandang bulu. Kiranya kita semua
memiliki pengalaman membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan sehingga
hidup kita bergairah dan berbahagia. Memang dalam saling membagikan
penglaman, kita semua diharapkan sungguh jujur sebagai saksi iman,
tidak ada kebohongan sedikitpun. Kita juga dapat membagikan pengalaman
yang indah dan menggairahkan, misalnya pengalaman ketika berliburan
atau berrekreasi di alam terbuka seperti pantai dan pegunungan guna
menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan: bagaimana Tuhan begitu  besar
dan indah karya ciptaanNya. Dengan kata lain apa yang kita bagikan
hendaknya sungguh kita alami, kita saksikan dan nikmati sendiri, bukan
pengalaman orang lain. Pengalaman nikmat yang bukan hanya sekedar buah
karya atau kerja keras kita, dengan kata lain kenikmatan yang sulit
dijelaskan dengan tuntas, hemat saya kita semua memilikinya,
lebih-lebih anda para suami-isteri (pengalaman memadu kasih) maupun
para imam, bruder dan suster (pengalaman rohani ketika sedang berdoa
atau retret). Semoga hidup kita mulia semuanya sehingga kita semua
hidup berbahagia dan mulia adanya, dan kita semua saling memuliakan
satu sama lain.

"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau
bersukacita!Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum
adalah tumpuan takhta-Nya.Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan
TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. Langit memberitakan
keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya." (Mzm
97:1-2.5-6)

Ign 6 Agustus 2013

5Agt

"Tidak perlu mereka pergi dan kamu harus memberi mereka makan."

(Bil 11:4b-15; Mat 14:13-21)

" Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan
hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi
orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan
darat dari kota-kota mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang
banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. Menjelang
malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini
sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi
supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." Tetapi Yesus
berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi
mereka makan." Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima
roti dan dua ikan." Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." Lalu
disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya
lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap
berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada
murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang
banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang
mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh.
Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk
perempuan dan anak-anak" (Mat 14:13-21), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Hari-hari ini saudara-saudari kita, umat Islam, akan segera
mengakhiri bulan suci atau kegiatan matiraga secara khusus dengan
berpuasa. Kiranya hari-hari ini juga cukup banyak orang dalam
perjalanan mudik ke kampung halaman dan juga telah mempersiapkan
makanan atau uang untuk diberikan kepada mereka yang miskin dan
berkekurangan, lapar dan haus serta membutuhkan uluran kasih. Maka
dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk menyatukan diri dengan
saudara-saudari kita itu seraya menanggapi sabda Yesus kepada para
rasul untuk 'memberi makan' kepada ribuan orang yang kelaparan. Dalam
Warta Gembira dikisahkan bahwa para rasul tak mampu memberi makan
kepada mereka, karena mereka hanya memiliki 'lima roti dan dua ikan'
serta orang yang jual makanan tak ada. Mujizat pun terjadi ketika
'lima roti dan dua ikan' tersebut dipersembahkan kepada Yesus:
terjadilah penggandaan roti dan ikan, sehingga ribuan orang dapat
makan sampai kenyang. Hal ini kiranya mengajak dan memanggil kita
semua untuk menjadi orang yang dengan rela dan gembira memberikan diri
kepada orang lain sebagai wujud persembahkan diri total kita kepada
Tuhan. Dengan kata lain kami mengajak anda sekalian untuk saling
memberi, serta memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan; dan
hendaknya kita semua menjadi pribadi yang social, tidak pelit,
sehingga kehidupan bersama sungguh damai sejahtera baik lahir maupun
batin, fisik maupun spiritual. Marilah kita semua berusaha untuk
memiliki hati yang berbelas kasih, sehingga kita menjadi orang yang
bermurah hati, siapapun kita perhatikan, dan tentu saja lebih-lebih
mereka yang miskin dan berkekurangan.

·   "Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak
bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah
dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu
apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat."Adapun manna itu
seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar bedolah. Bangsa itu
berlari kian ke mari untuk memungutnya, lalu menggilingnya dengan batu
kilangan atau menumbuknya dalam lumpang. Mereka memasaknya dalam
periuk dan membuatnya menjadi roti bundar; rasanya seperti rasa
panganan yang digoreng. Dan apabila embun turun di tempat perkemahan
pada waktu malam, maka turunlah juga manna di situ" (Bil 11:5-9).
Kutipan ini kiranya mengajak kita semua untuk mengenangkan masa dimana
kebaikan dan kemurahan hati Tuhan kita terima dengan melimpah ruah.
Kita dalam perjalanan hidup maupun panggilan sering merasa lelah,
frustrasi atau putus asa; jika mengalami demikian itu hendaknya anda
kenangkan masa-masa dimana anda merasa teguh, kuat dan bergairah
meskipun untuk itu harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan
masalah. Marilah kita kenangkan dimana Tuhan menyentuh, menguatkan dan
menggairahkan diri kita, dan kemungkinan hal itu menjadi nyata dalam
sentuhan dan belas kasih dari saudara-saudari kita, dan tentu saja
dari orangtua kita masing-masing. Ingatlah dan kenangkan pesan,
nasihat dan ajaran orangtua anda, kasih dan perhatian mereka, ketika
anda merasa lelah, letih dan lesu, lebih-lebih ingatlah kasih ibu
anda, sebagaimana sering digambarkan dalam nyanyian "Kasih ibu kepada
beta, tak terhingg sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali,
bagai sang surya menyinari dunia"

"Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan Israel tidak suka
kepada-Ku. Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya;
biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!Sekiranya umat-Ku
mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang
Kutunjukkan! Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan, dan
terhadap para lawan mereka Aku balikkan tangan-Ku" (Mzm 81:12-15)

Ign 5 Agustus 2013

MgB XVIII

Mg Biasa XVIII: Pkh 1:2;2:21-23; Kol 3:1-5.9-11; Luk 12:13-21

"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab
walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah
tergantung dari pada kekayaannya itu"

Orangtua yang tidak lama lagi dipanggil Tuhan alias meninggal dunia
serta memiliki beberapa anak yang akan ditinggalkan pada umumnya
memang meninggalkan warisan bagi anak-anaknya. Dalam kenyataan sering
ada anak-anak yang kurang bersyukur dan berterima kasih serta bersikap
mental materialistis, sehingga orangtuanya belum dipanggil Tuhan sudah
rebut-ribut bagaimana membagi warisan. Ada kekhawatiran bahwa
pembagian warisan tidak adil, serta yang bersangkutan memperoleh
bagian yang tidak memadai. Sabda Yesus hari ini mengingatkan kita
semua agar tidak bersikap mental materialistis, serakah dan tamak.
Kita, sebagai orang beriman diharapkan tidak menggantungkan diri pada
kekayaan harta benda atau uang, melainkan menggantungkan diri pada
penyelenggaraan Tuhan. Maka dengan ini kami berharap kepada orangtua
untuk mewariskan kepada anak-anaknya  nilai-nilai atau
keutamaan-keutamaan yang menyelamatkan dan membahagiakan jiwa, serta
diperdalam atau dilanjutkan di sekolah-sekolah, yang kepada para
peserta didik dididik dan dibina dalam hal nilai-nilai atau
keutamaan-keutamaan, dengan kata lain berusaha agar para peserta didik
tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik.

"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab
walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah
tergantung dari pada kekayaannya itu." (Luk 12:15).

Harta benda atau uang pada dasarnya adalah netral, dapat menjadi
'jalan ke sorga' atau 'jalan ke neraka', memotivasi pemiliknya untuk
tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi
pekerti luhur atau amoral, bersikap mental materialistis dan egois.
Memang selama hidup di dunia ini kita membutuhkan aneka macam
sarana-prasarana, harta benda atau uang, dan Allah yang menciptakan
kita juga memanggil kita untuk bekerja guna mengolah dan mengurus
ciptaan-ciptaan Allah lainnya. Kami berharap sebagai orang beriman
kita semua memanfaatkan atau memfungikan harta benda dan uang sebagai
'jalan ke sorga', sarana bagi kita untuk semakin beriman, semakin
suci, semakin dikasihi oleh Allah dan sesama kita.

Dalam Gereja Katolik ada arahan atau ajakan agar kita memfungsikan
atau menggunakan harta benda dan uang 'sesuai dengan tujuannya', 'ad
intention dantis'. Pelanggaran atau penyeleweng-an pada umumnya di
Indonesia ini dilakukan oleh para pegawai negeri, padahal mereka telah
menerima imbal jasa sesuai dengan jabatan dan fungsinya. Para pegawai
negeri kiranya ketika menerima gaji atau imbal jasa disertai
daftar/uraian, maka kami harapkan memanfaatkan imbal jasa atau gaji
sesuai dengan daftar tersebut, dan tentu saja juga tidak melakukan
korupsi, serta berani menolak imbal jasa atau tambahan gaji yang tidak
benar. Para pegawai negeri atau pejabat kiranya dapat meneladan
Gubernur DKI, Jokowi, yang dengan setia menerima apa adanya imbal jasa
sesuai dengan peraturan.

Dalam Gereja Katolik, khususnya uang Gereja Katolik, ada pegangan atau
acuan, yang kami harapkan ditaati atau dilaksanakan. Harta benda
Gereja Katolik memiliki tujuan-tujuan yang khas, yaitu "mengatur
ibadat ilahi, memberi sustentasi yang layak kepada klerus serta
pelayan-pelayan lain, melaksanakan karya-karya kerasulan suci serta
karya amal kasih, terutama terhadap mereka yang berkekurangan" (KHK
kan 1254 $ 2). Maka dengan ini kami berharap para pastor paroki
beserta dewannya sungguh mefungsikan harta benda atau uang yang
diterima dari Umat Allah sesuai dengan pedoman di atas. Pendek kata
fungsikan harta benda atau uang paroki/Gereja guna membina Umat Allah
agar Umat Allah semakin beriman, tahu dan menghayati ajaran-ajaran
Gereja Katolik. Dengan kata lain gunakan harta benda dan uang Gereja
Katolik untuk melaksanakan 'Tugas Mengajar' dan 'Tugas Menguduskan'
Umat Allah.

Secara khusus kami berharap kepada semuanya untuk memfungsikan atau
memanfaatkan harta benda dan uang lebih-lebih untuk pembinaan manusia,
khususnya pembinaan atau pendidikan generasi muda atau anak-anak.
Alokasi dana atau anggaran yang memadai untuk pembinaan atau
pendidikan anak-anak, dan semoga dana atau anggaran pendidikan tidak
dikorupsi. Saya cermati bahwa anggaran pendidikan di Indonesia ini
dikorupsi seenaknya. Dengan alasan 'pembinaan' atau 'proyek' yang
sebenarnya tidak perlu dikeluarkan dana yang besar. Program Kurikulum
2013 hemat saya juga merupakan proyek, titipan partai tertentu. Konon
ada alasan untuk membina moral atau budi pekerti peserta didik, dan
kemudian mata pelajaran agama menjadi 6 (enam) jam. Pendidikan atau
pembinaan moral atau budi pekerti hemat saya secara inklusif dibinakan
dalam semua proses pembelajaran, melalui semua mata pelajaran,.

"Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah
perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan
Allah.Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.Sebab kamu
telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam
Allah." (Kol 3:1-3)

"Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi", inilah yang
kiranya baik kita renungkan dan hayati dalam cara hidup dan cara
bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Apa yang akan
kita lakukan memang sangat tergantung dari apa yang ada dalam pikiran
kita, apa yang kita pikirkan. Sebagai orang beriman kita semua
diharapkan senantiasa 'memikirkan perkara yang di atas', yaitu
nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan yang menyelamatkan jiwa manusia,
dengan kata lain hendaknya yang ada dalam pikiran kita hanya
keselamatan jiwa manusia saja. Atau seperti yang dinasihatkan oleh
Sidharta Gautama: "semoga seluruh ciptaan bahagia", inilah yang ada
dalam pikiran kita.

Para orangtua maupun guru/pendidik kami harapkan senantiasa memikirkan
keselamatan jiwa anak-anak atau peserta didik. Dengan kata lain,
sekali lagi kami tegaskan, hendaknya anak-anak atau peserta didik
dibina dan dididik agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik,
bermoral dan berbudi pekerti luhur. Di sekolah-sekolah hendaknya
diperlakukan dengan ketat aturan "Dilarang menyontek baik dalam
ulangan maupun ujian". Pendidikan di Indonesia ini sungguh sangat
memprihatinkan: sejak diberlakukan ujian nasional tumbuh berkembang
aneka pelanggaran dan penyelewengan dalam proses pendidikan di
sekolah-sekolah, antara lain 'mark-up' nilai, agar semua peserta didik
naik kelas atau lulus ujian. Saat ini ada paradigma bahwa semua
peserta didik harus naik kelas dan lulus ujian, tidak naik kelas atau
tidak lulus ujian dinilai tabu.

Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kami ajak anda
sekalian untuk meneladan Yesus maupun SP Maria. Kiranya kita semua
tahu bahwa secara manusiawi baik Yesus maupun SP Maria gagal, karena
mati disalibkan dan SP Maria mengandung sebagai perawan. Paradigma
atau cara berpikir manusia memang berbeda dengan cara berpikir Allah.
Marilah kita sadari dan hayati bahwa sebagai manusia kita adalah
lemah, rapuh dan terbatas. Biarlah dalam kelemahan, kerapuhan dan
keterbatasan kita, Allah menggunakan kita sesuai dengan kehendakNya.
Kita semua adalah 'alat-alat Allah', hidup dan perkembangan maupun
pertumbuhan kita tergantung dari Allah.



2:21 Sebab, kalau ada orang berlelah-lelah dengan hikmat, pengetahuan
dan kecakapan, maka ia harus meninggalkan bahagiannya kepada orang
yang tidak berlelah-lelah untuk itu. Ini pun kesia-siaan dan
kemalangan yang besar.

"Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang
dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan
hatinya?Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh
kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Ini pun
sia-sia." (Pkh 2:22-23). Kutipan ini kiranya baik untuk kita
renungkan, mengakhiri refleksi kita bersama.

"Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah,
hai anak-anak manusia!" Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti
hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di
waktu malam. Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi,
seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh,
di waktu petang lisut dan layu" (Mzm 90:3-6)

Ign 4 Agustus 2013