Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 22 Januari 2011

Mg Biasa III - Yes 8:23b-9:3; 1Kor 1:10-13.17; Mat 4:12-23

"Bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang."

Mg Biasa III : Yes 8:23b-9:3; 1Kor 1:10-13.17; Mat 4:12-23



Pelaksanaan aneka aturan, tata tertib dan hukum di Indonesia sungguh memprihatinkan: amburadul. Yang membuat amburadul tidak lain adalah uang: uang sungguh menjadi raja, yang dengan penuh kuasa dapat mengacaukan atau memutar-balikkan pelaksanaan aneka aturan, tata tertib dan hukum di negeri tercinta Indonesia ini. Kasus Bank Century, joki napi, bandar narkoba di penjara/bui, Gayus yang dapat bepergian seenaknya padahal menjadi tahanan, dst.. membuat semakin gelap pelaksanaan aturan, tata tertib dan hukum di negeri kita. Maka sedikit banyak boleh dikatakan bahwa 'bangsa ini diam dalam kegelapan', dan jika tidak segera muncul 'Terang' ada bahaya rakyat akan menjadi penegak pelaksanaan aturan, tata tertib dan hukum dengan secara langsung mengadili para koruptor di negeri ini. Suara-suara kritis sebagai 'Terang' telah muncul di sana-sini, maka semoga mereka tidak jemu-jemu untuk terus menyampaikan kritiknya agar bangsa ini segera diam dalam terang, bebas dari aneka macam bentuk korupsi, kebohongan dan ke-amburadulan pelaksanaan aturan, tata tertib maupun hukum. Maka marilah kita renungkan atau refleksikan suara dari 'Terang Sejati' di bawah ini.

 

"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Mat 4:17)   

 

Kerajaan Sorga berarti Sorga atau Allah yang meraja dan menguasai. Wujud penguasaan atau meraja antara lain menjadi nyata dalam manusia yang berkehendak baik, tanpa pandang bulu atau SARA. Kehendak baik tersebut antara lain disampaikan melalui lisan maupun tertulis: secara lisan misalnya dalam aneka macam diskusi atau pidato politik, sedangkan secara tertulis misalnya dalam aneka media cetak dalam bentuk karangan ilmiah, yang berusaha mewartakan kebenaran-kebenaran. Dengan kata lain benarlah bahwa "Kerajaan Sorga sudah dekat", maka 'Bertobatlah'.

 

Bertobat berarti memperbaharui diri dengan meninggalkan apa yang jahat atau jelek dan kemudian mengusahakan apa yang benar atau  baik. Untuk itu orang harus siap sedia dan rela berubah. Ingat dan hayati bahwa yang abadi di dunia ini adalah perubahan, maka barangsiapa tidak berubah akan ketinggalan dan tergilas oleh aneka perubahan yang sedang dan terus berlangsung. Perubahan atau pembaharuan diri hendaknya dimotori atau diawali oleh mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama, entah di dalam keluarga, masyarakat, bangsa atau Negara, mengingat dan memperhatikan sikap feodal atau paternalistik begitu menjiwai hidup kita. Mereka yang berpengaruh dalam hidup bersama ini antara lain: bapak/ibu, para pemuka agama, para pejabat pemerintah dari lurah sampai presiden beserta para pembantunya, dst..

 

Jujur atau kejujuran hemat kami merupakan nilai atau keutamaan ke arah mana kita harus berubah, sehingga kejujuran sungguh menjiwai kita semua.  "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahann, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Kami berharap jujur ini sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dengan bimbingan dan teladan konkret dari orangtua atau bapak-ibu dan  kemudian ditindak-lanjuti dan diperdalam di sekolah-sekolah dengan bimbingan dan teladan para guru/pendidik. Jika kita semua hidup dan bertindak dengan jujur kapanpun dan dimanapun, maka "Terang yang besar"  menyinari kita semuanya, sehingga semua orang hidup dalam kebenaran serta tanpa takut memerangi aneka kebohongan dan kecurangan. Kepada mereka yang masih berbohong dan bertindak curang kami dambakan segera bertobat. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat atau memperbaharui diri.

"Aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir" (1Kor 1:10)

Hidup persaudaraan atau persahabatan sejati sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam kehidupan kita bersama masa kini dimanapun dan kapanpun, mengingat dan memperhatikan aneka macam bentuk percekcokan dan permusuhan atau saingan yang tidak sehat masih marak di sana-sini. Kita semua diharapkan 'erat bersatu dan sehati sepikir', dalam kesatuan hati dan budi meskipun tindakan konkret dapat berbeda atau beraneka macam. Sebagai warganegara Indonesia marilah kita hayati motto 'bineka tunggal ika', keragaman dalam kesatuan atau kesatuan dalam keragaman.

 

Dalam menghayati atau membangun persaudaraan atau persahabatan sejati kiranya kita dapat berpedoman pada saran atau nasihat Paulus ini, yaitu : "Sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya. Andaikata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh? Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh. Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau." Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku tidak membutuhkan engkau." Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita."(1Kor 12:12-26)

   

Dalam hidup bersama hendaknya tidak ada iri hati, dan masing-masing pada tempatnya berfungsi seoptimal mungkin. Masing-masing dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan bekerja dan berfungsi sesuai dengan tugas, pekerjaan dan kewajibannya. Hendaknya mereka yang nampak lemah dan kurang dihormati lebih diperhatikan dan dihormati, yang dalam anggota tubuh kita tidak lain adalah alat kelamin, lemah namun terhormat. (Ingat memperkosa gadis berarti merampas kehormatannya!). Hendaknya masing-masing dari kita menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga tidak merangsang orang lain untuk berbuat dosa atau melakukan kejahatan.

 

"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"

(Mzm 27:13-14)

 

Jakarta, 23 Januari 2011


Jumat, 21 Januari 2011

22 Jan -Ibr 9:2-3.11-14; Mrk 3:20-21

"Kata mereka Ia tidak waras lagi"

(Ibr 9:2-3.11-14; Mrk 3:20-21)

 

"Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi."(Mrk 3:20-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kegiatan dalam rangka menyambut kunjungan pastoral Paus Yohanes Paulus II di Indonesia, antara lain di Yogyakarta, wilayah Keuskupan Agung Semarang, cukup menyita tenaga dan waktu saya. Maklum waktu itu saya sebagai Ekonom KAS sekaligus bertanggungjawab perihal pembeayaan dll, sehingga saya harus cukup banyak menghadiri rapat dan mengerjakan aneka tugas, lebih-lebih minggu-minggu/hari-hari terakhir menjelang hari 'H". Dengan kata lain selama kurang lebih dua minggu terakhir menjelang hari 'H' saya kurang istirahat dan tidur, serta makan pun sering terlupakan. Senior kami, seorang Yesuit, yang kebetulan menjadi staf Provinsi SJ di Indonesia, memperhatikan saya, maka ia memberi nasihat:"Nanti setelah kunjungan Paus kamu harus istirahat/libur, supaya jangan jatuh sakit". Setelah kunjungan Paus saya tak istirahat atau libur serta tetap bekerja seperti biasa, dan tidak jatuh sakit. Pengalaman pribadi ini saya angkat setelah merenungkan kutipan di atas dimana karena Yesus bekerja keras dalam rangka menjalankan tugas pengutusanNya sehingga 'makan pun mereka tidak dapat' , dinilai tidak waras lagi. Bekerja atau melaksanakan tugas pengutusan dengan gembira, ceria dan bergairah memang tak merasa lelah, meskipun kurang istirahat, makan atau tidur, itulah pengalaman saya pribadi. Nikmati saja apa yang ada di depan anda, yang harus dikerjakan atau dilaksanakan: nikmati dengan gembira, gairah dan ceria. Menghadapi atau mengerjakan segala sesuatu dengan gembira, ceria dan gairah berarti 'otak sadar' dan 'otak bawah sadar' kita berfungsi secara prima, sehingga kita tetap tegar dan tabah serta sehat wal'agiat, segar bugar, tak akan merasa lelah serta kemungkinan jatuh sakit kecil sekali. Sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk mewartakan kabar gembira, maka selayaknya kita hayati dengan gembira dan ceria pula. Nikmati dan cintailah segala sesuatu yang harus anda hadapi dan kerjakan.


·   "Jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup"(Ibr 9:13-14). Yesus, Penyelamat Dunia, telah mempersembahkan Diri seutuhNya kepada Allah, dengan menyelamatkan dunia seisinya sampai Ia wafat di kayu salib. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, dan iman harus menjadi nyata dalam perbuatan. Perbuatan nyata hidup beriman berarti dengan sukarela dan sepenuh hati mempersembahkan diri kepada saudara-saudari kita maupun aneka macam pekerjaan, tugas pengutusan atau kewajiban. Maka kami berharap kepada anda sekalian untuk menghadapi dan mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10). Hadapi dan kerjakan segala sesuatu dengan positif, gigih dan sungguh-sungguh. Hendaknya jangan melakukan pekerjaan yang sia-sia. Bekerja keras perlu diimbangi atau disertai dengan doa: "Ora et Labora" (Berdoalah dan bekerjalah). Berdoa hendaknya menjiwai bekerja dan sebaliknya bekerja menjiwai berdoa, sehingga entah berdoa atau bekerja sungguh berkwalitas, bermakna atau bernilai. Dengan kata lain hayati bekerja bagaikan sedang berdoa, sehingga suasana kerja bagaikan suasana doa, rekan bekerja bagaikan rekan berdoa, sikap bekerja bagaikan sikap berdoa, perawatan sarana kerja bagaikan perawatan sarana doa dst.. Temukan atau hayati kehadiran dan karya Tuhan dalam segala sesuatu, hayati segala sesuatu dalam dan bersama dengan Tuhan.

 

"Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai! Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi. Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai, ya TUHAN itu, dengan diiringi bunyi sangkakala. Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah " (Mzm 47:2-3.6-7)

 

Jakarta, 22 Januari 2011


Kamis, 20 Januari 2011

21 Jan - Ibr 8:6-13; Mrk 3:13-19

"Ia memanggil orang yang dikehendakiNya"

(Ibr 8:6-13; Mrk 3:13-19)

 

"Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia."(Mrk 3:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Agnes, perawan dan martir, hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   "Maaf,saya sudah mempunyai kekasih. Ia mencintaiku dan saya pun mencintaiNya. Dialah Yesus Kristus", demikian jawaban Agnes, gadis cantik, yang berada di dalam penjara ketika dirayu oleh seorang pemuda agar ia sudi menjadi isterinya. Agnes kiranya sungguh menghayati panggilannya untuk 'memberitakan Injil atau Kabar Baik', meneladan Kekasihnya,Yesus Kristus, sebagaimana juga menjadi tugas pengutusan para rasul, yang telah dipilih oleh Yesus untuk menyertaiNya dalam tugas pengutusan. Mereka dipanggil oleh Yesus untuk menjadi sahabat-sahabat atau kekasih-kekasihNya. Kita semua yang beriman kepadaNya juga memiliki tugas pengutusan untuk senantiasa 'memberitakan Kabar Baik', maka marilah kita mawas diri sejauh mana dalam hidup sehari-hari, dalam cara hidup dan cara bertindak kita menunjukkan bahwa kita adalah sahabat-sahabat atau kekasih-kekasih Tuhan. Sebagai yang dikasihi Tuhan atau menjadi sahabat Tuhan mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendakNya dalam situasi dan kondisi apapun, kapanpun dan dimanapun. Aneka macam godaan, tantangan, masalah atau pencobaan tak akan dapat memisahkan kita dari cintakasih Tuhan, itulah tanda bahwa kita sungguh menjadi sahabat atau kekasih Tuhan. Segala macam godaan, tantangan, masalah dan pencobaan justru menjadi wadah atau sarana penggemblengan iman kita, sebagaimana dihayati oleh Agnes, ketika ia dibakar tetap senyum gembira. Ingat dan hayati menjadi sahabat Yesus Kristus berarti harus senantiasa siap sedia untuk 'disalibkan', berkorban dan berjuang demi kebenaran, kebaikan dan kesucian.


·   "Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.Dan mereka tidak akan mengajar lagi sesama warganya, atau sesama saudaranya dengan mengatakan: Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku" (Ibr 8:10-11). "Hukum Tuhan ada dalam akal budi dan tertulis dalam hati" siapapun yang terpanggil oleh Tuhan atau menjadi sahabat dan kekasih Tuhan. Cara hidup dan cara bertindak kita sangat dipengaruhi oleh apa yang ada di dalam akal budi atau hati kita, maka sebagai sahabat atau kekasih Tuhan mau tak mau kita akan melasanakan 'hukum Tuhan'. Hukum Tuhan yang paling utama adalah perintah untuk saling mengasihi satu sama lain, Jika kita hidup dan bertindak saling mengasihi maka tak ada lagi tuan dan hamba, guru dan murid di antara kita, karena kita adalah sama-sama sahabat atau kekasih Tuhan. Saling mengasihi antara lain berarti saling menghormati dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Tuhan, dan dengan demikian kita akan saling bersembah-sujud, memuliakan dan membahagiakan, sehingga kita semua dalam keadaan sehat wal'afiat, segar bugar baik jasmani maupun rohani. Tejadilah kesatuan hati dan budi di antara kita, meskipun wujud tindakan atau pelayanan konkret berbeda satu sama lain. Perbedaan yang ada di antara kita menjadi dukungan untuk semakin saling mengasihi, saling tertarik dan memikat serta mendekat, sebagaimana laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain tetapi saling tertarik, memikat dan tergerak untuk bersatu dan bersahabat. Sekali lagi kami berharap kepada para bapak-ibu atau orangtua untuk dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam saling mengasihi satu sama lain, dua insan yang berbeda namun sepadan. 

 

"Mataku merana karena sengsara. Aku telah berseru kepada-Mu, ya TUHAN, sepanjang hari, telah mengulurkan tanganku kepada-Mu. Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepada-Mu? Diketahui orangkah keajaiban-keajaiban-Mu dalam kegelapan, dan keadilan-Mu di negeri segala lupa? Tetapi aku ini, ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu." (Mzm 88:10-11.13-14)

 

Jakarta, 21 Januari 2011


Rabu, 19 Januari 2011

20 Jan - Ibr 7:25-8:6; Mrk 3:7-12

"Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia."

(Ibr 7:25-8:6; Mrk 3:7-12)

 

"Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah." Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia."(Mrk 3:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dengan sukses Yesus melaksanakan tugas pengutusanNya, antara lain menyembuhkan banyak orang yang sedang menderita sakit, yang datang kepadaNya dari segala penjuru. Ada kekhawatiran terjadi kesalah-fahaman dari mereka, jangan-jangan mereka hanya mempercayai Yesus sebagai manusia yang hebat, tidak sampai pada pemahaman sebagaimana disampaikan oleh roh-roh jahat kepadaNya "Engkaulah Anak Allah". Teriakan roh-roh jahat tersebut di satu sisi memang benar, tetapi di sisi lain berbahaya bagi kebanyakan orang yang datang kepadaNya untuk disembuhkan dari aneka macam penyakit, maklum mereka belum sampai mengimani bahwa Yesus adalah 'Anak Allah': Manusia sekaligus Allah. Mengimani Yesus adalah Anak Allah memang merupakan misiteri atau dogma, dapat dihayati dengan baik namun sulit untuk dijelaskan secara 'gamblang' dan difahami oleh akal sehat alias logis. Iman memang mengatasi logika dan iman dapat mendasari logika maka orang-orang yang pandai atau cerdas serta beriman pada umumnya rendah hati; semakin pandai atau cerdas semakin rendah hati, karena semakin mempelajari banyak hal semakin banyak yang tak diketahui. Maka orang yang demikian pada umumnya juga tidak vocal dalam kehidupan bersama, namun apa yang ia ketahui, fahami dan kuasa menjiwai cara hidup dan cara bertindak mereka, serta memfungsikan semuanya demi keselamatan atau kebahagiaan umum/bersama, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Orang yang sungguh cerdas dan beriman pada umumnya memang tak terfahami cara hidup dan cara bertindaknya bagi mereka yang tidak atau kurang beriman.

·   "Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka."(Ibr 7:25), demikian salah satu cirikhas imam agung. Hidup sebagai pengantara atau penyalur itulah jadi diri seorang imam. Namun sebagai orang beriman kita semua juga memiliki panggilan imamat umum, maka saya mengajak anda sekalian untuk merenungkan kutipan di atas. Hendaknya semua orang atau siapa saja yang mendatangi kita, segera kita selamatkan, artinya kita layani sebaik mungkin sehingga mereka sungguh berbahagia dan damai sejahtera, senang dan kerasan tinggal, hidup dan bekerja dengan kita. Segala sapaan, sentuhan, saran, kritik, tegoran atau perlakuan dari orang lain marilah kita tanggapi dan sikapi sebagai 'tangan-tangan Allah' yang mengasihi dan memperhatikan kita, yang lemah dan rapuh ini. Kita hayati semuanya itu sebagai kasih karunia Allah yang kita terima melalui mereka yang telah berbuat baik kepada kita melalui aneka cara. Memang nasib sebagai pengantara atau penyalur antara lain harus berani dan siap sedia untuk menderita dan berkorban demi kebahagiaan umum/bersama. Pengantara atau penyalur bagaikan 'leher', bagian anggota tubuh kita yang senantiasa siap sedia untuk dilewati namun tak mungkin menikmati serta tak pernah mengkorupsi atau mengambil sedikitpun apa yang melewatinya, entah itu makanan, minuman atau udara. Apa yang ia terima langsung diteruskan kepada mereka yang kemudian berhak menerimanya. Dengan kata lain penghayatan imamat umum kaum beriman dapat berupa hidup dan bertindak jujur, adil, rendah hati, tidak pernah korupsi atau menyakiti orang lain sedikitpun dst.. Keutamaan-keutamaan ini hendaknya sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari orangtua/bapak-ibu. Marilah kita berantas aneka macam bentuk korupsi yang menyengsarakan banyak orang.

 

"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN"(Mzm 40:7-10)

 

Jakarta, 20 Januari 2011

      

. 


19 Jan - Ibr 7:1-3.15-17; Mrk 3:1-6

"Berbuat baik atau berbuat jahat"

(Ibr 7:1-3.15-17; Mrk 3:1-6)

 

"Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia."(Mrk 3:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Berbagai suku bangsa di dunia ini masih berpegang teguh pada suatu tradisi yang kuat, misalnya masalah hari baik dan hari buruk. Untuk melangsungkan pernikahan harus hari ini dan jam itu, dan tak mungkin dilangsung-kan pada hari lain, itulah salah satu contoh yang sering saya hadapi dan dengar. Begitulah yang mirip dialami oleh orang-orang Farisi, yang berpegang teguh pada hari Sabat, bahwa pada hari Sabat tidak boleh melakukan sesuatu termasuk membantu mereka yang sedang dalam penderitaan. Maka ketika Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat mereka berusaha menyalahkanNya, dan Ia berkata kepada mereka:"Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?". Semua yang diciptakan oleh Allah baik adanya, termasuk hari-hari  dan jam-jam yang kita arungi, maka baiklah asal kita berbuat baik hendaknya tidak takut terhadap aneka omongan, cemoohan atau ejekan dari orang-orang yang bersifat kolot atau irihati atas perbuatan baik kita. Kapanpun dan dimanapun kita dapat berbuat baik kepada saudara-saudari kita, demi keselamatan dan kebahagiaan jiwa mereka. Keselamatan atau kebahagiaan jiwa mengatasi aneka macam aturan, tata tertib maupun tradisi.   Dengan kata lain hendaknya keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia senantiasa menjadi barometer atau pedoman cara hidup dan cara bertindak kita. Kami sungguh prihatian dengan kasus organisasi sepakbola dimana PSSI mau memonopoli persebakbolaan di Indonesia dan tidak mendukung kelompok lain mengembangkan persebakbolaan. Hemat saya dibalik kebijakan tersebut ada kepentingan politik dari para tokoh politik dalam rangka mengantisipasi pemilu yang akan datang. Mereka bagaikan 'orang-orang Herodian dan Farisi' yang bersekongkol untuk membasmi perbuatan-perbuatan baik di negeri ini.

·   "Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya"(Ibr 7:3), demikian sedikit keterangan perihal Melkisedek, imam agung Allah.  Seorang imam adalah "penyalur" rahmat atau berkat Allah kepada sesamanya dan dan dambaan atau kerinduan sesamanya kepada Allah; tanpa pandang bulu ia melayani umat Allah, orang-orang yang beriman kepada Allah. Hidup dan bertindak berdasarkan iman mengatasi aneka aturan, tata tertib atau kebijakan yang dibuat oleh manusia. Panggilan imamat di dalam Gereja Katolik juga berlangsung sampai selama-lamanya, artinya sampai imam yang bersangkutan mati atau meninggal dunia. Memang para imam masa kini tidak dijadikan sama dengan Anak Allah, namun demikian diharapkan dengan segala kerendahan hati serta bantuan rahmat Allah berusaha untuk senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, sehingga layak disebut sebagai penyalur rahmat atau berkat Allah maupun doa, dambaan dan kerinduan umat kepada Allah. Dengan kata lain tugas panggilan seorang imam memang berat dan mulia, maka dengan ini kami mendambakan anda semua untuk mendukung dan mendoakannya agar para imam setia pada panggilannya sampai dipanggil Tuhan. Kepada rekan-rekan imam kami harapkan untuk senantiasa berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun, tanpa pandang bulu atau SARA. Dan marilah kita hayati imamat ini sungguh sebagai panggilan, sehingga bagaikan wanita panggilan yang senantiasa berusaha membahagiakan yang memanggil, demikian halnya sebagai imam dipanggil untuk senantiasa membahagiakan umat yang harus dilayani. Imam berasal dari umat dan kembali kepada umat. Marilah pada pekan dosa sedunia untuk persatuan umat Kristen ini kita saling mendoakan agar kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

 

"Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun."(Mzm 110:1-3)

Jakarta, 19 Januari 2011     


Senin, 17 Januari 2011

18 Jan - Ibr 6:10-20; Mrk 2:23-28

"Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat"

(Ibr 6:10-20; Mrk 2:23-28)


"Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu -- yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam -- dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?" Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."(Mrk 2:23-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Entah ada berapa ribu aturan atau tata tertib yang diundangkan atau diberlakan di Negara kita, kiranya tak ada seorangpun yang hafal. Sampai saat ini lembaga yang bertugas membuat aturan atau tata tertib masih terus berjalan, entah membuat yang baru atau memperbaharui yang lama, padahal yang ada belum dilaksanakan sepenuhnya. Bahkan aneka aturan dan tata tertib difungsikan untuk menghancurkan orang lain dan mencari keuntungan diri sendiri atau kelompoknya, dengan kata lain manusia menjadi korban pelaksanaan tata tertib atau aturan yang tidak benar dan tidak adil. "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat", demikian sabda peringatan Yesus. Peraturan atau tata tertib untuk manusia bukan manusia untuk tata tertib atau peraturan; hemat saya semakin banyak aturan atau tata tertib berarti manusia kurang dewasa kepribadiannya. Marilah kita sikapi aneka tata tertib dan peraturan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia, sehingga ketika kita mentaati atau melaksanakan aturan dan tata tertib bukan lagi beban melainkan kebutuhan dan lama-kelamaan aneka tata tertib dan aturan telah menyatu dalam diri kita, sehingga kita tidak merasa diatur lagi, melainkan mengatur diri. Dengan kata lain kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk membiasakan mengatur diri sebaik mungkin, karena ketika kita terbiasa mengatur diri dengan baik maka aneka aturan dan tata tertib bukan lagi menjadi beban, melainkan kebutuhan, aturan dan tata tertib sungguh untuk manusia. Salah satu contoh konkret yang perlu kita usahakan dan sebarluaskan pada masa kini adalah perihal 'sampah': hendaknya membuang sampah pada tempatnya, agar kita tidak menjadi korban sampah.


·   "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita"(Ibr 6:19-20)  Pengharapan hendaknya menjiwai sikap kita terhadap aneka aturan dan tata tertib, yang terkait dengan hidup dan panggilan kita masing-masing. Dengan kata dengan bergairah dan dinamis kita mempelajari, menyikapi dan melaksanakan aneka aturan atau tata tertib. Ingat dan hayati bahwa cintakasih menjiwai aneka aturan dan tata tertib, artinya aturan atau tata tertib diusahakan dalam cintakasih dengan tujuan mewujudkan dan memperdalam cintakasih. Maka cintakasih hendaknya menjadi barometer atau pedoman pelaksanaan aneka aturan dan tata tertib. Jika dalam dan dengan cintakasih kita menghayati aneka aturan dan tata tertib, maka berarti dengan bergairah kita melaksanakan aturan dan tata tertib serta kita semakin digairahkan dalam mencinta. Tanda orang berpengharapan memang gairah, yang juga menunjukkan bahwa jiwanya dalam keadaan sehat dan segar. Kepada para penegak dan pejuang pelaksanaan aneka aturan dan tata tertib kami harapkan tetap mengutamakan keselamatan jiwa manusia, maka para penegak hukum hendaknya berpedoman pada keadilan, dan keadilan yang paling menadasar adalah hormat terhadap harkat martabat manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Tuhan. Ketidak-adilan dalam penegakan hukum di pengadilan dan pemerintahan telah menimbulkan ketidak-percayaan banyak orang pada aturan dan tata tertib, sehingga mereka melanggar aneka tata tertib dan aturan seenaknya tanpa memperhatikan keselamatan jiwa, entah jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain. Semoga mereka yang berpengaruh dalam pelaksanaan aturan dan tata tertib sungguh berpedoman pada cintakasih dan keadilan; semoga tidak menjadikan manusia sebagai korban pelaksanaan hukum yang tidak adil. Ingat juga bahwa hari ini adalah 'Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan umat Kristiani", maka semoga umat Kristiani mengusahakan dan memperdalam kesatuan dalam pelaksanaan aneka aturan dan tata tertib.

 

"Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang. Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya."(Mzm 111:1-2.4-5)

 

Jakarta, 18 Januari 2011

           


Minggu, 16 Januari 2011

17Jan - Ibr 5:1-10; Mrk 2:18-22

"Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula."

(Ibr 5:1-10; Mrk 2:18-22)

 

"Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula." (Mrk 2:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Antonius, Abas, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketika dibaptis pada umumnya orang mengenakan pakaian putih yang masih baru dan bersih, ketika memasuki hidup baru sebagai suami-isteri alias sedang melangsungkan upacara pernikahan pada umumnya sang penganten berpakaian baru, menarik dan menawan serta memikat, dst.. Pakaian-pakaian tersebut menjadi symbol atau tanda bahwa yang bersangkutan berkehendak untuk menempuh cara hidup baru sesuai dengan panggilannya. "Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula", demikian pesan atau sabda Yesus. Sabda hari ini kiranya mengingatkan kita semua yang telah dibaptis agar setia dan taat menghayati janji baptis yang pernah kita ikhrarkan, dimana kita berjanji 'hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan' alias hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Semua kehendak Tuhan kiranya dapat dipadatkan dalam perintah untuk hidup saling mengasihi satu sama lain, maka marilah kita senantiasa saling mengasihi kapanpun dan dimanapun serta dengan siapapun, tanpa pandang bulu atau SARA.  Jika kita tidak hidup saling mengasihi hendaknya 'berpuasa' alias matiraga, yaitu dengan rendah hati belajar mengendalikan raga atau anggota tubuh agar senantiasa bergerak untuk mengasihi. Contoh konkret antara lain mereka yang berada di penjara atau Lembaga Pemasyarakatan yang dibatasi geraknya. Dalam pembatasan gerak tersebut mereka dilatih untuk mengendalikan raga atau anggota tubuh agar bergerak mengasihi. Kami berharap para bapak-ibu atau orangtua dapat menjadi teladan dalam 'hidup baru', hidup saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati.


·   "Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan."(Ibr  5:7), demikian info perihal hidup Imam Agung. Sebagai orang beriman kita memiliki panggilan imamat umum, maka marilah kutipan di atas ini kita renungkan. Dengan kesalehan kita dipanggil untuk senantiasa 'mempersembahkan doa dan permohonan bagi orang-orang berdosa atau jahat agar bertobat'. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita semua juga mengakui diri sebagai yang berdosa atau jahat, maka baiklah jika kita saling mendoakan satu sama lain. Di dalam Perayaan Ekaristi atau Ibadat Sabda ada bagian doa umat, yang berisi emapt ujud yaitu : berdoa bagi para pemimpin bangsa atau Negara, berdoa bagi para pemimpin agama, berdoa bagi mereka yang miskin dan berkekurangan, berdoa bagi diri kita yang lemah dan rapuh ini. Maka berdoa juga berdimensi missioner, dimana kita mendoakan orang lain yang sungguh membutuhkan doa-doa kita. Para pemipin kita doakan agar mereka melayani rakyat atau anggotanya dengan baik, sehingga seluruh rakyat atau anggota hidup dalam damai sejahtera, sehat wal-afiat dan selamat baik lahir maupun batin. Mereka yang miskin dan berkekurangan kita doakan agar mereka menghayati kemiskinan dan kekurangannya dalam Tuhan alias membuka diri terhdap aneka bantuan atau pertolongan orang lain, dan tentu saja kita sekaligus berdoa agar banyak orang memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan. Doa-berdoa hemat saya juga merupakan salah satu cara hidup baru, sebagai wujud bahwa kita percaya kepada Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi. Doa-berdoa kiranya juga merupakan cirikhas cara hidup para anggota lembaga hidup bakti kontemplatif, yang antara lain dimotori oleh St.Antonius, Abas, yang kita kenangkan hari ini.

 

"Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun" (Mzm 110:1-3).

 

Jakarta, 17 Januari 2011