Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 04 Desember 2009

6 Des - Bar 5:1-9; Flp 1:4-6.8-11; Luk 3:1-6

"Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu"

Mg Adven II :  Bar 5:1-9; Flp 1:4-6.8-11; Luk 3:1-6


"Perhatian…perhatian….umat dimohon tenang, karena acara akan segera dimulai..!!!", demikian suara keras dari pengeras suara di lapangan rumput untuk mengingatkan ribuan umat. Umat pun tidak tenang dan tetap gaduh omong-omong sendiri. Hal senada dapat terjadi dalam berbagai pertemuan, dimana protokol atau pembawa acara mengajak para hadirin tenang, tetapi hadirin tetap gaduh, omong-omong terus. Sebaliknya di suatu tempat, lapangan rumput, dimana ribuan umat hadir untuk perayaan ekaristi, yang semula gaduh, ramai, omong-omong sendiri, begitu mendengar melalui pengeras suara "Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus", maka ribuan umat pun hening, tak bergeming.  Tanda salib yang diiringi dengan kata-kata "Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus"  merupakan awal doa bagi umat Katolik dan juga mengiringi pembaptisan ketika pembaptis mencurahkan air di dahi terbaptis. Dengan dan melalui tanda salib sungguh terjadi perubahan alias pertobatan, maka marilah di masa adven ini kita renungkan seruan Yohanes Pembaptis, yang mengajak orang untuk bertobat dan dibaptis.

 

"Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu" (Luk 3:3)

Bertobat berarti memperbahaui diri. Saat ini kita masih dalam masa Tahun Baru Liturgy, masa Adven, dan sebentar lagi kita akan memasuki Tahun Baru 2010, maka marilah kita mawas diri apakah terjadi pembaharuan dalam diri kita masing-masing. Organ atau anggota tubuh kita kiranya diperbaharui terus menerus, demikian pula aneka macam sarana dan assesori yang terkait dengan tubuh kita, tetapi bagaimana dengan hati, jiwa dan akal budi? Pembaharuan yang diharapkan adalah pembaharuan hati, jiwa, dan akal budi, yang sangat berpengaruh dalam cara hidup dan cara bertindak kita, mengingat dan memperhatikan bahwa aneka tantangan, hambatan dan masalah telah mengaburkan atau melemahkan hati, jiwa dan akal budi kita.

 

Marilah pertama-tama kita sadari dan hayati bahwa bertambah usia dan pengalaman berarti juga bertambah dosa dan kekurangan, yang membuat hati, jiwa dan akal budi maupun tubuh kita kurang bersih. Pembaharuan dengan demikian berarti pembersihan, yang mungkin menjadi masalah adalah apakah saya tahu persis apa yang harus dibersihkan alias dosa dan kekurangan kita, tanpa bantuan orang lain. Kita butuh bantuan orang lain agar dapat mengetahui dosa dan kekurangan kita dengan tepat dan benar, sehingga pembersihan atau pembaharuan yang kita lakukan sungguh berarti dan bermakna. Maka baiklah di masa Adven ini kita saling bertemu, bercakap-cakap dan mawas diri bersama: masing-masing dengan rendah hati siap sedia menerima masukan atau informasi dari yang lain, lebih-lebih dalam hal dosa dan kekurangan.

 

"Berilah dirimu dibaptis", demikan sabda Yesus. Dibaptis berarti dibersihkan, maka masing-masing dari kita hendaknya siap sedia untuk dibersihkan orang lain, sebaliknya yang membersihkan hendaknya dijiwai kasih pengampunan, sehingga tindakan pembersihan menyenangkan dan membahagiakan atau menyelamatkan. Membersihkan dijiwai kasih pengampunan berarti sebelum bertindak ada pendekatan dan percakapan bersama, karena gerakan pembersihan tanpa tanggapan positif dari yang dibersihkan akan sia-sia, pemborosan waktu dan tenaga belaka. Siap sedia dibersihkan berarti juga siap sedia untuk berkorban dan 'sakit' sebagai langkah pembaharuan hidup atau penyembuhan. Mengingat dan memperhatikan semakin tua atau tambah usia dan pengalaman berarti juga semakin tambah dosa dan kekurangan, maka kami berharap kepada mereka yang lebih tua dan lebih berpengalaman dapat menjadi teladan dalam hal pembersihan diri atau pembaharuan diri, misalnya: para orangtua, pendidik/guru, pejabat, atasan, senior, dst..

"Aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus" (Fil 1:6)

 

Siap sedia untuk dibersihkan maupun membersihkan hendaknya dihayati sebagai anugerah Tuhan atau karya Tuhan, maka marilah kita imani bahwa "Ia, yang memulai pekerjaan yang  baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus". Maka ketika sudah memulai pekerjaan baik hendaknya setia terus menerus melakukannya. Setia berarti tidak mengurangi sedikitpun atas perbuatan baik yang telah dilakukan, syukur bertambah atau diperdalam dan disebarluaskan. Marilah kita imani atau hayati bahwa jika Tuhan memulai pasti menyelesaikan, meskipun kita harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, karena Tuhan maha segalanya.

 

Kita semua dipanggil untuk melakukan pekerjaan baik sampai pada hari Kristus Yesus, artinya sampai kita dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. "Semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus" (Fil 1:9-10). Semakin tambah usia dan pengalaman diharapkan semakin hidup mengasihi yang ditandai dengan melimpahnya pengetahuan dan pengertian yang benar. Dalam hidup bersama saat ini kita menghadapi aneka kepalsuan dan kebohongan, misalnya dalam hal hukum atau aturan, makanan dan minuman, aneka macam sarana-prasarana maupun organ tubuh manusia. Pemalsuan nilai juga terjadi di sekolah-sekolah dengan motivasi uang, gengsi, prestasi dst..  Memang kita menghadapi apa-apa yang baik dan buruk, dan kita dipanggil untuk memilih apa yang baik dan memperbaiki apa yang buruk, maka baiklah kita renungkan juga apa yang dikatakan oleh Kitab Barukh di bawah ini.  .   

 

"Allah memerintahkan, supaya diratakanlah segala gunung yang tinggi dan segenap bukit abadi, dan supaya ditimbuslah sekalian jurang menjadi tanah yang rata" (Bar 5:7). Yang dimaksudkan dengan gunung dan bukit di sini adalah apa saja yang mengganggu atau menghalangi dalam perjalanan hidup, tugas dan panggilan, entah berupa aturan, kebijakan, struktur, impian/harapan, dst.. , yang sering membuat apa yang sederhana menjadi berbelit-belit, yang mudah dipersulit. Aneka aturan, kebijakan, struktur atau strategi hendaknya memperlancar perjalanan hidup, tugas dan panggilan, maka jika ada yang mempersendat atau bahkan menutup jalan hendaknya segera diperbaiki atau 'diratakan'. Pada saat ini sering masih banyak terjadi birokrasi yang menghambat pelayanan, bukan memperlancar pelayanan, sehingga birkrat minta dilayani bukan melayani. Sikap dan perilaku dalam meratakan atau memperbaiki adalah melayani; bukankah yang disebut pelayan pada umumnya memperlancar dan mempermudah, tidak pernah mempersulit dan berbelit-belit? Semoga para petinggi, pejabat, birokrat atau atasan dapat menjadi teladan sikap hidup dan perilaku melayani; dan marilah kita dukung dambaan para pemimpin Gereja Katolik, Para Uskup dan Paus, yang senatiasa menyatakan diri dalam doa Syukur Agung sebagai hamba yang hina dina, artinya siap sedia melayani umat Allah.  Dukungan yang diharapkan tentu saja tidak cukup dengan doa-doa, tetapi juga dengan penghayatan, yaitu hidup dan bertindak saling melayani.

 

"TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.  Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya."(Mzm 126:3-6)

 

Jakarta, 6 Desember 2009     

 

    


5 Des - Yes 30:19-21.23-26; Mat 9:35-10:1.6-8

"Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat".

(Yes 30:19-21.23-26; Mat 9:35-10:1.6-8)

 

"Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan. melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma." (Mat 9:35-10:1.6-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada masa kini kiranya cukup banyak orang yang lesu, kurang gairah dalam hidup atau sakit, karena berbagai tantangan atau hambatan yang terjadi. Jumlah mereka yang lesu, sakit dan menderita kemungkinan akan bertambah banyak seiring dengan musim hujan yang menimbulkan banjir, tanah longor, dll. Ketika banjir karena hujan lebat terjadi, ada kemungkinan mereka yang tidak menjadi korban banjir ikut uring-uringan alias saling menyalahkan, yang membuat orang semakin dikuasai oleh setan. "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat", demikian pesan Yesus kepada para rasul, kepada kita semua yang beriman kepadaNya, maka marilah kita renungkan atau refleksikan. Pesan ini kiranya dapat saya 'terjemahkan' demikian: kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada hendaknya menjadi pengharapan bagi alias menggairahkan orang lain: yang sakit berharap segera sembuh, yang lesu segera berubah menjadi bergairah, yang terlantar segera terrawat dan diperhatikan, dst… Kita dapat menjadi pengharapan dan menggairahkan karena dengan cuma-cuma kita berbuat baik kepada mereka sesuai dengan kemungkinan, kesempatan serta kemampuan yang ada. Ingatlah bahwa segala sesuatu yang kita miliki, nikmati dan kuasai sampai saat ini juga telah kita terima sebagai anugerah Allah melalui orang yang telah berbuat baik kepada kita, maka juga boleh dikatakan sebagai yang cuma-cuma juga. Dengan kata lain kita dapat menjadi pengharapan bagi orang lain jika kita senantiasa bermurah hati alias menjual murah hatinya atau memberi perhatian kepada siapapun. Mereka yang sakit dan lesu pada umumnya diawali dengan sakit hati alias merasa kurang diperhatikan, maka dekati dan sikapi dengan hati, rendah hati serta kasih sayang.

·   "TUHAN akan memberi hujan bagi benih yang baru kamu taburkan di ladangmu, dan dari hasil tanah itu kamu akan makan roti yang lezat dan berlimpah-limpah. Pada waktu itu ternakmu akan makan rumput di padang rumput yang luas; sapi-sapi dan keledai-keledai yang mengerjakan tanah akan memakan makanan campuran yang sedap, yang sudah ditampi dan diayak. Dari setiap gunung yang tinggi dan dari setiap bukit yang menjulang akan memancar sungai-sungai pada hari pembunuhan yang besar, apabila menara-menara runtuh" (Yes 30:23-25), demikian kata-kata penghiburan Yesaya kepada saudara-saudarinya. Sebagai orang beriman,  kita adalah 'tangan-tangan Tuhan' alias berpartisipasi dalam karya penyelamatan-Nya, sehingga cara hidup dan cara bertndak kita dimanapun dan kapanpun menjadi 'penghiburan' atau 'harapan yang menggairahkan' bagi orang lain. Maka baiklah kita mawas diri: pertama-tama apakah saya pribadi dapat menjadi penghiburan atau harapan bagi orang lain, dimana cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menarik, memikat, memukai dan mempesona, karena saya berbudi pekerti luhur, dari diri saya terpancar keceriaan dan kegembiraan sejati sebagai penghayatan persatuan saya dengan Tuhan. Saya sendiri dalam keadaan atau situasi apapun.tetap tegar, bergairah, dinamis, tidak lesu atau tidak frustrasi. Kehadiran dan sepak terjang kita senantiasa memberdayakan, meneguhkan dan memperkuat orang lain, sebagaimana Tuhan senantiasa menghidupkan dan mengembangkan citpaan-ciptaanNya di dunia/bumi ini. Kami berharap mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama dapat menjadi penghiburan dan harapan bagi sesamanya, misalnya para pemimpin, atasan, manajer, kepala bagian, dst.. , mengingat dan memperhatikan sikap mental 'feodal' masih subur dalam kehidupan bersama kita.

 

"Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu. TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel yang tercerai-berai; Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka; Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya. Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga.TUHAN menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi merendahkan orang-orang fasik sampai ke bumi."

(Mzm 147:1-6)

 

Jakarta, 5 Desember 2009


Selasa, 01 Desember 2009

2 Des - Yes 25:6-10a; Mat 15:29-37

"HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu".

(Yes 25:6-10a; Mat 15:29-37)


"Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel. Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi beberapa ikan kecil." Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak.Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh"(Mat 15:29-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, hasil survei pada Maret 2009, jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia….. Sementara itu, dalam survei kali ini, jumlah orang miskin tersebut diperoleh berdasarkan garis kemiskinan atau jumlah pengeluaran sebesar Rp200.262 perorang per bulan" (www.antaranews.com), berarti sebesar Rp.6.675,- perorang per hari.  Berdasarkan data diatas ini rasanya masih cukup banyak orang Indonesia, yang kurang gizi, sehingga tidak dapat tumbuh berkembang dengan baik. Maka tidak mengherankan ketika ada masalah kecil tumbuh berkembang menjadi tawuran dan permusuhan, karena keterbatasan wawasan mereka. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua, siapa saja  yang berkecukupan atau kaya untuk meneladan Yesus yang "HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu": marilah kita hayati motto "man or woman with/for others". Marilah kita kembangkan dan perluas serta perdalam semangat solidaritas kita terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing. Kepada mereka yang terbiasa berfoya-foya atau boros setiap hari dalam hal makan dan minum maupun menikmati aneka fasilitas kami harapkan untuk hidup sederhana, jauh dari aneka macam bentuk keserakahan. Hemat saya ketika semuanya hidup sederhana sesuai dengan tuntutan kesehatan dan kewajaran maupun fungsi, maka tidak ada lagi yang miskin dan berkekurangan,  bahkan dalam kebersamaan akan terjadi kelebihan, sebagaimana terjadi dengan penggandaan roti dan ikan yang dilakukan oleh Yesus.

·   "TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya."(Yes 25:6), demikian penglihatan Yesaya yang menjanjikan. Kita semua mengharapkan situasi yang digambarkan oleh Yesaya tersebut dapat menjadi nyata atau terwujud dalam kebersamaan hidup kita dimanapun dan kapanpun: hidup damai sejahtera, aman tenteram, penuh dengan kasih persaudaraan atau persahabatan sejati. Untuk mewujudkan harapan atau dambaan ini kiranya butuh kehendak dan kemauan politik dari mereka yang berkuasa menentukan kebijakan atau aturan hidup bersama: hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagi kita warganegara Indonesia berharap sila kelima dari Pancasila, yaitu "Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia" segera menjadi nyata, tidak tinggal dalam bayangan atau impian belaka. Jika diperhatikan data statistis di atas rasanya ada kekuatan atau modal untuk mewujudkan 'keadilan sosial bagi seluruh bangsa', mengingat dan memperhatikan mereka yang tergolong tidak miskin lebih besar jumlahnya daripada yang miskin.  Memang tantangan besar ada di hadapan kita, yaitu korupsi serta jual beli keadilan alias hukum, sebagaimana masih marak di Negara kita saat ini.  Para penegak hukum dan keadilan dapat dibeli dengan uang oleh orang-orang kaya yang korup, yang gila akan harta benda/uang dan kehormatan duniawi. Maka dengan ini kami berharap kepada para penegak hukum dan keadilan untuk jujur dan disiplin dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, jangan menjadi luntur karena uang atau imbalan harta benda lainnya.

 

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah."

(Mzm 223:1-5)

Jakarta, 2 Desember 2009       


Senin, 30 November 2009

1 Des -Yes 11:1-10; Luk 10:21-24

"Semuanya itu Engkau nyatakan kepada orang kecil"

(Yes 11:1-10; Luk 10:21-24)

 

"Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." (Luk 10:21-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta Beato Dionisius dan Beato Redemptus, biarawan dan martir Indonesia, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Para petinggi atau atasan pada umumnya merasa puas telah menerima laporan dari bawahan atau anggotanya, sebagaimana tertulis dalam laporan kegiatan/kerja, dan dengan demikian lebih melihat secara 'umum' daripada 'detil', apalagi jika petinggi atau atasan yang bersangkutan tidak pernah atau jarang 'turba', turun ke bawah, untuk melihat dan mencermati kenyataan yang ada. Hal yang demikian itu pernah terjadi, ada contoh konkret: seorang sarjana tehnik bangunan kalah bijak dan terampil dibandingkan dengan para pekerja alias 'tukang batu', yang tidak pernah lulus pendidikan dasar. "Semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil", demikian sabda Yesus, yang sebaiknya kita renungkan di masa adven ini. Kita dipanggil untuk memperhatikan yang kecil, entah dalam hal jabatan, kedudukan, kekayaan, usia, kepandaian, dst.., maka baiklah secara konkret saya mengajak dan mengingatkan pentingnya memperhatikan anak-anak kecil/balita dan mereka yang miskin dan berkekurangan dalam hal harta benda atau uang. Untuk memperhatikan mereka ini memang dibutuhkan keutamaan-keutamaan khusus maupun pengorbanan; keutamaan-keutamaan itu antara lain sabar, lembah lembut, teliti, tekun, pemaaf, ceria dst.., sedangkan pengorbanan antara lain waktu, tenaga maupun harta benda/uang. Ketika kita mampu memperhatikan dan melayani mereka yang kecil, miskin dan berkekurangan tersebut dengan 'turba', maka segala kebijakan yang kita ambil akan lebih membahagiakan dan menyelamatkan daripada hanya menerima laporan berupa kertas atau kata-kata lisan. Marilah 'membumi', menunduk, melihat ke bawah, agar kita siap sedia untuk menyambut Allah yang 'membumi', lahir sebagai manusia hina seperti kita kecuali dalam hal dosa.

·   "Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang."(Yes 11:2-3), demikian penglihatan Yesaya perihal Penyelamat Dunia yang kita songsong pesta/kenangan akan kelahiranNya. Kutipan dari Yesaya ini selayaknya menjadi  bahan permenungan atau refleksi kita di masa adven ini. Apakah kita takut akan Tuhan? Bagaimana sikap kita terhadap orang lain atau sesama kita, apakah menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang? Sekali lagi kami ingatkan kepada para petinggi atau atasan, hendaknya tidak menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan atau membuat kebijakan menurut kata orang, melainkan sesuai dengan tuntutan keadilan dan kejujuran. Keadilan paling dasar adalah hormat terhadap harkat martabat manusia atau menjunjung tinggi harkat martabat/hak-hak asasi manusia, sedangkan "jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit:  Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur,  Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 17). Para petinggi atau atasan hendaknya tidak begitu saja percaya pada kata orang, tetapi lihatlah dan cermati kenyataan dengan adil dan jujur, agar dapat mengambil keputusan atau kebijakan yang menyelamatkan dan membahagiakan. Dengan kata lain para petinggi atau atasan kami harapkan dapat menjadi teladan atau contoh dalam cara hidup dan cara bertindak yang adil dan jujur dengan membumi, perhatian kepada mereka yang kecil, miskin dan berkekurangan.

 

"Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi ..  Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin"

 (Mzm 72:7-8.12-13)

Jakarta, 1 Desember 2009


Minggu, 29 November 2009

30 Nov - Rm 10:9-18; Mat 4:18-22

"Kamu akan Kujadikan penjala manusia."

(Rm 10:9-18; Mat 4:18-22)


"Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.(Mat 4:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


• Ada tiga jenis karya pelayanan pastoral utama dalam Gereja, yaitu: pendidikan, sosial dan kesehatan. "Stake-holder' atau yang menjadi subyek utama dalam ketiga pelayanan pastoral tersebut ialah manusia, namun dalam kenyataan di lapangan sering lebih diutamakan harta benda atau uang, dengan kata lain mengelola dan mengurus karya-karya pendidikan, sosial dan kesehatan dengan semangat materialistis atau bisnis. Dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, ini kita diingatkan bahwa dalam berbagai pelayanan pastoral hendaknya diutamakan manusia, bukan harta benda atau uang, maka mayoritas dana atau beaya hendaknya tercurah pada kepentingan manusia, demikian juga karya-karya pelayanan tersebut dikelola dan diurus secara manusiawi. Maka hendaknya siapapun yang mempercayakan diri untuk dilayani dalam pelayanan-pelayanan pastoral tersebut diperhatikan sedemikian rupa, sehingga mereka terkesan, terharu dan terpikat pada pelayanan kita, dan dengan demikian setelah mereka menikmati pelayanan akan menjadi `tenaga marketing atau pemasaran' sukarela karya-karya pelayanan kita. Sebagai contoh: mereka yang telah belajar di sekolah yang kita kelola setelah lulus akan berceritera kepada sahabat dan kenalannya perihal pelayanan yang telah diterima dan pasti menganjurkan mereka untuk belajar di sekolah kita, para pasien yang dirawat di rumah sakit dan keluarganya setelah menerima pelayanan kesehatan yang baik akan berceritera kepada sahabat dan kenalan serta mengajak mereka jika berobat hendaknya di rumah sakit yang kita kelola, dst..Untuk itu memang rekan-rekan pegawai (guru, staf kependidikan, dokter, perawat dst..) diharapkan hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus, sehingga cara pelanannnya dijiwai keutamaan-keutamaan "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23)

 

• "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik" (Rm 10:15). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita, entah apapun pekerjaan atau yang kita lakukan. Kemana kita pergi atau dimana kita berada diharapkan menjadi `kabar baik' dan menjadikan lingkungan hidup yang kita datangi atau dimana kita berada semakin baik, damai sejahtera, menarik dan memikat banyak orang. Memang untuk itu berarti masing-masing dari kita harus baik, menarik, memikat dan mempesona, bukan karena kecantikan atau ketampanan, bukan karena pakaian dan assosori yang kita kenakan, melainkan karena kita sungguh berbudi pekerti luhur, yang antara memiliki ciri-ciri: "bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet " (Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997).Maka dengan ini kami mendambakan agar anak-anak sedini mungkin didalam keluarga dibina dan dibiasakan dalam hal ciri-ciri budi pekerti luhur tersebut dan tentu saja dengan teladan konkret orangtua; demikian juga di sekolah-sekolah hendaknya ciri-ciri budi pekerti luhur di atas menjadi perhatian utama.



"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari"(Mzm 19:2-5)


Jakarta, 30 November 2009