Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 01 Januari 2011

Hari Raya Penampakan Tuhan - Yes 60:1-6; Ef 3:2-3a.5-6; Mat 2:1-12

"Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur"

HR PENAMPAKAN TUHAN: Yes 60:1-6; Ef 3:2-3a.5-6; Mat 2:1-12


Aneka macam peristiwa atau kejadian pada masa kini dengan cepat dapat tersebar ke segala penjuru dunia karena jasa aneka sarana komunikasi yang canggih, seperti internet, satelit, televisi, HP dst… Pada umumnya yang dengan mudah dan cepat tersebar adalah kejadian-kejadian yang tidak baik seperti kejahatan, musibah, bencana alam, perang dst.., sedangkan kejadian atau peristiwa yang baik kurang tersebar dengan cepat. Rasanya hanya mereka yang baik dan berbudi pekerti luhur peka akan aneka perisitiwa atau kejadian baik. Almasih, Penyelamat Dunia, kegembiraan besar telah datang ke dunia, namun mereka yang tinggal dekat dengan tempat kelahiran Penyelamat Dunia tidak tahu akan kedatanganNya, sementara lain 3 (tiga) orang majus atau raja dari jauh telah mendengarNya dan berusaha untuk datang bersembah-sujud kepadaNya, itulah Warta Gembira hari ini. Maka kami mengajak anda sekalian untuk bercermin pada tiga orang majus atau raja tersebut.

 

"Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur" (Mat 2:11)

 

Emas adalah lambang kekayaan, kemenyan lambang keimanan/ibadat, sedangkan mur adalah lambing kebesaran, pangkat atau kedudukan. Orang-orang majus atau tiga raja menghayati atau memfungsikan aneka kekayaan, bentuk peribadatan serta jabatan, pangkat atau kedudukan sebagai anugerah Tuhan, dan dengan demikian mereka senantiasa mendambakan atau merindukan kebersamaan dengan Tuhan setiap hari.  Maka mereka peka terhadap aneka gejala atau tanda yang ada di alam raya ini, sehingga pada suatu saat mereka melihat sebuah bintang khusus, yang menandakan bahwa Penyelamat Dunia, Almasih, telah datang/lahir di dunia ini. Mereka pun tergerak untuk mengikuti gerak bintang tersebut, yang menunjukkan tempat Almasih atau Penyelamat Dunia yang baru saja lahir berada. Baiklah bercermin dari pengalaman tiga orang majus atau raja tersebut, saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri sebagai berikut:


1). Sebagai orang beriman, secara khusus yang beriman kepada Yesus Kristus, kita dipanggil untuk menjadi 'bintang-bintang', yaitu penunjuk jalan bagi orang lain untuk bersembah-sujud kepada Tuhan atau semakin beriman. Cara hidup atau cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun hendaknya menjadi daya tarik atau daya pikat bagi orang lain untuk semakin beriman, bersembah sujud kepada Tuhan dengan memfungsikan aneka macam kekayaan yang dimiliki sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga mereka semakin dikasihi oleh Tuhan maupun sesamanya. Maka hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita sungguh baik dan berbudi pekerti luhur, tidak pernah mengecewakan atau mencelakakan orang lain. Hendaknya kita bagaikan 'orang gila' yang senantiasa menarik dan membuat orang lain senang serta tidak pernah menyakiti orang lain, tentu saja kegilaan kita karena Tuhan beserta kita dan dengan demikian kita senantiasa dalam keadaan gembira, ceria dan dinamis.


2). Kita dapat meneladan tiga orang majus atau raja tersebut, yaitu dengan segala upaya, rendah hati serta bantuan rahmat Tuhan senantiasa berusaha untuk menjadi peka terhadap Penyelenggaraan Ilahi/ Tuhan dalam hidup sehari-hari. Tuhan hadir dan berkarya terus menerus dalam seluruh ciptaan-ciptaanNya, antara lain menganugerahkan pertumbuhan dan perkembangan, daya rasa dan pikiran untuk mencinta, dst… Peka akan tanda-tanda zaman atau aneka perubahan dan perkembangan yang sedang terjadi, itulah panggilan kita semua. Untuk itu memang kita harus menjadi peka terhadap karya Tuhan dalam tubuh kita masing-masing, entah yang terkait dengan nafsu seksual yang dianugerahkan oleh Tuhan guna berpartisipasi dalam karya penciptaanNya atau gerak dan dorongan untuk berbicara dan bertindak. Hendaknya diikuti tanda-tanda atau gejala-gejala yang mengarah ke keselamatan jiwa serta menjauhkan diri dari aneka desakan dan dorongan untuk berbuat jahat atau hanya mencari keuntungan serta kenikmatan diri sendiri. Segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini marilah kita fungsikan sedemikian rupa, sehingga kita semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

 

"Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, .. yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus, yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus"(Ef 3:2-3a.5-6)         

 

Kasih karunia Allah dianugerahkan kepada siapapun dan dimanapun, tanpa pandang bulu atau SARA, dan kasih karuniNya antara lain telah menjadi nyata dengan kelahiran Yesus, Penyelamat Dunia, yang datang untuk menyelamatkan dunia seisinya. Ia adalah Penyelamat Dunia, bukan Penyelamat orang-orang yang mengaku beragama Kristen atau Katolik saja, termasuk para tokoh atau pemuka-pemukanya. Maka dengan tegas para gembala Gereja Katolik yang berkumpul dalam Konsili Vatikan II, antara lain menyatakan bahwa "mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendakNya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal" (Vat II: LG no 16)  

 

Kami berharap kepada semua umat beragama, entah agamanya apa, untuk senantiasa dengan rendah hati mengusahakan dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati dengan semua umat beragama. Hendaknya dijauhkan aneka bentuk fanatik sempit, yang hanya membenarkan diri/agama sendiri serta menyalahkan orang/agama lain. Maka kami juga berharap agar pembangunan tempat-tempat beribadat maupun pelaksanaan beribadat dari agama apapun tidak dihambat atau diganggu. Memang aneh dan nyata: perizinan untuk membangun ruko atau losmen atau motel begitu mudah, termasuk acara hura-hura di tempat umum, dst.., sementara itu izin pembangunan tempat ibadat dipersulit atau dihambat, padahal dalam kenyataan cukup banyak ruko atau motel akhirnya menjadi tempat maksiat, yaitu untuk pelacuran atau panti pijat.

 

Kita semua adalah ahli waris janji Allah untuk hidup mulia, bahagia dan damai sejahtera saat ini sampai selama-lamanya. Maka sebagai sesama ahli waris marilah kita tidak saling gontok-gontokan atau iri hati, mengingat dan memperhatikan aneka perbedaan yang ada antara lain. Jutaan atau milyard-an manusia di bumi ini tidak ada yang sama atau identik, saling berbeda satu sama lain; laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain tetapi saling tertarik untuk mendekat, bersahabat dan bersatu menjadi satu. Maka hendaknya aneka macam bentuk perbedaan antara kita dijadikan daya tarik atau daya pikat untuk saling mengenal, mendekat dan bersahabat atau bersaudara serta saling mengasihi. Hendaknya menyikapi aneka bentuk sapaan, sentuhan, kritik, saran, ejekan, pujian dst,..dari orang lain dihayati sebagai kasih.

 

"Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin" (Mzm 72:10-13)     .

 

Jakarta, 2 Januari 2011


Kamis, 30 Desember 2010

1 Jan - HR SP MARIA BUNDA ALLAH: Bil 6: 22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21

" Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya."

HR SP MARIA BUNDA ALLAH:  Bil 6: 22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21


Pertama-tama kami ucapkan 'SELAMAT TAHUN BARU 2011', semoga segala sesuatu juga menjadi baru. Hari ini sarat dengan pesta atau kenangan, antara lain Tahun Baru, Hari Perdamaian Sedunia, Pesta Nama Serikat Yesus, dst.. Dalam Warta Gembira juga dikisahkan perihal pemberian nama Yesus kepada Sang Penyelamat Dunia, yang  baru saja datang atau lahir. Nama yang diberikan kepada Penyelamat Dunia telah disampaikan oleh malaikat kepada Bunda Maria dalam warta gembira bahwa Maria akan mengandung karena Roh Kudus. Maka baiklah mengawali tahun baru ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri juga perihal nama yang dikenakan kepada kita masing-masing; kami percaya nama yang kita kenakan pada diri kita masing-masing memiliki arti, makna atau tujuan yang baik dan mulia. Nama yang dikenakan kepada kita masing-masing kiranya juga merupakan buah 'perdamaian bersama' artinya hasil curhat bersama dari mereka yang memberi nama pada kita. Dengan kata lain kami berharap kita semua memperbaharui diri kita masing-masing sesuai dengan dambaan, cita-cita atau harapan yang tercetus atau diikhrarkan ketika nama diberikan kepada kita masing-masing.

 

"Ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya" (Luk 2:21) 

 

Memperbaharui berarti berubah: kiranya sejak kita dilahirkan dari rahim ibu kita masing-masing sampai kini kita terus mengalami perubahan, entah secara phisik, sosial, emosional, rational maupun spiritual. Pertanyaannya ialah apakah kita berubah menjadi semakin baik atau buruk, dan tentu saja masing-masing dari kita berharap untuk berubah semakin baik, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Masing-masing dari kita sejak masih berada di dalam kandungan atau rahim ibu kiranya nama sudah direncanakan untuk diberikan kepada kita oleh orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing, maka baiklah dalam rangka mawas diri kita bertanya kepada orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing: apakah yang menjadi dambaan atau cita-cita mereka bagi kita.

 

Sebagai contoh perihal pemberian nama Yesus antara lain dikatakan bahwa " Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."(Luk 1:32-33), Yesus juga disebut 'Emmanuel' yang berarti Allah menyertai kita. Dengan kata lain kehadiran atau kedatangan Yesus merupakan perwujudan penyertaan Allah pada seluruh ciptaanNya di dunia ini, terutama manusia, untuk merajai dan menguasai ciptaanNya agar selamat dan senantiasa dalam keadaan damai sejahtera.

 

Nama-nama yang diberikan kepada kita kiranya juga memiliki dambaan atau cita-cita agar kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang damai sejahtera dan selamat serta dengan demikian dapat berpartisipasi dalam menyelamatkan atau mensejahterakan orang lain melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. "There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" ='Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan"  , demikian pesan Perdamaian Paus Yohanes Paulus II memasuki Millennium Ketiga. Hemat saya pesan tersebut masih up to date pada masa kini untuk kita hayati dan sebarluaskan. Keadilan dasar atau sejati hemat saya adalah hormat terhadap harkat martabat manusia atau menunjungi tinggi harkat martabat manusia. Buah keadilan sejati antara lain keselamatan jiwa manusia. Maka baiklah memasuki tahun 2011 ini kita galakkan atau tingkatkan gerakan untuk memperjuangkan dan membela keadilan. Kami berharap mereka yang berfungsi sebagai penegak keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara seperti hakim, jaksa dan polisi untuk memberi teladan dalam perjuangan dan penegakan keadilan. Hendaknya keadilan ini sedini mungkin dibiasakan didalam diri anak-anak di dalam keluarga dan kemudian diperkembangkan serta diperdalam di sekolah-sekolah atau karya pendidikan formal.

 

"Kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah" (Gal 4:7)  

 

Kita semua adalah anak-anak Allah alias saudara atau sahabat satu sama lain. Baiklah dengan rendah hati kami mengajak rekan-rekan anggota Serikat Yesus, yang telah menyatakan diri untuk menjadi sahabat-sahabat Yesus. Sebagaimana Yesus datang sebagai pembawa damai sejahtera, maka hendaknya sebagai sahabat-sahabat Yesus dimanapun dan kapanpun senantiasa membawa damai sejahtera. Maka baiklah kita renungkan doa dari St.Fransiskus Assisi ini (ingat bahwa Ignatius Loyola belajar cukup banyak perihal semangat St.Fransiskus Assisi):  

"Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai. Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cintakasih. Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan. Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan. Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian. Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran. Bila terjadi kecemasan, jadikanlah aku pembawa harapan. Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa kegembiraan. Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang" (PS no 221).

 

Marilah kita sebagai ahli-ahli waris atau 'anak-anak Allah' membangun, memperdalam dan menyebar-luaskan perdamaian. Masing-masing dari kita dapat memilih salah satu dari doa St.Fransiskus Assisi tersebut, yang sesuai dengan lingkungan hidup kita masing-masing  Kepada saudara-saudari kita kiranya kita juga dapat menyampaikan pesan, sebagaimana disampaikan oleh Harun kepada anak-anaknya,yaitu : "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera." (Bil 6:24-27). Maka hendaknya kita juga jangan takut dan gentar untuk menyebar-luaskan damai sejahtera, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka tantangan, hambatan, masalah atau penderitaan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan mampu mengatasi aneka tantangan, hambatan, masalah atau penderitaan serta menjadikannya sebagai wahana pendewasaan kepribadian atau iman kita.

 

Kami berharap siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan bersama dapat menjadi teladan dalam rangka menghayati dan menyebar-luaskan perdamaian. Hendaknya aneka perbedaan yang ada di antara kita, entah beda SARA, pengalaman, pangkat, fungsi dan kedudukan menjadi sarana untuk saling memperkaya dan memperkuat dalam menghayati dan menyebarluaskan perdamaian. Secara khusus juga kami mengajak para orangtua atau bapak-ibu untuk sungguh menghayati janji perkawinan yaitu saling mengasihi baik dalam untung dan malang, sehat maupun sakit sampai mati, agar perdamaian sejati terjadi dalam hidup berkeluarga. Pengalaman hidup damai sejati didalam keluarga akan menjadi kekuatan atau modal untuk membangun dan memperdalam di dalam kehidupan bersama yang lebih luas, entah di masyarakat maupun tempat kerja/tugas.

 

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu" (Mzm 67:2-3.5-6).

  

Jakarta, 1 Januari 2011 


31 des - 1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18

"Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya"

(1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18)

 

"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;" (Yoh 1:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup membumi atau mendunia itulah kesibukan kita sehari-hari atau panggilan hidup kita. Sang Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi manusia, telah datang ke tengah-tengah kita, dengan mengambil rupa manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Memang hanya orang yang sungguh beriman berani dan mampu mengimani bahwa bayi yang lahir di Betlekem itu adalah Penyelamat Dunia, datang untuk menyelamatkan seluruh dunia seisinya. Kita yang beriman kepadaNya diipanggil untuk meneladanNya, maka marilah dengan rendah hati kita melepaskan kebesaran-kebesaran kita untuk menjadi sama dengan sesama manusia, lebih-lebih dengan mereka yang miskin dan berkekurangan.Kita harus berpartisipasi dalam seluk-beluk atau hal ikhwal duniawi, maka hendaknya juga tidak malu untuk mengerjakan hal-hal sederhana seperti menyapu, mencuci piring, membersihkan lantai/WC, dst… Mengapa? Karena ketika kita terbiasa untuk mengerjakan hal-hal yang sederhana tersebut kiranya kita tak akan malu lagi untuk sungguh hidup membumi atau mendunia  dan kita tahu akan aneka macam kebutuhan pokok sehari-hari setiap manusia. Untuk itu memang kita juga harus hidup sederhana untuk memberi kesaksian akan iman kita kepada Sang Penyelamat Dunia yang lahir atau datang dalam kemiskinan atau kesederhanaan luar biasa. Sore/malam ini kita semua merayakan pergantian tahun, dari tahun 2010 ke 2011, maka kami harapkan merayakan secara sederhana saja, tidak berfoya-foya. Semoga dengan pergantian tahun kita juga berani berubah terus menerus agar semakin layak menjadi 'anak-anak Allah', orang-orang yang selalu melaksanakan kehendak Allah di dalam hidup sehari-hari.


·   "Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir" (1Yoh 2:18). "Antikristus" berarti orang yang tidak beriman kepada Yesus Kristus dan sering mengganggu atau mengacau hidup orang yang beriman kepada Yesus Kristus, antara lain orang atau kelompok yang fanatik, yang mempersulit pembangunan tempat ibadat. Aneh dan nyata: izin untuk mendirikan ruko, losmen atau hotel begitu mudah, padahal bangunan tersebut sering disalah-gunakan untuk makziat atau pelacuran, sedangkan membangun tempat ibadat dipersulit. Maka baiklah kita tidak terkejut jika untuk membangun tempat ibadat atau beribadat sering harus menghadapi aneka tantangan, mengingat dan  memeperhatikan kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia pun menghadapi tantangan dari saudara-saudari- Nya di Betlekem; mereka menolak dan tidak bersedia memberi penginapan kepada Maria yang akan melahirkan Penyelamat Dunia. Kedatangan Penyelamat Dunia mengarah ke akhir hidupNya di puncak kayu salib artinya kelahiranNya telah mengalami penderitaan. Dengan kata lain hendaknya tidak marah atau menggerutu ketika kita menghadapi aneka tantangan dan masalah dalam rangka merayakan atau mewujudkan iman kita kepada Sang Penyelamat Dunia, Yesus Kristus. Memang untuk memperjuangkan dan menghayati kebenaran sejati tak akan terlepas dari aneka tantangan, masalah dan hambatan, namun demikian percayalah bahwa kebenaran pasti akan menang atas dusta dan kebohongan, kesederhanaan akan menang atas keserakahan. Semoga aneka tantangan, masalah dan hambatan menjadi wahana atau jalan bagi kita semua untuk semakin memperdalam dan meneguhkan iman kita.

 

"Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya " (Mzm 96:11-13)

Jakarta, 31 Desember 2010


Rabu, 29 Desember 2010

30 des -1Yoh 2:12-17; Luk 2:36-40

"Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat"

(1Yoh 2:12-17; Luk 2:36-40)

 

"Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" (Luk 2:36-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pendidikan anak hemat saya merupakan sesuatu yang penting dan utama, lebih daripada kegiatan atau usaha-usaha lainnya. Marilah kita didik anak-anak kita agar dapat tumbuh berkembang seperti Yesus, yaitu "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada padaNya". Pertama-tama hendaknya sejak dalam kandungan sampai usia balita anak diberi gizi yang memadai, karena masa-masa tersebut sangat menentukan masa depan pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak. Hendaknya anak disusui oleh ibunya secara memadai, dan menurut ahli gizi konon alangkah baiknya jika anak dapat menerima ASI paling tidak selama satu tahun. Untuk itu perlu diperhatikan gizi ibu atau calon ibu agar dapat menghasilkan ASI yang memadai bagi anaknya. Dalam proses pendidikan atau pendampingan selain agar anak sehat wal'afiat dan segar bugar secara phisik, hendaknya diusahakan agar anak semakin penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada padanya, dengan kata lain agar anak semakin berbudi pekerti luhur, semakin dikasihi oleh Allah dan sesamanya. Dengan kata lain hendaknya dalam mendidik atau mendampingi anak-anak dengan tujuan agar anak-anak tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik atau cerdas secara spiritual daripada pandai atau cerdas secara intelektual. Teladan konkret dari orangtua atau bapak-ibu dalam hidup dan bertindak baik dalam hidup sehari-hari mutlak dibutuhkan, karena keteladanan merupakan cara pertama dan utama dalam pendidikan atau pembinaan. Kami berharap juga kelak ada anak-anak yang tergerak atau terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster (kalau beragama katolik) atau menjadi pribadi yang sosial, senantiasa peka terhadap kebutuhan orang lain, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan.


·   "Semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1Yoh 2:16-17). Apa yang dikatakan oleh Yohanes ini tidak berarti kita tidak boleh mendunia, melainkan hendaknya jangan bersikap mental materialistis selama hidup di dunia ini. Hendaknya semakin kaya akan harta benda atau uang juga semakin beriman, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Kehendak Tuhan perihal harta benda atau uang adalah sebagai sarana untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan dalam hidup sehari-hari melalui sesama manusia, maka jika harta benda atau uang mengganggu tujuan tersebut hendaknya dibuang atau dimusnahkan. Yohanes juga mengingatkan kita perihal indera penglihatan atau mata, tentu saja bagi yang tidak buta. Cara hidup dan cara bertindak kita pada umumnya memang dimulai dengan penglihatan atau apa yang kita lihat. Melihat -> merasakan -> berpikir -> bersikap -> bertindak inilah kurang lebih kronologis cara bertindak. Dari melihat sampai bertindak  bagi orang yang jelas kepribadian atau jati dirinya hanya butuh waktu hitungan detik, artinya begitu melihat langsung bertindak. Sedangkan bagi orang yang tidak jelas kepribadiannya, tidak putih dan tidak hitam alias abu-abu, pada umumnya dari melihat sampai bertindak butuh waktu lama, karena harus merasa-rasakan dan berpikir. Kehendak Tuhan bagi kita semua adalah begitu melihat langsung bertindak, tentu saja tindakan yang menyelamatkan atau membahagiakan terutama keselamatan jiwa manusia. Kita semua mendambakan untuk hidup selamanya mulia di sorga bersama Tuhan setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia, maka baiklah kita senantiasa setiap hari bersama dan bersatu dengan Tuhan alias berusaha untuk hidup baik, suci, tak bernoda atau tercela.

 

"Kepada TUHAN, hai suku-suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!"

 (Mzm 96:7-9)

Jakarta, 30 Desember 2010    

    


Selasa, 28 Desember 2010

29des - 1Yoh 2:3-11; Luk 2:22-35

"Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang"

(1Yoh 2:3-11; Luk 2:22-35)


"Ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan -- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." (Luk 2:22-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Anak adalah anugerah Tuhan, maka selayaknya kemudian dipersembahkan kepada Tuhan sepenuhnya. Cara mempersembahkan anak kepada Tuhan antara lain adalah mendidik dan membina mereka sesuai dengan kehendak Tuhan. Maka dengan rendah hati disini saya angkat motto pendidikan di sekolah-sekolah yang dikelola oleh para Yesuit, yang hemat saya dapat dihayati dalam proses pendidikan dan pembinaan dimanapun, yaitu Competence, Conscience,Compassion (kepandaian, hati nurani, kepedulian). Anak-anak selama masa usia balita hemat kami harus menerima pendampingan atau pendidikan ketiga unsur tersebut di dalam keluarga. Apa yang diterima dan dialami anak-anak pada masa usia balita sungguh dapat berpengaruh di kemudian hari dan dapat dikembangkan dan diperdalam dalam proses pendidikan lebih lanjut di sekolah-sekolah. Hendaknya sebagai orangtua, guru atau orang dewasa menghayati motto ini: "Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang". Memang untuk menghayati motto ini kita harus bekerja keras seraya mengandalkan diri pada rahmat Tuhan. Kepandaian pada umumnya sudah menjadi perhatian banyak orang, sedangkan hati nurani dan kepedulian kurang memperoleh perhatian. Semoga kita memberi perhatian pada hati nurani dan kepedulian dalam proses pendidikan atau pembinaan dimanapun dan kapanpun.   


·   "Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan. Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya" (1Yoh 2:10-11). Sebagaimana diwartakan di dalam Injil, marilah saudara di sini lebih kita fahami sebagai orang-orang yang sungguh membutuhkan bantuan dan pertolongan kita, uluran kasih kita, yaitu mereka yang miskin dan berkekurangan atau menjadi korban dari aneka kekerasan maupun bencana alam. Pada masa kini kiranya cukup banyak dari saudara-saudari kita yang miskin dan berkekurangan, lebih-lebih karena cuaca ekstrim yang masih berlangsung atau hujan deras yang menggelontorkan lahar dingin di lereng gunung Merapi dst… Memberi sebagai perwujudan kasih sejati adalah memberi dari kekurangan, sedangkan memberi dari kelimpahan berarti membuang sampah dan dengan demikian menjadikan si penerima sebagai tempat sampah. Maka kami berharap meskipun kita merasa kurang hendaknya dengan besar hati dan rela berkorban untuk memberi sesuatu kepada saudara-saudari kita yang lebih membutuhkan, entah itu berupa tenaga, harta/uang dst..  Maklum hal ini kami angkat mengingat dan memperhatikan sering terjadi orang memberi dari kelimpahan, antara lain berupa pakaian bekas guna membersihkan 'gudang'nya. Akhir kata saya toh juga mengingatkan dan mengajak kita semua: hendaknya dengan saudara-saudari sekandung kita sungguh saling mengasihi, jauhkan aneka macam bentuk irihati atau kebencian. Tentu saja kasih itu sungguh sejati, artinya bersama-sama sebagai kakak-adik dalam cara hidup dan cara bertindak tidak menindas atau memeras orang lain.

 

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)

Jakarta, 29 Desember 2010


28des - 1Yoh 1:5-2:2; Mat 2:13-18

"Ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya"

(1Yoh 1:5-2:2; Mat 2:13-18)

 

"Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi." (Mat 2:13-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Kanak-Kanak suci, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Anak-anak adalah masa depan kita, masa depan bangsa, Negara maupun Gereja, maka selayaknya kita mendampingi dan mendidik mereka agar kelak mampu berfungsi dengan baik dalam hidup berbangsa, bernegara, bermasyakat maupun beriman atau menggereja. Maka hendaknya jangan bersikap seperti Herodes yang gila akan kekuasaan dan kehormatan dunia, dimana ketika mendengar akan muncul seorang raja ia kemudian membunuh semua anak berusia dua tahun ke bawah. Tidak menyayangi atau mencintai anak-anak berarti bunuh diri pelan-pelan perihal masa depan. Dalam penghayatan hidup beriman hemat saya anak-anak lebih suci daripada orang dewasa atau orangtua, maka selayaknya anak-anak dihormati dan dijunjung tinggi. Secara konkret kami berharap agar anak-anak dapat memperoleh pendidikan atau pendampingan yang baik dan memadai, maka hendaknya dialokasikan dana dan tenaga yang memadai bagi pendidikan atau pembinaan anak-anak. Tanda bahwa orangtua atau orang dewasa sungguh mendidik dan membina anak-anak adalah kelak kemudian hari ketika tumbuh berkembang menjadi dewasa anak-anak lebih dewasa, pandai, cerdas, terampil daripada orangtua atau orang dewasa saat ini. Sejauh pengamatan dan penglihatan kami rasanya hal itu lebih banyak terjadi di desa-desa atau pelosok-pelosok daripada di kota-kota (besar). Marilah kita didik dan bina sungguh-sungguh anak-anak kita agar kelak dia dapat 'mikul dhuwur lan mendhem jero wong tuwo' (= memuliakan orangtua).


·   "Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia." (1Yoh 2:1-2). Jika kita jujur mawas diri kiranya kita semua akan mengakui dan menghayati diri sebagai orang berdosa: tambah usia, tambah pengalaman berarti juga tambah dosanya. Kita baru saja merayakan Kelahiran Raja Damai, Pembawa Perdamaian, maka baiklah kita bersembah-sujud kepadaNya, yang saat ini 'masih terbaring di palungan', seraya mohon dengan rendah hati agar kita diperdamaikan dengan Allah maupun sesama atau saudara-saudari kita. Memang untuk itu kita juga harus dengan sungguh-sungguh mengusahakan damai dalam kehidupan, sepak terjang dan pelayanan kita dimanapun dan kapanpun, pertama-tama dan terutama di dalam keluarga atau komunitas kita masing-masing. Jika di dalam keluarga kita masing-masing sungguh terjadi perdamaian sejati rasanya seluruh dunia ini akan damai sejahtera dan aman sentosa. Baiklah sekali lagi kami ingatkan bahwa keluarga dibangun dan dibentuk dalam dan oleh cintakasih, maka seluruh anggota keluarga  dapat tumbuh berkembang dengan baik hanya oleh dan dalam cintakasih. Hemat saya aneka macam bentuk kebejatan moral anak-anak terjadi karena kurang cintakasih alias di dalam keluarga kurang menerima cintakasih dari orangtua maupun kakak-adiknya. Hendaknya di dalam keluarga sering terjadi 'curhat' antar anggota keluarga, dan untuk itu harus sungguh menyediakan waktu dan tenaga yang memadai. Jika kita dapat saling mengasihi dengan mereka yang paling dekat dengan kita dalam hidup sehari-hari, maka dengan mudah kita mengasihi orang lain dimanapun dan kapanpun.

 

"Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita; maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita, maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap-luap itu" (Mzm 124:2-5)

Jakarta, 28 Desember 2010         


Minggu, 26 Desember 2010

27 des - 1Yoh 1:1-4; Yoh 20:2-8

"Masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya"

(1Yoh 1:1-4; Yoh 20:2-8)


"Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya" (Yoh 20:2-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini..

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yohanes, rasul dan pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Cintakasih memang sungguh menggairahkan dan menggerakkan, membuat orang yang saling mengasihi gembira dan dinami dalam kehidupan bersama. Yohanes dikenal sebagai murid terkasih dari Yesus, maka sebagai murid terkasih ia merasa harus cepat-cepat mencari tahu apa yang terjadi ketika mendengar ada sesuatu pada Dia yang mengasihinya. Yohanes lebih cepat datang ke makam Yesus daripada Petrus, dan ketika ia melihat apa yang terjadi kemudian ia pun percaya: percaya bahwa Yesus telah bangkit dari mati dan kini hidup dan berkarya  melalui RohNya tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. Maka bercermin dari murid yang terkasih ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri: apakah kita hidup dan bertindak dijiwai oleh cintakasih dalam sepak terjang dan pelayanan kita sehari-hari. Ingat dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' atau 'yang terkasih', dapat hidup, tumbuh dan berkembang seperti apa adanya saat ini karena dan oleh cintakasih. Kami berharap kepada para bapak-ibu atau suami-isteri untuk sungguh menjadi teladan hidup saling mengasihi bagi anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka. Salah satu bentuk penghayatan cintakasih adalah peka terhadap kebutuhan orang lain, lebih-lebih dan terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Cintakasih pertama-tama dan terutama untuk dihayati bukan diomongkan atau didiskusikan, maka marilah kita wujudkan cintakasih kita kepada mereka yang  miskin dan berkekurangan. Marilah kita saling berlomba dalam saling mengasihi dalam hidup sehari-hari.


·   "Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna" (1Yoh 1:3-4). Apa yang dikatakan oleh Yohanes dalam suratnya ini kiranya baik menjadi refleksi atau permenungan kita bersama. Marilah kita lihat penghayatan kasih dalam diri kita sendiri maupun orang lain atau sesama kita, dan kemudian apa yang  kita lihat kita beritakan kemana-mana dan kepada siapa saja. Kami percaya masing-masing dari kita berkehendak untuk mengasihi  orang lain, namun karena keterbatasan dan kelemahan kita sering perwujudan kasih itu berbeda satu sama lain atau kurang sempurna. Maka baiklah kita saling memahami dan menghayati kelemahan dan kekurangan kita masing-masing dan dalam kelemahan dan kekurangan kita saling membuka diri dengan rendah hati untuk saling mendengarkan, agar terjadilah kesatuan atau persahabatan  sejati dalam kehidupan bersama kita dimanapun dan kapanpun. Kami percaya masing-masing dari kita mendambakan sukacita sempurna, hidup dalam damai sejahtera dan selamat baik jiwa maupun raga. Maka kami berharap kita saling melihat dan mengimani kasih yang dihayati, dengan kata lain marilah kita lihat buah-buah Roh Kudus dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita, yaitu "sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Untuk itu kita harus senantiasa berpikiran positif baik terhadap diri kita sendiri maupun orang lain, yang berarti hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus. Semoga kita saling melihat apa yang baik dalam diri kita masing-masing dan dengan demikian kita saling percaya satu sama lain.

 

"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya. Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya" (Mzm 97:1-2.5-6)

 

Jakarta, 27 Desember 2010