Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 02 Desember 2011

3 Des


"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk

 (Rm 10:8-17; Mat 28:16-20)


"Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya" (Mrk 16:15-20) demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St Fransiskus Xaverius, imam dan pelindung Misi, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "SJ" = Setan Jalanan, alias orang yang suka pergi, demikian kata plesetan yang sering dikenakan pada Sahabat-sahabat Yesus atau anggota Serikat Yesus, para pengikut St.Ignatius Loyola. Fransiskus Xaverius adalah pengikut Ignatius Loyola atau termasuk anggota Serikat Yesus yang pertama, yang sering disebut sebagai 'primi patres'. Terpanggil menjadi sahabat Yesus memang akhirnya harus meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, antara lain senantiasa berkeliling dari desa/kota ke desa/kota untuk mewartakan Kabar Baik atau Kerajaan Allah. Maka dalam rangka mengenangkan pesta St.Fransiskus Xaverius, Pelindung Misi, kami mengajak segenap umat yang percaya kepada Yesus Kristus untuk setia menjadi sahabat-sahabatNya juga, "pergi ke seluruh dunia dan mewartakan Kabar Baik kepada segala makhluk". Dengan kata lain marilah kita mawas diri apakah di lingkungan hidup kita masing-masing dalam umat basis kita sungguh menjadi pewarta-pewarta kabar baik, senantiasa berbuat baik kepada orang lain dan yang terdengar atau tersiar dari diri kita juga apa-apa yang baik karena kita senantiasa berbuat baik. Percayalah bahwa "Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya", antara lain setan-setan atau aneka kejahatan minggir atau mundur, yang sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh akan menjadi sembuh, dan kita sendiri tahan dan tabah terhadap aneka macam serangan virus penyakit. Kita dipanggil untuk mempersembahkan dunia seisinya kepada Tuhan, yang telah menciptakannya dengan penuh kasih dan kemurahan hati, yang berarti menyelamatkan bagian-bagian dunia yang tidak selamat, mengatur yang tidak teratur dst..

·   "Bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya" (Rm 10:14), demikian pertanyaan reflektif Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Iman memang terutama muncul dan lahir melalui pendengaran, apa-apa yang didengarkan. Kita semua dipanggil untuk memberitakan apa-apa yang dijiwai oleh iman, entah kata-kata, tindakan, ceritera, pengalaman dst.. Maka marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dijiwai oleh iman kita, sehingga yang teerberitakan atau terwartakan dari kita apa-apa yang dijiwai iman, dan dengan demikian siapapun yang mendengarkan cara hidup dan cara bertindak kita, apalagi melihatnya, semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Untuk itu kami berharap agar segala usaha atau upaya pendidikan, entah pendidikan informal maupun pendidikan formal, diselenggarakan dalam dan oleh iman atau lebih mengedepankan atau mengutamakan agar anak-anak atau para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur atau bermoral atau cerdas spiritual. Suasana proses pendidikan hendaknya hendaknya dijiwai oleh kebebasan dan cintakasih Injili. Ingatlah dan sadari bahwa masing-masing dari kita diciptakan dalam kebebasan dan cintakasih, serta dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini juga hanya dengan kebebasan dan cintakasih. Cintakasih itu bebas alias tak dapat dibatasi atau dipagari oleh apapun  dan kebebasan dibatasi oleh cintakasih. Cintakasih antara lain berarti tidak pernah melecehkan atau menginjak-injak harkat martabat manusia, sebagai ciptaan Allah terluhur dan termulia di dunia ini,yang diciptakan sebagai citra atau gambar Allah. Mendidik berarti berpartisipasi dalam karya penciptaan, yang bersifat menghidupkan, mengembangkan dan menumbuhkan.

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)

Ign 3 Desember 2011


Kamis, 01 Desember 2011

2 Des


"Jadilah kepadamu menurut imanmu."
(Yes 29:17-24; Mat 9:27-31)

"Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: "Kasihanilah kami, hai Anak Daud." Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya." Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu menurut imanmu." Maka meleklah mata mereka. Dan Yesus pun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: "Jagalah supaya jangan seorang pun mengetahui hal ini." Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu" (Mat 9:27-31), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Orang buta matanya memang memiliki kerugian besar, karena tidak dapat melihat dan menikmati keindahan ciptaan-ciptaan Tuhan, entah itu manusia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Maka kiranya ia memiliki kerinduan atau dambaan dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan dua orang buta yang mengikuti Yesus dan akhirnya berseru-seru dan berkata kepadaNya:"Kasihanilah kami, hai Anak Daud". Karena iman mereka, maka mereka pun menerima anugerah penyembuhan dari Tuhan dan "meleklah mata mereka". Marilah dengan rendah hati kita hayati bahwa kita pun juga tidak dapat melihat segala sesuatu dengan jelas karena terhalang oleh aneka bentuk egoisme dan semangat materialistis, sehingga kita hanya melihat samar-samar tentang keindahan dan kemuliaan ciptaan-ciptaan Tuhan. Dengan kata lain marilah kita mawas diri apakah kita sungguh hidup dan bertindak dijiwai oleh iman kita, artinya bersama dan bersatu dengan Tuhan kita hidup dan bertindak, melihat segala sesuatu yang ada di lingkungan hidup kita. Dalam dan dengan iman kita hayati bahwa Tuhan senantiasa berkarya dalam ciptaan-ciptaanNya di dunia ini. "Jadilah kepadamu menurut imanmu", demikian sabda Yesus, kepada dua orang buta yang mohon penyembuhan, kepada kita semua yang  beriman kepadaNya. Apa dambaan dan kerinduan kita? Marilah kita usahakan dalam dan dengan iman, dengan demikian akan menjadi kenyataan. Dengan dan dalam iman berarti kita bekerja keras, 100% mengerahkan kekuatan untuk mewujudkan dambaan atau kerinduan dan 100% mengandalkan diri pada rahmat Tuhan.
·   "Orang-orang yang sesat pikiran akan mendapat pengertian, dan orang-orang yang bersungut-sungut akan menerima pengajaran" (Yes 29:24), demikian kata-kata penghiburan Tuhan melalui hambaNya, nabi Yesaya, kepada bangsanya yang mengalami kesulitan, yang tersesat dan bersungut-sungut. Memang pada umumnya orang yang tersesat akan mudah mengeluh, menggerutu dan bersungut-sungut, demikian juga orang-orang yang mengalami kesulitan atau menghadapi masalah, hambatan dan tantangan. Pengertian, pengajaran, pencerahan dan kekuatan akan dianugerahkan kepada kita jika kita dengan rendah hati membuka diri pada Penyelenggaraan Ilahi. Penyelenggaraan Ilahi menjadi nyata atau menggejala antara lain dalam diri orang-orang yang berkehendak baik, maka marilah kita buka diri kita terhadap aneka sentuhan, sapaan dan bantuan orang-orang yang berkehendak baik ketika kita sedang mengadapi masalah, tantangan, kesulitan atau hambatan. Orang-orang yang berkehendak baik lebih banyak jumlahnya daripada yang berkehendak jahat dan ada di mana-mana. Hendaknya kita juga tidak membatasi diri dalam kehendak baik dari orang-orang yang seagama, sesuku , seras atau sebangsa saja, melainkan seluruh umat manusia tanpa pandang bulu atau SARA. Dengan kata lain di masa Adven ini kita diajak untuk mawas diri perihal hidup persaudaraan atau persahabatan kita: apakah kita bersaudara atau bersahabat dengan siapapun. Ingatlah dan sadari bahwa yang kita nantikan kedatanganNya adalah Penyelamat Dunia: Ia akan datang untuk menyelamatkan dunia seisinya. Kita siapkan kedatanganNya dengan membangun dan memperdalam hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Dalam persaudaraan dan persahabatan sejati kita akan memperoleh aneka pengertian dan pengajaran yang berguna bagi keselamatan dan kebahagiaan hidup atau jiwa kita.
"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN"
 (Mzm 27:13-14)
Ign 2 Desember 2011

Rabu, 30 November 2011

1 des

"Ia akan menghasilkan banyak buah"

(Sir 51:1-8; Yoh 12:24-26)

" Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa." (Yoh 12:24-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Beato Dionisius dan Redemptus, biarawan dan martir Indonesia, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Menjadi biarawan berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan melalui pelayanan kepada sesamanya yang disertai dengan doa-doa. Sedangkan martir kiranya sebagaimana disabdakan oleh Yesus, yaitu orang yang "tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal". Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki dimensi kemartiran yang harus kita hayati dan sebarluaskan, maka marilah kita mawas diri apakah dalam hidup sehari-hari kita setia menghayati kemartiran kita. Nyawa adalah gairah, cita-cita, harapan atau dambaan, dan sebagai orang yang dipanggil untuk menghayati kemartiran kita diharapkan tidak mencintai atau hidup dan bertindak hanya mengikuti gairah, cita-cita, harapan dan dambaan pribadi, melainkan terutama dan pertama-tama adalah mengikuti kehendak dan perintah Tuhan. Kita dapat belajar dari atau meneladan Yesus yang telah menyerahkan nyawaNya sampai wafat di kayu salib demi keselamatan atau kebahagiaan seluruh umat manusia di dunia, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia. Mengikuti kehendak dan perintah Tuhan antara lain dapat kita wujudkan dengan mengikuti dan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Kami berharap kesetiaan dan ketaatan untuk melaksanakan tata tertib ini dibiasakan dan dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga kita masing-masing, dengan teladan konkret dari  orangtua atau bapak-ibu. Kesetiaan dan ketaatan melaksanakan tata tertib hemat saya merupakan salah satu bentuk penghayatan kemartiran masa kini yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan.

·   "Dari segala pihak aku dikelilingi orang dan tidak ada penolong, aku memandang keliling mencari bantuan dari manusia, tapi tidak ada. Maka teringatlah aku akan belas kasihan-Mu, ya Tuhan, dan akan pekerjaan-Mu dari dahulu kala, bahwasanya Engkau melepaskan orang yang berharap kepada-Mu serta menyelamatkan mereka dari tangan para musuhnya" (Sir 51:7-8). Kutipan ini kiranya baik kita renungkan atau refleksikan dalam rangka mawas diri perihal kemartiran kita. Setia dan taat pada iman dalam segala situasi atau keadaan memang dengan mudah akan dimusuhi atau dibenci oleh orang lain, apalagi di Indonesia ini yang masih sarat dengan tindak korupsi dan penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang yang berpengaruh dalam kehidupan bersama. Menghayati kemartiran memang berarti senantiasa mengandalkan diri pada belas kasihan atau rahmat Tuhan. Mereka yang membenci atau memusuhi orang yang setia dan taat pada imannya adalah orang yang mengandalkan diri pada setan atau roh jahat, maka jika kita mengandalkan diri para rahmat Tuhan, yang berarti bersama dan bersatu dengan Tuhan, dengan demikian kita akan mampu menghadapi orang-orang yang membenci dan memusuhi kita. Tuhan pasti akan melepaskan orang dari kebencian dan permusuhan, jika yang bersangkutan sungguh berharap atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Hadapi aneka kebencian dan permusuhan dengan cintakasih, karena cintakasih mengatasi segalanya. Sejelek-jelek orang yang membenci dan memusuhi kiranya yang bersangkutan masih memiliki cintakasih, maka jika dihadapi dan disikapi dengan cintakasih, mereka pasti akan bertobat alias tidak akan membenci dan memusuhi lagi. Ingatlah bahwa cintakasih pasti menang atas kebencian dan balas dendam. Binatang-binatang buas yang kelihatan menakutkan dan mengancam pun ketika didekati dan disikapi dalam dan dengan cintkasih dapat menjadi sahabat, apalagi manusia, ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini.

" Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan." (Mzm 118:1.8-9)

Ign 1 Desember 2011


Senin, 28 November 2011

Fwd: 30 Nov

"Kamu akan Kujadikan penjala manusia"

(Rm 10:9-18; Mat 4:18-22)

"Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia." (Mat 4:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tugas utama seorang rasul adalah menjadi 'penjala manusia', artinya berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia, terutama keselamatan jiwa manusia. Kebanyakan dari dua belas rasul yang mengikuti Yesus berasal dari para penjala ikan, dengan kata lain panggilan menjadi penjala manusia merupakan pengembangan dan pendalaman anugerah yang telah diterimanya. Sebagai orang beriman kita semua juga memiliki panggilan rasuli, tugas untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia, maka marilah dalam rangka mengenangkan pesta St.Andreas, rasul, ini kita mawas diri perihal panggilan rasuli kita masing-masing. Salah satu bentuk usaha karya penyelamatan dunia adalah perbuatan baik, maka hendaknya kapan pun dan dimana pun kita senantiasa melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan jiwa manusia. Tanda bahwa kita semua saling berbuat baik satu sama lain antara lain adalah kita semua senantiasa dalam keadaan baik, sehat wal'afiat dan damai sejahtera baik lahir maupun batin, phisik maupun spiritual. Maka baiklah kita lihat, perhatikan dan cermati apakah di lingkungan hidup dan kerja kita ada yang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa sakit akal budi atau sakit phisik, dan kemudian kita tolong penyembuhannya. Rasanya di antara kita cukup banyak yang menderita sakit hati atau sakit jiwa, meskipun belum begitu parah dan baru sedikit saja, misalnya mereka yang suka marah, menggerutu atau mengeluh terhadap aneka macam peristiwa atau kejadian.

·   "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Rm 10:17), demikian kata Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Mendengarkan hemat saya merupakan anugerah Tuhan dari pancaindera yang pertama-tama dianugerahkan Tuhan kepada kita semua. Ketika kita masih berada di rahim ibu kita masing-masing, kita telah dapat mendengarkan aneka suara di lingkungan hidup kita dan apa yang kita dengarkan membekas dalam diri kita, membentuk pribadi kita sebagaimana adanya saat ini. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk memperdengarkan atau menyuarakan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan manusia, terutama keselamatan jiwa manusia. Secara khusus sebagai orang beragama kita diharapkan mewartakan atau menyebarluaskan firman Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Hemat saya seluruh isi firman sebagaimana tertulis di dalam kitab-kitab suci apapun dapat dipadatkan ke dalam firman Tuhan atau perintah Tuhan untuk hidup saling mengasihi satu sama lain, sebagaiman Tuhan telah mengasihi kita sampai kini. Maka marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi kapan pun dan dimana pun, sehingga yang terdengar atau terwartakan dari cara hidup dan cara bertindak kita, entah secara pribadi atau bersama adalah perihal saling mengasihi. Panggilan atau tugas saling mengasihi hemat saya mudah kita hayati atau lakukan jika masing-masing dari kita menyadari dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih', diciptakan dan dibesarkan dalam  dan oleh kasih. Ingat dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban hidup bersama bapak-kita yang saling mengasihi, saling bekerjasama atau bergotong-royong. Hendaknya jangan mengingkari diri bahwa kita adalah buah kasih dan gotong-royong, maka selayaknya kita menghayati diri sebagai yang terkasih dan dengan demikian bertemu dengan siapapun berarti yang terkasih bertemu dan yang terkasih dan dengan demikian saling mengasihi.

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari"

 (Mzm 19:2-5)

Ign 30 November 2011


29 Nov


"Semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil"

(Yes 11:1-10; Luk 10:21-24)

"Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." (Luk 10:21-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang yang disebut bijak pada umumnya berfungsi sebagai pimpinan dan dengan demikian perhatiannya lebih terarah pada apa-apa yang bersifat umum dan besar serta kurang memperhatikan hal-hal atau perkara-perkara kecil dan sederhana. Yang memperhatikan hal-hal atau perkara kecil dan sederhana pada umumnya adalah orang-orang kecil seperti para pembantu atau pelayan rumah tangga dan kantor. Yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari adalah hal-hal atau perkara-perkara kecil dan sederhana seperti makan dan minum, pakaian bersih, kamar dan tempat kerja bersih, halaman bersih dst.., dan yang mengurus semuanya itu adalah para pembantu atau pelayan alias orang-orang kecil. Para pelayan atau pembantu rumah tangga dan kantor pada umumnya juga tahu selera pribadi orang-orang yang harus dilayani alias semua anggota rumah tangga atau kantor. Para pelayan harus melayani semua orang sedemikian rupa sehingga mereka yang dilayani senang, bahagia dan sejahtera. Para pelayan atau pembantu rumah tangga atau kantor yang baik mampu 'melihat' dengan baik, cermat dan tepat apa yang harus dikerjakan sehingga semua yang dikerjakan berkenan bagi semuanya. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk dengan rendah hati 'melihat' perkara-perkara atau hal-hal kecil yang kita butuhkan dalam hidup dan kerja kita setiap hari. Selain perkara atau hal kecil dan sederhana hendaknya juga diperhatikan anak-anak kecil, orang-orang miskin dan berkekurangan yang ada di lingkungan hidup maupun kerja kita masing-masing. "Small is beautiful" = kecil itu indah, demikian kata sebuah pepatah. Bukankah anak kecil atau bayi lebih menarik dan mempesona daripada  anak-anak besar atau orang-orang dewasa?

·   "Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya. Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia" (Yes 11:9-10), demikian penglihatan nabi Yesaya akan masa depan yang dijanjikan oleh Tuhan. "Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk" itulah dambaan, harapan dan kerinduan kita dalam hidup dan kerja bersama. Dambaan, harapan dan kerinduan itu akan menjadi kenyataan atau terwujud jika kita usahakan bersama dengan kerja keras serta bantuan rahmat Tuhan. Saya merasa dambaan, harapan dan kerinduan tersebut hendaknya pertama-tama diusahakan dan menjadi nyata dalam keluarga kita masing-masing. Dengan kata lain anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina untuk tidak melakukan kejahatan atau kebusukan sekecil apapun, dan tentu saja pertama-tama dan terutama dengan teladan konkret dari para orangtua atau bapak-ibu. Hendaknya antar kakak-adik dilatih dan dibina saling berbuat baik dan saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga. Pengalaman relasi yang baik antar orangtua dan anak akan menjadi modal masa depan untuk relasi antara bawahan dan atasan, pengalaman relasi yang baik antar kakak-adik akan menjadi modal masa depan dalam berrelasi antar rekan belajar atau bekerja , pengalaman relasi antar anggota rumah tangga dan pembantu atau pelayan rumah tangga akan menjadi modal masa depan dalam relasi kita dengan orang-orang kecil, sederhana, miskin dan berkekurangan. Apa yang dialami dan ditterima dalam keluarga akan dikembangkan dalam kehidupan bersama yang lebih besar dan kompleks.

"Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin."

(Mzm 72:7-8.12-13)

Ign 29 November 2011


Minggu, 27 November 2011

28 Nov

"Aku akan datang menyembuhkannya."
(Yes 2:1-5; Mat 8:5-11)
" Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga" (Mat 8:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Penyelamat Dunia yang akan datang serta kita nantikan akan menyelamatkan dunia atau menyembuhkan orang-orang sakit atau mengampuni dan menebus orang-orang berdosa. Maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk meneladan perwira yang dengan rendah hati mohon kepada Yesus untuk datang ke rumahnya guna menyembuhkan hambanya yang sedang menderita sakit. Atau ada kemungkinan kita sendiri juga sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakitt tubuh; jika demikian adanya marilah dengan rendah hati pula mohon kasih pengampunan atau penyembuhan dari Tuhan. "Sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai", demikian sabda Yesus. Kesadaran dan penghayatan beriman hemat saya identik dengan kesadaran dan penghayatan berdosa; semakin beriman berarti semakin menyadari dan menghayati kedosaan, kehinaan dan kelemahannya. Kita sambut atau songsong kedatangan Penyelamat Dunia dengan mawas diri bahwa kita adalah orang-orang berdosa, lemah dan rapuh yang membutuhkan pengampunan dan peneguhan, sehingga kita juga layak untuk berpartisipasi dalam kedatanganNya sebagai Penyelamat Dunia. Marilah belajar dari sang perwira yang menghadap Yesus dengan penuh harapan mohon penyembuhan. Maka hendaknya dengan penuh harapan kita hayati hidup iman kita, yaitu mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dengan mentaati dan melaksanakan perintah-perintahNya. Perintah Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita, maka marilah dengan gairah dan cekatan kita laksanakan tata tertib tersebut, jika kita mendambakan terbebas dari dosa, sehat wal'afiat baik secara phisik maupun spiritual.
·    "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem." (Yes 2;3), demikian tanggapn suku bangsa, umat terpilih setelah mendengar firman Tuhan melalui nabi Yesaya. Yang dimaksudkan dengan 'gunung Tuhan' adalah tempat suci, dan memang puncak gunung sering menjadi tempat suci, dimana orang dapat menimba macam-macam pengajaran yang baik guna menempuh perjalanan hidup menuju ke Tuhan. Maaf kalau sedikit porno: buah dada perempuan atau ibu sering juga dikatakan sebagai yang suci, darimana air susu mengalir yang menghidupi dan menyehatkan anak yang sedang menyusui, demikian juga laki-laki ketika melihat buah dada perempuan yang montok juga menjadi hidup dan bergairah. Pada masa adven ini kita diajak dan diingatkan untuk sering ke tempat suci, entah itu gereja, masjid, candi atau tempat-tempat peziarahan, untuk menimba aneka pengajaran yang berguna bagi keselamatan dan kesejahteraan jiwa kita sebagai orang beriman atau beragama. Atau mungkin juga kita dapat membaca Kitab Suci setiap hari guna menyegarkan dan memperbaharui iman kita, sehingga kita semakin beriman, berharap dan berkasih-kasihan. Jalan yang terbaik menuju Tuhan adalah hidup dengan penuh iman, harapan dan cintakasih alias kita sungguh melaksanakan tugas pengutusan kita dengan kerja keras dan bergairah; melaksanakan tugas sebesar atau sekecil apapun dengan cintakasih yang besar. Hidup saling mengasihi satu sama lain merupakan tanda bahwa kita hidup di jalan Tuhan.
" Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel.Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122:1-5)
Ign 28 November 2011