Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 06 Maret 2013

7Maret

"Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa,"

(Yer 7:23-28; Luk 11:14-23)

" Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan." (Luk 11:14-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Allah adalah Esa, maka siapapun yang beriman kepada Allah berarti senantiasa hidup dalam persaudaraan sejati, meskipun berbeda satu sama lain dalam hal agama atau kepercayaan. Aneka perbedaan yang ada pada kita hemat saya merupakan buah pemikiran latar belakang dan pengalaman yang berbeda atau tafsir yang berbeda, karena kelemahan dan keterbatasan yang ada dalam diri kita. Maka hemat saya kebersamaan hidup kita di dalam bermasyarakat, berbanga, bernegara maupun beragama bagaikan anggota-anggota tubuh dalam diri kita yang berbeda satu sama lain namun bekerjasama begitu indah dan mempesona. Masing-masing anggota tubuh ada di tempat masing-masing sesuai dikehendaki Allah dan fungsional secara prima demi kesehatan dan kebugaran seluruh anggota tubuh. Marilah kita yang berbeda satu sama lain ini bercermin dan meneladan anggota-anggota tubuh kita, yang saling membantu dan bergotong-royong, dan tidak ada satu anggota tubuhpun yang melecehkan atau merendahkan yang lain serta tidak ada irihati sedikitpun. Memang akar pertenngkaran atau permusuhan sering ada dalam irihati, karena orang lain lebih berhasil dari diri saya, dan kemudian dengan berbagai cara menuduh orang yang berhasil berlaku curang. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian, yang berbeda satu sama lain, untuk senantiasa menggalang, memperdalam dan menyebar-luaskan kebersamaan atau persaudaraan sejati. Cara untuk itu antara lain adalah berusaha menghayati secara mendalam dan handal apa yang sama di antara kita, sehingga apa yang berbeda di antara kita akan fungsional memperdalam dan memperkembangkan kebersamaan atau persaudaraan sejati. Hendaknya kita juga bercermin  pada laki-laki dan perempuan yang berbeda satu sama lain namun saling tertarik untuk mendekat, mengenal, bersatu dan ada kemungkinan kemudian menjadi satu hati, satu jiwa, satu akal budi dan satu tubuh dengan menjadi suami-isteri.

·   "Sebab itu, katakanlah kepada mereka: Inilah bangsa yang tidak mau mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka, dan yang tidak mau menerima penghajaran! Ketulusan mereka sudah lenyap, sudah hapus dari mulut mereka." (Yer 7:28). Kutipan ini kiranya menjadi peringatan keras bagi kita semua yang sering kurang mendengarkan suara Tuhan Allah, atau orang yang lebih taat kepada manusia, harta benda daripada kepada Tuhan Allah. Tuhan Allah hadir dan berkarya dimana saja dan kapan saja melalui ciptaan-ciptaanNya: manusia, binatang dan tanaman, maka marilah kita 'dengarkan' suara dan kehendakNya. Dalam diri manusia antara lain suara Tuhan Allah menggejala dalam kehendak dan perbuatan baik manusia, maka marilah kita saling mendengarkan kehendak baik serta mengakui perbuatan baik satu sama lain. "Mendengarkan" merupakan keutamaan yang harus diperdalam dan diperkembangkan terus menerus dalam hidup dan kerja kita setiap hari dimana pun dan kapan pun jika kita mendambakan hidup bahagia dan damai sejahtera, selamat lahir dan batin, fisik dan spiritual. Bukankah keutamaan mendengarkan merupakan pengalaman pertama kita, yaitu ketika kita masih bayi mungil dan belum dapat berbicara, namun sungguh menjadi pendengar yang baik, sehingga apa yang kita dengarkan membentuk pribadi kita sebagaimana adanya pada saat ini?.Maka hendaknya pengalaman mendengarkan tersebut terus diperkembangkan dan diperdalam. Marilah kita dengan rendah hati berusaha menjadi pendengar dan pelaksana suara atau kehendak Tuhan Allah yang handal.

"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku" (Mzm 95:6-9)

Ign 7 Maret 2013


Selasa, 05 Maret 2013

6maret


"Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya"

(Ul 4:1.5-9; Mat 5:17-19)

 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga" (Mat 5:17-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Di dalam hidup bersama dimana pun pasti ada aturan atau tata tertib yang harus dilaksanakan, entah aturan atau tata tertib tersebut berupa lisan atau tradisionil atau tertulis. Dengan kata lain dalam hidup bersama kita perlu berpedoman pada norma-norma yang ada, entah itu norma sopan santun, norma hukum maupun norma moral. Para generasi muda masa kini kiranya mengalami kemerosotan dalam hal sopan santun dan ada kemungkinan karena orangtuanya kurang mendidiknya atau pengaruh pergaulan dengan teman sebaya yang pada umumnya sangat dipengaruhi sikap mental instant karena kemajuan sarana-prasarana komunikasi elektronik saat ini. Sopan santun antara lain berarti senantiasa menghormati yang lain sesuai dengan jati diri dan fungsinya, entah itu manusia, binatang, tanaman, harta benda atau tempat atau "sikap dan perilaku yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma yang berlaku dalam masyaerakat"(Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Pennaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 26). Maka kami berharap agar anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina dalam hal sopan santun. Ketika orang hidup dengan sopan santun, maka yang bersangkutan akan dengan mudah mentaati aneka norma hukum, yang berupa tulisan dalam bentuk aturan atau tata tertib, dan pada gilirannya hidup dan bertindak berdasarkan norma moral alias sesuai dengan kehendak Allah. Keunggulan hidup beriman atau beragama ada dalam pelaksanaan atau penghayatan, yaitu melaksanakan atau menghayati aneka tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya, yang kemudian unggul dalam pelaksanaan atau penghayatan kehendak Allah. Marilah kita meneladan Yesus yang datang ke dunia untuk menggenapi atau melaksanakan hukum Taurat, dan bagi kita berarti mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

·   "Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan dan peraturan kepadamu, seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya. Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi" (Ul 4:5-6). Kita semua dipanggil untuk setia melaksanakan aneka ketetapan dan peraturan yang berlaku. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr.Edi Setyawati/edit:..ibid..hal 24). Mungkin baik sebagai orang yang telah dibaptis saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri sejauh mana setia pada janji baptis, yaitu dalam hidup dan bertindak dimana pun dan kapan pun senantiasa 'hanya mau mengabdi Allah saja serta menolak semua godaan setan'. Janji baptis merupakan dasar atau landasan bagi siapapun yang telah dibaptis, beriman kepada Yesus Kristus, maka jika janji baptis dapat dihayati dengan setia, kiranya janji-janji berikutnya, seperti janji imamat, janji perkawinan, kaul membiara dst.. dapat dihayati dengan setia juga. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapa saja yang telah dibaptis, entah itu imam, bruder, suster maupun awam untuk saling membantu dan mengingatkan dalam hal penghayatan janji baptis, dan biarlah di malam Paskah nanti dengan meriah dan bangga serta bergairah kita bersama-sama memperbaharui janji baptis, dan kemudian hidup baru sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

"Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari. Ia menurunkan salju seperti bulu domba dan menghamburkan embun beku seperti abu" (Mzm 147:12-13.15-16)

Ign 6 Maret 2013


5Maret


"Bukan sampai tujuh kali melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali."

(Dan 3: 25.34-43; Mat 18:21-35)

"Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu." (Mat 18:21-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Jika dalam aneka kegiatan selama masa Prapaskah kita sungguh mawas diri, kiranya kita akan menyadari dan menghayati diri sebagai pendosa yang telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah ruah melalui saudara-saudari kita, sehingga kita akan tergerak untuk senantiasa hidup dengan penuh syukur dan terima kasih serta mewujudkannya dengan senantiasa mengampuni siapapun yang menyalahi atau menyakiti kita. Maka sebagai orang beriman marilah kita hayati sabda Yesus bahwa kita harus saling mengampuni sampai tujuh kali tujuh puluh kali, yang berarti terus-menerus saling mengampuni dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Kita dipanggil untuk saling mengampuni dengan segenap hati, sehingga tak ada seorang pun di antara kita yang masih sakit hati, karena sakit hati kalau tidak disembuhkan akan dibawa atau diderita sampai mati. Kepada siapapun yang masih sakit hati kami ajak untuk berobat, antara lain dengan mengampuni orang yang telah membuat anda sakit hati. Hendaknya anda semua juga menyadari dan menghayati bahwa telah berkali-kali menyakiti hati orang lain dan yang bersangkutan mengampuni, tidak memperhitung-kan dan mengingat-ingat kesalahan dan dosa kita. Kasih pengampunan akan mengalahkan aneka bentuk balas dendam dan kebencian.

·   "Demikianlah hendaknya korban kami di hadapan-Mu pada hari ini berkenan seluruhnya kepada-Mu. Sebab tidak dikecewakanlah mereka yang percaya pada-Mu. Kini kami mengikuti Engkau dengan segenap jiwa dan dengan takut kepada-Mu, dan wajah-Mu kami cari. Janganlah kami Kaupermalukan, melainkan perlakukankanlah kami sesuai dengan kemurahan-Mu dan menurut besarnya belas kasihan-Mu. Lepaskanlah kami sesuai dengan perbuatan-Mu yang ajaib, dan nyatakanlah kemuliaan nama-Mu, ya Tuhan" (Dan 3:40-43). Marilah kita senantiasa mengikuti kehendak dan perintah Allah dengan segenap hati dan dengan takut kepadaNya, artinya jika kita tidak melaksanakan perintah atau kehendak Allah hendaknya kita takut, karena kita akan mengalami hukuman selamanya, menderita selamanya. Kehendak dan perintah Allah antara lain dapat kita temukan dalam kehendak baik saudara-saudari kita, maka baiklah kita saling mensharingkan kehendak baik kita dan kemudian bersama-sama mewujudkannya, sehingga kebersamaan hidup kita senantiasa dalam keadaan damai sejahtera dan aman sentosa. Allah telah begitu bermurah hati dan berbelas kasih kepada kita, orang-orang yang lemah dan berdosa ini, maka sebagai orang yang beriman kepadaNya selayaknya kemudian hidup dan bertindak dengan saling bermurah hati dan berbelas kasih. Baiklah jika murah hati belas kasih kita wujudkan secara konkret dengan menyisihkan sebagai harta kekayaan, tenaga dan waktu kita bagi mereka yang lebih membutuhkan, yang miskin akan harta benda maupuh belas kasih dan perhatian. Selama kegiatan Prapaskah ini kiranya ada gerakan APP secara konkret berupa pengumpulan dana atau harta benda yang kemudian kita sumbangkan bagi mereka yang membutuhkan, marilah kita berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dengan sepenuh hati.

"TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." (Mzm 25:8-9)

Ign 5 Maret 2013

 


4Maret


"Sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya."

(2Raj 5:1-15a; Luk 4:24-30)

"Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi" (Luk 4:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Karena perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dengan Cina, maka cukup banyak produk Cina, seperti kain/baju, sarana elektonik (HP, computer, AC dst..) membanjiri pasar di Indonesia dengan harga lebih murah daripada jenis barang yang sama produk Indonesia. Maklum sejauh saya dengar Indonesia menjadi laboratorium produk Cina, dimana di negeri Cina memang cukup banyak pabrik (karena beaya murah izin mendirikan pabrik maupun imbal jasa buruh). Secara kebetulan juga sikap mental konsumptif begitu menjiwai rakyat Indonesia, sehingga setiap ada produk baru ditawarkan orang pun berlomba untuk membelinya. Tanda sadar semuanya itu membentuk sikap mental rakyat kita kurang menghargai produk bangsanya sendiri, yang juga berdampak kurang atau tidak menghormati ide, gagasan, usulan dan saran dari bangsanya sendiri. Jika orang tidak mampu menghargai dan mengasihi yang dekat dan hidup setiap hari, maka memperhatikan dan mengasihi yang jauh merupakan bentuk pelarian dari tanggungjawab, sedangkan ketika orang mampu  menghargai dan mengasihi yang dekat, maka memperhatikan dan mengasihi yang jauh akan melayani. Maka dengan ini kami mengharapkan kita semua untuk saling menghargai dan mengasihi mereka yang hidup dan bekerja bersama setiap hari, maupun hasil karya dan sumbangannya. Pertama-tama dan terutama tentu kami berharap terjadi saling menghargai dan mengasihi antar anggota keluarga dalam sebuah keluarga, yang kemudian antar keluarga dalam satu RT atau desa atau kampung. Marilah kita saling menghargai satu sama lain dengan saudara-saudari kita yang dekat, termasuk dalam hal mengkomsumi aneka jenis makanan dan minuman hendaknya lebih mengutamakan untuk mengkomsumsi aneka produk dari dalam negeri sendiri.

·   "Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir."(2Raj 5:13), demikian kata para pegawai kepada Naaman, rajanya. Naaman semula malu demi penyembuhan dari penyakit harus mandi di sungai, namun atas saran dari para pegawai atau bawahan-nya akhirnya ia melakukan saran dari nabi asing itu. Pengalaman ini kiranya dapat menjadi pelajaran bagi para pemimpin atau atasan, yaitu dengan mendengarkan aneka saran, usul dan nasihat dari anggota atau bawahannya demi kamajuan dan keberhasilan usaha dan kerja. Pengalaman menunjukkan bahwa perusahaan atau karya maju berkembang serta menghasilkan buah yang membahagiakan dan menyelamatkan karena ada kerjasama yang bagus antara atasan dan bawahan, pemimpin dan anggota-anggotanya. Secara khusus kami berharap kepada para pemimpin atau atasan untuk tidak malu melakukan pekerjaan atau tugas sederhana, dan tentu saja kami harapkan juga hidup dengan sederhana. Pemimpin yang sederhana dan merakyat akan sukses dengan baik karya dan pelayanannya, sebaliknya pemimpin yang tidak mau sederhana dan tidak merakyat pasti akan gagal. Sekali lagi kami berharap kepada para orangtua untuk mendidik dan membiasakan anak-anak hidup sederhana serta mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sederhana rumah tangga, sehingga anak-anak kelak kemudian berkembang menjadi orang sederhana dan pekerja keras. Jauhkan aneka bentuk pemanjaan pada diri anak, yang akan mencelakakan anak di masa depan maupun masa tua anda sendiri.

"Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?"

(Mzm 42:2-3)

Ign 4 Maret 2013