Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 14 Oktober 2011

MInggu Biasa XXIX


Mg Biasa XXIX : Yes 45:1.4-6; 1Tes 1:1-5b; Mat 22:15-21
"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Orang Farisi memang sungguh licik seperti ular namun tidak tulus seperti burung merpati, dengan kata lain mereka pandai tetapi jahat. Dengan kelicikan dan kejahatannya mereka mencoba menjebak Yesus untuk menjatuhkanNya dengan bertanya perihal kewajiban membayar pajak. "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" (Mat 22:1-17), demikian pertanyaan jebakan orang-orang Farisi terhadap Yesus. Jika Yesus menjawab 'jangan membayar pajak', maka berarti Yesus tidak taat pada tata tertib hidup bermasyarakat, sedangkan jika Yesus menjawab "bayarlah pajak" bersama Ia sama dengan mereka, yaitu orang-orang yang taat kepada penjajah atau perampas. Maka dengan cerdas Yesus menanggapi jebakan jahat mereka "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Mat 22:21). Marilah kita renungkan jawaban cerdas dan cemerlang dari Yesus ini.
"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." (Mat 22:21)
Kaisar atau pemimpin Negara memiliki tugas dan kewajiban hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan mendatangi atau mengujungi warganya kiranya jarang sekali atau tak pernah mengunjunginya. Wewenang atau kuasanya terbatas pada daerah atau wilayah tertentu atau suku atau bangsa tertentu. Sedangkan Allah wilayah kerjaNya tidak terbatas oleh ruang dan waktu, melainkan kapan saja dan dimana saja alias terus menerus bekerja dalam dan melalui seluruh ciptaanNya. Sebagai warganegara atau manusia kita berurusan dengan kaisar serta para pembantunya kadang-kadang saja, sedangkan sebagai manusia kita berurusan terus menerua dengan Allah. Dengan kata lain sebenarnya waktu dan tenaga kita lebih banyak berurusan dengan Allah dari pada dengan kaisar atau pemimpin Negara beserta para pembantunya. Maka marilah pertama-tama  waktu dan tenaga kita lebih terarahkan kepada Allah dari pada kaisar atau pemimpin Negara beserta para pembantunya.Secara khusus saya mengajak siapapun yang langsung bergaul atau melayani sesama manusia, misalnya para guru atau pendidik serta para pejabat di akar rumput.
Para guru/pendidik hendaknya lebih memperhatikan anak-anak atau para peserta didik daripada atasan mereka seperti  kepala sekolah, pengurus yayasan, pejabat pemerintah dalam aneka tingkatan di bidang pendidikan dst.. Serahkan waktu dan tenaga anda sepenuhnya kepada anak-anak atau para peserta didik ketika anda sedang bertugas di sekolah; takutlah jika anak-anak atau para peserta didik tidak tumbuh berkembang menjadi cerdas beriman dan jangan takut kepada para pimpinan anda di tingkat apapun. Hal yang senada kami harapkan dari para orangtua terhadap anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka: hendaknya orangtua sungguh berani boros waktu dan tenaga bagi anak-anaknya, lebih-lebih dan terutama selama masa balita anak-anak. Memang meninggalkan anak-anak balita kemudian diseerahkan kepada pembantu atau perawat terasa lebih mudah, karena mereka tak akan protes, namun anda akan dirugikan di kemudian hari karena anak-anak merasa kurang dikasihi oleh orangtuanya.   
Yang kami maksudkan para pejabat di akar rumput tidak lain adalah lurah beserta para pembantunya, yang pada umumnya dipilih oleh rakyatnya serta dekat dengan rakyat yang telah memilihnya dan kemudian harus dipimpinnya. Dan tentu saja kami juga berharap kepada para pejabat di atasnya sampai pada presiden. Hendaknya sebagai pejabat sungguh setia dalam mengabdi atau melayani rakyat. Ingatlah dan sadari bahwa anda digaji dan karya anda dibeayai oleh dana yang terkumpul dari pajak, yang notabene dana yang berasal dari rakyat. Para pejabat harus berpihak dan bersama dengan rakyat jika mendambakan masyarakatnya damai, sejahtera dan makmur. Para pejabat hendaknya jangan bersikap mental Farisi, yaitu hanya mencari keuntungan atau kenikmatan pribadi, untuk memperkaya diri sendiri, keluarga maupun kerabatnya. Kesuksesan kinerja dan pelayanan para pejabat berupa kesejahteraan rakyat. Rakyat tidak sejahtera berarti para pejabat bejat moralnya,.
"Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami"(1Tes 1:2)
Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Tesalonika di atas ini hendaknya menjadi pedoman cara hidup dan cara bertindak para pemimpin, pengajar atau pembina di tingkat atau di bidang apapun. Pertama-tama hendaknya sungguh bersyukur dan berterima kasih karena telah terpilih dalam fungsi pelayanan tersebut. Wujudkan syukur dan terima kasih anda dengan menjalankan fungsi pelayanan tersebut sebaik dan seoptimal mungkin dalam semangat pelayanan. Selain melayani secara langsung hendaknya setiap hari dalam doa-doa anda juga mendoakan mereka yang anda ajar atau bina atau pimpin. Mendoakan orang lain berarti juga mengasihi atau memperhatikan mereka.
Tentu saja kami juga berharap kepada segenap orangtua untuk berpedoman pada kata-kata Paulus di atas. Pertama-tama hendaknya suami-isteri saling bersyukur dan berterima kasih karena Tuhan telah mempertemukan anda berdua untuk hidup bersama sebagai suami-isteri, saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga atau tubuh. Kemudian hendaknya bersyukur dan berterima kasih karena telah dianugerahi anak-anak oleh Tuhan. Syukur dan terima kasih orangtua diwujudkan dalam mendidik anak-anaknya agar menjadi orang yang sungguh beriman atau cerdas spiritual. Anak-anak selama masa balita hendaknya diberi gizi yang baik dan memadai, entah secara material maupun spiritual. Secara material berarti anak-anak diberi makanan dan minuman yang bergizi dan variatif sesuai dengan pedoman 'empat sehat lima sempurna'; bayi hendaknya diberi ASI secara memadai dalam jangka waktu yang cukup. Sedangkan secara spiritual antara lain berani memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anak, dan ketika berjauhan dari anak-anak karena tugas atau pekerjaan hendaknya mendoakannya.
Saling bersyukur, berterima kasih serta mendoakan hendaknya juga kita hayati sebagai umat beragama atau beriman. Pertama-tama antar kakak-adik dalam satu keluarga hendaknya saling bersyukur, berterima kasih dan mendoakan. Sebagai umat beriman atau beragama kami harapkan kita saling bersyukur, berterima kasih dan mendoakan tanpa membedakan agama, suku atau ras, sehingga terjadilah kerukunan umat beriman atau beragama yang menarik, mempesona dan memikat. Sebagai umat beriman atau beragama marilah kita renungkan dan hayati seruan Yesaya ini: "Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku, supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain" (Yes 45:5-6).
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. Sebab TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah. Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi TUHANlah yang menjadikan langit" (Mzm 96:1.3-5)
Ign 16 Oktober 2011
 
 

15 Okt


"Roh  Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan"
(Rm 4:13.16-18; Luk 12:8-12)
"Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan." (Luk 12:8-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Teresia dari Yesus, perawan dan pujangga Gereja, hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup sebagai perawan alias tidak menikah sampai mati atau menjadi biarawati pada masa kini kiranya sarat dengan tantangan, hambatan maupun masalah, apalagi untuk menjadi perawan suci. Bertahan tetap perawan alias tidak pernah berhubungan seksual sebelum menikah menjadi suami-isteri pun kiranya juga penuh dengan tantangan dan godaan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak gadis masa kini tidak perawan lagi. Hidup sebagai perawan yang tidak menikah sampai mati atau biarawati berarti membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan dan dengan demikian diharapkan hidup dijiwai oleh Roh Kudus. Orang yang bersangkutan menghayati sabda Yesus bahwa "pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan". Sebenarnya semua orang beriman atau beragama juga diharapkan hidup dijiwai oleh Roh Kudus alias mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimanapun dan kapanpun. Ketika menghadapi situasi, pribadi orang atau pekerjaan yang kurang jelas atau menakutkan, hendaknya dengan rendah hati mendengarkan dan melihat guna menemukan cara atau terobosan yang ditunjukkan oleh Roh Kudus untuk menanganinya. Percayalah dan imanilah bahwa jika kita sungguh percaya pada Penyelenggaraan Ilahi, maka kita akan menemukan celah-celah yang harus kita lalui untuk mengatasi aneka tantangan, hambatan atau masalah. Marilah kita cari dan akui aneka kehendak baik dari saudara-saudari kita atau mencari orang-orang baik di sekitar kita, sebagai kepanjangan "Roh Kudus yang akan mengajar kita apa yang harus kita katakan maupun lakukan" 
·   "Bukan karena hukum Taurat telah diberikan janji kepada Abraham dan keturunannya, bahwa ia akan memiliki dunia, tetapi karena kebenaran, berdasarkan iman." (Rm 4:13), demikian kata Paulus kepada umat Roma. Sebagai umat beriman kita adalah keturunan Abraham dan kita dianugerahi dunia seisinya untuk kita olah atau urus dalam "kebenaran, berdasarkan iman". Dengan kata lain kita diharapkan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan atau dengan semangat iman, atau iman kita harus menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Kami berharap kita tidak membesar-besarkan perbedaan karena agama/keyakinan, suku atau ras, melainkan marilah kita kita angkat dan perdalam sama antar kita yaitu sama-sama umat beriman. "Allah menghendaki, supaya bumi beserta segala isinya digunakan oleh semua orang dan sekalian bangsa, sehingga harta benda yang tercipta dengan cara yang wajar harus mencapai semua orang, berpedoman pada keadilan, diiringi dengan cintakasih" (Vatikan II GS no 69). Maka marilah dunia atau bumi yang telah 'menjadi milik kita bersama' kita olah dan urus sedemikian rupa dengan tujuan kemakmuran atau kesejahteraan seluruh umat manusia. Jika masih ada orang menderita kelaparan atau kehausan atau berkekurangan dalam hal sandang dan pangan berarti ada orang-orang tertentu yang serakah alias tidak hidup dan bertindak berdasarkan imannya. Maka kami berharap kepada mereka yang serakah untuk bertobat dan kepada yang kaya akan harta benda atau uang kami harapkan berjiwa social dengan membantu dan memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan, menyisihkan sebagian harta benda atau uangnya bagi mereka.
"Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah. TUHAN melakukan apa yang dikehendaki-Nya, di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudera raya; Ia menaikkan kabut dari ujung bumi, Ia membuat kilat mengikuti hujan, Ia mengeluarkan angin dari dalam perbendaharaan-Nya. Dialah yang memukul mati anak-anak sulung Mesir, baik manusia maupun hewan" (Mzm 135:5-8)
Ign 15 Oktober 2011

Rabu, 12 Oktober 2011

14 Okt


"Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh"

(Rm 4:1-8; Luk 12:1-7)

" Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Luk 12:1-7), demikian kutipan warta gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang beriman atau beragama kita tidak boleh takut menghayati iman atau ajaran agama dimanapun dan kapanpun, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan maupun masalah, termasuk juga ketika direndahkan atau dilecehkan atau diejek. Pelecehan atau ejekan kiranya hanya sebatas mulut saja dan sekiranya sampai menyakiti anggota tubuh kita pun kiranya tidak menyakitkan. Aneka pelecehan atau ejekan hemat saya berasal atau bersumber dari setan, maka hadapilah bersama dengan Tuhan atau diamkan saja, maka akan berhenti dengan sendirinya. "Jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit", demikian sabda Yesus. Setiap anggota tubuh kita sekecil apapun sungguh berharga atau bernilai dihadapan Tuhan, maka marilah kita hargai dan hormati semua anggota tubuh kita sebaik mungkin, artinya kita fungsikan sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita fungsikan setiap anggota tubuhnya sesuai dengan fungsinya, dan semua fungsi kiranya dapat padatkan ke dalam fungsi 'melayani, menghormati dan memuji Tuhan melalui ciptaan-ciptaanNya'. Hormatilah dan pujilah aneka ejekan, cemoohan atau pelecehan sebagai perhatian atau kasih Tuhan kepada kita, sehingga kita tidak takut diejek, diccmooh atau dilecehkan. Tidak mungkin orang mengejek, melecehkan atau menyakiti kita jika mereka tidak mengasihi kita.  Tanggapi ejekan, cemoohan dan pelecehan dengan bertanya "Mengapa?', dan kemudian carilah dengan rendah hati apa yang menyebabkan mereka melecehkan, mencemooh atau mengejek kita.

·   "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya." (Rm 4:7-8), demikian peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua segenap umat beriman. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita telah melakukan banyak kesalahan namun 'tidak diperhitungkan Tuhan', berarti kita senantiasa diampuni, maka selayaknya kita juga mengampuni mereka yang bersalah kepada kita, sebagaimana selalu kita doakan dalam doa Bapa kami "ampunilah kami seperti kami pun senantiasa mengampuni mereka yang bersalah kepada kami".  Balaslah mereka yang menyalahi, mengejek, mencemooh dan melecehkan anda dengan kasih pengampunan. Percayalah dan imanilah bahwa kasih pengampunan pasti dapat mengalahkan kebencian maupun balas dendam.  Hendaknya kita tetap ceria dan bahagia ketika dilecehkan, direndahkan atau dicemooh, karena dengan demikian kita memiliki kesempatan emas untuk mewujudkan atau meneruskan kasih pengampunan kepada mereka. Kami berharap kembali kepada segenap orangtua atau bapak-ibu untuk sedini mungkin mendidik dan membina anak-anaknya hidup penuh syukur dan terima kasih karena telah menerima kasih pengampunan secara melimpah ruah dari Tuhan melalui sesamanya, terutama melalui anda berdua sebagai orangtua. Pengalaman yang telah diterima atau diperoleh di dalam keluarga akan membekas atau mengakar dalam hati sanubari anak-anak dan kemudian dapat diperdalam dan diperkembangkan terus di dalam pendidikan di sekolah maupun masyarakat. Hidup bersama masa kini masih dicemari oleh orang-orang egois dan fanatik sempit, yang mencoreng persaudaraan sejati, maka menghayati dan menyebarluaskan kasih pengampunan pada masa kini sungguh mendesak dan up to date.

"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku."

(Mzm 32:1-2.5)

Ign 14 Oktober 2011


13 Okt


"Dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan"

(Rm 3:21-30; Luk 11:47-54)

" Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi." Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya." (Luk 11:47-54), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·    Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi merupakan tokoh-tokoh hidup bermasyarakat dan beragama. Dengan kata lain mereka sungguh menjadi orang-orang yang berpengariuh dalam kehidupan bersama, namun ternyata mereka adalah keturunan orang-orang yang membunuh para nabi atau utusan Allah, sehingga pengaruh mereka dalam hidup bersama mencelakakan orang lain. Sampai pada zaman Yesus pun mereka tetap menolak uturan-utusan Allah, termasuk Yesus sendiri, Penyelamat Dunia, yang dijanjikan bagi mereka. Yesus mengutuk mereka serta mengatakan bahwa 'dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan".Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk tidak melawan atau menghabisi utusan-utusan Allah atau para pembela dan pejuang kebenaran. Jika anda melawan atau memberangus kebenaran maka akan celakalah anak-cucu atau keturunan anda. Pengalaman menunukkan bahwa mereka yang mempesulit dan menghalang-halangi usaha untuk membangun dan memperdalam kebenaran, antara lain dengan mengadakan ibadat atau membangun rumah ibadat, tidak lama kemudian mengalami kecelakaan atau gagal dalam pekerjaan  atau usahanya, bahkan ada yang menderita sakit dan kemudian meninggal dunia, Itulah informasi atau ceritera yang sampai pada saya. Celakalah mereka yang menghalang-halangi atau menghambat usaha untuk membangun dan memperdalam kebenaran! Kami berharap anak-anak sedini mungkin dididik dan dibina untuk membangun dan memperdalam persaudaraan sejati antar umat beragama, yang berbeda satu sama lain.

·   "Kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat" (Rm 3:28), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Roma. Baiklah apa yang dikatakan oleh Paulus ini kita renungkan secara mendalam dan kemudian kita hayati.  "Manusia dibenarkan karena iman", itulah kebenaran sejati. Yang dimaksudkan dengan iman di sini tentu saja lebih-lebih atau terutama penghayatan iman alias perilaku atau cara hidup dan cara bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan semua umat beriman atau beragama untuk 'hidup membumi', berpartipasi secara aktif dan proaktif dalam seluk beluk kehidupan duniawi. Ingatlah dan sadari bahwa mayoritas waktu dan tenaga kita curahkan pada atau kedalam urusan-urusan duniawi. Dengan kata lain marilah mengusahakan kesucian hidup dengan mendunia, dalam mengelola dan mengurus hal-hal duniawi. Marilah dengan semangat iman kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aneka tata tertib hendaknya difahami dan disikapi untuk menuntun dan membimbing kita dalam mengelola dan mengurus hal-hal duniawi agar sesuai dengan kehendak Tuhan, maka jika ada tata tertib yang tidak berfungsi demikian hendaknya segera dirubah atau tidak perlu ditaati. Tata tertib harus mendukung orang agar semakin menghayati iman dalam hidup sehari-hari, bukan untuk menghalangi atau menghambat.  Maka ketika kita sendirian saja hendaknya juga dengan semangat iman hidup dan bertindak, karena apapun yang kita lakukan atau katakan, bahkan yang kita pikirkan dan rasakan Tuhan tahu semuanya. Buah penghayatan iman adalah keselamatan jiwa manusia, hidup persaudaraan atau persahabatan sejati.

"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN!Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. Aku jmenanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya." (Mzm 130:1-5)

Ign 13 Oktober 2011


12 Okt


"Kamu telah mengabaikan keadilan dan kasih Allah"

(Rm 2:1-11; Luk 11:42-46)

" Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya." Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: "Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga." Tetapi Ia menjawab: "Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.' (Luk 11:42-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang yang bersikap mental "Farisi' memang senantiasa mengabaikan keadilan dan kasih Allah, hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi demi kepentingan pribadi atau kelompoknya serta tidak memiliki kepekaan social terhadap sesamanya.  Keadilan dan kasih Allah hemat saya antara lain dapat kita fahami sebagai 'menjunjung tinggi, menghormati dan menghargai harkat martabat  manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah'. Dengan kata lain memperhatikan keadilan dan kasih Allah berarti dapat mengimani dan menghayati Allah yang hidup dan berkarya dalam diri manusia. Ingatlah dan hayati bahwa manusia diciptakan sebagai gambar atau citra Allah, dan hidup kita adalah milik Allah, demikian juga segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai kini adalah anugerah Allah yang telah kita terima melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka macam cara dan bentuk.  Jika kita dapat menghayati diri sebagai gambar atau citra Allah, maka kita pasti akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah dan dengan demikian senantiasa menghomati, menjunjung tinggi dan menghargai harkat martabat manusia. Maka perkenankan secara khusus saya mengingatkan dan mengajak siapapun yang mempekerjakan manusia dalam usaha atau kesibukannya atau keluarganya untuk sungguh memperhatikan keadilan dan kasih Allah dengan memberikan gaji atau imbal jasa yang memadai kepada mereka serta member kesempatan dan kemungkinan bagi mereka untuk terus tumbuh berkembang sebagai pribadi manusia beriman maupun pekerja. Hendaknya jangan menjadikan mereka bagaikan sapi perahan saja, tidak manusiawi. Selanjuntya marilah kita renungkan peringatan Paulus kepada umat di Roma di bawah ini. 

·   " Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama." (Rm 2:1).  Hendaknya kita jangan menghakimi orang lain dalam hidup dan kerja kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Apa yang dimaksudkan dengan menghakimi disini tidak lain adalah melecehkan atau menjelek-jelekkan orang lain, yang berarti juga tidak menghomati Tuhan, tidak bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah mengasihi kita. Melecehkan atau merendahkan manusia berarti melecehkan Tuhan.  Maka marilah kita hormati sesama kita tanpa pandang bulu dan sebagai bangsa Indonesia marilah kita hayati sila kedua "Perikemanusiaan yang adil dan beradab".  Kita diharapkan sebagai warganegara yang beradab. Memang untuk itu pendidikan penting sekali atau sangat berperan, karena dengan dan melalui pendidikan yang baik dapat diusahakan manusia-manusia yang beradab, tahu dan menghayati sopan santun atau tata karma dan berbudi pekerti luhur. Sekali lagi dan tanpa bosan-bosannya saya mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk mendidik dan membina anak-anaknya sedini mungkin agar tumbuh berkembang sebagai manusia yang beradab, untuk itu ajaklah dan binalah anak-anak tahu berterima kasih dan bersyukur atas kasih yang telah diterimanya. Ssaling bererima kasih dan bersyukur antar anggota keluarga di dalam rumah kiranya juga merupakan modal dan kekuatan untuk bersyukur dan berterima kasih kepada sesamanya dalam lingkungan yang lebih luas daripada keluarga. Kepada kita semua saya ajak dan ingatkan: hendaknya dalam keadaan dan situasi apapun kita senantiasa bersyukur dan berteima kasih; entah sukses atau gagal dalam hidup maupun bekerja hendaknya tetap bersyukur atau berterima kasih. Kegagalan juga dapat menjadi alasan untuk bersyukur dan berterima kasih, karena dengan dan melalui kegagalan kita pasti akan bertanya mengapa gagal, dan dengan demikian kita akan berusaha untuk menemukan cara-cara baru agar tidak gagal. Dengan kata lain kegagalan merupakan wahana pembaharuan diri. Maka ketika gagal hendaknya tidak menjadi putus asa atau murung.

" Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah" (Mzm 62:2-3.6-7)

Ign 12 Oktober 2011


Senin, 10 Oktober 2011

11 Okt


"Bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan."

(Rm 1:16-25; Luk 11:37-41)

" Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu." (Luk 11:37-41), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam kehidupan bersama masa kini kiranya lebih banyak orang yang suka menampilkan bagian luar yang kelihatan bersih daripada bagina dalam, karena bagian dalamnya kotor atau tidak bersih. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk jujur terhadap diri sendiri, terutama apa-apa yang ada di dalam batin atau hati kita. Apa yang ada di dalam batin atau hati kita kiranya yang mengetahui hanya diri kita sendiri. Kita dipanggil untuk tidak bersandiwara dalam kehidupan dan kerja sehari-hari, tidak bersikap mental seperti orang-orang Farisi 'yang bersih bagian luarnya, namun di dalam hatinya penuh kejahatan dan rampasan'. Kami berharap kejujuran terhadap diri sendiri ini sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluaga dengan teladan konkret dari orangtua serta kemudian diperdalam dan diperkembangkan lebih lanjut di sekolah-sekolah. Bagi para guru di sekolah-sekolah hendaknya dihayati kata ini "guru berarti digugu lan ditiru" (=ditaati dan ditiru). Pada masa kini pada umumnya anak-anak lebih mentaati dan meniru para gurunya daripada para orangtuanya, karena kalau tidak taat kepada guru pasti ada sangsinya, sedangkan tidak taat kepada orangtua dibiarkaan saja.  Para guru di sekolah-sekolah hendaknya sungguh jujur, sehingga para peserta didik kemudian juga belajar dan berusaha untuk hidup dan bertindak jujur. Hidup dan bertindak jujur pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan kebohongan dan korupsi masih marak di sana-sini, termasuk dalam bidang pendidikan maupun agama. Para penegak hukum dan kebenaran maupun wakil rakyat yang seharusnya memperjuangkan kepentingan rakyat telah terjebak untuk hanya memperhatikan kepentingan pribadi yang kemudian melakukan korupsi. Semoga rakyat tidak meniru mereka atau terpengaruh oleh mereka yang dengan seenaknya melakukan korupsi atau cari enaknya sendiri.

·   "Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka." (Rm 1:22-24). Kiranya cukup banyak orang yang merasa penuh hikmat, padahal dalam kenyataannya mereka adalah bodoh. Hal ini sering dilakukan oleh para pemimpin atau atasan dalam rangka menjaga wibawa atau demi gengsi. Ada juga orang yang nampaknya suci atau baik padalal yang bersangkutan sebenarnya brengsek atau jelek. Kebiasaan untuk 'memoles diri' sehingga kelihatan cantik atau tampan tidak hanya terjadi dalam hal tubuh atau wajah saja, tetapi juga dalam kehidupan pribadi atau bersama. Yang juga sungguh memprihatinkan pada masa kini adalah proyek pembuatan jalan atau rehabilitasi jalan: ketika baru saja diperbaharui atau dibangun jalan begitu  mulus namun dalam beberapa bulan setelah jalan difungsikan hancur atau rusak. Sapaan Paulus kepada umat di Roma mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak hidup dan berindak pura-pura atau sandiwara, melainkan jujur apa adanya. Orang yang  tidak jujur selain mencemarkan atau mencelakakan orang lain juga mencemarkan dan mencelakakan diri sendiri. Kita juga diingatkan untuk tidak saling mencemarkan tubuh, secara konkret menjaga dan mengusahakan tubuh tetap suci  dan sehat wal'afiat. Maka kami berharap kepada kita semua untuk tidak melakukan tindakan-tindakan amoral seperti hubungan seks bebas, melacurkan diri atau pergi ke pelacuran demi uang atau kenikmatan seksual yang bersifat sementara. Memang mengusahakan dan menjaga tubuh tetap suci akan menghadapi aneka tantangan dan hambatan, apalagi pada masa kini cukup banyak tawaran-tawaran kenikmatan yang diiklankan melalui aneka cara dan bentuk. Hidup, makan dan minum, istirahat dan kerja secara teratur juga merupakan salah satu usaha untuk menjaga dan mengusahakan kesucian atau kesehatan tubuh.

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,"

(Mzm 19:2-5)

Ign 11 Oktober 2011


10 Okt

"Angkatan ini adalah angkatan yang jahat"
(Rm 1:1-7; Luk 11:29-32)
" Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.0 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.1 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!" (Luk 11:29-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   "Tanda-tanda zaman", itulah judul tulisan halaman pertama majalah bulanan 'Basis' zaman dahulu ynng ditulis oleh Pater  Dick Hartaka SJ, pemimpin majalah tersebut. Dalam tulisan tersebut diuraikan refleksi atas aneka peristiwa yang terjadi selama sebulan sebelumnya. Kepekaan terhadap tanda-tanda zaman atau peristiwa yang sedang terjadi merupakan keutamaan yang membuat orang yang bersangkutan tumbuh berkembang menjadi orang yang bijak, sehingga ia senantiasa tanggap atas peristiwa yang sedang maupun akan terjadi serta dengan tepat dapat menanggapina sehingga yang bersangkutan selamat dan sejahtera. Kita semua dipanggil untuk tumbuh berkembang sebagai pribadi yang bijak, maka marilah kita mendidik diri terus menerus agar tumbuh berkembang menjadi orang bijak. Salah satu cara untuk itu adalah setia dalam mengadakan pemeriksaan batin atau mawas diri setiap hari. Pemeriksaan batin merupakan salah satu bentuk doa yang dapat membuat kita semakin terampil dalam pembedaan roh, terampil membedakan apa yang baik dan jelek, terampil menemukan kehadiran dan karya Tuhan dalam hidup sehari-hari. Dalam doa malam ada bagian yang disebut dengan pemeriksaan batin, maka hendaknya hal itu sungguh dilaksanakan dengan baik. Pemeriksaan batin bukan pemeriksaan dosa. Pemeriksaan batin merupakan usaha untuk mengenali kecenderungan batin atau hati kita, maka hemat saya kecenderungan batin atau hati kita pada umumnya pasti lebih ke arah yang baik   daripada ke arah yang jelek. Dengan kata lain kiranya masing-masing dari kita lebih mendengarkan kehendak atau bisikan Roh Tuhan, yang mengajak kita untuk berbuat baik. Maka dalam pemeriksaan batin hendaknya  pertama-tama kita lebih melihat kecenderungan hati atau batin kita yang baik, sehingga kita berada dalam terang Tuhan, dan ketika kita berada di dalam terang Tuhan kita akan lebih mampu, teliti dan tajam untuk membedakan apa yang baik dan jelek. Hendaknya kecenderungan kepada apa yang baik terus diteguhkan dan diiperkembangkan, sedangkan kecenderungan kepada apa yang jelek segera dimatikan.
·   "Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya. Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus" (Rm 1:5-6). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi permenungan atau refleksi bagi para imam atau pewarta kabar baik, entah imam, bruder, suster atau awam yang bertugas sebagai pewarta kabar baik alias memberitakan segala sesuatu yang baik. Para pewarta kabar baik dipanggil untuk "menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepadaNya".  Percaya dan taat kepada Tuhan berarti senantiasa melaksanakan kehendak Tuhan atau berbuat baik dimanapun dan kapanpun, tidak pernah menyakiti atau melukai orang lain tetapi senanitasa membahagiakan atau menyelamatkan orang lain, terutama jiwanya. Keselamatan jiwa manusia, baik jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain, senantiasa menjadi tolok ukur atau barometer keberhasilan cara hidup dan cara bekerja.  Bagi orang yang beriman kepada Yesus Kristus berarti senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan sabdaNya atau meneladan cara hidup dan cara bertindakNya, sehinggga yang bersangkutan sungguh menjadi sahabat-sahabat Yesus atau 'alter Christi'. Kepada mereka yang bertugas untuk menuntun saudara-saudarinya agar semakin berbakti kepada Tuhan, kami harapkan memiliki dan menghayati keutamaan rendah hati dan sabar serta tekun, seperti orang menuntun orang lansia atau ibu menuntun anaknya.  Memang dalam menuntun pada suatu saat dapat berada di depan, disamping atau dibelakang dari yang dituntun alias menghayati motto bapak pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro 'ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani' (=keteladanan, pemberdayaan, motivasi).
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa." (Mzm 98:1-2)
Ign 10 Oktober 2011