Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id
Jumat, 14 Oktober 2011
MInggu Biasa XXIX
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 22.04 0 komentar
15 Okt
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 00.57 0 komentar
Rabu, 12 Oktober 2011
14 Okt
"Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh"
(Rm 4:1-8; Luk 12:1-7)
" Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit." (Luk 12:1-7), demikian kutipan warta gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Sebagai orang beriman atau beragama kita tidak boleh takut menghayati iman atau ajaran agama dimanapun dan kapanpun, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan maupun masalah, termasuk juga ketika direndahkan atau dilecehkan atau diejek. Pelecehan atau ejekan kiranya hanya sebatas mulut saja dan sekiranya sampai menyakiti anggota tubuh kita pun kiranya tidak menyakitkan. Aneka pelecehan atau ejekan hemat saya berasal atau bersumber dari setan, maka hadapilah bersama dengan Tuhan atau diamkan saja, maka akan berhenti dengan sendirinya. "Jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit", demikian sabda Yesus. Setiap anggota tubuh kita sekecil apapun sungguh berharga atau bernilai dihadapan Tuhan, maka marilah kita hargai dan hormati semua anggota tubuh kita sebaik mungkin, artinya kita fungsikan sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita fungsikan setiap anggota tubuhnya sesuai dengan fungsinya, dan semua fungsi kiranya dapat padatkan ke dalam fungsi 'melayani, menghormati dan memuji Tuhan melalui ciptaan-ciptaanNya'. Hormatilah dan pujilah aneka ejekan, cemoohan atau pelecehan sebagai perhatian atau kasih Tuhan kepada kita, sehingga kita tidak takut diejek, diccmooh atau dilecehkan. Tidak mungkin orang mengejek, melecehkan atau menyakiti kita jika mereka tidak mengasihi kita. Tanggapi ejekan, cemoohan dan pelecehan dengan bertanya "Mengapa?', dan kemudian carilah dengan rendah hati apa yang menyebabkan mereka melecehkan, mencemooh atau mengejek kita.
· "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya." (Rm 4:7-8), demikian peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua segenap umat beriman. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita telah melakukan banyak kesalahan namun 'tidak diperhitungkan Tuhan', berarti kita senantiasa diampuni, maka selayaknya kita juga mengampuni mereka yang bersalah kepada kita, sebagaimana selalu kita doakan dalam doa Bapa kami "ampunilah kami seperti kami pun senantiasa mengampuni mereka yang bersalah kepada kami". Balaslah mereka yang menyalahi, mengejek, mencemooh dan melecehkan anda dengan kasih pengampunan. Percayalah dan imanilah bahwa kasih pengampunan pasti dapat mengalahkan kebencian maupun balas dendam. Hendaknya kita tetap ceria dan bahagia ketika dilecehkan, direndahkan atau dicemooh, karena dengan demikian kita memiliki kesempatan emas untuk mewujudkan atau meneruskan kasih pengampunan kepada mereka. Kami berharap kembali kepada segenap orangtua atau bapak-ibu untuk sedini mungkin mendidik dan membina anak-anaknya hidup penuh syukur dan terima kasih karena telah menerima kasih pengampunan secara melimpah ruah dari Tuhan melalui sesamanya, terutama melalui anda berdua sebagai orangtua. Pengalaman yang telah diterima atau diperoleh di dalam keluarga akan membekas atau mengakar dalam hati sanubari anak-anak dan kemudian dapat diperdalam dan diperkembangkan terus di dalam pendidikan di sekolah maupun masyarakat. Hidup bersama masa kini masih dicemari oleh orang-orang egois dan fanatik sempit, yang mencoreng persaudaraan sejati, maka menghayati dan menyebarluaskan kasih pengampunan pada masa kini sungguh mendesak dan up to date.
"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku."
(Mzm 32:1-2.5)
Ign 14 Oktober 2011
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 22.53 0 komentar
13 Okt
"Dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan"
(Rm 3:21-30; Luk 11:47-54)
" Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi." Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya." (Luk 11:47-54), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi merupakan tokoh-tokoh hidup bermasyarakat dan beragama. Dengan kata lain mereka sungguh menjadi orang-orang yang berpengariuh dalam kehidupan bersama, namun ternyata mereka adalah keturunan orang-orang yang membunuh para nabi atau utusan Allah, sehingga pengaruh mereka dalam hidup bersama mencelakakan orang lain. Sampai pada zaman Yesus pun mereka tetap menolak uturan-utusan Allah, termasuk Yesus sendiri, Penyelamat Dunia, yang dijanjikan bagi mereka. Yesus mengutuk mereka serta mengatakan bahwa 'dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan".Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk tidak melawan atau menghabisi utusan-utusan Allah atau para pembela dan pejuang kebenaran. Jika anda melawan atau memberangus kebenaran maka akan celakalah anak-cucu atau keturunan anda. Pengalaman menunukkan bahwa mereka yang mempesulit dan menghalang-halangi usaha untuk membangun dan memperdalam kebenaran, antara lain dengan mengadakan ibadat atau membangun rumah ibadat, tidak lama kemudian mengalami kecelakaan atau gagal dalam pekerjaan atau usahanya, bahkan ada yang menderita sakit dan kemudian meninggal dunia, Itulah informasi atau ceritera yang sampai pada saya. Celakalah mereka yang menghalang-halangi atau menghambat usaha untuk membangun dan memperdalam kebenaran! Kami berharap anak-anak sedini mungkin dididik dan dibina untuk membangun dan memperdalam persaudaraan sejati antar umat beragama, yang berbeda satu sama lain.
· "Kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat" (Rm 3:28), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Roma. Baiklah apa yang dikatakan oleh Paulus ini kita renungkan secara mendalam dan kemudian kita hayati. "Manusia dibenarkan karena iman", itulah kebenaran sejati. Yang dimaksudkan dengan iman di sini tentu saja lebih-lebih atau terutama penghayatan iman alias perilaku atau cara hidup dan cara bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan semua umat beriman atau beragama untuk 'hidup membumi', berpartipasi secara aktif dan proaktif dalam seluk beluk kehidupan duniawi. Ingatlah dan sadari bahwa mayoritas waktu dan tenaga kita curahkan pada atau kedalam urusan-urusan duniawi. Dengan kata lain marilah mengusahakan kesucian hidup dengan mendunia, dalam mengelola dan mengurus hal-hal duniawi. Marilah dengan semangat iman kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aneka tata tertib hendaknya difahami dan disikapi untuk menuntun dan membimbing kita dalam mengelola dan mengurus hal-hal duniawi agar sesuai dengan kehendak Tuhan, maka jika ada tata tertib yang tidak berfungsi demikian hendaknya segera dirubah atau tidak perlu ditaati. Tata tertib harus mendukung orang agar semakin menghayati iman dalam hidup sehari-hari, bukan untuk menghalangi atau menghambat. Maka ketika kita sendirian saja hendaknya juga dengan semangat iman hidup dan bertindak, karena apapun yang kita lakukan atau katakan, bahkan yang kita pikirkan dan rasakan Tuhan tahu semuanya. Buah penghayatan iman adalah keselamatan jiwa manusia, hidup persaudaraan atau persahabatan sejati.
"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN!Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. Aku jmenanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya." (Mzm 130:1-5)
Ign 13 Oktober 2011
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 11.04 0 komentar
12 Okt
"Kamu telah mengabaikan keadilan dan kasih Allah"
(Rm 2:1-11; Luk 11:42-46)
" Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya." Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: "Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga." Tetapi Ia menjawab: "Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.' (Luk 11:42-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Orang-orang yang bersikap mental "Farisi' memang senantiasa mengabaikan keadilan dan kasih Allah, hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi demi kepentingan pribadi atau kelompoknya serta tidak memiliki kepekaan social terhadap sesamanya. Keadilan dan kasih Allah hemat saya antara lain dapat kita fahami sebagai 'menjunjung tinggi, menghormati dan menghargai harkat martabat manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah'. Dengan kata lain memperhatikan keadilan dan kasih Allah berarti dapat mengimani dan menghayati Allah yang hidup dan berkarya dalam diri manusia. Ingatlah dan hayati bahwa manusia diciptakan sebagai gambar atau citra Allah, dan hidup kita adalah milik Allah, demikian juga segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai kini adalah anugerah Allah yang telah kita terima melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka macam cara dan bentuk. Jika kita dapat menghayati diri sebagai gambar atau citra Allah, maka kita pasti akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah dan dengan demikian senantiasa menghomati, menjunjung tinggi dan menghargai harkat martabat manusia. Maka perkenankan secara khusus saya mengingatkan dan mengajak siapapun yang mempekerjakan manusia dalam usaha atau kesibukannya atau keluarganya untuk sungguh memperhatikan keadilan dan kasih Allah dengan memberikan gaji atau imbal jasa yang memadai kepada mereka serta member kesempatan dan kemungkinan bagi mereka untuk terus tumbuh berkembang sebagai pribadi manusia beriman maupun pekerja. Hendaknya jangan menjadikan mereka bagaikan sapi perahan saja, tidak manusiawi. Selanjuntya marilah kita renungkan peringatan Paulus kepada umat di Roma di bawah ini.
· " Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama." (Rm 2:1). Hendaknya kita jangan menghakimi orang lain dalam hidup dan kerja kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Apa yang dimaksudkan dengan menghakimi disini tidak lain adalah melecehkan atau menjelek-jelekkan orang lain, yang berarti juga tidak menghomati Tuhan, tidak bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah mengasihi kita. Melecehkan atau merendahkan manusia berarti melecehkan Tuhan. Maka marilah kita hormati sesama kita tanpa pandang bulu dan sebagai bangsa Indonesia marilah kita hayati sila kedua "Perikemanusiaan yang adil dan beradab". Kita diharapkan sebagai warganegara yang beradab. Memang untuk itu pendidikan penting sekali atau sangat berperan, karena dengan dan melalui pendidikan yang baik dapat diusahakan manusia-manusia yang beradab, tahu dan menghayati sopan santun atau tata karma dan berbudi pekerti luhur. Sekali lagi dan tanpa bosan-bosannya saya mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk mendidik dan membina anak-anaknya sedini mungkin agar tumbuh berkembang sebagai manusia yang beradab, untuk itu ajaklah dan binalah anak-anak tahu berterima kasih dan bersyukur atas kasih yang telah diterimanya. Ssaling bererima kasih dan bersyukur antar anggota keluarga di dalam rumah kiranya juga merupakan modal dan kekuatan untuk bersyukur dan berterima kasih kepada sesamanya dalam lingkungan yang lebih luas daripada keluarga. Kepada kita semua saya ajak dan ingatkan: hendaknya dalam keadaan dan situasi apapun kita senantiasa bersyukur dan berteima kasih; entah sukses atau gagal dalam hidup maupun bekerja hendaknya tetap bersyukur atau berterima kasih. Kegagalan juga dapat menjadi alasan untuk bersyukur dan berterima kasih, karena dengan dan melalui kegagalan kita pasti akan bertanya mengapa gagal, dan dengan demikian kita akan berusaha untuk menemukan cara-cara baru agar tidak gagal. Dengan kata lain kegagalan merupakan wahana pembaharuan diri. Maka ketika gagal hendaknya tidak menjadi putus asa atau murung.
" Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah" (Mzm 62:2-3.6-7)
Ign 12 Oktober 2011
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 11.04 0 komentar
Senin, 10 Oktober 2011
11 Okt
"Bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan."
(Rm 1:16-25; Luk 11:37-41)
" Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu." (Luk 11:37-41), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Dalam kehidupan bersama masa kini kiranya lebih banyak orang yang suka menampilkan bagian luar yang kelihatan bersih daripada bagina dalam, karena bagian dalamnya kotor atau tidak bersih. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk jujur terhadap diri sendiri, terutama apa-apa yang ada di dalam batin atau hati kita. Apa yang ada di dalam batin atau hati kita kiranya yang mengetahui hanya diri kita sendiri. Kita dipanggil untuk tidak bersandiwara dalam kehidupan dan kerja sehari-hari, tidak bersikap mental seperti orang-orang Farisi 'yang bersih bagian luarnya, namun di dalam hatinya penuh kejahatan dan rampasan'. Kami berharap kejujuran terhadap diri sendiri ini sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluaga dengan teladan konkret dari orangtua serta kemudian diperdalam dan diperkembangkan lebih lanjut di sekolah-sekolah. Bagi para guru di sekolah-sekolah hendaknya dihayati kata ini "guru berarti digugu lan ditiru" (=ditaati dan ditiru). Pada masa kini pada umumnya anak-anak lebih mentaati dan meniru para gurunya daripada para orangtuanya, karena kalau tidak taat kepada guru pasti ada sangsinya, sedangkan tidak taat kepada orangtua dibiarkaan saja. Para guru di sekolah-sekolah hendaknya sungguh jujur, sehingga para peserta didik kemudian juga belajar dan berusaha untuk hidup dan bertindak jujur. Hidup dan bertindak jujur pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan kebohongan dan korupsi masih marak di sana-sini, termasuk dalam bidang pendidikan maupun agama. Para penegak hukum dan kebenaran maupun wakil rakyat yang seharusnya memperjuangkan kepentingan rakyat telah terjebak untuk hanya memperhatikan kepentingan pribadi yang kemudian melakukan korupsi. Semoga rakyat tidak meniru mereka atau terpengaruh oleh mereka yang dengan seenaknya melakukan korupsi atau cari enaknya sendiri.
· "Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka." (Rm 1:22-24). Kiranya cukup banyak orang yang merasa penuh hikmat, padahal dalam kenyataannya mereka adalah bodoh. Hal ini sering dilakukan oleh para pemimpin atau atasan dalam rangka menjaga wibawa atau demi gengsi. Ada juga orang yang nampaknya suci atau baik padalal yang bersangkutan sebenarnya brengsek atau jelek. Kebiasaan untuk 'memoles diri' sehingga kelihatan cantik atau tampan tidak hanya terjadi dalam hal tubuh atau wajah saja, tetapi juga dalam kehidupan pribadi atau bersama. Yang juga sungguh memprihatinkan pada masa kini adalah proyek pembuatan jalan atau rehabilitasi jalan: ketika baru saja diperbaharui atau dibangun jalan begitu mulus namun dalam beberapa bulan setelah jalan difungsikan hancur atau rusak. Sapaan Paulus kepada umat di Roma mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak hidup dan berindak pura-pura atau sandiwara, melainkan jujur apa adanya. Orang yang tidak jujur selain mencemarkan atau mencelakakan orang lain juga mencemarkan dan mencelakakan diri sendiri. Kita juga diingatkan untuk tidak saling mencemarkan tubuh, secara konkret menjaga dan mengusahakan tubuh tetap suci dan sehat wal'afiat. Maka kami berharap kepada kita semua untuk tidak melakukan tindakan-tindakan amoral seperti hubungan seks bebas, melacurkan diri atau pergi ke pelacuran demi uang atau kenikmatan seksual yang bersifat sementara. Memang mengusahakan dan menjaga tubuh tetap suci akan menghadapi aneka tantangan dan hambatan, apalagi pada masa kini cukup banyak tawaran-tawaran kenikmatan yang diiklankan melalui aneka cara dan bentuk. Hidup, makan dan minum, istirahat dan kerja secara teratur juga merupakan salah satu usaha untuk menjaga dan mengusahakan kesucian atau kesehatan tubuh.
"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,"
(Mzm 19:2-5)
Ign 11 Oktober 2011
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 08.41 0 komentar
10 Okt
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 08.40 0 komentar