Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 11 September 2010

12 Sept - Mg Biasa XXIV: Kel 32:7-11.13-14; 1Tim 1:12-17; Luk 15:1-32(Luk 15:1-10

"Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."

Mg Biasa XXIV: Kel 32:7-11.13-14; 1Tim 1:12-17; Luk 15:1-32(Luk 15:1-10


 

Masa Puasa bagi saudara-saudari kita umat Islam baru saja berlalu dan kiranya pada hari-hari ini kebanyakan dari kita masih bersenang-senang merayakan hari raya Idul Fitri. Salah satu kebijakan yang mewarnai selama masa Puasa antara lain semua tempat hiburan seperti 'café, karaoke, panti pijat, tempat pelacuran, dst.' harus ditutup guna menghormati mereka yang sedang berpuasa. Menyikapi kebijakan tersebut ada yang berkomentar "Apakah kebijakan tersebut tidak merupakan sandiwara, karena setelah Puasa alias setelah hari raya Idul Fitri mereka boleh buka atau bekerja lagi". Mereka yang berkarya di tempat-tempat hiburan maupun yang mendatangi dinilai sebagai orang-orang berdosa, dan mungkin demikian adanya. Paradigma atau cara berpikir manusia memang berbeda dengan paradgima atau cara berpikir Tuhan: manusia lebih cenderung menyingkirkan dan mengurung orang-orang berdosa atau yang dinilai sebagai sampah masyarakat, sedangkan Tuhan menghendaki agar mereka dirangkul dan diampuni dosa-dosanya agar bertobat. Hemat saya para pendosa atau mereka yang dinilai sebagai sampah masyarakat tersebut dalam perjalanan hidup kurang menerima dan menghayati kasih sayang maupun kasih pengampunan, maka mereka hendaknya disikapi, didekati dan diperlakukan dengan kasih saya dan kasih pengampunan yang dijiwai oleh kerendahan hati yang mendalam, sebagaimana dihayati oleh Yesus.

 

"Akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."(Luk 15:10)

Yesus adalah Penyelamat Dunia, Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya, maka dimana ada yang tidak selamat Dia datangi untuk diselamatkan, antara lain orang-orang berdosa. Kita yang beriman kepadaNya dipanggil untuk melakukan apa yang Ia lakukan, meneladan cara hidup dan cara bertindakNya, antara lain dengan rendah hati 'menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka'. Siapakah orang-orang  berdosa di lingkungan hidup kita? Orang-orang berdosa yang ada di lingkungan hidup kita tidak lain adalah mereka yang kita pandang dan nilai 'kurang dari pada kita' alias kita nilai bodoh, nakal, kurang ajar, bermasalah, egois, kurang/tidak sosial, dst.., dan mereka ini mungkin ada di dalam keluarga, komunitas atau tempat kerja/tugas kita  masing-masing. Dengan kata lain marilah kita menedalan cara hidup dan cara bertindak Yesus di komunitas basis kita masing-masing, dimana kita tinggal dan hidup di dalamnya.

 

'Mempertobatkan orang-orang berdosa' memang tidak mudah, butuh pengorbanan dan kerja keras serta kerendahan hati yang mendalam. Ada kemungkinan kita 'dirasani' tidak  baik atau dilecehkan, sebagaimana orang-orang Farisi mengomentari Yesus yang 'menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka'. Ada kemungkinan kita juga ditolak oleh orang-orang yang hendak kita ajak untuk bertobat. Namun sebagaimana disabdakan oleh Yesus 'akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang dosa yang bertobat', marilah kita tetap tegar dan sabar dalam membantu pertobatan orang lain, meskipun harus menghadapi aneka tantangan dan hambatan serta masalah.  Jika kita mampu membantu pertobatan seseorang, betapa bahagianya kita sebagai umat beriman dan kebahagiaan kita tak akan mudah luntur atau musnah. Dalam membantu pertobatan orang lain hendaknya tidak melupakan doa, berdoa mohon rahmat pertobatan atau kasih pengampunan bagi saudara atau saudari kita yang kita dambakan untuk bertobat, karena yang benar adalah bahwa Tuhan sendiri yang mampu mempertobatkan orang-orang berdosa, sedangkan kita hanya menjadi sarana bantuan saja. Doa-berdoa merupakan salah satu cirikhas hidup orang beriman atau beragama, maka jangan sampai kita melupakan hidup doa kita masing-masing.

 

"Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal" (1Tim 1:15-16)

 

Kesadaran dan penghayatan diri sebagai yang beriman identik dengan kesadaran dan penghayatan diri sebagai yang berdosa, yang dikasihi dan dipanggil Tuhan. Kebenaran itulah yang juga menghidupi Paulus, rasul agung. "Di antara mereka akulah yang paling berdosa', demikian kata Paulus, yang sebaiknya kita renungkan dan refleksikan. Menyadari dan menghayati diri sebagai yang berdosa juga berarti menyadari dan menghayati diri sebagai orang yang telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah ruah, dengan dengan demikian hidup dengan penuh syukur dan terima kasih. Syukur dan terima kasih ini kita hayati dan teruskan kepada saudara-saudari kita, antara lain dengan senantiasa mengampuni mereka yang telah menyakiti kita atau bersalah terhadap kita.

 

Sebagai yang telah dikasihi dan diampuni kita juga dipanggil untuk menjadi saksi kesabaran alias hidup dengan penuh kesabaran. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Sabar kiranya merupakan salah satu keutamaan yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam kehidupan kita sehari-hari masa kini, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang kurang/tidak sabar, sebagaimana dapat kita lihat dan cermati di antara para pengendara di jalanan. Ketidak-sabaran juga menjangkiti banyak generasi muda masa kini, antara lain dalam hal menikmati hubungan seksual, dimana cukup banyak muda-mudi yang sedang berpacaran berhubungan seks, sehingga sang gadis hamil. Dampak ketidak-sabaran adalah kehancuran atau musibah yang membekas dalam hati.

 

"Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba-Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya." Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan-Nya atas umat-Nya" (Kel 32:13-14), demikian berita perihal pengalaman bangsa terpilih yang telah berdosa, tidak sabar di dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Ketidak-sabaran mereka mendorong mereka hidup dan bertindak seenaknya, sehingga Tuhan merancang untuk mendatangkan malapetaka bagi mereka, namun karena doa salah satu dari mereka yang memimpin dalam perjajalanan, akhirnya Tuhan membatalkan untuk mendatangkan malapetaka.  Maka baiklah kita meneladan pengalaman bangsa terpilih yang sedang dalam perjalanan tersebut, bukan meneladan ketidak-sabaran dan hidup seenaknya, melainkan meneladan doanya, ingat akan Tuhan di dalam perjalanan. Dengan kata lain marilah kita awali perjalanan hidup, tugas, pekerjaan dan langkah-langkah atau kepergian kita dengan doa, dan selama perjalanan tidak melupakan untuk berdoa kepada Tuhan mohon perlindungan dan pendampinganNya agar selamat dalam perjalanan dan sampai tujuan.

 

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!"

 (Mzm 51:3-4.12-13)

             

Jakarta, 12 September 2010

 

     


Jumat, 10 September 2010

11 Sept - 1Kor 10:14-22a; Luk 6:43-49

"Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya".

(1Kor 10:14-22a; Luk 6:43-49)

 

"Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.""Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya -- Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan --, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya." (Luk 6:43-49), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Orang-orang Barat/Eropah  adalah 'pemakan' daging, maka cerdas-cerdas, sedangkan orang-orang Indoneisa adalah 'pemakan' rumput, maka 'bodo koyo kebo'/bodoh seperti kerbau", demikian rumor atau sindiran yang disampaikan seorang penceramah dalam lokakarya pendidikan. Memang di suhu yang panas ini makan sayur-sayuran lebih nikmat, sedangkan di suhu yang dingin mengkonsumsi daging sungguh penting. Maksud rumor atau sindiran tersebut antara lain adalah soal opsi dalam program pemerintahan, dimana Negara-negara Barat/Eropah pada umumnya opsi program untuk pendidikan cukup besar, sedangkan di Indonesia pendidikan kurang memperoleh perhatian, hal ini nampak dari 'buah atau hasil' pendidikan atau sekolah-sekolah. "Setiap pohon dikenal pada buahnya", demikian sabda Yesus. Para alumni atau konsumen adalah buah-buah pelayanan, maka kwalitas pelayan dapat diketahui pada kwalitas alumni atau pengalaman konsumen. "Pohon' yang perlu memperoleh perhatian yang baik dan memadai pada hemat saya adalah 'karya pelayanan pendidikan' , entah formal maupun informal, di dalam kelurga maupun di sekolah-sekolah atau tempat-tempat kursus. Jika kita mencita-citakan atau mendambakan anak-anak atau generasi muda ketika mereka menjadi dewasa sungguh baik dan cerdas spiritual, maka tidak ada jalan lain selain memperhatikan pendidikan. Kepada para penyelenggara maupun pengelola dan pelaksana pendidikan di sekolah-sekolah kami harapkan sungguh mendidik anak-anak atau peserta dididik yang diserahkan oleh orangtua mereka untuk dididik dan dibina, sehingga selesai belajar mereka menjadi pribadi dewasa yang handal, cerdas beriman dan tidak dapat digoyahkan oleh aneka macam godaan setan atau untuk berbuat jahat.

·   "Saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan" (1Kor 10:14-15), demikian peringatan Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua umat beriman. Berhala-berhala pada masa kini antara lain menggejala dalam bentuk 'harta benda/uang, jabatan/kedudukan/pangkat, kehormatan duniawi', dan rasanya yang paling banyak adalah dalam bentuk 'harta benda/uang', sebagaimana sering dikatakan dalam sindiran "UUD" (=Ujung-Ujungnya Duit/uang). Uang memang dapat menjadi jalan ke neraka atau ke sorga; uang akan menjadi jalan ke neraka ketika kita dikuasai oleh uang, dimana kita sudah menjadi orang yang 'mata duiten, kaki duiten, mulut duiten, dst..', artinya mau bertindak ketika dibayar atau ada uang. "Menjauhi penyembahan berhala uang" berarti memfungsikan uang sebagai jalan ke sorga, demi keselamatan dan kebahagiaan serta kesejahteraan jiwa manusia. Maka marilah kita fungsikan uang sesuai dengan 'maksud pemberi' (intentio dantis), misalnya uang sekolah difungsikan untuk memajukan, mengembangkan sekolah; uang jalan untuk membeayai perjalanan dst.. , pajak adalah berasal dari rakyat maka uang pajak harus difungsikan demi kesejahteraan rakyat.  Marilah kita fungsikan atau gunakan harta benda atau uang dengan jujur dan disiplin. Kami percaya jika dalam hal yang kelihatan itu dapat jujur dan disiplin, maka akan terjadi kemudahan untuk jujur dan disiplin dalam bidang-bidang yang lain.

 

"Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya"

 (Mzm 116:12-13.17-18)

 

Jakarta, 11 September 2010


Rabu, 08 September 2010

10 Juli - 1Kor 9:16-19.22b-27; Luk 6:39-42

"Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu"

(1Kor 9:16-19.22b-27; Luk 6:39-42)

 

"Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya. Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Luk  6:39-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pertama-tama saya ucapkan "Selamat Idul Fitri, maaf lahir dan batin" bagi yang sedang merayakannya. Pada hari ini kiranya banyak di antara kita sedang saling bersilaturahmi, bersalam-salaman dan saling memaafkan, dan rasanya juga bertindak sebagaimana disabdakan oleh Yesus hari ini, yaitu 'mengeluarkan balok dari mata' alias mengakui dan menghayati kesalahan serta kekurangannya dan kemudian mohon kasih pengampunan pada sesamanya. Semoga apa yang terjadi dan dilakukan pada hari-hari ini terus menjiwai dalam perjalanan hidup dan kerja selanjutnya, sehingga dalam hidup dan kerja sehari-hari kita tidak saling 'melihat selumbar di dalam mata saudaramu'. Marilah kita jauhkan dan berantas aneka bentuk kemunafikan dalam kehidupan kita bersama, hendaknya masing-masing dari kita dengan rendah hati menyadari dan menghayati diri sebagai pendosa yang diampuni dan dipanggil Tuhan untuk menyalurkan kasih pengampunanNya kepada saudara-saudari kita atau sesama kita dimanapun dan kapanpun. "Seorang murid tidak lebih daripada gurunya", kita adalah murid-murid atau pengikut Yesus, Sang Guru Sejati, yang datang ke dunia untuk melayani dengan rendah hati yang mendalam. Marilah kita meneladan Guru Sejati dengan hidup saling melayani dengan rendah hati yang mendalam serta saling berpikiran positif terhadap orang lain. Semoga saling memaafkan yang terjadi pada hari-hari ini tidak munafik dan kemudian menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita selanjutnya. Semoga di dalam hidup sehari-hari kita tidak munafik dalam hidup dan bertindak.

·   "Jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil" (1Kor 9:16), demikian kesaksian iman Paulus sebagai pewarta Injil, pewarta Kabar Gembira. Injil adalah Warta Gembira, maka mewartakan Injil berarti mewartakan atau menyebar-luaskan apa-apa yang menggembirakan serta menyelamatkan. Hari ini adalah hari gembira bagi yang sedang merayakan  Idul Fitri, hari kemenangan atas dosa dan kejahatan. Maka apa yang terjadi hari ini sungguh inspiratif dan kiranya memotivasi kita untuk berani berkata dan bersaksi seperti Paulus, yaitu "Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil, celakalah aku, jika aku tidak menyebar-luaskan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan" . Paulus juga bersaksi bahwa upah mewartakan kabar baik atau kabar gembira adalah dalam mewartakan kabar gembira atau baik tersebut. Memang kegembiraan dari berbuat baik kepada orang lain tak mungkin dihargai dengan uang atau harta benda, dan kiranya tak akan mudah hilang atau musnah. Orang yang senantiasa gembira dan ceria juga tabah dan tegar terhadap aneka macam serangan penyakit atau virus, karena secara phisik metabolisme darah dan kinerja syarat berjalan secara prima sebagai anti-body atau benteng kuat melawan aneka serangan penyakit dan virus. Kita semua memiliki keharusan untuk mewartakan kabar baik atau kabar gembira, dan tentu saja kita juga harus gembira dan ceria terus menerus. "Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya" (1Kor 9:24). Marilah kita berlomba, saling mendahului dengan cepat, dalam mewartakan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan. Jauhkan aneka kemalasan dan kelesuan dalam berbuat baik kepada saudara-saudari kita atau sesama kita dalam hidup sehari-hari.

 

"SELAMAT IDUL FITRI, 1 Syawal 1431 H, maaf lahir dan batin "

"Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah" (Mzm 84:3-6)

 

Jakarta, 10 September 2010


9 Sept - 1Kor 8: 1b-7.11-13; Luk 6:27-38

"Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati"

(1Kor 8: 1b-7.11-13; Luk 6:27-38)


"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Luk 6:27-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Murah hati" secara harafiah berarti hatinya dijual murah, dengan harapan siapapun dapat membelinya, maka murah hati berarti memberi perhatian kepada siapapun, termasuk mereka yang memusuhi atau membenci kita atau yang kita anggap sebagai musuh. Hal ini dapat kita lakukan atau hayati jika kita sungguh mengimani dan menghayati bahwa Allah telah bermurah hati kepada kita secara melimpah ruah, hidup dan segala sesuatu yang menyertai kita atau kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Allah. Kemurahan hati memang lebih terhayati secara mendalam dan mengesan ketika dilakukan orang seseorang terhadap mereka yang memusuhi atau membencinya; dari pihak yang bermurah hati berarti harus berkorban, sedangkan yang menerima kemurahan hati akan terkesan dan tersentuh sehingga mereka bertobat dan kemudian bersahabat, tidak memusuhi atau membenci lagi.  Kemurahan hati yang demikian itu berarti kasih pengampunan, dan kasih pengampunan pasti menang atas kebencian dan permusuhan maupun balas dendam. "Kasihilah musuhmu dan berbuat baiklah kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar, dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi", demikian sabda Yesus yang harus kita imani dan hayati.


·   "Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku" (1Kor 8:13). Apa yang disebut dengan 'batu sandungan' memang dapat menimbulkan permusuhan maupun kebencian, padahal mereka yang menjadi 'batu sandungan' belum tentu sadar bahwa dirinya menjadi batu sandungan. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri: ketika hidup bersama kita masih diwarnai permusuhan atau kebencian, berarti ada yang menjadi batu sandungan di antara kita. Mungkin diri kita sendiri mengalami kesulitan untuk mengetahui apakah saya menjadi batu sandungan, maka baiklah saya mengajak mereka yang memusuhi atau membenci untuk dengan rendah hati berani menyampaikan atau mengatakan apa-apa saja atau siapa saja yang membuat anda memusuhi atau membenci. Percayalah ketika anda menyampaikan hal itu dengan rendah hati, pasti tidak akan menyakiti hati orang lain, melainkan akan menerima kemurahan hati, karena anda juga telah bermurah hati, yaitu mencurahkan isi hati anda kepada orang lain. Dengan kata lain 'curhat' antar kita merupakan sesuatu yang penting, agar masing-masing dari kita tidak saling menjadi batu sandungan, maka hendaknya tidak pelit waktu atau tenaga untuk ber-curhat dengan saudara-saudari kita dalam berbagai kesempatan atau kemungkinan yang  ada. Ingatlah dan sadari bahwa keputusan-keputusan penting di tingkat pemerintahan atau organisasi yang besar pun diawali dengan 'curhat', yang dalam bahasa modern disebut 'lobby'. Bukankah mereka yang sedang ber-curhat atau melakukan 'lobby' berarti sedang saling bermurah hati satu sama lain agar tiada batu sandungan dalam pembuatan maupun pelaksanaan keputusan, kebijakan, dst..  Rasanya di dalam keluarga terbiasa dengan curhat atau lobby ini, maka hendaknya juga dihayati dalam aneka kehidupan bersama yang lain.

 

" TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi" (Mzm 139:1-3).

       

Jakarta, 9 September 2010


Selasa, 07 September 2010

8 Sept - Rm 8:28-30; Mat 1:1-6.18-23

"Anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki"

(Rm 8:28-30; Mat 1:1-6.18-23)

 

"Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita."(Mat 1:18-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta kelahiran SP Maria hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kelahiran seorang anak merupakan kegembiraan atau kebahagiaan luar biasa bagi kita semua, khususnya bagi orangtua atau bapak-ibu dari anak yang bersangkutan, tentu saja jika kita sungguh beriman. Anak adalah anugerah Tuhan, anak yang baru saja dilahirkan suci dan bersih adanya, maka kelahiran seorang anak boleh dikatakan sebagai penyertaan dan kehadiran Tuhan khususnya dalam keluarga yang bersangkutan dan masyarakat pada umumnya, "Allah menyertai kita". Anak-anak memang lebih suci daripada orangtuanya atau orang-orang dewasa, maka baiklah dalam rangka mengenangkan kelahiran SP Maria hari ini, kami mengajak anda sekalian untuk mengenangkan kelahiran kita masing-masing serta memperhatikan anak-anak sebagai anugerah Tuhan dengan baik. Kelahiran atau kedatangan kita masing-masing di bumi ini juga merupakan kepanjangan kehadiran Tuhan, maka hendaknya kita senantiasa berusaha menjadi pribadi yang menarik, memikat dan mempesona, bagaikan seorang anak yang baru saja dilahirkan. Marilah kita tunjukkan ketampanan atau kecantikan kita lebih dalam hati dan jiwa bukan dalam tubuh, artinya kita menjadi pribadi yang menarik, memikat dan mempesona karena kita adalah orang baik, berbudi pekerti luhur. Kami juga mengharapkan kita semua untuk memperhatikan anak-anak secara memadai, karena mereka adalah masa depan kita. Anak-anak atau mereka yang lebih muda dari kita harus lebih baik daripada kita ketika mereka dewasa, jika mereka kelak tidak lebih baik daripada kita berarti kita sebagai orangtua, kakak, pendidik/guru dst..tidak memperhatikan anak-anak secara memadai. Marilah 'Allah menyertai kita'  kita hayati dengan menghadirkan diri sebagai penyalur berkat atau rahmat Allah bagi sesama kita.

·   "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rm 8:28), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman.. "Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan", itulah yang hendaknya kita renungkan dan hayati dalam perjalanan hidup kita sehari-hari. Apa yang baik, indah, luhur dan mulia adalah berasal dari Allah, karya Allah dalam ciptaan-ciptaanNya. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah adalah baik adanya, maka jika ada yang  tidak baik kiranya bukan berasal dari Allah, melainkan dari manusia yang kurang atau tidak beriman. Allah hidup dan berkarya di dalam diri kita masing-masing untuk mendatangkan kebaikan, maka beriman kepada Allah berarti senantiasa berbuat baik kepada sesama manusia, ciptaan-ciptaan Allah lainnya maupun lingkungan hidup kita. Karena masing-masing dari kita dipanggil untuk berbuat baik, maka kebersamaan hidup kita dimanapun dan kapanpun senantiasa diwarnai dengan saling berbuat baik, sehingga kebersamaan hidup sungguh menarik, memikat, mempesona dan siapapun yang ada didalamnya hidup damai sejahtera, tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas beriman. Kami berharap keluarga-keluarga atau komunitas-komunitas kita masing-masing menarik, memikat dan mempesona bagi siapapun yang melihat atau mampir di keluarga atau komunitas kita. Masing-masing dari kita adalah 'bait Allah', maka hendaknya kita saling bersembah-sujud dengan rendah hati, dan semoga tidak ada di antara kita yang melecehkan atau merendahkan sesamanya. Rencana Allah bagi kita semua adalah kita hidup bahagia, damai sejahtera lahir maupun batin, jasmani maupun rohani.

 

"Kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku" (Mzm 13:6)

 

Jakarta, 8 September 2010


Senin, 06 September 2010

7 Sept - 1Kor 6-1-11; Luk 6:12-19

"Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka"

(1Kor 6-1-11; Luk 6:12-19)

 

"Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan.Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya" (Luk 6:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Para rasul adalah pembantu Yesus Kristus serta penerus karya penyelamatanNya; fungsi para rasul ini untuk masa kini diemban oleh para uskup, para gembala kita. Sebelum memilih rasul-rasul Yesus berdoa semalam-malaman agar siapa yang dipilihNya sesuai dengan kehendak Allah. Pemilihan macam ini kiranya juga terjadi dalam pemilihan uskup. Jabatan rasul atau uskup memang penting dalam karya penyelamatan atau hidup menggereja, karena banyak orang datang kepada mereka untuk mendengarkan ajaran, arahan, nasihat, dst.. maupun disembuhkan dari aneka macam penyakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh. Maka baiklah ketika kita merasa sakit atau butuh diteguhkan serta diperkembangkan iman kita, hendaknya tidak ragu-ragu untuk datang kepada para gembala kita, entah uskup maupun para pembantunya, para imam/pastor. Sebaliknya hendaknya kita juga sering mendoakan para gembala kita, mengingat dan memperhatikan tugas mereka begitu berat dan mulia. Kepada Yang Mulia, para uskup maupun rekan-rekan imam atau pastor kami harapkan dengan jiwa besar dan hati rela berkorban dalam melayani umat yang datang untuk minta nasihat, saran, ajaran maupun disembuhkan dari aneka macam penyakit. Tentu saja bantuan umat bagi para gembala juga sangat dibutuhkan, entah dalam hal spiritual maupun duniawi, seperti harta benda, uang atau tenaga, guna membantu pelayanan para gembala. Sebagai orang beriman kita juga memiliki dimensi hidup rasuli maupun imamat umum kaum beriman, maka baiklah hal ini kita sadari dan hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita, artinya dengan segala rendah hati dan keterbatasan hendaknya siap sedia memberi pelayanan bagi mereka yang membutuhkan.

·   "Kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita" (1Kor 6:11), demikian peringatan Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Kita semua adalah orang yang terpilih dan disucikan, yaitu ketika kita menerima rahmat pembaptisan, dimana pada saat itu kita berjanji 'untuk hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan'. Maka baiklah kita setia pada janji baptis ini dan kita hayati rahmat pembaptisan ini di dalam hidup sehari-hari. Tuhan hidup dan berkarya dimana-mana dan kapan saja melalui ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah, maka mengabdi Allah berarti kita hidup dan bertindak saling melayani, saling membahagiakan dan mensejahterakan. Yang tidak kalah penting pada masa kini adalah 'menolak semua godaan setan'. Godaan setan antara lain dapat menggejala dalam tawaran atau rayuan dalam hal harta benda/uang, jabatan/pangkat/ kedudukan atau kehormatan duniawi. Jika diperhatikan dan dicermati untuk menduduki jabatan atau fungsi tertentu di Negara kita ini sering harus dengan uang pelicin atau sogokan cukup besar, jutaan atau milyardan rupiah, sehingga ketika menjadi pejabat atau berfungsi dalam pelayanan hidup bersama mau tidak mau harus berbuat jahat atau korupsi. Kami berharap rekan-rekan yang percaya kepada Yesus Kristus tidak tergoda untuk jabatan, kedudukan atau kehormatan duniawi, yang disertai dengan uang pelicin atau sogokan. Biarlah karena profesionalitas atau kemampuan kita yang mendorong kita untuk menduduki jabatan atau fungsi tertentu, sehingga dalam mengemban jabatan atau fungsi 'dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita'. Dalam atau dengan semangat iman Kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila.

 

"Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan.Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya.Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya"(Mzm 146:1-5) .

 

Jakarta, 7 September 2010


Minggu, 05 September 2010

6 Sept - 1Kor 5:1-8; Luk 6:6-11

"Berbuat baik atau berbuat jahat"

(1Kor 5:1-8; Luk 6:6-11)

 

"Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya.Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia.Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: "Bangunlah dan berdirilah di tengah!" Maka bangunlah orang itu dan berdiri.Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?" Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus"(Luk  6:6-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tata tertib atau aturan dibuat dan diberlakukan sebagai tuntunan untuk berbuat atau bertindak baik, sehingga hidup bersama berjalan dengan baik dan siapapun yang berada dalam kebersamaan tersebut merasa damai, tenteram dan aman serta selamat. Akhir-akhir ini dikeluhkan kemacetan lalu lintas di kota metropolitan Jakarta, ibu kota Negara kita. Berbagai pikiran dan alasan terlontar, entah mencari sebab kemacetan maupun usul pemecahan, misalnya pemindahan ibu kota Negara, pertambahan jumlah kendaraan yang tak seimbang dengan kemampuan jalan, dst… Tetapi ada juga pengamatan yang menarik, yaitu: jika para pengendara mentaati tata tertib atau aturan lalu lintas, meskipun berjalan lambat, kiranya tidak terjadi kemacetan yang menjengkelkan dan membuat stress banyak orang. Hemat saya pengamatan ini benar dan baik, mengingat dan memperhatikan di berbagai Negara atau kota besar seperti Jakarta di negara-negara lain, dimana warganya taat dan setia pada tata tertib atau aturan yang berlaku, kemacetan dapat diatasi. Dengan kata lain rasanya mayoritas warganegara kita tidak taat dan setia pada tata tertib atau aturan yang berlaku. Meskipun ada tata tertib atau aturan yang cukup jelas, mereka tetap berbuat jahat alias melanggar tata tertib atau aturan. Ketika orang setia dan mentaati tata tertib atau aturan yang berlaku dengan baik, maka pada suatu saat, yang memang mendesak dan penting, ia dengan tenang melanggar tata tertib atau aturan. Mengapa? Karena yang ia lakukan demi keselamatan jiwa manusia lain (misalnya ambulan pengantar pasien sakit berat, mobil pemadam kebakaran dst..). Dengan kata lain asal demi keselamatan jiwa atau apa yang lebih baik daripada yang diatur, kita tidak perlu takut melanggar tata tertib atau aturan yang berlaku.Keselamatan jiwa itulah pedoman kita untuk berbuat baik.

·   "Marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran" (1Kor 5:8). Apa itu berpesta dengan ragi kemurnian dan kebenaran? Murni dan benar berarti suci, maka ragi kemurnian dan kebenaran berarti apa-apa yang dapat menyebabkan atau berbuahkan kesucian. Tentu saja yang menyebabkan kesucian adalah apa yang baik alias perbuatan-perbuatan baik, maka marilah berlomba dalam berbuat baik dimanapun dan kapanpun. Kata Latin 'baik' adalah 'bene' , yang dapat berarti baik, layak, cukup, betul, tepat, maka apa yang disebut baik mengandung sifat-sifat tersebut dari arti 'bene'. Marilah kita kerjakan segala sesuatu dengan betul dan tepat, agar apa yang kita kerjakan sungguh membuat gembira diri kita sendiri maupun mereka yang melihat atau menikmati buah kerja kita. Pertama-tama perkenankan kami mengingatkan dan mengajak rekan muda-mudi untuk senantiasa mengusahakan apa yang betul dan tepat, misalnya dalam pergaulan antar jenis. Hubungan seksual sebelum menjadi suami-isteri kiranya tidak betul dan tidak tepat, maka hendaknya jangan dilakukan di masa perkenalan, pacaran maupun tunangan. Jika anda seenak melanggar kemurnian alias tidak betul dan tidak tepat dalam pergaulan antar jenis, maka masa depan anda akan lebih dijiwai oleh ragi keburukan dan kejahatan daripada ragi kemurnian dan kebenaran. Sebaliknya jika anda setia menjaga kemurnian anda, kami percaya masa depan anda akan dijiwai ragi kemurnian dan kebenaran, sehingga hidup bersama sebagai suami-isteri sungguh bahagia serta suka berbuat baik kepada sesama.. Marilah kita jauhkan dan berantas aneka perbuatan cabul, dan dalam hal ini kami lebih berpesan dan mengajak kepada rekan laki-laki untuk tidak berbuat cabul terhadap rekan-rekan perempuan sebagaimana sering terjadi di kendaraan-kendaraan umum.

 

"Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu. Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan. Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu"

(Mzm 5:5-7)

Jakarta, 6 September 2010