Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 27 Januari 2012

Fwd: Mg Biasa IV


" Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."

Mg Biasa IV : Ul 18:15-20; 1Kor 7:32-35; Mrk 1:21-28


Ketika ada seorang dukun atau yang mampu menyembuhkan aneka penyakit secara ajaib, pada umumnya berita tersebut dengan cepat tersebar luas serta banyak orang datang berbondong-bondong kepadanya mohon penyembuhan dari penyakitnya. Kasus dukun cilik yang konon mempunyai batu ajaib di Jawa Timur beberapa waktu yang lalu, misalnya: ribuan orang dari seluruh penjuru tanah air datang kepadanya, karena mereka percaya jika minum air yang telah 'dimasuki batu' tersebut maka penyakitnya langsung sembuh. Sebenarnya penyembuhan seorang pasien dari penyakitnya antara adalah karena kepercayaan orang yang bersangkutan: percaya bahwa akan sembuh alias dari dalam dirinya sendiri ada kehendak dan kemauan untuk sembuh dari penyakitnya. Dalam hal penyakit spiritual atau psikologis kiranya yang akan mampu menyembuhkan adalah mereka yang sungguh beriman atau suci, yang senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan, sebagaimana terjadi dalam diri Yesus, dimana "roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.". Maka marilah kita renungkan atau refleksikan Warta Gembira hari ini.

"Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea" (Mrk 1:27-28)

Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia seperti kita, kecuali dalam hal dosa, maka sebagai Guru atau Pengajar, ajaran atau kata-kataNya sungguh berwibawa dan berkuasa, karena antara lain apa yang Ia ajarkan juga Ia hayati sendiri. Maka sebenarnya kita juga dapat meneladan Dia, jika kita sungguh berminat dan berhasrat, antara senantiasa berusaha untuk menghayati atau melakukan apa yang kita katakan dengan kata lain 'satu dalam kata dan tindakan atau perilaku atau cara hidup dan cara bertindak. Percayalah jika kita 'satu kata dan tindakan', maka siapapun yang berjumpa atau melihat kita akan tergerak untuk menirunya, sehingga mereka tersembuhkan dari aneka penyakit yang sedang dideritanya, dan kita sendiri akan menjadi percaturan atau percakapan banyak orang, karena kebaikan dan keutamaan kita.

Sabda Yesus mampu memeritah roh-roh jahat dan roh-roh jahat pun akhirnya taat kepadaNya. Roh-roh jahat menggejala dan hidup dalam diri orang yang sedang sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi serta sakit phisiknya, karena mereka tidak setia melakukan apa yang pernah mereka janjikan dan hidup serta bertindak hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi. Jika cara hidup dan cara bertindak kita sesuai dengan janji yang pernah kita ikrarkan atau ucapkan, maka kita akan mampu membantu penyembuhan mereka yang sedang menderita sakit tersebut: kata dan nasihat kita akan sungguh didengarkan dan kemudian dengan rendah hati juga akan dilaksanakan atau dihayati.

Kepada mereka yang sedang menderita sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit phisik, kami harapkan untuk sungguh mawas diri. Anda menderita sakit karena anda hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi alias seenaknya sendiri, maka kami harapkan untuk bertobat dengan setia pada janji yang pernah anda ikrarkan serta melaksanakan dengan sepenuh hati aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan, tugas, fungsi dan jabatan anda. Seperti mereka yang setia melaksanakan tata tertib berlalu lintas akhirnya selamat dalam perjalanan serta sampai ke tempat tujuan yang didambakan, demikian pula jika dalam perjalanan hidup dan tugas kita setia pada tata tertib yang terkait, maka kita juga akan selamat selama di perjalanan dan akhirnya sampai ke tujuan yang kita dambakan yaitu keselamatan jiwa kita, artinya ketika kita dipanggil Tuhan alias meninggal dunia segera langsung menikmati hidup mulia dan berbahagia selamanya di sorga bersama Allah dan para kudus yang telah mendahului perjalanan kita. Marilah kita meneladan cara hidup dan cara bertindak santo-santa pelindung kita masing-masing, yang namanya kita abadikan dalam nama kita masing-masing.

 

"Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan." (1Kor 7:32-35).

Kutipan surat Paulus yang pertama kepada umat di Korintus, yang tertulis dalam Kalendarium Liturgi hari ini saya kutip semuanya, karena menurut hemat saya hal itu sungguh jelas dan mudah dimengerti apa yang dikatakan, yaitu suatu perintah moral yang harus kita laksanakan. Baik beristeri atau bersuami atau tidak beristeri dan tidak bersuami alias hidup tidak menikah dengan menjadi imam, bruder atau suster, dipanggil untuk "melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa gangguan".

Bagi yang beristeri atau bersuami 'melayani Tuhan' antara lain menghayati dan mensikapi pasangannya sebagai hadiah atau kado dari Tuhan, sehingga merawatnya sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Anda kiranya memiliki pengalaman ketika menerima hadiah atau kado dari kekasih: bukankah anda akan merawatnya dan memperhatikannya siang malam dengan baik dan benar. Suami atau isteri adalah hadiah atau kado dari Yang Terkasih, maka selayaknya diperlakukan dengan baik dan benar. Yang baik dan benar jelas sekali bagi anda sebagai suami-isteri, yaitu saling mengasihi satu sama lain, baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, sampai mati. Kasihilah pasangan hidup anda dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh alias dengan total tanpa syarat. Jika anda saling mengasihi yang demikian ini, maka tak aka nada gangguan yang mengaburkan dan merusak hidup keluarga anda.

Sebagai imm, bruder dan suster 'melayani Tuhan' antara lain berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada tugas pengutusan yang telah diterima dari pembesar: tugas dan pekerjaan dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan benar dan baik. Secara khusus kepada rekan-rekan imam, bruder dan suster saya ajak untuk merenungkan peringatan ini "Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban. Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati." (Ul 18:19-20). Sebagai imam, bruder dan suster dipanggil untuk menghayati rahmat kenabian dengan penuh, yaitu hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga yang dikatakan atau diajarkan benar dan baik adanya, karena meneruskan apa yang dikehendaki atau disabdakan Tuhan. Ingatlah dan sadari bahwa sebagai imam, bruder atau suster sering memberi pengajaran, petuah atau  nasihat: hendaknya memberi yang benar dan baik.

"Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur. Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku." (Mzm 95:1-2.6-9)

Ign 29 Januari 2012


28 Jan


"Barangsiapa terbesar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu."

(Keb 7:7-10.15-16; Mat 23:8-12)

"Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Mat 23:8-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas Aquino, imam dan pujangga Gereja hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Salah satu fungsi utama seorang imam, yang telah menerima tahbisan imamat, adalah sebagai pelayan: melayani umat Allah yang menjadi tanggungjawabnya atau yang harus digembalakan. Memang secara organisatoris seorang imam atau pastor bagi umatnya adalah yang terbesar atau tertinggi alias memiliki wewenang atau kuasa yang sangat menentukan kehidupan umat Allah. Kami berharap kepada rekan-rekan imam/pastor maupun para pembantunya (dewan paroki, ketua wilayah atau lingkungan dst..) untuk berjiwa melayani dalam cara hidup dan cara bertindaknya, dalam mem fungsikan atau menghayati jabatan atau tugasnya. Menjadi 'pelayan' berarti senantiasa dengan rendah hati berusaha untuk membahagiakan mereka yang harus dilayani. Cirikhas pelayan yang baik antara lain: gembira/ceria, cekatan, bekerja keras, tak pernah marah/mengeluh atau menggerutu meskipun diperlakukan dengan tidak baik oleh mereka yang dilayani. Pelayan yang baik pada umumnya juga sederhana dalam cara hidup dan cara bertindaknya.  "Para klerikus (=mereka yang telah menerima tahbisan) hendaknya hidup sederhana dan menjuahkan diri dari segala sesuatu yang memberi kesan kesia-siaan" (KHK kan 282.1). Kami berharap juga kepada para imam tidak mudah marah atau mengeluh terhadap apa-apa yang diberikan oleh umat atau siapa saja yang mendatanginya. Dalam kesederhanaan dan kerendahan hati kami harapkan mereka yang menjadi pemimpin di tingkat dan pelayanan apapun sering mendatangi bawahannya, memberi sapaan dan perhatian.

·   "Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa. Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya" (Keb 7:7-10). Pengertian dan kebijaksanaan harus lebih diutamakan atau didahulukan oleh seorang pemimpin, daripada tongkat kepemimpiman, takhta, permata, emas dan perak atau aneka jenis harta benda/uang, jabatan dan kehormatan duniawi. Untuk memperoleh pengertian dan kebijaksanaan, selain mohon kepada Tuhan, antara lain pemimpin harus mendengarkan dengan rendah hati suka-duka dari yang dipimpin; hal itu dapat dilakukan dengan percakapan pribadi satu per satu atau mungkin dengan hadir di antara mereka yang harus dilayani/dipimpin di tempat kerja atau hidup mereka sehari-hari seraya mendengarkan dan melihat apa yang sedang terjadi dan berlangsung. Dengan kata lain pemimpin hendaknya menghayati kepemimpinan partisipatif dengan mendengarkan terus-menerus suka-duka dari mereka yang harus dipimpin atau dilayani. Pemimpin hendaknya sungguh mengerti dan mengenal suka-duka dari mereka yang harus dipimpin, sehingga dapat melayani mereka dengan baik sesuai dengan dambaan mereka maupun kehendak Tuhan. Memang agar keputusan pelayanan dinilai bijak atau bijaksana, hendaknya apa yang dilihat dan didengarkan kemudian dijadikan bahan doa atau permenungan sebelum mengambil keputusan atau kebijakan; dengan kata lain hendaknya seorang pemimpin terus berusaha untuk memperdalam dan memperkembangkan keterampilan pembedaan roh (spiritual discernment), sehingga dapat memilah dan memilih dengan tepat aneka saran, nasihat dan masukan. Keterampilan pembedaan roh pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati, diperdalam dan disebarluaskan, mengingat dan mempertimbangkan banyak pilihan yang ditawarkan dan kita hanya mungkin memilih satu di antara sekian banyak pilihan.

"Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali. Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan. Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta." (Mzm 119:8-14)

Ign 28 Januari 2012

 


27 Jan


"Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah"

(2Sam 11:1-4a.5-10a.13-17; Mrk 4:26-34)

"Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri." (Mrk 4:26-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Apa yang disebut benih pada umumya memang kecil, namun begitu ia tumbuh dalam waktu singkat dapat menjadi pohon atau pribadi atau makhluk besar. Sel sperma sangat kecil dan ketika bersatu dengan sel telor dalam hubungan seksual antara laki-laki dalam waktu kurang lebih sembilan bulan telah tumbuh berkembang dengan berat antara 3 s/d 4 kg, menjadi bayi yang manis dan mempesona. Demikian juga benih tanaman, ketika ditaburkan di tanah dan kemudian tumbuh akan menjadi pohon yang dapat menghasilkan buah yang berguna bagi kehidupan umat manusia. Perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus perihal Kerajaan Allah itu bagaikan biji sesawi yang ditaburkan di tanah menggambarkan Allah yang diimani oleh manusia, yang kemudian menghidupi dan menjiwai manusia, sebagaimana manusia yang percaya kepada Yesus Kristus, atau nabi-nabi lain seperti Nabi Muhamad s.w.a, dst.. Yang mulai percaya atau beriman pertama-tama dalam jumlah kecil dan dapat dihitung dengan jari, namun kemudian bertambah jumlahnya sampai berjuta-juta. Perumpamaan ini kiranya juga menggambarkan orang yang sungguh beriman, yang dapat menjadi naungan bagi banyak orang. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk sungguh menghayati imannya agar dapat menjadi naungan atau perlindungan bagi saudara-saudarinya. Perumpamaan ini juga mengingatkan kita: meskipun jumlah kita hanya kecil, namun jika kita setia pada iman kita, percayalah dalam waktu singkat pasti akan banyak temannya alias banyak orang akan bergabung dengan kita.

·   "Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya. Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: "Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu." Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya." (2Sam 11:2-4). Kutipan ini kiranya dapat menjadi bahan refleksi kita semua, entah laki-laki maupun perempuan. Keelokan atau kecantikan seorang perempuan pasti menjadi daya tarik atau daya pikat bagi kaum laki-laki, demikian sebaliknya ketampanan laki-laki akan menjadi daya tarik atau daya pikat bagi kaum perempuan. Marilah kita semua, entah laki-laki atau perempuan, dengan rendah  hati berusaha menjadikan diri kita masing-masing sebagai daya tarik atau daya pikat, dengan mengusahakan keelokan, kecantikan atau ketampanan hati dan budi kita masing-masing alias senantiasa berusaha untuk menjadi orang yang baik dan berbudi pekerti luhur. Ketika kita semua menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur, maka secara otomatis kita akan saling menarik dan memikat, sehingga terjadilah kebersamaan hidup yang nikmat. Tentu saja karena sama-sama baik dan berbudi pekerti luhur, meskipun saling dekat satu sama lain, pasti tidak akan melakukan sebagaimana dilakukan oleh Daud alias berselingkuh atau berbuat serong. Fungsikan atau hayati keelokan, kecantikan dan ketampanan anda sebagai daya tarik dan daya pikat bagi siapapun untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin suci, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku" (Mzm 51:3-7)

Ign 27 Januari 2012


Rabu, 25 Januari 2012

26 Jan


"Tuhan mengutus mereka berdua-dua mendahuliNya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungiNya"

(2Tim 1:1-8; Luk 10:1-9)

"Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu." (Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Timotius dan St.Titus, uskup, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Timoteus dan Titus adalah teman/sahabat dan pembantu Paulus dalam mewartakan Kabar Baik, dan kemudian dua sahabat ini diserahi tugas untuk menggembalakan umat Allah, orang-orang yang telah menerima pewartaan Kabar Baik serta dibaptis, alias mereka menjadi uskup. Hal ini kiranya yang menjadi inspirasi bagi para Gembala Gereja Katolik masa kini untuk menghayati kolegialitas dalam tugas penggembalaan, misalnya di Indonesia para Gembala/uskup tergabung dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Kolegialitas atau kebersamaan dalam mengemban tugas pengutusan atau menghayati panggilan itulah yang diharapkan juga dihayati oleh siapapun yang berpartisipasi dalam penggembalaan umat Allah: para uskup, para pastor paroki, rektor, ketua stasi, ketua lingkungan dst..  Kolegialitas atau kebersamaan dalam tugas dan pengutusan ini penting sekali, mengingat dan memperhatikan godaan, masalah dan tantangan ada di mana-mana dan cukup besar, maka jika dihadapi bersama-sama kiranya kita akan mampu mengatasi godaan, masalah dan tantangan dalam rangka mewartakan Kabar Baik. Kebersamaan hidup bersama dalam komunitas atau paguyuban umat Allah/ beriman pada dirinya sudah merupakan Kabar Baik atau bersifat missioner. Siapapun yang melihat hidup bersama yang rukun, penuh dengan perdamaian dan persahabatan sejati pasti akan tergerak dan terpesona serta tertarik untuk menggabungkan diri. Kebersamaan atau persaudaraan merupakan salah satu bentuk 'pre-evangelisasi' atau jalan masuk yang mulus bagi kedatangan Tuhan, Yang Ilahi. 

·   "Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah" (2Tim 1:6-8). Peringatan Paulus kepada Timoteus ini kiranya juga terarah kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Kita dipanggil untuk "mengobarkan karunia Allah yang ada pada kamu". Jika kita berani dan dengan jujur mawas diri kiranya kita akan mengakui dan menghayati bahwa kita telah menerima kasih karunia Allah secara melimpah ruah. Sebagai tanda bahwa kita sungguh mengobarkan kasih karunia Allah adalah 'membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban'. Cara hidup dan cara bertindak orang yang telah menerima kasih karunia Allah serta mengobarkannya dalam hidup sehari-hari senantiasa membuat orang semakin kuat dalam iman, semakin kuat membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin hidup saling mengasihi satu sama lain serta semakin tertib dalam hidupnya. Tertib dalam cara hidup dan cara bertindak pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak dan kurang tertib dalam cara hidup dan cara bertindaknya serta hanya mengikuti selera pribadi atau seenaknya sendiri tanpa aturan dan tata tertib. Jika semua orang hidup dan bertindak tertib alias menghayati aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusannya, maka hidup bersama akan sungguh menarik, memikat dan mempesona, tidak ada permusuhan, iri hati, tawuran dan kebencian.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa. Kepada TUHAN, hai suku-suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya" (Mzm 96:1-3.7-8a)

Ign 26 Januari 2012


Selasa, 24 Januari 2012

25 Jan


"Pergilah ke seluruh dunia beritakanlah Injil kepada segala makhluk."

(Kis 22:5-16; Mrk 16:15-18)

" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Mrk 16:15-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pertobatan St.Paulus, rasul agung, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setiap mengenangkan pertobatan St.Paulus saya senantiasa teringat akan ceritera perihal Sejarah Serikat Yesus, yang saya terima ketika masih di Novisiat Serikat Yesus di Girisonta, Ungaran. Konon Serikat Yesus yang baru berdiri, dimana anggota-anggotanya tersebar dan kurang tinggal bersama maupun doa bersama ditegor oleh pejabat Vatikan/Kepausan:"Bagaimana para Yesuit itu, katanya menyatakan diri sebagai religious atau hidup membiara, lha kok jarang berdoa bersama dan bahkan para anggotanya pergi terus?". Sekretaris Serikat Yesus pun menjawab:"Ya kami mengikuti jejak St.Paulus, yang berkeliling dunia untuk mewartakan Injil/Kabar Baik". St.Paulus memang berkeliling dunia dan menghayati sabda Yesus "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahhluk". Sabda ini tidak hanya bagi Paulus, tetapi juga bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Jika kita jujur mawas diri kiranya kita semua mengakui bahwa kita setiap hari juga bepergian, artinya keluar dari rumah atau tempat tinggal untuk melaksanakan tugas pengutusan atau kewajiban. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: hendaknya bepergian ke manapun dan sedang melakukan tugas apapun kita senantiasa juga mewartakan Injil atau Kabar Baik. Dengan kata lain semoga kehadiran dan sepak terjang kita dimana pun senantiasa tersiarkan atau terberitakan apa-apa yang baik dalam diri kita, karena kita senantiasa melakukan apa yang baik, semua tugas dan kewajiban dapat kita lakukan dan selesaikan dengan baik. Jika kita semua melakukan apa yang baik, maka akan terjadilah kesatuan dan persaudaraan sejati di antara kita; doa-doa kita di Pekan Doa bagi Kesatuan Umat Kristen terkabul.

·   "Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!" (Kis 22:16), demikian kutipan dari kotbah Paulus. Dibaptis berarti disisihkan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, sehingga mau tak mau harus melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan. Seruan Paulus tersebut terutama diarahkan kepada mereka yang ragu-ragu atau kurang atau  tidak mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan alias kurang atau tidak beriman. Kepada mereka diajak dan dipanggil untuk bertobat, memperbaharui  diri: yang terbiasa melakukan dosa hendaknya segera meninggalkannya, yang kurang disiplin hendaknya segera mendisiplinkan diri, yang tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusan hendaknya segera berusaha untuk setia dst… Selanjutnya hendaknya kita senantiasa "berseru kepada nama Tuhan", artinya mengawali dan mengakhiri aneka tugas dan pekerjaan dengan berdoa. Bagi umat Katolik mungkin hanya diawali dengan membuat tanda salib kiranya sudah cukup, asal kemudian melakukan tugas dan pekerjaan dalam dan dengan terang Yang Tersalib. Jika terpaksa akan marah atau menegor orang lain, hendaknya diawali dengan membuat tanda salib. Di Indonesia ini setiap hari kita dapat mendengarkan suara azan, seruan untuk memuliakan dan memuji Tuhan, dari masjid-masjid. Semoga setiap kali mendengar suara tersebut kita tidak merasa terganggu, melainkan hendaknya menyatukan diri dengan rekan-rekan umat Islam yang sedang mendengarkan suara atau ajakan tersebut seraya menghayati diri berada di hadirat Tuhan. Maka entah di dalam perjalanan karena sedang bepergian atau berada di rumah atau tempat kerja ketika mendengar suara azan dari masjid-masjid tersebut kita bersyukur dan berterima kasih karena diingatkan agar kita senantiasa harus hidup dan bertindak dalam dan bersama Tuhan. Hendaknya suara tersebut sungguh disikapi sebagai ajakan untuk bersama-sama memuliakan dan memuji Tuhan. Semoga di dalam perjalanan ke manapun kita senantiasa dapat mengusir dan mengalahkan setan yang terus merayu dan menggoda kita untuk berbuat dosa.

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)

Ign 25 Januari 2012

 


Senin, 23 Januari 2012

24 Jan

"Kamu adalah sahabatKu  jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu"

(Ef 3:8-12; Yoh 15:9-17)

"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh 15:9-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Fransiskus dari Sales, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Uskup adalah penerus para rasul, sahabat-sahabat Yesus, dalam mewartakan Kabar Baik serta menggembalakan umat Allah. Maka para uskup juga dapat disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus,  namun demikian hemat saya siapapun yang beriman kepada Yesus juga sahabat-sahabat Yesus. Sebagai sahabat Yesus kita dipanggil untuk menghayati atau melaksanakan perintahNya, yaitu "Kasihilah seorang akan yang lain", dan " Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.". Memberikan nyawa berarti mempersembahkan atau mengarahkan cita-cita, dambaan, harapan, tenaga dan waktu, dengan kata lain jika kita dipanggil untuk saling memberikan nyawa berarti kita dipanggil untuk saling berbagi cita-cita, dambaan, harapan, tenaga dan waktu dengan saudara-saudari atau sahabat-sahabat kita. Pengalaman mendalam saling mengasihi ini kiranya telah dihayati oleh para suami-isteri, maka kami berharap kepada para suami-isteri atau bapak-ibu untuk menjadi teladan dalam saling mengasihi kepada anak-anaknya serta mendidik dan mengajarkan anak-anak sedini mungkin untuk saling mengasihi dengan kakak-adik maupun rekan sebayanya, sehingga kelak kemudian hari anak-anak tumbuh berkembang saling mengasihi dengan siapapun tanpa pandang bulu. Pengalaman atau pembekalan anak-anak di dalam keluarga merupakan modal yang besar sekali bagi mereka dalam hidup bersama dalam lingkungan yang lebih luas setelah mereka 'pisah' dari keluarga atau orangtuanya.   

·   "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya" (Ef 3:12). Kutipan ini secara kebetulan juga menjadi pengalaman iman dalam rangka menanggapi panggilan Tuhan untuk menjadi 'Sabahat Yesus' (SY), dan akhirnya saya pilih menjadi motto tahbisan imamat saya untuk menjiwai perjalanan penghayatan imamat sampai saat ini. Rasanya kutipan itu juga senada dengan motto yang dipakai oleh Mgr.A.Soegijapranata SJ maupun Bapak Kardinal Julius Darmaatmadja SJ 'in nomine Iesu' (Dalam Nama Yesus). Maka kami mengajak anda sekalian umat beriman dan khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus untuk senantiasa hidup dan bertindak 'di dalam Dia', karena dengan demikian 'kita beroleh keberanian dan jalan kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepadaNya". Di dalam Dia (Tuhan) kita akan memiliki keberanian untuk menghadapi aneka masalah dan tantangan dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita juga semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Maka marilah kita senantiasa berada di dalam Tuhan, hidup dan bertindak bersamaNya dimana pun dan kapanpun. Kita sadari dan hayati bahwa Tuhan hadir dimana-mana dan berkarya terus menerus tanpa kenal ruang dan waktu, maka dimana dan kapan saja kita akan dapat bersama denganNya atau berada di dalam Tuhan. Tanda bahwa kita senantiasa di dalam Tuhan antara lain kita senantiasa hidup berbudi pekerti luhur dalam situasi dan kondisi apapun, kapan pun dan dimana pun, dan dengan demikian juga senantiasa berbuat baik kepada orang lain, melakukan apa yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Didik dan dampingilah anak-anak anda agar senantiasa di dalam Tuhan, karena ia adalah ciptaan Tuhan, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya.

"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:3-6)

Ign 24 Januari 2012


Minggu, 22 Januari 2012

23 jan


"Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis?"

(2Sam 5:1-7.10; Mrk 3:22-30)

" Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal." Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat." (Mrk 3:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pertama-tama kami ucapkan "gong xi fa cai", Selamat Tahun Baru Cina 2563, Hari Raya Imlek, kepada mereka yang sedang merayakannya, dan jangan lupa 'ampho'nya untuk saya atau para seminaris di Seminari Mertoyudan-Magelang. Seraya bergembira ria kami ajak untuk merenungkan Warta Gembira hari ini. Dalam Warta Gembira hari ini Yesus dituduh oleh ahli-ahli Taurat bahwa Ia mengusir kerasukan Beelzebul, penghulu setan, karena Ia mengusir setan dan menyembuhkan orang-orang sakit. Maka Yesus menanggapi mereka "Bagaimana Iblis mengusir Iblis", yang berarti perang atau bermusuhan dengan saudara sendiri. Maka Yesus sebenarnya mengingatkan kita semua perihal pentingnya hidup persaudaraan atau persahabatan sejati. Memusuhi saudara-saudarinya berarti menghojat Roh Kudus, dengan kata lain tidak beriman, tidak percaya kepada Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi. Hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati berarti senantiasa berpikir positif terhadap apa yang dilakukan orang lain alias mengakui kehendak baiknya serta berusaha lebih melihat apa yang baik daripada yang jahat dalam diri saudara-saudarinya. Maka kami berharap kita tidak saling menuduh atau mengangkat dan membesar-besarkan kekurangan dan kesalahan.Sebagai warganegara Indonesia marilah kita hayati sila ke dua 'Persatuan Indonesia' serta motto "Bineka Tunggal Ika": keragaman dalam kesatuan, kesatuan dalam keragaman. Semoga kerukunan umat beragama di Indonesia tidak hanya manis di bibir saja, melainkan juga dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari.   

·   "Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air itu" (2Sam 5:8), demikian kata Daud. Di bawah kota Yerusalem memang ada saluran air yang mengalirkan air untuk kebutuhan hidup penduduk Yerusalem. Dengan kata lain apa yang dikatakan oleh Daud ini sungguh merupakan kenyataan: suatu strategi perang, sehingga dalam perang di daerah Timur Tengah sampai sekarang pun para tentara memanfaatkan saluran untuk menyerang dan mengalahkan musuhnya. Namun baiklah saya mengajak anda sekalian untuk merefleksikan kata-kata Daud tersebut sebagai symbol. Dalam tubuh kita banyak saluran: saluran darah, udara dan makanan atau minuman, dan marilah kita perhatikan saluran yang vital, yaitu yang ada di dalam leher kita masing-masing. Semua makanan, minuman dan udara masuk ke dalam tubuh melalui saluran dalam leher, jika tidak melalui leher berarti menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan sedang menderita sakit. Maka ada orang membunuh orang lain dengan mencekik leher orang yang bersangkutan. Kita semua berkeinginan atau berkehendak untuk mengalahkan atau menundukkan seluruh anggota tubuh kita alias mengarahkannya agar senantiasa dalam keadaan segar dan sehat wal'afiat, maka baiklah kita senantiasa juga berusaha untuk memasukkan makanan, minuman dan udara yang sehat ke dalam tubuh kita melalui leher. Dengan kata lain kami berharap kepada kepada kita semua untuk berpedoman "empat sehat lima sempurna" dalam hal makanan dan minuman serta menyantap makanan dan minuman yang sehat. Semoga tidak berpedoman pada enak dan tidak enak, melainkan sehat dan tidak sehat dalam hal makan dan minum. Sedini mungkin hendaknya anak-anak di dalam keluarga dibiasakan dan dididik dalam hal makan dan minum yang sehat.

"Pernah Engkau berbicara dalam penglihatan kepada orang-orang yang Kaukasihi, kata-Mu: "Telah Kutaruh mahkota di atas kepala seorang pahlawan, telah Kutinggikan seorang pilihan dari antara bangsa itu. Aku telah mendapat Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudus, maka tangan-Ku tetap dengan dia, bahkan lengan-Ku meneguhkan dia."

 (Mzm 89:20-22)

"GONG XI FA CAI"

Ign 23 Januari 2012