Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 07 Mei 2010

9 Mei - Kis 15:1-2.22-29; Why 21:10-14.22-23; Yoh 14:23-29

"Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu".

Mg Paskah VI : Kis 15:1-2.22-29; Why 21:10-14.22-23; Yoh 14:23-29

Seorang pemimpin atau atasan atau orangtua yang akan bepergian cukup lama atau merasa akan dipanggil Tuhan tidak lama lagi, pada umumnya memberi pesan-pesan atau nasihat-nasihat kepada mereka yang ditinggalkan, lebih-lebih kepada para pembantu atau anak-anaknya. Ia mendelegasikan atau menyerahkan tanggungjawab tertentu serta menunjuk seseorang yang mungkin dapat dimintai bantuan dalam perjalanan atau langkah-langkah yang akan datang. Pesan atau nasihat tersebut pada umumnya sungguh diperhatikan dan diusahakan untuk dilaksanakan sebaik mungkin. Tidak lama lagi Yesus akan naik ke sorga dan Ia memberi nasihat serta pesan kepada para murid yang ditinggalkan serta kepada kita semua yang beriman kepadaNya :"Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" (Yoh 14:23-26). Marilah pesan atau nasihat ini kita renungkan dan hayati.

"Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu" (Yoh 14:26)

 

Segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Yesus kiranya dapat dipadatkan ke dalam ajaran untuk saling mengasihi, sedangkan cara hidup dan cara bertindakNya dijiwai oleh ketaatan dan kerendahan hati. Pertama-tama dan terutama kita dipanggil untuk mengasihi Yesus dengan mentaati dan melaksanakan ajaran-ajaran atau perintah-perintahNya. Pada saat mengikrarkan janji seperti janji baptis, janji perkawinan, janji imamat, dll..pada umumnya kita bergairah melaksanakan janji tersebut, yaitu janji untuk saling mengasihi, namun dalam perjalanan waktu, karena kesibukan dan banyak pekerjaan, sering kita lupa atau mengabaikan janji-janji tersebut. Kepada kita diingatkan bahwa dalam perjalanan waktu dan tugas pekerjaan atau penghayatan panggilan ada pribadi-pribadi tertentu yang siap membantu dan mengingatkan kita perihal janji-janji tersebut, yaitu mereka yang berkehendak baik, tangan-tangan panjang Tuhan, yang penuh Roh Kudus. Maka ketika diingatkan oleh siapapun yang berkehendak baik, hendaknya diterima dengan penuh ketaatan dan kerendahan hati.

 

Kepada siapapun yang berkehendak baik kami harapkan tidak takut untuk menyampaikan bisikan Roh atau kehendak baik tersebut kepada siapapun yang terkait. Dalam system perpajakan ada istilah 'pengawasan melekat', artinya wajib pajak diharapkan dengan jujur membayar pajak dengan menghitung sendiri jumlah pajak yang harus dibayar. Sayang system yang bagus ini dengan mudah diselewengkan, sebagaimana terjadi pada akhir-akhir ini dengan istilah 'makelar kasus'. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang berfungsi untuk mengawasi pekerjaan atau kegiatan apapun dan dimanapun sungguh melaksanakan fungsinya dengan baik. Ketidak-disiplinan dan ketidak-jujuran mereka yang berkuasa, misalnya pejabat pemerintah, polisi dan jaksa/hakim, dapat menjadi wahana penyelewengan atau makelar kasus, maka kami berharap mereka yang berfungsi sebagai penentu kebijakan hidup bersama senantiasa siap sedia untuk diingatkan dan ketika diingatkan hendaknya diterima dengan rendah hati dan ketaatan. Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara rasanya fungsi pengawasan atau kontrol dari DPR terhadap pemerintahan sangat diharapakan. Sedangkan dalam hidup bersama sehari-hari, entah di dalam keluarga, masyarakat atau tempat kerja, kami berharap kepada orangtua atau pemimpin untuk berfungsi dengan prima dalam mengawasi anak-anak atau anggotanya.

 

Sebenarnya peringatan dari Tuhan juga dapat kita temukan dalam aneka macam peraturan atau tatanan yang terkait dengan hidup dan panggilan serta tugas pengutusan kita masing-masing. Maka baiklah aneka peraturan dan tatanan tersebut sering dibaca dan didalami kembali, jangan disimpan rapat-rapat dalam almari besi saja atau diarsipkan saja. Peraturan atau rambu-rambu yang tertulis dan terpasang dijalanan atau di tempat-tempat umum, hendaknya ditaati dan dilaksanakan dengan baik.       

 

"Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat." (Kis 15:28-29)

 

Sidang para rasul dan penatua merupakan kuasa tertinggi dalam penentu kebijakan hidup bersama sebagai umat yang beriman kepada Yesus Kristus. Apa yang dilakukan oleh para rasul dan penatua tersebut pada masa kini antara lain berupa konsili atau sinode para uskup di tingkat internasional, sedangkan di tingkat nasional adalah sidang tahunan konferensi waligereja/uskup. Maka baiklah sebagai anggota Gereja Katolik marilah kita fahami dan laksanakan aneka kebijakan pastoral maupun moral yang telah diputuskan dalam berbagai pertemuan para gembala tersebut, entah yang bersifat nasional maupun internasional. Pada umumnya yang lebih operasional adalah kebijakan di tingkat nasional atau konferensi para uskup, karena kebijakan tersebut merupakan buah pengolahan bersama atas kebijakan kepausan/internasional sesuai dengan situasi dan kondisi Negara kita.

 

Jiwa atau semangat kebijakan pastoral maupun moral hemat saya adalah keselamatan jiwa, maka hendaknya menyikapi kebijakan tersebut dengan semangat yang sama juga yaitu keselamatan jiwa. Demi keselamatan jiwa kita sering harus bermatiraga atau berlakutapa, tidak boleh menikmati ini atau itu atau sebaliknya harus menikmatinya. Matiraga atau lakutapa berarti usaha mengendalikan raga atau tubuh agar berfungsi demi keselamatan jiwa, artinya agar cara hidup dan cara bertindak kita masing-masing demi keselamatan jiwa kita. Dengan kata lain matiraga atau lakutapa pada masa kini masih perlu, atau bahkan sangat diperlukan atau dibutuhkan demi keselamatan jiwa kita. Aneka macam produk makanan dan minuman maupun teknologi yang membanjiri pasar atau masyarakat masa kini pada dasarnya adalah netral, namun belum tentu semuanya menyehatkan atau menyelamatkan tubuh maupun jiwa kita. Dalam setiap kemasan makanan, minuman atau barang pada umumnya ada peraturan yang harus dilaksanakan terkait dengan cara mengkonsumsi dan sering juga ditulis bahaya-bahaya yang mungkin muncul. Maka dengan ini kami mengharapkan sebelum mengkosumsi atau memfungsikan makanan, minuman atau barang dalam kemasan tersebut, hendaknya dibaca dengan teliti aturan yang ada dan dihayati dengan baik. Masing-masing dari kita hendaknya tahu diri alias mengenal diri dengan baik, sehingga dapat mengendalikan diri dalam menghadapi aneka macam jenis makanan, minuman maupun barang.

 

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya,  supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi.  Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia!"

(Mzm 67:2-3.5-6.8)

Jakarta, 9 Mei 2010

   

      


8 Mei -Kis 16:1-10; Yoh 15:18-21

"Jikalau dunia membenci kamu ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku"

(Kis 16:1-10; Yoh 15:18-21)

 

"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku" (Yoh 15:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang jujur, baik, disiplin, tertib dst.. di beberapa kantor pemerintahan atau perusahaan sering menjadi perhatian banyak orang, dalam arti mereka ingin menyingkirkannya. Maklum orang tersebut dirasakan sebagai penghambat untuk melakukan aneka macam bentuk korupsi, yang masih marak pada saat ini. Pada umumnya orang jujur dan baik tersebut senantiasa diintai terus menerus untuk mencari kesalahan dan kekurangannya guna menjatuhkan yang bersangkutan. Kasus sebagaimana dilakukan oleh Bapak Susno Duadji setelah di hadapan para anggota Komisi III DPR RI membeberkan aneka macam bentuk penyelewengan di tubuh POLRI dan intansi terkait misalnya, Bapak Kusno senantiasa diintai dan dicari-cari kesalahannya (termasuk masa lalu). Ia juga dituduh mencemarkan nama baik POLRI. Hemat saya rasanya tidak ada orang lain, kecuali anggota POLRI sendiri yang berani membongkar aneka macam penyelewengan di tubuh POLRI.  Bahkan orang-orang yang berduit justru menghancurkan tubuh POLRI dengan uang pelicin atau sogokan. Dengan ini kami berseru kepada para pejuang kebenaran, kejujuran dan ketertiban dimanapun, di tempat kerja manapun, untuk tetap setia berjuang terus dengan teguh, tanpa takut dan gentar menghadapi aneka macam ancaman atau terror. Sebaliknya kepada mereka, yang pada umumnya adalah orang kaya atau berduit, kami harapkan tidak memfungsikan uang atau harta kekayaannya untuk menghancurkan aneka macam instansi pemerintahan, demi keuntungan sendiri. Secara khusus kami berharap kepada para orangtua atau bapak ibu untuk membiasakan diri hidup jujur, baik dan disiplin serta mendidik anak-anaknya hidup jujur, baik dan disiplin terutama dengan dan melalui teladan orangtua/bapak-ibu.

·   "Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana" (Kis 16:10) . Paulus menerima penglihatan seseorang yang berseru "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!". Dengan penglihatan yang dialami oleh Paulus dan usahanya untuk memenuhi penglihatan tersebut berarti Kabar Gembira atau Injil diberitakan di benua lain, dari benua Asia ke benua Eropa. Kepekaan sebagaimana dialami oleh Paulus dapat terjadi pada diri kita juga jika kita senantiasa berusaha menjadi orang baik, benar dan jujur alias berbudi pekerti luhur. Banyak orang akan minta bantuan atau pertolongan kita dan dengan rendah hati kita siap sedia melayaninya. Memang dari pengalaman dan pengamatan kami: pada umumnya orang yang telah nampak sibuk karena yang bersangkutan memang baik dan jujur senantiasa dimintai bantuan orang lain dan yang bersangkutan berusaha mengatur kesibukan sehingga dapat melayani mereka yang membutuhkan tersebut. Dengan kata lain orang yang sibuk dan banyak pekerjaan dimintai bantuan atau ditambahi tugas lain maka ia dapat melaksanakan dengan  baik, sebaliknya orang yang nampak kurang sibuk alias main-main saja pada umumnya juga jarang dimintai bantuan orang lain dan ketika kepada yang bersangkutan diberi tambahan tugas juga tak dapat diselasaikan karena tugas utama atau pokoknya saja tidak dilaksanakan dengan baik. Marilah kita berusaha untuk tumbuh berkembang menjadi 'man or woman with/for others' , sebagaimana Yesus datang ke dunia demi kesela matan dan kebahagiaan seluruh dunia. Sekali lagi kami berharap: hendaknya anak-anak, entah di dalam keluarga atau di sekolah dibina untuk menjadi 'man or woman with/for others'  dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua maupun guru/pendidik. Dengarkan dan layani teriakan atau jeritan orang lain yang minta pertolongan atau bantuan kita.

 

"Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun" (Mzm 100:1-3.5).

 

Jakarta, 8 Mei 2010              


Kamis, 06 Mei 2010

7 Mei - Kis 15:22-31; Yoh 15:12-17

"Aku telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap"

(Kis 15:22-31; Yoh 15:12-17)


"Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh 15:12-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Mayoritas waktu dan tenaga kita setiap hari kiranya untuk 'bepergian' atau 'bergerak ke sana-kemari' entah dalam jarak jauh atau jarak dekat. Untuk apa kita pergi atau bergerak? Kiranya setiap kita pergi atau bergerak memiliki harapan atau dambaan tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari alias menghasilkan buah yang membahagiakan atau menyelamatkan. Kita pergi atau bergerak dapat karena diperintah orang lain atau karena kemauan atau keinginan sendiri. Sebagai murid-murid atau pengikut Yesus dalam setiap bepergian atau bergerak diharapkan menghasilkan buah 'kasih' karena kepada kita diberi perintah untuk saling mengasihi seperti Yesus telah mengasihi kita dengan 'memberikan nyawanya'. Maka marilah kita mawas diri apakah dengan kepergian atau pergerakan kita dimanapun dan kapanpun kita semakin hidup saling mengasihi, semakin banyak kenalan berarti semakin banyak sahabat, semakin bersaudara atau bersahabat dengan siapapun juga. Semakin tambah usia berarti semakin banyak bepergian atau bergerak, maka selayaknya semakin tambah usia atau semakin tua semakin hidup saling mengasihi, semakin mempersembahkan harapan, dambaan atau cita-cita bagi keselamatan atau kesejahteraan umum/bersama. Maka mereka yang merasa lebih tua atau senior kami harapkan dapat menjadi teladan dalam hidup saling mengasihi bagi yang lebih muda atau yunior: orangtua menjadi teladan bagi anak-anaknya, guru/pendidik menjadi teladan bagi para peserta didik, pemimpin menjadi teladan bagi para anggotanya, dst… Kita semua adalah saudara atau sahabat, sama-sama ciptaan Tuhan, sama-sama mendambakan hidup damai dan sejahtera lahir dan batin, maka marilah saling memperdalam hidup saling mengasihi di antara kita tanpa pandang bulu, usia, SARA, pangkat, kedudukan, jabatan, fungsi, dst..

·   "Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini" (Kis 15:28), demikian semangat dasar kebijakan para rasul dan penatua dalam menjalankan tugas pengutusan mereka atau menghayati panggilan. Semangat ini hendaknya menjadi pedoman atau acuan kita dalam cara hidup dan cara bertindak kita atau setiap kali bepergian atau bergerak. Secara khusus perkenankan di sini kami mengingatkan para orangtua maupun para pengelola sekolah/ pendidikan (kepala sekolah dan para guru) dalam mendampingi anak-anak atau para peserta didik. Hendaknya kepada anak-anak atau para peserta didik sedini mungkin dibiasakan 'jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu'  bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka. Dengan kata lain dalam mendidik atau membina anak-anak/peserta didik kami harapkan mengikuti 'proses', bukan dengan budaya instant. Memang yang sangat berpengaruh dalam hal pendidikan atau pembinaan hemat saya adalah para penentu atau pengambil kebijakan yang terkait dengan kurikulum atau bahan apa saja yang hendaknya dilatihkan atau dididikkan pada anak-anak. Kami mencerimati para peserta didik pada masa kini terlalu banyak dibebani oleh aneka macam mata pelajaran, sehingga mereka tidak tahu mana yang utama atau pokok dan mana yang tambahan dan sebagai pendukung. Ilmu atau mata pelajaran yang perlu dan berlaku secara universal hemat saya adalah : bahasa, matematika,  phisika, biologi (ada aneka macam bahasa, pilihlah yang perlu dan berguna bagi masa depan para peserta didik). Mata pelajaran yang lain hemat saya merupakan tambahan atau pendukung, maka kami berharap di sekolah-sekolah manapun hendaknya unggul dalam hal bahasa, matematika, phisika dan biologi. Ingat dan sadari ketika orang menguasai bahasa (banyak bahasa) maka dengan mudah ia berkomunikasi serta mempelajari aneka ilmu pengetahuan yang telah dibukukan.  Kami berharap kepada para orangtua di kota-kota besar juga tidak tergerak untuk  memberi aneka macam les kepada anak-anak, sehingga anak-anak tertekan, kurang gembira. Buatlah anak-anak senantiasa bergembira dan ceria dalam belajar.  

 

"Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur. Bangunlah, hai jiwaku, bangunlah, hai gambus dan kecapi, aku mau membangunkan fajar!0 Aku mau bersyukur kepada-Mu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku mau bermazmur bagi-Mu di antara suku-suku bangsa; sebab kasih setia-Mu besar sampai ke langit, dan kebenaran-Mu sampai ke awan-awan. Tinggikanlah diri-Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi" (Mzm  57:8-12)

       Jakarta, 7 Mei 2010



Selasa, 04 Mei 2010

5 Mei - Kis 15:1-6; Yoh 15:1-8

"Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya"

(Kis 15:1-6; Yoh 15:1-8)

"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yoh 15:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ranting-ranting memang sangat tergantung pada batang/pokok pohon; kita semua adalah ranting-ranting dan sang pokok batang adalah Yesus, Tuhan dan Guru kita. Jika kita mendambakan menghasilkan buah yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan melalui cara hidup dan cara bertindak kita, maka kita diharapkan senantiasa bersatu dengan sang pokok, Yesus, alias melaksanakan semua perintahNya serta meneladan cara hidup dan cara bertindakNya, karena bersama dan bersatu dengan Dia mau tak mau kita pasti akan dirajai atau dikuasaiNya. Maka pertanyaan bagi kita masing-masing yang beriman pada Yesus Kristus adalah 'apakah saya senantiasa bersama dan bersatu dengan Dia' dan dengan demikian senantiasa berbuat baik, berbudi pekerti luhur dimanapun dan kapanpun. Bersama dan bersatu dengan Yesus berarti hidup dari dan oleh RohNya, maka cara hidup dan cara bertindak kita akan menghasilkan buah-buah seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Bersatu dan bersama dengan Yesus senantiasa hidup saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tubuh dan menghasilkan buah-buah yang menggembirakan. Secara konkret buah saling mengasihi antara suami-isteri adalah seorang anak manusia yang membahagiakan. Setiap orang adalah buah kasih, atau yang terkasih, maka kita bertemu dengan siapapun berarti kasih bertemu dengan kasih dan dengan demikian seacara otomatis saling mengasihi. Saling mengasihi  berarti juga akan saling memuliakan, melayani dan memuji.      

·   "Bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan soal itu" (Kis 15:6). Ada soal 'sunat atau tidak sunat' yang muncul dari beberapa orang Farisi yang telah bertobat atau percaya kepada  Yesus. Sidang para rasul dan penatua yang terjadi pada waktu itu kurang lebih pada masa kini terjadi seperti 'konsili', yaitu sidang para pemimpin Gereja Katolik/Uskup sedunia. Sidang macam itu diharapkan senantiasa berada dalam Roh Kudus atau dalam Tuhan, sehingga pembicaraan serta keputusan atau kebijakan yang dibuat sungguh buah-buah Roh Kudus. Kami berharap sidang macam itu juga dapat terjadi dalam berbagai pertemuan atau lokakarya para pengurus aneka karya pastoral Gereja masa kini di tingkat manapun, misalnya di tingkat paroki-paroki. Setiap paroki kiranya menghadapi aneka soal, yang mungkin berbeda satu sama lain. Hendaknya aneka macam masalah atau soal di dalam pelayanan pastoral paroki dibicarakan dalam Roh Kudus atau dalam Tuhan. Dengan kata lain fungsikan 'manajemen Gerejani' bukan 'menajemen' pada umumnya. Tolok ukur atau barometer kebijakan yang baik adalah keselamatan jiwa, dimana jiwa semakin banyak diselamatkan ke situlah diarahkan kebijakan. Yang sering muncul dalam pelayanan pastoral masa kini rasanya tidak jauh berbeda dengan masa Gereja Purba, yaitu adat-istiadat suku/bangsa. Di Indonesia misalnya pernah terjadi dengan kasus 'Imlek', perayaan atau pesta Tahun Baru bagi suku Tionghoa, yang secara resmi jatuh pada hari Rabu Abu. Pernah ada kebijakan 'Rabu Abu' digeser ke hari berikutnya. Terkait dengan Imlek juga ada gembala tertentu yang melarang misa bernuansa Imlek.  Ada masalah inkulturasi yang memang harus terus menerus diusahakan bentuk konkret macam apa yang tidak melawan kehendak Allah atau yang lebih menyelamatkan jiwa-jiwa manusia.

 

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122:1-5)

Jakarta, 5 Mei 2010


Senin, 03 Mei 2010

4 Mei - Kis 14:19-28; Yoh 14:27-31a

"Damai sejahteraKu Kuberikan kepadamu dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu"

(Kis 14:19-28; Yoh 14:27-31a)


"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi. Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku. Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku" (Yoh 14:17-31a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Bagi kebanyakan orang di dunia ini apa yang disebut damai adalah jika memiliki harta kekayaan dan uang cukup banyak alias kaya raya, sehingga apa yang diinginkan dapat dikabulkan segera, tanpa penundaan. Damai yang dianugerahkan Tuhan kiranya sebagaimana pernah dikatakan oleh Paus Yohanes Paulus II " There is no peace without justice, there is no justice without forgiveness" (= Tiada perdamaian tanpa keadilan, tiada keadilan tanpa kasih pengampunan). Dengan kata lain jika kita mendambakan damai sejati marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi dan mengampuni. Kita hendaknya meneladan Yesus yang 'mengasihi Bapa dan melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Bapa kepadaNya', dengan kata lain marilah kita mengasihi Yesus dengan melakukan semua perintahNya, lebih-lebih perintahNya yang utama dan pertama-tama yaitu 'saling mengasihi'. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13;4-7). Marilah kita hayati uraian perihal kasih sebagaimana dikatakan oleh Paulus di atas ini, agar kita dapat hidup dalam damai sejahtera sejati. Yang mungkin perlu menjadi perhatian kita masa ini adalah 'tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain'. Marah berarti menghendaki yang saya marahi agar tidak ada alias mati atau musnah. Bahasa lain dari marah adalah 'mengeluh, menggerutu, menyakiti orang lain entah dengan kata maupun tindakan phisik, dst.. 

·   "Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman" (Kis 14:27), demikian berita perihal apa yang dilakukan oleh Paulus, rasul agung.  Berkumpul untuk saling menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan kita, itulah yang sebaiknya juga kita lakukan dalam kebersamaan kita sebagai umat beriman. Maka dengan ini kami mengingatkan pentingnya pertemuan atau perjumpaan umat beriman secara rutin di komunitas basis, sebagaimana telah terjadi di sana-sini, misalnya ibadat atau doa lingkungan mingguan, dll.. Dalam pertemuan atau perjumpaan tersebut hendaknya diberi kemungkinan bagi semua yang hadir untuk menceriterakan atau mensharingkan karya Allah dalam dirinya yang lemah dan rapuh; dengan kata lain hendaknya diselenggarakan sharing iman di dalam pertemuan atau perjumpaan tersebut. Karya atau perbuatan Allah tersebut dalam diri kita antara lain berupa tindakan kita untuk memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang haus, memberi pakaian yang telanjang, memberi tumpangan orang asing atau yang tersingkir, dst… atau aneka macam bentuk kepedulian sosial yang telah kita lakukan. Penghayatan kepedulian sosial dalam hidup sehari-hari dapat menjadi pintu bagi orang lain untuk semakin beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Marilah kita tingkatkan dan perdalam kepedulian kita terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan dalam aneka macam kebutuhan hidup. Sebagai orang Indonesia kami ingatkan pentingnya menhayati sila kelima dari Pancasila, yaitu "Keadilan Sosial bagi seluruh bangsa Indonesia".

 

"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan"

 (Mzm 145:10-13a)

 

Jakarta, 4 Mei 2010


Minggu, 02 Mei 2010

3 Mei - 1Kor 15:1-8; Yoh 14:6-14

"Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu  Aku akan melakukannya."

(1Kor 15:1-8; Yoh 14:6-14)

"Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." (Yoh 14:6-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St. Filipus dan St.Yakobus hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Apa yang dilakukan oleh seorang rasul adalah memberitakan jalan menuju keselamatan atau kebahagiaan sejati, alias jalan menuju kembali kepada Allah, maka untuk itu sang rasul diharapkan telah tahu jalan tersebut dan berusaha menelusurinya terus menerus. Kita sebagai orang beriman juga memiliki dimensi rasuli yang harus kita hayati, maka marilah melalui atau dengan cara hidup dan cara bertindak kita dengan rendah hati kita selalu berusaha memperjelas jalan-jalan menuju ke kebahagiaan atau  keselamatan sejati, dengan kata lain marilah kita bersama-sama dan saling membantu untuk menjadi manusia-manusia yang baik dan berbudi pekerti luhur. Percayalah jika kita memiliki kemauan yang kuat untuk menjadi manusia yang baik dan berbudi pekerti luhur, pada waktunya pasti akan menjadi kenyataan. Maka baiklah kita senantiasa berdoa sebagaimana didoakan atau dimohon oleh raja Salomo "Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" (1Raj 3:9). Terhadap permohonan ini Allah pun mengabulkannya dengan bersabda: "Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian" (1Raj 3:11-12) Marilah kita senantiasa mohon dan mengusahakan 'hati yang penuh hikmat dan pengertian'.

·   "Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu" (1Kor 15:1-2). Injil adalah warta gembira yang antara berisi pewartaan tentang apa yang disabdakan dan dilakukan oleh Yesus, Penyelamat Dunia. Maka jika kita mendambakan diri kita senantiasa teguh berdiri dalam menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah kehidupan, hendaknya setia melaksanakan sabda-sabda Tuhan atau meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, Penyelamat Dunia. Dengan semangat iman kristiani hendaknya kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; semakin mendunia hendaknya juga semakin beriman. Semua sabda atau ajaran Yesus kiranya dapat dipadatkan ke dalam ajaran 'kasih', maka marilah kita sikapi dan hadapi aneka macam hambatan, masalah dan tantangan dalam dan oleh kasih. Hidup dan bertindak dalam dan oleh kasih pasti akan tahan terhadap aneka macam godaan atau goncangan kehidupan. Hadapi dan sikapi orang-orang yang keras atau nampak menakutkan dalam dan oleh kasih. Hidup dan bertindak dalam dan oleh kasih berarti tidak pernah melecehkan atau merendahkan orang lain, melainkan senantiasa mengabdi, menghormati, memuji dan memuliakan orang lain. Jika kita hidup dan bertindak dalam dan oleh kasih maka pasti akan banyak orang  tertarik dan terpikat pada kita, ingin mendekat dan bersahabat dengan kita.

 

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari" (Mzm 19:2-5)

 

Jakarta, 3 Mei 2010