Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 29 Desember 2012

Pesta Keluarga Kudus


Pesta Keluarga Kudus: 1Sam 1:20-22.24-28; 1Yoh 3:1-2.21-24; Luk 2:41-52
"Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia"
Keluarga merupakan dasar hidup menggereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka jika semua keluarga baik adanya secara otomatis hidup menggereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akan dalam keadaan damai sejahtera dan aman-tenteram. Namun sungguh memprihatinkan bahwa tidak semua keluarga baik adanya atau bahkan mayoritas keluarga mengalami erosi atau kemerosotan moral, sehingga hidup bersama kacau balau sebagaimana dapat kita saksikan pada masa kini. Perceraian antar suami-isteri semakin marak, anak-anak yang kurang kasih sayang dari orangtua semakin banyak, demikian pula tindak kejahatan semakin membengkak. Maka pada hari raya "Pesta Keluarga Kudus" dari Nasaret, Yusuf, Maria dan Kanak-kanak Yesus hari ini, perkenankan saya mengajak mereka yang hidup berkeluarga atau akan hidup berkeluarga sebagai suami-isteri untuk mawas diri dengan cermin Keluarga Kudus dari Nasaret
"Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia." (Luk 2:52)
Kita semua sebagai manusia adalah ciptaan Allah, yang diciptakan dalam dan oleh kasihNya bekerjasama dengan orangtua, bapak-ibu kita masing-masing yang saling mengasihi, maka masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' atau yang terkasih dan dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena dan oleh kasih. Ikatan laki-laki dan perempuan menjadi suami-isteri juga karena dan oleh kasih, dan kasih antar-suami isteri akan terjadi sampai mati jika mereka berdua dengan sungguh-sungguh saling mengasihi. Cintakasih itu bebas, alias tak terbatas, dan kebebasan hanya dapat dibatasi oleh cintakasih. Dalam dan oleh cintakasih orang dapat berbuat apapun asal tidak pernah melecehkan sedikitpun harkat martabat manusia, dirinya sendiri maupun orang lain.
Anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada suami-isteri hendaknya juga dididik dan dibesarkan dalam dan oleh cintakasih. Maka dalam mendidik dan membina anak-anak jauhkan dari aneka macam pemanjaan maupun paksaan. Ingatlah dan sadari bahwa anda berdua tergerak untuk menjadi suami-isteri juga dilandasi atau didasari oleh cintakasih dan kebebasan, dan hendaknya cintakasih dan kebebasan anda berdua semakin mendalam dan mantap, sehingga mampu mendidik dan mendampingi anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada anda berdua dalam dan dengan cintakasih dan kebebasan. Kita semua kiranya mendambakan diri kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama atau saudara-saudari kita, maka hendaknya kita juga senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dan sesama kita dimana pun dan kapan pun.
Jika anda memiliki beberapa anak hendaknya mendampingi dan mendidik anak-anaknya dengan jiwa 'cura personalis', masing-masing diberi perhatian sesuai dengan perkembangan, bakat dan kemungkinannya, tidak digeneralisir. Hendaknya anak-anak juga jangan merasa kurang dikasihi atau diperhatikan oleh orangtuanya, dan tentu saja antar kakak-adik juga dididik dan dibina untuk saling mengasihi dan memperhatikan. Salah satu keprihatinan saya masa kini adalah perihal kepekaan sosial, peka terhadap orang lain atau dalam bahasa asing "to be man/woman for/with others" (menjadi laki-laki/perempuan bagi atau bersama dengan yang lain). Pengalaman relasi antar orangtua dan anak, kakak dan adik, anggota keluarga dengan pembantu rumah tangga merupakan modal untuk kelak kemudian ketika menjadi orang dewasa dalam berrelasi dengan atas, rekan kerja/teman/sahabat dan para pembantu yang lain atau mereka yang miskin dan berkekurangan. Maka binalah anak-anak anda dalam berrelasi dengan anda sebagai orangtua, antar kakak-adik, dengan pembantu rumah tangga dalam hal kepekaan terhadap kebutuhan yang lain.
Kami juga berharap bahwa di antara anak-anak anda ada yang tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster, maka jadikanlah keluarga anda sebagai tempat 'penyemaian benih-benih panggilan'. Gereja Katolik masa kini membutuhkan imam, bruder dan suster yang handal dan kompeten dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan zaman yang begitu cepat berubah.
"Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya. Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita. Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita" (1Yoh 3:21-24)
Kutipan di atas ini mengingatkan dan mengajak kita agar sebagai umat beriman atau beragama senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun. Ajaran hidup dan bertindak saling mengasihi hemat saya merupakan ajaran semua agama atau keyakinan kepercayaan apapun. Barangsiapa hidup saling mengasihi atau melaksanakan perintah Allah berarti "ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia", dengan demikian orang akan semakin setia dalam melaksanakan atau menghayati perintah dan sabdaNya atau kehendakNya. Orang yang diam di dalam Allah juga dapat menemukan Allah dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Allah.
Kami harapkan keluarga-keluarga kristiani khususnya maupun keluarga-keluarga pada umumnya sungguh menghayati kehadiran Allah di dalam keluarga, dan semua anggota keluarga senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Kami percaya bahwa para suami-isteri pun menghayati diri bahwa yang mempertemukan mereka untuk hidup bersama sampai mati juga Allah sendiri, maka diawali oleh Allah hendaknya juga diakhiri oleh Allah. Hendaknya semua gairah, cita-cita, harapan dan dambaan seluruh anggota keluarga ada dalam Allah, yang tidak lain adalah keselamatan jiwa manusia.
Karena Allah hadir di dalam keluarga, maka hendaknya keluarga menyediakan waktu khusus untuk menghadap Allah bersama-sama, berdoa bersama serta bercurhat bersama, dan kiranya baik juga dibacakan dan direnungkan sabda-sabda Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Sekali lagi kami katakan bahwa sekiranya apa yang kami kirimkan via email setiap hari boleh dibacakan dan didengarkan serta dicecap bersama-sama. Tak lupa dengan rendah hati kami mohon doakan juga para imam, bruder dan suster agar setia dalam panggilan mereka, Dengan sering mendoakan para imam, bruder maupun suster kami berharap bahwa di antara anak-anak anda ada yang tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster.
Secara khusus dengan rendah hati kami mohon doa bagi kami yang lemah dan rapuh ini, karena pada hari ini kami merayakan 29 tahun tahbisan imamat kami. Saya pribadi ketika ditabiskan menjadi imam mengambil motto ini sebagai pegangan perjalanan imamat saya, yaitu " Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (Ef 3:12). Semoga kami setia menghayati panggilan imamat dalam melayani umat Allah yang diserahkan kepada kami.
 
"Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau.Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah" (Mzm 84:2-3.5-6)
 
Ign 30 Desember 2012
 

29 des


"Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang"
(1Yoh 2:3-11; Luk 2:22-35)
"Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan -- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." (Luk 2:22-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yesus, Penyelamat Dunia, memang datang ke dunia untuk memperbaharui dunia, terutama cara hidup dan cara bertindak manusia. "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangun-kan banyak orang", demikian tugas pengutusan Penyelamat Dunia. Maka kita semua yang beriman kepadaNya kami ajak tidak usah menunggu 'dijatuhkan atau dibangunkan', melainkan marilah secara proaktif dan kreatif memperbaharui diri. Kita tinggalkan cara hidup dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, dan mungkin bagi kita yang telah dibaptis marilah setia kepada janji baptis, sedangkan kepada kita semua kami ajak untuk setia pada janji-janji yang telah kita ikrarkan. Secara konkret kepada para suami-isteri kami ajak untuk saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati; kepada para pekerja kami ajak untuk setia pada janji kerja, sedangkan kepada para pelajar atau mahasiswa kami ajak untuk setia pada janji pelajar atau mahasiswa. Pertama-tama dan terutama memang yang perlu kita rubah adalah cara berpikir, mengingat dan mempertimbangkan bahwa apa yang ada dalam pikiran kita adalah yang akan kita lakukan atau kerjakan. Hendaknya yang kita pikirkan adalah apa yang dipikirkan oleh Tuhan yaitu keselamatan jiwa manusia, maka jika yang kita pikirkan macam itu, kiranya sewaktu-waktu kita akan dipanggil Tuhan akan berkata seperti Simeon:"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu".
·   "Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan.Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya" (1Yoh 2:10-11). Kutipan ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk hidup saling mengasihi kapan pun dan dimana pun jika kita mendambakan hidup bahagia, sejahtera dan damai sejati. Tugas pengutusan untuk saling mengasihi hemat saya dengan mudah kita hayati jika kita semua menghayati diri sebagai yang terkasih, yang diciptakan oleh Tuhan karena kasihNya bekerjasama dengan orangtua kita masing-masing yang saling mengasihi. Karena masing-masing dari kita adalah yang terkasih, maka bertemu dengan siapapun berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi. Kepada siapapun yang masih membenci saudara-saudarinya kami ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri, agar anda tidak berjalan di dalam kegelapan atau kekacauan dan selanjutnya menderita berkepangan sampai mati. Kami berharap segenap anggota keluarga dalam satu rumah tangga sungguh hidup saling mengasihi, sehingga dalam kehidupan bersama yang lebih luas juga akan saling mengasihi.
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)
Ign 29 Desember 2012

28 des


"Murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus"
(1Yoh 1;1-4; Yoh 20:2-8)
"Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya." (Yoh 20:2-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan St.Yohanes, rasul dan pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Cintakasih merupakan keutamaan hidup luar biasa; orang yang saling mencintai pada umumnya dalam keadaan gembira, ceria dan dinamis serta cekatan dalam melakukan segala sesuatu. Yohanes dikenal sebagai murid terkasih Yesus, maka ketika mendengar ada sesuatu yang terjadi dalam diri Yesus ia dengan cepat dan cekatan berusaha untuk mencari tahu. Dalam Warta Gembira ini dikisahkan bahwa Yesus yang telah wafat dan dimakamkan tidak ada lagi berada di makam, sebagaimana diceriterakan oleh para wanita kepada mereka. Dua rasul, Petrus dan Yohanes tergerak untuk mencari tahu dan pergi ke makam, dan ternyata Yohanes lebih cepat sampai ke makam. Kita semua ada dan tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini tidak lain karena cintakasih, yang telah kita terima secara melimpah ruah, maka marilah kita sadari dan hayati cintakasih yang telah kita terima tersebut. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik atau dibiasakan perihal dirinya yang senantiasa dikasihi, sehingga kelak kemudian hari ketika menjadi dewasa mereka sungguh hidup dan bertindak berdasarkan cintakasih, dijiwai oleh cintakasih dan dengan demikian cepat dan cekatan menanggapi segala sesuatu yang sedang terjadi. Anak-anak kiranya dapat dilatih atau dibiasakan dalam hidup sehari-hari untuk membereskan atau memperbaiki apa yang tidak beres atau tidak baik dengan segera, dan tentu saja dengan teladan konkret dari orangtua. Kami berharap relasi antara suami-isteri atau bapak-ibu juga cepat dan cekatan dalam menanggapi apa yang terjadi dalam atau dialami oleh pasangan hidupnya.
·   "Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna" (1Yoh 1:2-4). Apa yang dikatakan di atas ini kiranya dapat menjadi acuan atau pedoman hidup kita, lebih-lebih kalimat ini, yaitu:"Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami". Marilah kita saling membagikan (sharing atau curhat) pengalaman iman untuk mempererat dan memperdalam persahabatan atau persaudaraan di antara kita. Pengalaman iman berarti aneka pengalaman yang terkait dengan Penyelenggaraan Ilahi, yang tidak lain adalah apa-apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kami percaya masing-masing dari kita lebih mengalami apa yang baik daripada apa yang jahat, maka jangan pelit untuk memberitakan apa yang baik kepada saudara-saudari kita. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa sebagai orang beriman kita memiliki tugas pengutusan untuk mewartakan kabar baik, menyebarluaskan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Kami percaya bahwa masing-masing dari kita senantiasa berkehendak untuk menyampaikan apa yang baik kepada saudara-saudari kita, dan ada kemungkinan terjadi salah faham karena kita kurang saling mendengarkan. Maka marilah kita perdalam keutamaan 'mendengarkan' dalam hidup dan kerja kita, agar kemudian kita mampu memahami dan menangkap kehendak baik saudara-saudari kita. Semoga dengan demikian akan terjadi sukacita yang sempurna dalam kebersamaan hidup dan kerja kita.
"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya. Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya" (Mzm 97:1-2.5-6)
Ign 27 Desember 2012

Rabu, 26 Desember 2012

27 des


"Murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus"
(1Yoh 1;1-4; Yoh 20:2-8)
"Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya." (Yoh 20:2-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan St.Yohanes, rasul dan pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Cintakasih merupakan keutamaan hidup luar biasa; orang yang saling mencintai pada umumnya dalam keadaan gembira, ceria dan dinamis serta cekatan dalam melakukan segala sesuatu. Yohanes dikenal sebagai murid terkasih Yesus, maka ketika mendengar ada sesuatu yang terjadi dalam diri Yesus ia dengan cepat dan cekatan berusaha untuk mencari tahu. Dalam Warta Gembira ini dikisahkan bahwa Yesus yang telah wafat dan dimakamkan tidak ada lagi berada di makam, sebagaimana diceriterakan oleh para wanita kepada mereka. Dua rasul, Petrus dan Yohanes tergerak untuk mencari tahu dan pergi ke makam, dan ternyata Yohanes lebih cepat sampai ke makam. Kita semua ada dan tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini tidak lain karena cintakasih, yang telah kita terima secara melimpah ruah, maka marilah kita sadari dan hayati cintakasih yang telah kita terima tersebut. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik atau dibiasakan perihal dirinya yang senantiasa dikasihi, sehingga kelak kemudian hari ketika menjadi dewasa mereka sungguh hidup dan bertindak berdasarkan cintakasih, dijiwai oleh cintakasih dan dengan demikian cepat dan cekatan menanggapi segala sesuatu yang sedang terjadi. Anak-anak kiranya dapat dilatih atau dibiasakan dalam hidup sehari-hari untuk membereskan atau memperbaiki apa yang tidak beres atau tidak baik dengan segera, dan tentu saja dengan teladan konkret dari orangtua. Kami berharap relasi antara suami-isteri atau bapak-ibu juga cepat dan cekatan dalam menanggapi apa yang terjadi dalam atau dialami oleh pasangan hidupnya.
·   "Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna" (1Yoh 1:2-4). Apa yang dikatakan di atas ini kiranya dapat menjadi acuan atau pedoman hidup kita, lebih-lebih kalimat ini, yaitu:"Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami". Marilah kita saling membagikan (sharing atau curhat) pengalaman iman untuk mempererat dan memperdalam persahabatan atau persaudaraan di antara kita. Pengalaman iman berarti aneka pengalaman yang terkait dengan Penyelenggaraan Ilahi, yang tidak lain adalah apa-apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kami percaya masing-masing dari kita lebih mengalami apa yang baik daripada apa yang jahat, maka jangan pelit untuk memberitakan apa yang baik kepada saudara-saudari kita. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa sebagai orang beriman kita memiliki tugas pengutusan untuk mewartakan kabar baik, menyebarluaskan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Kami percaya bahwa masing-masing dari kita senantiasa berkehendak untuk menyampaikan apa yang baik kepada saudara-saudari kita, dan ada kemungkinan terjadi salah faham karena kita kurang saling mendengarkan. Maka marilah kita perdalam keutamaan 'mendengarkan' dalam hidup dan kerja kita, agar kemudian kita mampu memahami dan menangkap kehendak baik saudara-saudari kita. Semoga dengan demikian akan terjadi sukacita yang sempurna dalam kebersamaan hidup dan kerja kita.
"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya. Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya" (Mzm 97:1-2.5-6)
Ign 27 Desember 2012

Selasa, 25 Desember 2012

26 des


"Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat"
(Kis 6:8-10; 7:54-59; Mat 10:17-22)
"Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat" (Mat 10:17-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Stefanus, martir pertama, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hari pertama setelah Pesta Natal, Kelahiran Penyelamat Dunia, kita kenangkan St.Stefanus, martir pertama di dalam Gereja. Beriman kepada Penyelamat Dunia memang harus hidup mendunia atau membumi, yang berarti berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Memperhatikan dan mencermati masih maraknya kemerosotan moral dalam hidup bermasyarakat, berbanga dan bernegara pada masa kini, maka hidup sungguh beriman kepada Penyelamat Dunia akan menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Korupsi dan kebohongan masih marak di sana-sini, bahkan juga subur di lingkungan jajaran lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Hemat saya tantangan dan hambatan dalam rangka memberantas korupsi sungguh berat, bahkan mereka yang setia memberantas korupsi senantiasa dalam ancaman untuk dihabisi atau dibunuh, disingkirkan dari permukaan bumi ini. "Kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat", demikian sabda Penyelamat Dunia. Kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman atau beragama, entah keyakinan iman atau agamanya apapun, untuk senantiasa setia dan taat pada iman atau ajaran agamanya. Marilah kita berantas bersama korupsi yang masih marak di negeri tercinta kita ini. Tindakan korupsi merupakan pembusukan hidup bersama, dimana ada koruptor hidup bersama menjadi busuk, tak sedap, tak menarik dan tak mempesona lagi. Marilah meneladan Stenanus maupun Penyelamat Dunia, yang kedatangannya kurang atau tidak diterima oleh saudara-saudarinya yang bersikap mental materialistis dan duniawi. Beriman kepada Penyelamat Dunia berarti dimana ada bagian hidup mendunia, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tidak selamat, tidak baik, dipanggil untuk menyelamatkan atau memperbaikinya.
·   "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku" (Kis 7:56-59). Kutipan ini merupakan kisah terakhir perihal St Stefanus, martir pertama. "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku" inilah yang kiranya baik kita hayati juga dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Sebagai orang beriman atau beragama kita dipanggil untuk menyerahkan atau mempersembahkan roh kita kepada Tuhan, yang berarti mengarahkan dambaan, cita-cita dan harapan kepada Penyelenggaraan Ilahi, yang secara konkret senantiasa dengan rendah hati dan kerja keras berusaha untuk hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, senantiasa melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwa manusia. Marilah kita arahkan pandangan hati, jiwa dan pikiran kita kepada Tuhan yang telah menciptakan kita dan menganugerahi aneka macam yang kita butuhkan untuk hidup dan kerja kita. Hendaknya kita juga jangan takut mati ketika harus tetap setia pada iman dan kepercayaan kita. Kami berharap semangat kemartiran ini dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dan diperdalam serta diperkembangkan di sekolah-sekolah. Di sekolah-sekolah antara lain diberlakukan larangan menyontek dalam ulangan atau ujian, dan jika menyontek berikan sangsi antara lain dikeluarkan dari sekolah. Membiarkan menyontek berarti mendidik dan mempersiapkan koruptor-koruptor, pembusukan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
"Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku" (Mzm 31:3c-4)
Ign 26 Desember 2012

Natal


HR Natal
"Ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia"

Ajaran untuk hidup dan bertindak saling mengasihi merupakan ajaran semua agama, dan kiranya semua pemuka atau pengajar agama atau pengkotbah hemat saya senantiasa menyampaikan ajaran atau kotbahnya didasari atau dijiwai oleh cintakasih. Memang karena keterbatasan dan kelemahan masing-masing, sesuai dengan lingkungan hidupnya, ada kemungkinan secara konkret apa yang diajarkan atau dikotbahkan berbeda, dan tentu saja para pendengar juga akan berbeda dalam penghayatan atau pelaksanaan perihal perintah untuk saling mengasihi. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal 'saling mengasihi' dalam rangka mengenangkan Kelahiran Penyelamat Dunia atau merayakan pesta Natal. Natal berasal dari kata Latin 'natus' (kata sifat), yang berarti lahir, diciptakan, menurut kodratnya diperuntukkan bagi, dst.. Maka hemat saya berefleksi perihal 'saling mengasihi' kita dapat berpedoman perihal 'dilahirkan, diciptakan, menurut kodratnya diperuntukkan bagi'.
            "Allah telah mengasihi kita" (bdk 1Yoh 4:19)
Kutipan di atas ini menjadi tema pesan Natal bersama PGI dan KWI pada tahun ini. Kasih Allah kepada manusia kiranya dapat kelihatan dan dinikmati oleh orang yang sungguh saling mengasihi, khusus suami-isteri yang saling mengasihi dengan bebas dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga atau kekuataan tanpa syarat. Penghayatan ajaran saling mengasihi dalam diri suami-isteri merupakan wujud partisipasi dalam karya penciptaan Allah dalam menciptakan manusia. Buah saling mengasihi antar suami-isteri tidak lain adalah anak yang terkasih, yang kiranya juga boleh disebut sebagai 'buah kasih' alias yang terkasih. Bukankah kita semua juga merupakan 'buah kasih' atau yang terkasih, yang diciptakan oleh Allah bekerjasama dengan bapak-ibu atau orangtua kita masing-masing yang saling mengasihi?
Pesta Natal memang merupakan kenangan kasih Allah kepada manusia yang luar biasa, dimana Ia menjadi manusia seperti kita dalam hal dosa, melepaskan segala kebesaran atau ke-Allah-anNya untuk menjadi manusia sama seperti kita. KedatanganNya ke dunia juga merupakan wujud kasih pengampunan Allah kepada umat manusia yang berdosa. "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam
palungan." (Luk 2:10-12), demikian Warta Gembira kelahiran atau kedatangan Penyelamat Dunia.
Kelahiran senantiasa membahagiakan dan menggembirakan, dan tentu saja bagi kaum beriman, entah itu itu kelahiran manusia atau binatang atau jika tanaman berarti menghasilkan buah. Apalagi jika yang lahir adalah akan menjadi orang penting, misalnya yang akan mewarisi tahta kerajaan. Yang kelahiranNya kita kenangkan hari ini "memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa", Ia lahir sebagai Penyelamat Dunia, untuk menyelamatkan seluruh dunia seisinya, dan untuk itu Ia sungguh 'mendunia' atau 'membumi'. KasihNya sungguh membumi atau mendunia alias menjadi nyata. Maka jika kita menghayati ajaran saling-mengasihi hendaknya juga sungguh membumi atau mendunia alias menjadi nyata, dan hemat saya salah satu wujud kasih yang hendaknya dihayati adalah 'boros waktu dan tenaga bagi yang terkasih' alias bermurah hati kepada yang terkasih, hatinya senantiasa terarah kepada yang terkasih.
"Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini"(Tit 2:11-12). Penyelamat Dunia datang sebagai manusia ke tengah-tengah kita untuk "mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini". Pertama-tama kita semua diharapkan hidup dan bertindak tidak materialistis, melainkan secara spiritual alias lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia. Untuk itu antara lain kita diharapkan "hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini".
Bertindak bijaksana berarti buah tindakan atau kebijakannya senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan dirinya sendiri maupun orang lain yang kena dampak tindakan atau kebijakannya. Saya percaya dalam Malam Natal atau di hari-hari yang bersuasana Natal ini kira semua dalam keadaan berbahagia dan bergembira dan kiranya juga terjadi pembagian hadiah atau makanan dan minuman alias tukar 'tali asih'. Kami berharap dalam hal ini sungguh adil, dan keadilan yang paling mendasar adalah hormat terhadap harkat martabat manusia alias semakin memanusiakan manusia. Jika kita semua sungguh manusiawi, maka panggilan atau ajakan untuk "beribadah di dalam dunia sekarang ini" dapat kita lakukan atau hayati dengan mudah dan baik.
"Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka." (Luk 2:20)
Penerima dan saksi pertama Warta Gembira Natal, kelahiran Penyelamat Dunia adalah para gembala domba. Dalam tata susunan social kemasyarakatan para gembala termasuk 'orang buangan' yang kurang diperhatikan, meskipun demikian para gembala tidak kecewa, tidak frustrasi, melainkan tetap bahagia dan gembira. Karena tiada yang diharapkan dari manusia, sesamanya, maka dambaan atau harapan mereka senantiasa terarah kepada Allah, Penyelenggaraan Ilahi. Maka kiranya dapat dimengerti dengan baik bahwa akhirnya mereka yang pertama kali mampu mengimani kelahiran Penyelamat Dunia, yang lahir dalam puncak kemiskinan dan kesederhanaan di palungan kandang domba.
Para pemimpin Umat Allah sering juga disebut gembala umat, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap gembala umat untuk menghayati panggilan penggembalaan dengan baik dan benar. Motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro, yaitu "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" (= keteladanan/kesaksian, pemberdayaan, motivasi) kiranya dapat dihayati dalam penggembalaan umat Allah. Kami berharap kepada para gembala umat dapat menjadi teladan dalam hal 'boros waktu dan tenaga' terhadap sesamanya, mengasihi umat. Selain itu hendaknya dapat menjadi teladan hidup sederhana dan tidak materialistis, sehingga dambaan atau harapannya ada pada Penyelenggaraan Ilahi. Pemberdayaan juga penting sekali dalam penggembalaan umat, yang antara lain berarti kedatangan atau keberadaan gembala umat dimana pun dan kapan pun senantiasa memberdayakan umat, menggairahkan, mempesona dan menarik umat untuk semakin tumbuh berkembang sebagai umat Allah yang membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah. Hendaknya juga mendorong dan meneguhkan umat yang berkehendak baik untuk mewujudkan kehendak baiknya dalam cara hidup dan cara bertindak.
Semoga di antara kita setelah saling bertemu, bercakap-cakap dan bercurhat kemudian      "memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka." Dengan kata lain masing-masing dari kita hendaknya berkata-kata atau berceritera perihal kebenaran-kebenaran , bukan kebohongan atau pura-pura. Berkata-kata atau berceriteralah apa adanya, tidak berkurang atau berlebih dari kenyataan atau kebenaran yang ada.  
            Natal adalah Kabar Gembira atau Kabar Baik.
Akhirnya marilah kita sadari dan hayati bahwa kelahiran Penyelamat Dunia adalah kabar baik, maka merayakan Natal atau mengenangkan kelahiranNya berarti kita senantiasa dapat menjadi pewarta kabar baik, menyebarluaskan dan melakukan apa yang baik. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu. Maka baiklah saya kutipkan apa yang dipesankan oleh PGI dan KWI dalam pesan Natal Bersama 2012 sebagai berikut:
"Dalam terang kasih itu, kami mengajak saudara-saudari untuk menanggapi kasih Allah dengan bertobat dan sungguh-sungguh mewujudkan kasih dengan memperhatikan beberapa hal penting berikut ini:
Pertama, Allah menciptakan alam semesta itu baik adanya dan menyerahkan pemeliharaan serta pemanfaatannya secara bertangungjawab kepada manusia. Perilaku tidak bertanggung-jawab terhadap alam ciptaan akan menyengsarakan bukan hanya kita yang hidup saat ini, tetapi terlebih generasi yang akan datang. Maka kita dipanggil untuk melestarikan dan menjaga keutuhan ciptaanNya dari perilaku sewenang-wenang dalam mengelola alam
Kedua, melibatkan diri dalam berbagai usaha baik yang dilakukan untuk mengatasi persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti konflik kemanusiaan, menguatnya intoleran dan perilaku serta tindakan yang menjauhkan semangat persaudaraan sebagai sesama warga bangsa.
Ketiga, melalui jabatan, pekerjaan dan tempat kita masing-masing dalam masyarakat, kita ikut sepenuhnya dalam semua usaha yang bertujuan memerangi kemiskinan jasmani maupun rohani. Demikian juga kita melibatkan diri dalam berbagai upaya untuk memberantas korupsi. Salah satu caranya adalah mengembangkan semangat hidup sederhana dan berlaku jujur.
Keempat, melibatkan diri dalam menjawab keprihatinan bersama terkait dengan lemahnya penegakan hukum. Hal itu bisa kita mulaiu dari diri kita sendiri dengan menjadi warga negara yang taat kepada hukum dan yang menghormati setiap proses hukum seraya terus mendorong ditegakkannya hukum demi keadilan dan kebaikan seluruh warga bangsa".
"SELAMAT NATAL 2012 DAN TAHUN BARU 2013"
"Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Bersukacitalah karena TUHAN, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus." (Mzm 97:11-12)
Ign 25 Desember 2012

24 des


"Engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagiNya"
(2Sam 7:1-5.8b-12.16; Luk 1:67-79)
"Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya: "Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, -- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus -- untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita. Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera." (Luk 1:67-79), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Setelah Yohanes lahir, maka terbukalah mulut Zakharia, dan ia dapat berbicara. Sebagai ucapan syukur dan terima kasih Zakharia mengidungkan pujian syukur serta membuka misteri perihal anaknya, bahwa anaknya dilahirkan untuk "berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita". Warta Gembira ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi khususnya bagi orangtua atau bapak-ibu yang baru saja dianugerahi anak oleh Tuhan. Anak adalah anugerah Tuhan, maka hendaknya ketika anda dianugerahi anak segera bersyukur dan berterima kasih, dan syukur jika anda berharap seperti Zakharia bahwa anak yang dianugerahkan Tuhan kepada anda juga akan 'berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagiNya', yang berarti anak akan tumbuh berkembang sebagai pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, sehingga siapapun yang melihatnya akan tergerak untuk semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dengan kata lain hendaknya anda mendidik dan membesarkan anak anda dengan semangat 'cintakasih dan kebebasan Injili', tidak memanjakan maupun membiarkan seenaknya. Anak dianugerahkan oleh Tuhan, yang sekaligus juga merupakan buah kasih anda berdua, maka hanya akan tumbuh berkembang dengan baik jika ia dididik dan dibesarkan dalam semangat 'cintakasih dan kebebasan Injili'.
·   "Akulah yang mengambil engkau dari padang, ketika menggiring kambing domba, untuk menjadi raja atas umat-Ku Israel. Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi. Aku menentukan tempat bagi umat-Ku Israel dan menanamkannya, sehingga ia dapat diam di tempatnya sendiri dengan tidak lagi dikejutkan dan tidak pula ditindas oleh orang-orang lalim seperti dahulu" (2Sam 7:8b-10). Kutipan ini kiranya sungguh merupakan gambar konkret perihal siapa saja yang terpanggil untuk menjadi tokoh hidup beriman/beragama, maupun bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pengalaman dan pengamatan menunjukkan  bahwa kebanyakan tokoh atau pemuka hidup bersama yang sungguh merakyat alias memperhatikan kepentingan umum atau kesejahteraan bersama lahir atau berasal dari keluarga sederhana atau miskin, yang diwarnai oleh perjuangan, keprihatinan, solidaritas dst.. Di dalam keluarga atau masyarakat yang sederhana dan miskin, dimana mereka hidup sehari-hari sejak dilahirkan, mereka telah belajar aneka macam nilai-nilai kehidupan secara inklusif, mengalami sendiri apa arti perjuangan, pengorbanan, kebersamaan, solidaritas dst.. Pengalaman akan nilai-nilai dan keutamaan-keutamaan yang diperoleh dan dialami di dalam keluarga merupakan dasar dan modal yang handal dan meyakinkan untuk perjalanan penghayatan panggilan maupun tugas pengutusan di masa depan. Dengan kata lain saya mengajak anda sekalian agar anak-anak di dalam keluarga tidak dimanjakan, melainkan binalah dan didiklah perihal kepekaan terhadap yang lain atau sikap social, peka akan kebutuhan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidupnya.
"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Engkau telah berkata: "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun" (Mzm 89:2-5)
Ign 24 Desember 2012

MgAdven IV


Mg Adven IV: Mi 5:1-4a; Ibr 10:5-10; Luk 1:39-45
"Berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."
Perayaan Natal, mengenangkan kelahiran Penyelamat Dunia semakin dekat, dan besok sore/ malam kiranya kebanyakan dari anda berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi Agung Malam Natal. Hari-hari ini kiranya persiapan untuk Perayaan Malam Natal sudah siap semuanya dan tinggal pelaksanaannya, maka kutipan judul di atas, kata-kata Elisabeth kepada SP Maria, sungguh sesuai untuk menjadi bahan permenungan atau refleksi kita pada hari ini, tentu saja kami ajak untuk merenungkannya secara rohani atau spiritual, bukan secara fisik belaka, dengan kata lain apakah kita telah siap sedia secara konkret merayakan Natal dalam hidup sehari-hari, yaitu berdamai dan bersahabat dengan siapapun tanpa pandang bulu atau SARA, sehingga kita sendiri senantiasa dalam keadaan bahagia dan tentu saja siapapun yang bertemu dengan saya juga menikmati hidup bahagia dan damai sejahtera sejati, bahagia dan sejahtera fisik maupun spiritual, lahir maupun batin.
"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Luk 1:42-45).
Sesuatu yang sungguh mengejutkan dan menggembirakan bahwa anak yang masih berada di dalam rahim "melonjak kegirangan", yang berarti ia yang belum lahir sebagai manusia ikut menikmati kegembiraan perihal pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan dunia, umat manusia seluruhnya. Hemat saya hal ini terjadi karena Roh Kudus  sungguh berkarya baik dalam diri Elisabeth maupun SP Maria. Apa yang terjadi dalam perjumpaan antara Elisabeth dan SP Maria ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam rangka menyambut kedatangan Penyelamat Dunia, mengenangkan kelahiran Penyelamat Dunia yang akan segera tiba.
Menjadi orang yang sungguh bergembira 'luar-dalam', artinya tidak hanya dipermukaan saja tetapi sampai di hati, pasti senantiasa dalam keadaan mempesona, menarik dan memikat, sehingga siapapun yang melihatnya akan memuji dan bersyukur, tentu saja orang-orang yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kita kiranya dapat menyaksikan bayi sehat yang baru saja dilahirkan atau balita yang sehat wal'afiat, yang senantiasa bergembira dan ceria serta memiliki sikap mental siap sedia didatangi oleh siapapun yang hendak mengasihinya. Memang ketika bayi atau balita didekati atau diperlakukan tanpa kasih, maka ia akan memberontak dan menangis. Kita semua diharapkan memiliki keterbukaan yang mendalam untuk siap sedia didatangi oleh Penyelamat Dunia.
Secara khusus perkenankan saya menyapa rekan-rekan ibu yang sedang mengandung, lebih-lebih baru pertama kali mengandung, serta mendambakan anaknya yang berada dalam kandungan segera lahir di dunia ini. Kami ucapkan selamat dan kiranya bolehlah saya sapa anda dengan kata-kata ini: "Berbahagialah anda karena tidak lama lagi anda akan menjadi ibu, dan menurut kata banyak orang berarti sempurnalah kewanitaan anda!". Hendaknya anda sungguh dalam keadaan ceria dan gembira, karena dengan demikian kelahiran anak anda akan berjalan lancar, tanpa ada hambatan sedikitpun, dan anak anda akan lahir dalam keadaan sehat juga. Sedangkan kepada suami maupun saudara-saudarinya kami harapkan juga bersyukur dan berterima kasih.
Kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus kiranya pada hari ini juga dalam keadaan gembira dan ada di antara yang sedang dalam rencana atau perjalanan untuk bertemu sanak-saudara dan kerabat alias mudik ke kampung halaman tempat dilahirkan dan dibesarkan. Kami percaya bahwa anda juga dalam keadaan siap sedia untuk saling menyapa dengan gembira, saling curhat, saling menceriterakan pengalaman hidup yang mengesan. Maka manfaatkan kesempatan bersilaturahmi ini dengan baik untuk memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persahabatan yang sejati. Mungkin di antara anda juga sudah menyampaikan ucapan 'Selamat Natal', entah melalui kartu Natal atau surat, dan pada umumnya anda juga siap-siap untuk mengucapkan selamat Natal dengan kirim SMS atau email. Marilah kita bersiap-siap untuk bergembira dalam mengenangkan kelahiran Penyelamat Dunia.
Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --. Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus" (Ibr 10:8-10)
Kutipan di atas ini mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman atau beragama agar dalam cara hidup dan cara bertindak senantiasa lebih mengutamakan pelaksanaan atau penghayatan kehendak Allah, bukan upacara-upacara liturgis atau doa-doa yang panjang. Memang kehendak Allah antara lain dapat kita temukan dalam aneka aturan atau tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka baiklah aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita sungguh dihayati atau dilaksanakan sepenuhnya. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa tujuan utama tata tertib atau aturan dibuat dan diberlakukan tidak lain adalah agar kita semakin setia dan tahu melaksanakan kehendak Allah di lingkungan hidup atau kerja kita masing-masing.
SP Maria mengunjungi Elisabeth,  saudarinya, merupakan kehendak Allah, bukan hanya keinginan pribadi. Semoga perjalanan anda untuk mengunjungi keluarga atau sanak-saudara atau ucapan "Selamat Natal dan Tahun Baru" juga merupakan kehendak Allah, maka baiklah sharingkan pengalaman hidup anda yang baik kepada saudara-saudari kita. Semoga jabatan tangan maupun peluk-cium yang anda lakukan dengan saudara-saudari anda juga tidak sekedar formalitas atau sopan santun belaka, melainkan sungguh merupakan dorongan Allah.
Kutipan di atas juga mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, apa yang kita miliki dan kuasai saat ini hendaknya dipersembahkan kepada Allah atau difungsikan sesuai dengan kehendak Allah. Dalam hal ini saya sangat terkesan pada seorang seminaris dari Seminari Mertoyudan, yang beberapa waktu lalu dipanggil Tuhan, yaitu Ignatius Destian Kristiadi. Ia adalah anak keempat dari lima bersaudara, dan merupakan anak terbaik dalam keluarganya. Ibunya sendiri sungguh berbahagia mempersembahkan anak tersebut kepada Tuhan untuk menjadi imam. Banyak orang mungkin menyayangkan bahwa anak baik kok lebih dahulu dipanggil Tuhan. Memang Tuhan menghendaki apa yang terbaik dari kita, bukan sisa-sisa atau yang tidak baik. Ketika mempersembahkan Ekaristi untuk tujuh hari kematian Ignatius Destian Kristiadi di rumahnya, ibunya berbagi pengalaman kepada saya: "Romo ia adalah anak kami yang terbaik, dan sekarang sudah mempersembahkan diri seutuhnya  kepada Tuhan, hidup mulia dan berbahagia di sorga bersama Tuhan. Saya merasa bahagia dengan hal ini".
Dalam misa atau Perayaan Ekaristi tujuh hari tersebut saya juga memperoleh sesuatu yang baru dan indah. Di stasi  ini ada paguyuban umat yang disebut kelompok "LUWAK" (=Leladi Umat Wewaton Ati Karep = melayani umat dengan kehendak hati). Kelompok ini dengan cekatan dan gembira melayani apa yang sungguh dibutuhkan oleh umat dan masyarakat. Marilah kita hidup dan bertindak melayani umat atau masyarakat.
"Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu!Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu" (Mzm 80:15-16.18-19)
 Ign 23 Desember 2012