Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 10 November 2012

Minggu Biasa XXXII


Mg Biasa XXXII : 1Raj 17:10-16; Ibr 9:24-28; Mrk 12: 38-44
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan."
Ketika saya ditahbiskan menjadi imam kurang lebih 29 tahun yang lalu, saya ditawari untuk mempersembahkan Perayaan Ekaristi pertama kali bagi umat paroki saya oleh pastor paroki. Saya ditawari untuk mempersembahkan di gereja induk, paroki Wedi, atau di kapel stasi Gondang, yang sekarang sudah menjadi paroki sendiri. Dan saya cenderung memilih di kapel stasi. Mendengar pilihan ini pastor paroki memberi penjelasan bahwa kondisi kapel stasi Gondang sedang amburadul karena sedang direnovasi. Mendengar penjelasan tersebut saya jawab bahwa tidak apa-apa, toh zaman Yesus dulu ketika mengadakan perjamuan malam terakhir juga di tempat yang sangat sederhana. Pilihan saya disetujui dan kemudian diinformasikan ke umat stasi Gondang pada umumnya dan secara khusus kepada umat wilayah Sumyang, desa asal saya. Sungguh pengalaman yang mengesan bahwa ketika umat wilayah mendengar hal itu, umat kemudian bergotong-royong untuk menyelesaikan renovasi kapel dalam waktu satu minggu (maklum mayoritas umat desa saya bekerja sebagai 'tukang batu', buruh bangunan, termasuk bapak saya). Mereka bergotong-royong dari pagi hari sampai malam, yang berarti mereka tidak bekerja selama seminggu, tidak memperoleh pendapatan selama seminggu. Bukankah mereka bagaikan janda miskin, yang dikisahkan dalam warta gembira hari ini, "yang memberi lebih banyak dari semua orang". Maka kami mengajak anda sekalian untuk merenungkan sabda Yesus di bawah ini.
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (Mrk 12:43-44)
Persembahan kepada Tuhan dalam bentuk apapun merupakan symbol persembahan diri kepada Tuhan. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak anda sekalian untuk meneladan janda miskian di atas, yaitu bukan memberi persembahan dari kelebihan, melainkan dari kekurangan. Memberi dari kelebihan hemat kami bagaikan membuang sampah, dengan kata lain memperlakukan si penerima pemberian sebagai 'tempat sampah' alias melecehkan atau merendahkan harkat martabat manusia, melanggar hak azasi manusia. Orang yang memberi persembahan atau sumbangan yang demikian itu berarti orang pelit dan tidak sosial.  
Orang yang bersikap mental 'memberi dari kelimpahan' pada umumnya ketika diberi tugas pekerjaan juga tak pernah selesai pada waktunya atau sekiranya selesai pasti selesai pada detik terakhir atau 'deathline'. Sebagai orang beriman yang berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, marilah kita tanpa syarat sungguh mempersembahkan diri kepadaNya dalam atau melalui cara hidup dan cara bertindak kita sejak sadar bangun pagi sampai menjelang istirahat malam, bahkan selama istirahat atau tidur pun hendaknya juga pasrah diri sepenuhnya kepadaNya, sehingga dapat tidur nyenyak dan ketika bangun menjadi segar bugar.
Kami berharap kepada orang-orang kaya akan harta benda dan uang tidak pelit dalam hal memberi sumbangan atau persembahan. Ingatlah dan hayati bahwa kekayaan anda tidak pernah terlepas dari orang-orang yang membantu anda dalam berkarya, misalnya para pegawai atau buruh, demikian juga peran konsumen produk usaha anda juga sangat membantu perolehan kekayaan atau uang anda. Sebagai contoh produk mie instant atau rokok, yang pada umumnya konsumennya adalah orang-orang miskin atau pedesaan dan pegunungan. Anda dapat menaikkan harga seenaknya dan para konsumen pun akan tetap membelinya. Maka ingatlah orang-orang miskin, pedesaan dan pegunungan. Demikian juga kami berharap kepada para pejabat atau petinggi pemerintahan, entah yang ada di badan legislatif, eksekutif, maupun yudikatif untuk mengingat dan menyadari bahwa anda harus melayani rakyat, dan gaji atau imbal jasa yang anda terima berasal dari pemasukan pajak, yang juga tak terlepas dari peran orang-orang miskin, pedesaan, pegunungan yang menjadi konsumen produk aneka usaha. Semoga anda yang duduk atau berkarya dalam pemerintahan tidak melakukan korupsi atau cari enaknya sendiri.
"Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi." Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia." (1Raj 17:13-16)
Kutipan di atas ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam hal memberi sumbangan atau persembahan atau dalam kehidupan bersama kita dengan siapapun dan dimana pun. Kita diharapkan senantiasa untuk mendahulukan orang lain maupun memperhatikan para pelayan umat atau gembala umat. Dalam hal ini kami percaya rekan-rekan ibu sebagai perempuan pasti memiliki pengalaman dalam hal mendahulukan yang lain, misalnya anak-anaknya, yang dianugerahkan oleh Tuhan. Saya pribadi memiliki pengalaman yang mengesan terhadap ibu atau 'simbok' saya, dimana ketika memperoleh rezeki berupa makanan senantiasa anak-anaknya yang pertama-tama harus menikmatinya atau mengkosumsi, dan jika perlu ibu saya sama sekali tidak mencicipinya alias berpuasa atau matiraga.
Kepedulian atau kepekaan kepada yang lain kiranya perlu dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga, sehingga ketika mereka tumbuh berkembang menjadi orang dewasa akan menjadi pribadi yang peduli atau peka terhadap orang lain. Jika dicermati dalam hidup sehari-hari kiranya harus diakui bahwa pembinaan kepedulian atau kepekaan kepada orang lain dalam diri anak-anak kurang memperoleh perhatian yang memadai, ada kecenderungan generasi muda masa kini bersikap mental egois, kurang atau tidak peduli pada orang lain maupun lingkungan hidupnya. Hal ini kami cermati juga di antara para seminaris di Seminari Menengah Mertoyudan. Ada kemungkinan hal ini disebabkan oleh korban keluarga berencana, yang difahami secara sempit yaitu pembatasan kelahiran: satu atau dua anak cukup. Jika dalam keluarga hanya ada satu atau dua anak pasti ada kecenderungan untuk memanjakan anak-anak dan kemudian anak-anak tumbuh berkembang menjadi orang yang egois.
Memang pada masa lalu pada umumnya di dalam keluarga tidak hanya satu atau dua anak saja, tetapi empat atau lebih. Memang dalam hal memenuhi kebutuhan fisik atau financial sungguh berat dan penuh dengan tantangan, namun demikian ada suatu pengalaman menarik dan tak terlupakan, yaitu secara otomatis terjadi pembinaan kepedulian atau social pada diri anak-anak, antar kakak-adik. Pengalaman saling memperhatikan antar kakak-adik inilah yang kemudian akan menjadi modal untuk terus diperkembangkan dan diperdalam dalam kehidupan bersama yang lebih luas, di dalam masyarakat maupun tempat kerja."Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia." (Ibr 9:27-28). Kutipan ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi siapapun yang beriman keapda Yesus Kristus, yaitu "mengorbankan diri untuk menanggung dosa banyak orang"
"Yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung, TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar. TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. TUHAN itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya" (Mzm 146:7-10)
Ign 11 November 2012

Jumat, 09 November 2012

10 Nov


"Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga"

(Sir 39:6-11; Mat 16:13-19)

"Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St Leo Agung, Paus dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Paus adalah pimpinan tertinggi Gereja Katolik, penerus tahta St.Petrus, paus pertama, yang memiliki panggilan dan tugas pengutusan untuk melanjutkan karya penyelamatan yang telah dilaksanakan oleh Yesus. Untuk itu paus dianugerahi wewenang mengajar (magisterium) dalam menghayati panggilan serta melaksanakan tugas pengutusan. Panggilan dan tugas ini sungguh berat, sarat dengan masalah, tantangan dan hambatan, maka yang terpilih harus memiliki iman  kepada Yesus Kristus sebagaimana dihayati oleh Petrus:"Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup". Maka pertama-tama dan terutama kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam, yang berpartisipasi dalam karya penggembalaan umat untuk mawas diri sejauh mana kedalaman iman kita. Kebetulan kita berada di dalam Tahun Iman, antara lain kita diingatkan dan diajak untuk mempelajari dan memahami aneka dokumen Gereja Katolik, antara lain Kitab Suci, dokumen-dokumen Konsili Vatikan II, Kitab Hukum Kanonik dan Katekismus Gereja Katolik. Marilah kita sadari dan hayati bahwa apa yang kita sampaikan di dalam berbagai kesempatan antara lain 'kotba atau homili' pada umumnya sungguh didengarkan dan diikuti oleh umat, maka hendaknya apa yang kita kotbahkan sungguh bersumber pada ajaran-ajaran yang benar, sebagaimana tertulis dalam dokumen-dokumen di atas. Semoga apa yang kita kotbahkan sungguh mempengaruhi para pendengar semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun.

·   "Jika Tuhan yang besar menghendakinya, maka terpenuhilah ia dengan roh pengertian. Maka ia sendiri membualkan kata-kata yang bijak, dan memuji Tuhan dengan sembahyangnya. Dengan lurus nasehat serta ilmunya disampaikannya, dan dipikirkannya rahasia-rahasia hatinya. Ia memperlihatkan ajaran dari wejangannya serta membanggakan Taurat Perjanjian Tuhan.Pengertiannya akan dipuji banyak orang, dan tidak pernah akan lenyap. Kenang-kenangan akan dia tidak akan terhapus, melainkan namanya akan hidup turun temurun.Kebijaksanaannya akan diceritakan pelbagai bangsa, sedangkan jemaah mewartakan pujiannya" (Sir 39:6-10). Sebagai orang beriman kita semua kiranya telah menerima anugerah roh pengertian, dan mungkin tidak secara intelektual belaka, tetapi terutama dan pertama-tama secara spiritual. Mengerti secara spiritual akan lebih akurat dan handal daripada secara intelektual, karena pengertian secara spiritual akan mengenyangkan hati dan jiwa serta dengan demikian orang yang bersangkutan hidup dalam damai, ketenangan dan sejahtera, segar-bugar baik secara fisik maupun spiritual. Sedangkan pengertian secara intelektual pada umumnya melelahkan dan memusingkan. Maka sebagaimana diingatkan oleh St.Ignatius Loyola, yaitu "bukan berlimpahnya pengetahuan, melainkan merasakan dan mencecap dalam-dalam kebenarannya itulah yang memperkenyang dan memuaskan jiwa", marilah dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun senantiasa dengan rendah hati berusaha keras mencecap dalam-dalam aneka kebenaran yang kita terima melalui aneka kesempatan. Kepada para pengajar maupun pengkotbah kami harapkan juga lebih menekankan kualitas bukan kuantitas, kedalaman pemahaman kebenaran bukan banyaknya kebenaran. Hendaknya hal ini juga menjadi perhatian bagi para orangtua dalam mendidik anak-anaknya: perhatikan apakah nasihat atau pengetahuan yang disampaikan sudah difahami dalam-dalam oleh anak, sebelum menyampaikan kembali nasihat atau pengetahuan baru. Dengan kata lain marilah kita semua berpedoman bahwa yang terutama dan pertama adalah perilaku atau tindakan bukan wacana atau omongan.

"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang." (Mzm 37:3-6)

Ign 10 November 2012


Kamis, 08 November 2012

9 nov

Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran: 1Kor 3:9b-11.16-17; Yoh 2:13-22
"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan".

Gereja Basilik Lateran adalah kapel atau gereja pribadi Paus. Telah  menjadi kebiasaan juga bahwa setiap kardinal yang baru dilantik pada umumnya juga 'diserahi' kapel tertentu di Vatican, meskipun kemudian kardinal yang bersangkutan tidak mengunjungi kapel tersebut. Kitab Hukum Kanonik (KHK) mengatakan bahwa "dengan sebutan gereja dimaksudkan bangunan suci yang diperuntukkan bagi ibadat ilahi dimana kaum beriman berhak untuk masuk melaksanakan ibadat ilahi, terutama ibadat yang dilangsungkan secara publik" (KHK kan 1214). Lebih lanjut dikatakan bahwa "Hendaknya semua orang yang bersangkutan berusaha agar di gereja-gereja dipelihara kebersihan dan keindahan yang layak bagi rumah Allah dan agar segala sesuatu yang tidak cocok dengan kesucian tempat itu dijauhkan dari padanya" (KHK kan 1220 $ 1).  Maka dalam rangka mengenangkan Pemberkatan Gereja Basilik Lateran hari ini saya mengajak anda sekalian untuk mengusahakan dan menjaga kesucian dan kebersihan tempat-tempat ibadat, dan untu itu marilah kita renungkan atau refleksikan sabda Yesus di bawah ini.

"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." (Yoh 2:6).
Entah secara kebetulan atau sungguh merupakan panggilan Tuhan bagi saya: yang menurut catatan tgl 9 November, pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran, juga merupakan hari jadi atau ulang tahun saya (9 Nov 2012: hut saya ke 60) dan saya selama kurang lebih 10 (sepuluh tahun) bertugas sebagai Ekonom KAS, yang antara lain bertugas merencanakan, merawat dan memperhatikan pembangunan gedung gereja atau kapel. Memang selama bertugas sebagai Ekonom KAS maupun sampai kini saya merasa terpanggil untuk mengusahakan dan menjaga kesucian dan kebersihan tempat ibadat, entah itu gereja atau kapel, termasuk tempat-tempat ziarah. Selama bertugas menjadi Ekonom saya pribadi belajar banyak hal berhubungan dengan bangunan (arsitektur, lingkungan hidup dst..). Sabda Yesus di atas senantiasa mengiang-iang dalam diri saya setiap kali memasuki tempat-tempat ibadat.
Apakah masih ada orang-orang yang menjadikan tempat ibadat untuk berjualan atau berbisnis alias mencari keuntungan pribadi? Hemat saya sampai kini masih ada. Ada juga yang mengkomersielkan ibadat atau Perayaan Ekaristi, misalnya pengumpulan dana atau sumbangan dengan Perayaan Ekaristi. Bahkan selama bertugas sebagai Ekonom saya juga pernah menegor dengan keras panitia pembangunan kapel dan seksi-seksi sosial paroki, karena pribadi-pribadi yang terlibat di dalamnya sungguh komersial. Kami mengajak dan mengingatkan anda semua untuk menjaga dan mengusahakan kesucian dan kebersihan tempat ibadat, maka jangan ada seorangpun yang bersikap mental materialistis atau bisnis memfungsikan tempat ibadat apalagi melakukan tindakan maksiat alias tak bermoral.

Para pengurus dan pengelola tempat-tempat ibadat atau ziarah kami harapkan bertindak tegas dengan meneladan Yesus: mengusir mereka yang 'berjualan' atau berbisnis serta mencari keuntungan pribadi tempat-tempat ibadat atau ziarah yang menjadi tanggungjawabnya. Kami juga berharap kepada siapapun bahwa dengan memasuki tempat ibadat atau ziarah anda semakin suci, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Apa-apa yang dijual di lingkungan tempat ibadat hendaknya juga mendorong atau memotivasi pembelinya semakin suci, entah itu berupa makanan atau minuman, sarana berdoa maupun tempat penginapan atau istirahat. Ada kemungkinan tempat ziarah digunakan untuk pacaran rekan-rekan muda-mudi: baiklah hal itu diawasi agar jangan melakukan tindakan amoral, dan semoga dengan berpacaran di tempat zairah anda juga semakin diperjelas dan dijernihkan serta diteguhkan dalam saling mengasihi. Kepada kita semua yang memasuki tempat ibadat atau ziarah serta beribadat atau berdoa, semoga semakin suci, semakin hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Maka selanjutnya marilah kita renungkan sapaan atau peringatan Paulus di bawah ini.
"Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu" (1Kor 3:16-17)

Paulus mengingatkan kita semua bahwa diri kita, tubuh kita, adalah bait Allah, dan dengan demikian kita dipanggil untuk mengusahakan dan menjaga kebersihan dan kesucian tubuh kita masing-masing. Pertama-tama marilah kita sadari dan hayati bahwa kita semua diciptakan oleh Allah karena kasihNya dengan bekerjasama dengan orangtua kita masing-masing yang saling mengasihi. Dengan kata lain bukankah masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' atau 'yang terkasih'? Maka mengusahakan dan menjaga agar tubuh kita tetap sebagai 'bait Allah' alias suci, hendaknya kita fungsikan seluruh anggota tubuh kita untuk mengasihi alias membahagiakan dan menyelamatkan orang lain.

Kami berharap juga tidak ada orang yang mengkomersielkan tubuhnya atau mencemari diri dengan tindakan amoral. Pencemaran tubuh secara pribadi dapat terjadi dengan tindakan yang terkait dengan kenikmatan seksual, misalnya masturbasi atau onani. "Masturbasi adalah rangsangan alat-alat kelamin yang disengaja dengan tujuan membangkitkan kenikmatan seksual. 'Kenyataan ialah bahwa, baik Wewenang Mengajar Gereja dalam tradisinya yang panjang dan tetap sama maupun perasaan susila umat beriman tidak pernah meragukan untuk mencap masturbasi sebagai satu tindakan yang sangat bertentangan dengan ketertiban', karena penggunaan kekuatan seksual dengan sengaja, dengan motif apapun itu dilakukan, di luar hubungan suami isteri yang normal, bertentangan dengan hakikat tujuannya'. Kenikmatan seksual yang dicari karena dirinya sendiri tidak mempunyai 'tujuan susila yang dituntut oleh hubungan seksual, yaitu yang melaksanakan arti sepenuhnya dari penyerahan diri secara timbal balik dan juga satu pembuahan manusiawi yang sebenarnya di dalam cinta yang sebenarnya" (Kamus Gereja Katolik no 2351).
Kami juga berharap kepada rekan-rekan suami-isteri untuk saling setia satu sama lain, tidak berselingkuh, karena dengan berselingkuh berarti mencemari relasi suami-isteri; demikian juga hendaknya entah suami atau isteri menyeleweng dengan caranya sendiri, berganti pasangan dalam hubungan seksual. Ingatlah dan sadari penyakit kelamin atau HIV mengincar anda yang suka berselingkuh, dan dengan demikian mencemari tubuhnya sendiri. Menjaga dan mengusahakan kebersihan anggota tubuh tetap bersih kiranya juga penting, karena ketika kita menghadirkan diri di muka umum dimana secara fisik tubuh kita tidak bersih, misalnya bau tidak sedap, pasti akan mencemari pergaulan dan orang lain, karena orang lain akan menggerutu dan mengeluh, yang berarti mencemari kesucian dirinya.

Pada masa kini juga marak usaha medis atau teknis dalam rangka mengusahakan dirinya tampan atau cantik, antara lain dengan adanya intervensi sarana medis atau teknis ke dalam tubuh, entah itu berupa suntikan atau operasi. Segala bentuk intervensi medis dan teknis ke dalam tubuh pasti akan memperlemah daya tahan tubuh dan dengan demikian juga mencemarkan tubuh. Marilah kita terima  pada anggota tubuh yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita, dan hendaknya diingat bahwa yang penting adalah kebersihan dan keindahan serta kencatikan hati dan jiwa, bukan tubuh.

"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai.Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi." (Mzm 46:2-3.5-6)
Ign 9 November 2012
   

Rabu, 07 November 2012

8 Nov

"Bersukacitalah bersama dengan aku sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan."
(Flp 3:3-8a; Luk 15:1-10)

"Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat."(Luk 15:1-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Dalam hidup bersama kita pasti ada orang-orang yang bermasalah, entah itu malas, bodoh, sombong, cacat fisik, sakit hati dst.., dan pada umumnya kita lebih cenderung untuk meninggalkan atau mengusir orang-orang yang demikian itu. Sebagai murid atau pengikut Yesus, Penyelamat Dunia, yang berarti kedatanganNya untuk menyelamatkan, maka kita pun juga dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Secara konkret marilah kita selamatkan saudara-saudari kita yang tidak selamat, seperti mereka yang malas, bodoh, sombong, cacat fisik atau sakit hati. Memang untuk melaksanakan tugas pengutusan ini kita harus sungguh bekerja keras dengan rendah hati dan lemah lembut serta sabar. Berilah kesempatan atau kemungkinan bagi mereka untuk sembuh atau selamat. Kepada mereka yang berkarya di dalam pendidikan atau sekolah kami harapkan memberi perhatian, pendampingan dan bimbingan yang memadai bagi peserta didik yang bodoh dan malas. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa tugas mendidik berari mendidik mereka yang kurang atau tidak terdidik. Kepada kita semua kami harapkan memberi perhatian dan bantuan yang memadai kepada saudara-saudari kita yang sombong dan sakit hati. Dekati dan perlakukan mereka dengan rendah hati dan lemah lembut serta sabar, dan percayalah dengan demikian mereka akan tergerak untuk bertobat alias sembuh dari kesombongan atau sakit hatinya. Jika secara fisik tak mungkin anda lakukan, baiklah kita doakan, dan percayalah Tuhan akan mempertobatkannya.

·   "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya" (Flp 3:7-8a). Dengan meninggalkan segala sesuatu serta kemudian mengikuti Yesus, mengenal dan bersahabat denganNya, maka kita pasti dapat berkata seperti Paulus juga yaitu bahwa "apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus". Hal ini bagi kita yang telah dibaptis berarti meninggalkan cara hidup lama yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan serta kemudian memiliki cara hidup baru dengan meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, yang tidak lain dimana pun dan kapan pun senantiasa berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Maka ketika sudah mengenal dan bersahabat dengan Yesus kami harapkan tetap setia dan tidak kembali ke cara hidup lama, hidup menurut selera pribadi atau seenaknya sendiri. Orang yang hidup dan bertindak mengikuti selera pribadi atau seenaknya sendiri pasti akan merugi dan menderita di kemudian hari, karena ia pasti akan dijauhi atau ditinggalkan oleh saudara-saudarinya, dan dengan demikian akan kesepian serta ada kemungkinan tergoda untuk mengakhiri diri atau bunuh diri karena frustrasi. Memang setia menjadi sahabat Yesus tak akan pernah terlepas dari penderitaan dan perjuangan serta pengorbanan, dan ketika kita setia maka kelak kemudian hari kita akan beruntung atau berbahagia untuk selamanya. Kepada mereka yang masih hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi atau seenaknya sendiri kami ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri, tidak ada kata terlambat bagi anda untuk bertobat.

" Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!" (Mzm 105:2-4)
Ign 8 November 2012
__._,_.___

7Nov

"Yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya tidak dapat menjadi muridKu."
(Flp 2:12-18; Luk 14:25-35)

"Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" (Luk 14:25-45), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Mengikuti Yesus atau menjadi murid/pengikut Yesus memang harus secara total mengikutiNya tanpa syarat, sebagaimana Ia sabdakan bahwa "Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku". Milik atau diri kita yang paling berharga adalah cita-cita, harapan atau dambaan, maka marilah kita lepaskan cita-cita, harapan atau dambaan pribadi kita serta kemudian memeluk dan menghayati cita-cita, harapan atau dambaan Yesus, yaitu menjadi 'garam' dalam kehidupan bersama dimana pun dan kapan pun. Menjadi 'garam' antara lain berarti cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa membuat lingkungan hidup dan kerja kita enak adanya, semakin memikat, mempesona dan menarik bagi siapapun untuk semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Tentu saja untuk itu kita harus senantiasa hidup dan bertindak sesuai kehendak Tuhan, yang secara konkret kiranya dapat kita lakukan dengan menghayati janji-janji yang pernah kita ikrarkan. Maka sebagai orang yang telah dibaptis marilah kita hayati sepenuhnya janji baptis, yaitu 'hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak aneka godaan setan'. Godaan setan yang paling sulit dihindari atau dilawan ada di dalam diri kita masing-masing, yaitu berupa nafsu pribadi yang dapat berkembang menjadi kemalasan, gairah makan dan minum maupun tidur tanpa teratur serta gairah seks. Marilah kita kuasai godaan yang ada di dalam diri kita, karena dengan demikian kita juga akan mampu melawan godaan-godaan yang mendatangi kita.
·   "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan," (Flp 2:12-14). "Bersungut-sungut dan berbantah-bantahan" kiranya merupakan godaan yang ada di dalam diri kita yang sangat sulit untuk dilawan atau dikalahkan. Ketika ada sesuatu yang tidak berkenan atau tidak sesuai dengan selera pribadi ada kecenderungan dalam diri kita untuk bersungut-sungut, menggerutu atau mengeluh. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian: ketika harus menghadapi masalah, pekerjaan atau tugas sulit dan berat sebagai konsekwensi penghayatan iman atau tugas pengutusan serta panggilan, hendaknya hadapi dan nikmati saja dengan gembira dan gairah, tanpa bersungut-sungut, karena dengan demikian kita pasti akan mampu melakukannya. Marilah kita meneladan Yesus yang harus menderita, difitnah, dianiaya dst.. namun tidak mengeluh, menggerutu atau bersungut-sungut, bahkan di puncak penderitaanNya Ia mendoakan mereka yang membuatNya menderita atau yang menganiayaNya. Jika kita sungguh beriman, marilah kita hayati bahwa Allah-lah yang akan bekerja dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, maka segala sesuatu dapat dikerjakan atau diselesaikan dalam dan bersama dengan Allah. Bukankah beriman berarti membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dengan demikian Allah hidup dan bekerja dalam diri kita yang lemah dan rapuh?
"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"
 (Mzm 27:13-14)
Ign 7 November 2012
 

Senin, 05 November 2012

6 nov

"Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah."
(Flp 2:5-11; Luk 14:15-24)

"Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: "Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah."Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap.Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan.Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan.Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat.Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh.Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku." (Luk 14:15-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   "Dijamu di dalam Kerajaan Allah" antara lain dipanggil untuk hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan orang-orang yang menghindar dari atau menolak untuk melakukan kehendak Allah, hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah,  dengan alasan-alasan: mengurus ladang berarti sibuk dengan urusan sendiri, mengurus binatang peliaraan berarti sibuk mengurus harta kekayaan atau miliknya dan baru kawin berarti mau bersenang-senang sesuai dengan keinginan pribadi. Itu semua jelas bertentangan dengan kehendak Allah. Begitulah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dimana orang tidak setia pada panggilan dan tugas utamanya, melainkan lebih cenderung untuk melakukan pekerjaan sampingan, menyeleweng dari panggilan atau tugas utamanya. Kalau akhirnya dikisahkan bahwa yang sanggup datang ke dalam perjamuan adalah mereka yang berada di jalanan dan lintasan, berarti adalah orang-orang yang hidupnya tergantung dari kemurahan hati Allah melalui orang-orang baik yang membantunya. Dengan kata lain adalah orang-orang yang sungguh mendambakan kemurahan hati Allah maupun kehendak Allah, maka ketika ada panggilan mereka segera menanggapinya secara positif. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa membuka diri terhadap kehendak Allah dan memiliki kesiap-siagaan dan kesedian untuk melaksanakannya.

·   "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Fil 2:5-11). Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita semua dipanggil untuk meneladan cara hidup dan cara bertindakNya: mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba, dengan kata hidup dan bertindak dengan semangat melayani dan kerendahan hati. Memang untuk itu kita harus rela berkorban, sebagaimana dihayati oleh para pelayan yang baik. Kami percaya kepada anda para suami dan isteri yang baik pasti memiliki pengalaman saling mengosongkan diri dan melayani alias saling membahagiakan dan menyelamatkan. Kami berharap pengalaman itu terus-menerus diperdalam dan diperkembangkan serta kemudian disalurkan atau dibagikan kepada anak-anaknya. Jika anak-anak di dalam keluarga memiliki pengalaman saling melayani dan berkorban, maka kami percaya mereka kelak berkat pendidikan dan pembinaan yang baik pasti akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang melayani dan siap sedia berkorban bagi keselamatan atau kebahagiaan orang lain. Kami juga berharap kepada segenap guru atau pendidik di sekolah-sekolah untuk memberi perhatian yang memadai dalam hal semangat melayani dan berkorban bagi para peserta didik, tentu saja anda sendiri sebagai guru atau pendidik juga hidup dan bertindak saling melayani dan berkorban satu sama lain. Marilah kita kenangkan para pahlawan kita yang telah dengan besar hati rela berkorban demi keselamatan seluruh bangsa.

"Karena Engkau aku memuji-muji dalam jemaah yang besar; nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia. Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya! Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya. Sebab TUHANlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa.Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi" (Mzm 22:26b-30a)
Ign 6 November 2012

Minggu, 04 November 2012

5 Nov

"Engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar"
(Flp 2:1-4; Luk 14:12-14)

"Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar." (Luk 14:12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Bekerja dahulu dan baru menerima imbal jasa atau gaji kemudian, itulah yang terjadi dalam perusahaaan atau kantor-kantor dalam rangka pemberian gaji atau imbal jasa kepada para pegawai atau karyawannya. Apa yang dilakukan ini kiranya senada dengan sabda Yesus, tetapi dalam perkara lain yang dimaksudkan oleh Yesus, yaitu dalam hal berbuat baik kepada orang lain. Kita semua diingatkan agar dalam berbuat baik kepada orang lain tidak segera mengharapkan balasan, lebih-lebih yang bersifat material. Maklum pada masa kini masih terjadi praktek kehidupan dalam hal memberi sumbangan atau berbuat baik, yaitu saya berbuat baik atau memberi sumbangan dengan harapan segera menerima balasan yang lebih besar daripada apa yang kita lakukan atau sumbangkan. Secara khusus kita diharapkan berbuat baik atau memberi sumbangan kepada 'orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta', yang pada umumnya tak mungkin segera memberi balasan kepada mereka yang telah membantunya, paling hanya ucapan kata 'terima kasih'. Kami memiliki penngalaman dalam hal melayani orang-orang kaya maupun orang-orang miskin: orang-orang kaya sudah dilayani sangat bagus masih mengeluh dan menggerutu, sedangkan orang-orang miskin meskipun hanya menerima pelayanan atau bantuan sedikit terus-menerus berterima kasih dan mengungkapan serta mewujudkan terima kasihnya dengan berbuat baik kepada orang lain. Marilah kita berbuat baik tanpa harapan balasan segera, melainkan biarlah Tuhan sendiri yang menganugerahkan balasan berupa hidup mulia dan bahagia selamanya setelah meninggal dunia.

·   "Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga" (Fil 2:1-4). Sebagai orang beriman kita semua diharapkan 'tidak mencari kepentingan sendiri atau pujian-pujian yang sia-sia..dan ..janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga'. Dengan kata lain kita semua diharapkan memiliki cara hidup dan cara bertindak social, orang-orang yang peka akan kebutuhan orang lain, terutama kebutuhan orang-orang miskin dan menderita. Jauhkan sikap hidup atau mental materialistis dan egois. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa jati diri manusia adalah makhluk social, maka tidak hidup dan tidak bertindak social berarti mengingkari jati diri, sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Marilah kita hayati salah satu motto hidup beriman, yaitu "preferential option for/with the poor" = keberpihakan pada atau bersama mereka yang miskin dan berkurangan. Kami percaya di lingkungan hidup dan kerja kita pasti ada yang miskin dan berkekurangan, dan sekiranya di lingkungan hidup dan kerja anda tidak ada yang membutuhkan bantuan, baiklah bantuan anda dapat disalurkan ke panti-panti asuhan social atau instansi/organisasi social, entah tingkat local, nasional maupun internasional. Kepada orang-orang kaya kami harapkan menyadari bahwa kekayaan anda tidak pernah terlepas dari orang miskin atau pekerja keras dalam rangka memperolehnya, maka selayaknya anda juga menyumbangkan sebagian dari kekayaan anda bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Tanpa mengurangi kesosialan anda, kiranya anda juga dapat membantu pendidikan calon imam di seminari-seminari, karena maklum mereka yang terpanggil menjadi imam atau menjadi seminaris pada umumnya dari keluarga miskin atau sederhana, sementara itu kebutuhan untuk pembinaan dan pendidikan di seminari cukup mahal. Ingatlah dan sadari bahwa mereka yang dididik di seminari kelak ketika menjadi imam, maka hidup dan dirinya sungguh dipersembahkan secara total bagi orang lain.

"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)
    Ign 5 November 2012

Minggu Biasa XXXI

Mg Biasa XXXI: Ul 6:2-6; Ibr 7:23-28; Mrk 12:28b-34
"Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri"

Entah ada berapa undang-undang, peraturan pemerintah, aturan pelaksanaan peraturan atau undang-undang dst.. kiranya tidak semua hafal, dan mungkin hanya segelintir orang yang hafal. Memang orang dengan mudah membuat dan mengundangkan aneka aturan dan tata tertib, namun apakah yang membuat dan mengundangkannya juga menghayati atau melaksanakannnya, kiranya boleh dipertanyakan. Kalau yang  membuat dan mengundangkan saja tidak menghayati atau tidak melaksanakan, apalagi warga masyarakat. Para pembuat tata tertib dan aturan itu hemat saya seperti orang-orang Farisi dan Saduki yang mencobai Yesus: tahu perihal tata tertib atau aturan tetapi tak pernah melaksanakan atau menghayatinya. Maka marilah kita hayati atau laksanakan hukum sebagaimana diwartakan hari ini.

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Mat 12:30-31)

Ajaran perihal saling mengasihi hemat saja diajarkan oleh semua agama atau orang beriman. Kutipan di atas ini mengajak dan mengingatkan kita semua hendaknya dalam saling mengasihi dengan 'segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan'. Segenap berarti secara utuh atau total, dan kalau tidak genap berarti ganjil alias yang bersangkutan sedang menderita sakit, yaitu sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit kekuatan atau tubuhnya. Orang yang sedang menderita sakit memang akan mengalami kesulitan dalam saling mengasihi, seperti orang Farisi dan Saduki hemat saya juga sedang menderita sakit, paling tidak sakit hati, dan sakit hati memang sulit disembuhkan atau bahkan dibawa sampai mati.

Perintah atau ajaran perihal kasih di atas hemat saya paling kentara atau dapat dilihat dalam diri suami-isteri yang sungguh saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit. Bukankah para suami-isteri telah saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh, yang antara lain memuncak dalam pengalaman yang sangat mengesan, yaitu dalam persetubuhan atau hubungan seksual. Dalam saling mengasihi keduanya dalam keadaan telanjang bulat tiada malu sedikitpun. Maka marilah kita meneladan kasih macam itu, yaitu dalam 'ketelanjangan' artinya dalam kejujuran dan ketulusan hati, sehingga tiada sedikitpun dari diri kita yang disembunyikan, tetapi semuanya dibuka secara jelas dan total.

Jika kita sebagai manusia dapat saling mengasihi maka kiranya dengan mudah kita akan mengasihi Tuhan alias bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Kita semua telah menerima kasih Tuhan secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang mengasihi dan memperhatikan kita, maka mengasihi Tuhan hemat saya berarti lebih bersyukur dan berterima kasih kepadaNya. Mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia hemat saya tidak banyak bedanya atau bahkan tak mungkin dipisahkan, maka jika kita benar-benar mengasihi Allah berarti juga mengasihi manusia, demikian juga ketika kita dalam hidup sehari-hari sungguh mengasihi manusia berarti juga mengasihi Allah. Itulah artinya hidup beriman atau beragama tak mungkin dapat dipisahkan, maka mereka yang memisahkan atau membedakan hemat saya adalah orang munafik.

Panggilan untuk mengasihi sasama masa kini hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati  dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan aneka bentuk permusuhan, pertentangan dan tawuran masih marak di sana-sini dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan permusuhan dan kebencian dalam keluarga, antar suami-isteri, kakak-adik dst.. juga masih terjadi. Kami juga mengajak dan mengingatkan mereka yang pakar dalam hal tata tertib dan aturan dapat menjadi teladan dalam pelaksanaan atau penghayatan saling mengasihi, karena tata tertib maupun aturan dibuat dan diberlakukan demi kasih. Dekati dan sikapi aneka tata tertib dan aturan dalam dan oleh kasih, karena dengan demikian akan enak dan nikmat mentaati dan melaksanakan tata tertib atau aturan.

"Dan dalam jumlah yang besar mereka telah menjadi imam, karena mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam. Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka." (Ibr 7:23-25)
Yesus adalah Imam Agung, "menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah". Maka marilah sebagai umat beriman kita senantiasa dengan rendah hati berusaha menghadap Allah, dan tentu saja kita hendaknya dalam keadaan baik, suci dan tidak berdosa. Kepada mereka yang masih dalam keadaan dosa atau tidak bersih kami ajak untuk membersihkan diri, minta kasih pengampunan dari Allah maupun saudara-saudari kita yang telah kita lukai dengan dosa-dosa atau kata-kata dan tindakan yang tidak baik.
Ketika kita telah menerima kasih pengampunan alias menjadi bersih atau suci kembali, maka kita diutus untuk menjadi 'pengantara Allah dan manusia', yang berarti dari pihak Allah menjadi penyalur rahmat atau berkat Allah kepada manusia, dan sebaliknya menjadi penyalur dambaan, kerinduan, doa, cita-cita manusia kepada Allah. Cirikhas pengantara atau penyalur antara lain: jujur, disiplin, cekatan, serta pada waktunya melaporkan apa yang telah dikerjakan atau dilakukan. Yang tidak kalah penting adalah cirikhas 'tidak menyeleweng atau berselingkuh'. Marilah kita menjadi pribadi yang menarik, mempesona dan memikat orang, sehingga yang bersangkutan tergerak untuk menghadap Allah, membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah.

"Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan" (Ul 6:3-6). Yang dimaksudkan dengan 'Israel' di sini tidak lain adalah 'orang pilihan dan kekasih Allah'. Kita semua sebagai orang beriman adalah 'pilihan atau kekasih Allah', maka marilah kita senantiasa mengasihiNya 'dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan'. Hal ini kiranya dapat kita hayati ketika kita sedang berdoa, maka ketika sedang berdoa hendaknya sungguh berdoa dengan khusuk atau berkonsentrasi, lebih ketika berpartisipasi dalam ibadat bersama atau bagi orang Katolik dalam Perayaan Ekaristi.

Berdoa adalah berhubungan dengan Allah dalam kasih, dan karena Allah 'maha segalanya', maka berhubungan atau berrelasi denganNya mau tak mau kita pasti akan dikuasai atau dirajaiNya, dengan kata lain mau tak mau harus melaksanakan semua perintah dan kehendak Allah dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Karena Allah hadir di mana-mana, maka kapan saja dan dimana saja kita dapat berdoa. Kepada mereka yang akan mengadakan perjalanan kami harapkan berdoa lebih dahulu agar selamat di perjalanan dan akhirnya sampai ke tujuan. Hidup kita juga merupakan perjalanan, maka kami harapkan begitu bangun pagi, dan dalam keadaan bugar, kami harapkan berdoa singkat sejenak untuk bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, yang telah menganugerahi kehidupan.
"Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku pun selamat dari pada musuhku" (Mzm 18:2-4)
Ign 4 November 2012