Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 21 April 2010

22 Apr - Kis 8:28-40; Yoh 6:44-51

Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepadaKu jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku"

(Kis 8:28-40; Yoh 6:44-51)


'Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yoh 6:44-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Datang kepada Yesus berarti menjadi sahabat-sahabat Yesus alias anak-anak Allah, yaitu orang yang senantiasa  hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari, hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Apa yang dimaksudkan oleh Yesus tak mungkin datang kepadaNya jika tidak ditarik oleh Bapa, antara lain berarti kita tak mungkin hidup baik dan berbudi pekerti luhur jika tidak menerima aneka macam bentuk pengajaran Tuhan melalui orangtua, guru/pendidik atau saudara-saudari kita. Hemat saya masing-masing dari kita dapat hidup seperti saat ini karena kita diajar atau dibina oleh orangtua, guru/pendidik atau saudara-saudari kita, dan kita akan semakin baik dan berbudi pekerti luhur jika kita senantiasa siap sedia untuk diajar terus menerus. Maka marilah kita dengan rendah hati membuka diri sepenuhnya terhadap aneka macam pengajaran, misalnya dalam bentuk nasihat, saran, kritik, pujian, tuntunan, dst.. yang setiap kali mendatangi kita. Ada kemungkinan kita merasa sakit ketika sedang menerima pengajaran, dan kiranya hal itu wajar adanya. Tumbuh berkembang dalam iman, hidup baik dan berbudi pekerti luhur memang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan alias kerja keras. Hendaknya sedini mungkin anak-anak dibina untuk memiliki sikap mental 'ongoing formation/education' atau belajar terus menerus, sepanjang hayat, dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua di rumah maupun para guru/pendidik di sekolah-sekolah. Berbagai pengalaman hidup, entah yang menyenangkan atau menyakitkan hendaknya dihayati sebagai pembelajaran, maka hendaknya dibina sikap refleksif atas aneka pengalaman hidup.

·   "Setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita" (Kis 8:39), demikian berita yang terjadi setelah terjadi pembaptisan sida-sida yang dilakukan oleh Filipus. Dibaptis berarti juga dianugerahi Roh, dan yang membaptis pada umumnya juga hidup dalam atau dikuasai oleh Roh. Roh sungguh membuat orang sukacita dan bergairah dalam perjalanan hidup, itulah yang terjadi dalam diri sida-sida yang telah menerima rahmat pembaptisan. Kita semua telah menerima rahmat pembapisan, maka kita juga dipanggil untuk "meneruskan perjalanan dengan sukacita", perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.  Maka marilah kita mawas diri perihal panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing: hendaknya terus menghayati panggilan dengan  atau melaksanakan tugas pengutusan dengan sukacita, meskipun harus disertai pengorbanan dan perjuangan atau menghadapi aneka tantangan, hambatan dan godaan. Sukacita atau gembira dalam melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan dan menghayati panggilan akan memperlancar langkah perjalanan usaha kita, dan apa yang kita dambakan, cita-citakan atau harapkan pasti berhasil, menjadi kenyataan. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua; bagi kita yang sedang memiliki tugas belajar di tingkat apapun marilah kita terus belajar, sehingga terampil belajar, bagi kita yang sedang bekerja marilah kita terus bekerja sehingga terampil bekerja, dst… Siap-sedia untuk dididik dan dibina dan diajar terus menerus berarti senantiasa bersukacita, gembira ria dalam menghadapi aneka macam bentuk pembaharuan atau apa-apa yang baru, yang muncul dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan; orang senantiasa bersikap rendah hati dalam menyikapi apa yang terjadi atau apapun yang mendatangi.

 

"Pujilah Allah kami, hai bangsa-bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya! Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah. Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian." (Mzm 66:8-9.16-17)

     

Jakarta, 22 April 2010


Selasa, 20 April 2010

21 Apr Kis 8:1b-8; Yoh 6:35-40

"Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendakKu tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku."

(Kis 8:1b-8; Yoh 6:35-40)


"Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." (Yoh 6:35-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Di dalam bekerja atau berkarya dimanapun orang pada umumnya mengerjakan apa yang diperintahkan atau dikehendaki oleh orang lain, atau kalau para seniman merasa harus mengerjakan yang dikehendaki Tuhan sebagaimana dibisikkan dalam bentuk inspirasi atau khayalan. Kiranya jarang sekali orang mengerjakan keinginan sendiri atau pribadi jika menghendaki kesuksesan atau keberhasilan dalam tugas pengutusan atau panggilan hidup. Maka marilah kita meneladan Yesus yang datang bukan untuk melakukan kehendakNya sendiri tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutusNya. Dengan kata lain marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan aturan atau tatanan yang berlaku dan terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Kesetiaan dan ketaatan pada aneka aturan dan tatanan hidup yang berlaku akan menyelamatkan dan membahagiakan diri kita sendiri maupun orang lain yang kena dampak hidup atau cara bertindak kita. Segala aturan dan tatanan hidup hemat saya dibuat untuk membantu yang melaksanakannya dalam rangka 'memperoleh hidup kekal' setelah dipanggil Tuhan nanti alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur selama hidup di dunia ini. Orang baik dan berbudi pekerti luhur senantiasa nampak ceria, gairah, menarik, memikat dan mempesona, dan dengan demikian banyak orang tergerak untuk mendekat dan bersahabat. Kehadiran dan sepak terjang orang berbudi pekerti luhur atau baik senantiasa juga menggairahkan dan membangkitkan semangat hidup orang lain yang dijumpainya.

·   "Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil" (Kis 8:4), demikian berita perihal para murid yang dikejar-kejar untuk dihabisi atau dibunuh. Tekanan dan penganiayaan merupakan 'bless in disguise' (=-rahmat terselubung) bagi orang beriman, yang sungguh mempersembahkan atau menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Karena dikejar-kejar kemudian mereka menyebar dan dalam perjalanan atau tempat dimana berada, 'menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil'.  Rasanya apa yang terjadi di masa Gereja Purba pada masa kini juga terjadi, tetapi tekanan atau encamannya dalam bentuk lain, antara lain kebutuhan ekonomi alias pekerjaan. Karena tuntutan kebutuhan ekonomi atau pekerjaan orang harus pergi jauh ke tempat tertentu dimana mereka bekerja, karena demi kesejahteraan hidup keluarga orang harus bertransmigrasi bersama-sama seluruh keluarga, yang berarti pindah tempat tinggal dan kerja cukup jauh, dst.. Bukankah tekanan atau kebutuhan ekonomi, serta tuntutan hidup sejahtera memaksa orang untuk menyebar dan menjelajah seluruh negeri atau dunia, dan dengan demikian tanpa sadar terjadi penyebaran umat Allah ke bebagai tempat. Kami berharap kepada mereka yang dalam melaksanakan tugas pekerjaan atau pengutusannya harus menjelajah seluruh negeri atau dunia, selama di dalam perjalanan atau penjelajahan hendaknya sambil memberitakan Injil, kabar baik, menyebarluaskan apa yang baik dan menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa. Ada kemungkinan anda berjalan atau berpergian sendirian serta menggunakan transportasi umum, entah pesawat terbang atau kereja atau bus, hendaknya selama dalam perjalanan tidak diam membatu, tetapi bercakap-cakaplah dengan rekan duduk di sebelah anda sambil membicarakan apa-apa yang baik dan menyelamatkan dan mungkin juga sekaligus menambah kenalan, sahabat atau teman.

 

"Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!Katakanlah kepada Allah: "Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu; … Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu, dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu." Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia:" (Mzm 66:1-3a.4-5)

 

Jakarta, 21 April 2010


Senin, 19 April 2010

20 Apr - Kis 7:51-8:1a; Yoh 6:30-35

"Tuhan berikanlah kami roti itu senantiasa."

(Kis 7:51-8:1a; Yoh 6:30-35)

 

"Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi." (Yoh 6:30-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Kemiskinan yang paling besar dan memprihatikan pada masa kini adalah miskin akan cintakasih", demikian kurang lebih kata Ibu Teresa dari Calcuta (alm.) pada suatu kesempatan. Banyak orang lapar dan haus akan cintakasih. "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi", demikian sabda Yesus hari ini. Yesus adalah Cintakasih dari Allah Bapa bagi kita semua, yang lapar dan haus akan cintakasih, maka marilah kita datang kepadaNya agar lapar dan haus kita dipuaskan dengan cintakasihNya. Sabda Yesus ini kiranya mengajak atau memanggil kita semua agar cara hidup dan cara bertindak kita meneladan Yesus atau kita senantiasa menghayati sabda-sabdaNya dalam hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Sabda-sabda atau cara bertindakNya kita dapat dipadatkan kedalam ajaranNya perihal cintakasih, yaitu kita dipanggil untuk saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa , segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Ajaran saling mengasihi ini hendaknya pertama-tama dan terutama dihayati  secara mendalam dan setia antar suami-isteri, yang hidup bersama didasari dan diikat oleh cintakasih. Kami percaya jika para suami-isteri dapat menjadi teladan dalam hal saling mengasihi bagi anak-anak yang dianugerahkan kepada mereka, maka anak-anak kelak kemudian hari pasti akan hidup saling mengasihi, dan dengan demikian hidup bersama dimanapun dan kapanpun senantiasa dijiwai oleh cintakasih. Kita semua tidak akan lapar dan haus akan cintakasih lagi, jika kita saling mengasihi tanpa pandang bulu, SARA, dst..

·   "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (Kis 7:60), demikian doa Stefanus menjelang dipanggil Tuhan karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Stefanus sungguh kenyang akan cintakasih Tuhan, maka ia tidak takut dan gentar menghadapi kematian karena kesetiaan imannya, bahkan menjelang kematiannya ia siap menanggung dosa dan kesalahan orang-orang yang melemparinya, artin mengampuni mereka yang membunuhnya. Stefanus adalah martir pertama di dalam Gereja, dan kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus dipanggil untuk meneladannya. Salah satu cara meneladan jiwa kemartiran Stefanus antara lain adalah senantiasa menyikapi dengan cintakasih segala sesuatu yang mendatangi kita, termasuk ejekan, cemoohan, ancaman, permusuhan dst.. , entah itu datang dari sesama manusia, binatang maupun suasana hidup bersama. Ingat dan hayati bahwa kita semua diciptakan oleh Allah dalam dan oleh cintakasih, dan masing-masing dari kita adalah buah kasih atau yang terkasih. Jika kita hidup dan bertindak dijiwai oleh cintakasih, hendaknya kita juga tidak takut dan gentar menghadapi panggilan Tuhan atau kematian yang dapat terjadi setiap saat, kapan saja dan dimana saja. Sebelum dipanggil Tuhan Stefanus juga berdoa "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." (Kis 7:59), dan doa ini hendaknya juga menjadi doa-doa kita. Menyerahkan roh kepada Tuhan berarti mempersembahkan gairah, cita-cita, harapan, dambaan kepada Tuhan, sehingga sesuai dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan bagi kita semua antara lain keselamatan jiwa kita masing-masing, maka marilah kita arahkan gairah, cita-cita, harapan dan dambaan kita kepada keselamatan jiwa. Tolok ukur atau barometer keberhasilan cara hidup dan cara bertindak kita adalah keselamatan jiwa.

 

"Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku. Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN "(Mzm 31:3-4.6ab)

 

Jakarta, 20 April 2010


Minggu, 18 April 2010

19 Apr - Kis 6: 8-19; Yoh 6:22-29

"Bekerjalah bukan untuk makanan yang akan dapat binasa"

(Kis 6: 8-19; Yoh 6:22-29)

 

"Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yoh 6:22-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hampir semua pekerja, entah sebagai buruh, direktur, manajer, pengusaha, pegawai, dst..pada umumnya bekerja keras sepanjang hari. Para pekerja di Jakarta dan sekitarnya misalnya, pada umumnya pagi-pagi benar mereka berangkat untuk bekerja dan baru sore/malam hari pulang ke rumah, bahkan ada yang lembur sampai tengah malam. Semua itu dikerjakan demi kesejahteraan hidup keluarganya, dan rasanya hal itu benar adanya. Namun berrefleksi atas sabda Yesus hari ini "Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal" , kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian agar dalam sibuk bekerja tidak melupakan atau menyingkirkan 'hidup yang kekal', yaitu nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan yang menyelamatkan jiwa kita. Dengan kata lain hendaknya dalam bekerja sungguh dijiwai atau dihidupi dengan iman alias dalam semangat iman kita masing-masing kita berkerja. Salah satu bentuk pengahaytan iman selama bekerja antara lain jujur dan disiplin selama bekerja, apalagi bagi yang mengurus atau mengelola administrasi dan uang. Jujur dan disiplin ini rasanya sungguh mendesak untuk dihayati dan disebarkan selama bekerja dimanapun dan kapanpun. Siapapun yang jujur dan disiplin selama bekerja kiranya merupakan bentuk penghayatan kepercayaan kepada Dia yang diutus Allah, dan dengan demikian yang bersangkutan sendiri juga akan semakin banyak dipercaya orang lain.  Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang berpengaruh dalam kerja di kantor atau perusahaan dst.. sungguh menegakkan kejujuran dan kedisiplinan.

·   "Mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara" (Kis 6:10), demikian berita perihal debat antara orang-orang Yahudi dan Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus. Karena mereka tidak dapat melawan Stefanus, maka para petinggi mereka menghasut mereka untuk mengatakan bahwa Stefanus mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah. Hasutan itupun sampai ke Mahkamah Agama sehingga Stefanus disidang untuk diadili,  namun ketika sedang diadili wajahnya bersinar bagaikan malaikat. Kita semua kiranya dipanggil untuk meneladan Stefanus, tanpa takut dan gentar menghadapi aneka tekanan, ancaman dan provokasi asal kita jujur dan disiplin dalam kerja. Memang ada rumor bahwa orang jujur akan hancur, tetapi rasanya untuk sementara saja, karena seterusnya atau selamanya akan mujur alias ceria dan bahagia.  Sebaliknya kami berseru kepada mereka yang sering karena irihati lalu menteror dan mengancam orang-orang yang jujur dan disiplin, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Anda yang berbuat demikian karena irihati pasti akan kalah atau dipermalukan di muka umum. Kepada mereka yang berani meneladan Stefanus hendaknya tetap ceria dan bergairah ketika menghadapi ancaman atau pengadilan yang tidak adil. Kegairahan dan keceriaan anda pasti akan mendorong orang yang menyaksikan agar bertobat, menyesali kejahatannya dan kemudian melakukan apa yang baik, hidup dan bertindak jujur serta disiplin.

 

"Sekalipun pemuka-pemuka duduk bersepakat melawan aku, hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, menjadi penasihat-penasihatku. Jalan-jalan hidupku telah aku ceritakan dan Engkau menjawab aku -- ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib "

 (Mzm 119:23-24.26-27)

 

Jakarta, 19 April 2010