Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 13 Agustus 2011

15 Agustus


"Perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"

(Hak 2:11-19; Mat 19:16-22)

" Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya" (Mat 19:16-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Semua orang beriman atau beragama kiranya mendambakan setelah dipanggil Tuhan alias meninggal dunia akan menikmati hidup kekal dan berbahagia selamanya di surga bersama dengan Allah, dan untuk itu selama hidup di dunia ini diharapkan 'hidup sempurna'. "Jikalau engkau hendak sempurna, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin", demikian sabda Yesus. Secara harafiah sabda ini kiranya tak ada seorangpun yang sanggup melakukannya. Maksud sabda ini antara lain adalah jika kita mendambakan hidup mulia, selamat dan berbahagia selamanya setelah meninggal dunia atau 'hidup sempurna' selama di dunia ini, hendaknya menghayati dan memfungsikan apapun yang kita miliki atau kuasai pada saat ini sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu sebagai sarana untuk mengusahakan keselamatan jiwa, baik jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain. Dengan kata lain keselamatan jiwa manusia hendaknya senantiasa menjadi acuan, pedoman atau tujuan dari segala usaha dan sepak terjang kita, segala kesibukan serta cara hidup dan cara bertindak kita. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang kaya akan harta benda atau uang untuk dengan jiwa besar dan hati rela berkorban memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan dalam lingkungan hidupnya. Kepada para pengusaha yang mempekerjakan aneka orang dalam usahanya kami harapkan memberi jaminan sosial yang memadai, tidak hanya berpedoman pada UMP atau UMR saja. Secara umum kami berharap agar kita setia pada aneka tata tertib yang berlaku dalam hidup, panggilan dan tugas kita masing-masing serta tidak melakukan korupsi sedikitpun. Marilah kita semua berusaha untuk hidup sederhana, tidak berfoya-foya. Marilah meneladan Yesus, yang walaupun kaya telah memiskinkan diri demi keselamatan seluruh bangsa manusia di dunia.

·   "Apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam hal apa pun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu" (Hak 2:19). Hakim adalah utusan Allah untuk mengingatkan umat agar tidak berbuat jahat serta mengajak mereka untuk senantiasa beribadah kepada Allah. Dengan kata lain hakim adalah pembawa dan pejuang kebenaran. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak para hakim untuk tidak takut membawa dan memperjuangkan kebenaran. Hendaknya para hakim tidak menghayati rumor ini "Hubungi Aku Kalau Ingin Menang"; maklum tidak sedikit hakim di Indonesia menghayati rumor tersebut dalam melaksanakan tugas pengutusannya, karena takut diancam mati atau digeser dari jabatannya. Sikap mental materialistis menjiwai banyak orang, lebih-lebih orang kaya, yaitu ketika terlibat dalam masalah hukum, mereka cenderung untuk menang dengan membayar sebanyak-banyaknya kepada hakim. Tak ketinggalan juga ada jaksa untuk memalsukan kebenaran. Kami berharap agar anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina sebagai pembela dan pejuang kebenaran, dan untuk itu hendaknya orangtua dapat menjadi teladan kebenaran. Jauhilah sikap mental materialistis, dimana harta benda atau uang menjadi 'tuan' alias yang menentukan dan mengarahkan cara hidup dan cara bertindak kita. Harta benda atau uang memang perlu untuk hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita, dan untuk itu hendaknya difungsikan sesuai pedoman 'intentio dantis' (=maksud pemberi), dan tentu saja pemberian yang bermaksud jahat harus ditolak.

"Mereka tidak memunahkan bangsa-bangsa, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada mereka, tetapi mereka bercampur baur dengan bangsa-bangsa, dan belajar cara-cara mereka bekerja. Mereka beribadah kepada berhala-berhala mereka, yang menjadi perangkap bagi mereka. Mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat," (Mzm 106:34-37)

Ign 15 Agustus 2011


14 Agustus

"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu"

HR SP MARIA DIANGKAT KE SURGA: Why 11:19a; 12:1.3-6a.10b; 1Kor 15:20-26; Luk 1:39-56



"Akhirnya Perawan tak bernoda yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat memasuki kemuliaan di surge beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan, yang telah mengalahkan dosa dan maut(LG 59). Terangkatnya Perawan tersuci adalah satu keikutsertaan yang istimewa pada kebangkitan Puteranya dan satu antisipasi dari kebangkitan warga-warga Kristen yang lain" (Katekismus Gereja Katolik no 966). Devosi kepada SP Maria dalam kehidupan umat Katolik sungguh marak, misalnya berdoa rosario, yang dengan mudah didoakan kapan saja dan dimana saja. Tempat-tempat peziarahan kepada SP Maria ramai didatangi oleh umat, entah secara pribadi atau rombongan. Maka baiklah pada hari raya SP Maria diangkat ke surga hari ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri perihal devosi kita kepada SP Maria, yang oleh Gereja juga diimani sebagai teladan hidup beriman.

"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.  Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku"(Luk 1:42-43)

Rekan-rekan perempuan pada umumnya memang mendatangkan berkat atau anugerah, entah hal itu terjadi secara tidak baik, yang berarti bukan anugerah yang benar, atau secara baik sesuai dengan kehendak Tuhan. Yang tidak baik, misalnya secara materialistis, yaitu perempuan yang melacurkan diri; ia menerima uang cukup besar dan ada beberapa orang yang terkait dengan perannya sebagai pelacur juga menerima atau memperoleh uang. Dengan kata lain rekan perempuan sering terjebak untuk dikomersielkan, semakin cantik dan seksi semakin tinggi atau mahal harganya, begitulah yang sering saya dengar atau baca melalui aneka macam media massa. Tentu saja kami berharap kepada rekan-rekan perempuan untuk menjadi berkat atau anugerah yang baik sesuai dengan kehendak Tuhan bagi sesamanya dimanapun dan kapanpun.

Bentuk anugerah atau berkat macam apa yang kami harapkan? Rekan-rekan perempuan memiliki rahim, dan di dalam rahim juga tumbuh berkembang buah kasih dalam dan oleh kasih; dari rahim lahirlah yang terkasih, yang menggembirakan serta menggairahkan. Hal itu terjadi secara phisik. Semoga apa yang terjadi secara phisik tersebut menjiwai cara hidup dan cara bertindak rekan-rekan perempuan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya dimanapun dan kapanpun 'melahirkan kasih' alias menggembirakan dan menggairahkan secara sejati, bukan sandiwara. Maka kami berharap rekan-rekan perempuan sungguh cantik dan manis di dalam hati, jiwa dan akal budi, meskipun tidak dalam hal phisik.

Marilah sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita meneladan SP Maria, yang kedatangannya kepada saudariNya, Elisabeth, mendorong dan memotivasi Elisabeth merasa memperoleh berkat luar biasa, sehingga ia berkata "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku". SP Maria, yang sedang mengandung Penyelamat Dunia, telah menunjukkan atau memperlihatkan sikap mental mewartakan kabar baik, yaitu 'mengunjungi atau mendatangi saudaranya'. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk saling mengunjungi atau mendatangi, entah secara phisik atau spiritual. Secara phisik berarti seperti SP Maria: berjalan kaki cukup jauh, naik turun turun pegunungan, untuk menyapa secara langsung saudara-saudari kita, sedangkan secara phisik marilah kita saling mendoakan satu sama lain, berdoa dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Biarlah kedatangan atau kunjungan kita mendorong dan memotivasi yang kita kunjungi berkata seperti Elisabeth "Siapakah aku ini sehingga saudaraku mengujungi aku', karena sungguh merasa diberkati atau dianugerahi. Dengan kata lain kita semua juga dipanggil untuk berusaha hidup suci seperti SP Maria. Suci berarti senantiasa mengarahkan atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, dengan senantiasa berbuat baik kepada saudara-saudari kita, melakukan apa yang membahagiakan dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa. Selanjutnya marilah kita renungkan sapaan atau kesaksian iman Paulus kepada umat di Korintus di bawah ini.

"Yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus" (1Kor 15:21-22)

"Terangkatnya Perawan tersuci ke surga adalah antisipasi dari kebangkitan warga-warga Kristen yang lain", demikian sebagaimana tertulis dalam Katekismus Gereja Katolik di atas. Sebagai orang Kristen, orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kita semua mendambakan "dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus", setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan alias hidup mulia dan berbahagia selamanya di surga.  Hidup mulia dan berbahagia tersebut pada masa kini kiranya sudah dapat kita nikmati dalam harapan, maka marilah kita usahakan dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan.

"Iman, harapan dan cintakasih", itulah tiga keutaman utama dan yang terbesar adalah cintakasih, maka marilah kita hidup saling mengasihi dijiwai oleh iman dan harapan. Dijiwai oleh iman berarti kasih harus menjadi nyata dalam tindakan atau perilaku, sedangkan dijiwai oleh harapan berarti dalam saling mengasihi dengan penuh gairah, semangat dan ceria. "Cintakasih harus lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada diungkapkan dalam kata-kata" (St.Ignatius Loyola, LR no 230). Yesus Kristus adalah cintakasih Allah yang terbesar, yang dianugerahkan kepada kita yang beriman kepadaNya, agar kita senantiasa bersekutu denganNya kapanpun dan dimanapun. Maka marilah kita wujudkan persekutuan kita dengan Yesus Kristus dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.

"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat 5:44), demikian sabdaNya, yang juga telah Ia hayati dalam rangka melaksanakan tugas pengutusanNya. Di puncak penderitaanNya di kayu salib Ia mengasihi mereka yang menyalibkanNya atau memusuhi dengan berdoa "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk 23:34). Jika kita sungguh mendambakan untuk hidup mulia, damai sejahtera dan selamat selamanya setelah dipanggil Tuhan, maka marilah kita hayati sabda Yesus di atas serta meneladanNya dalam mendoakan mereka yang telah menyakitiNya atau menyalibkanNya. Jika secara phisik tak mungkin kita mengasihi dan mengampuni mereka yang telah menyakiti atau membuat kita menderita, marilah kita doakan.

Di muka telah saya katakan bahwa hendaknya kita sering mengunjungi saudara-saudari kita, antara lain dengan mendoakan mereka, maka marilah  secara khusus kita doakan "mereka yang telah menganiaya kamu". Hendaknya kita sadari dan hayati bahwa mereka yang menganiaya kita belum tentu bersalah alias belum tentu bermaksud menganiaya kita, namun karena keterbatasan atau ketidaktahuan mereka sehingga apa yang mereka katakan atau lakukan kita rasakan sebagai menyakiti atau menganiaya kita. Kita semua kiranya memiliki pengalaman mengampuni dan mendoakan mereka yang menyakiti atau menyalahi kita, yaitu sikap dan tindakan kita terhadap anak-anak kecil atau bayi, yang senantiasa merepotkan dan mengganggu kita.  Hendaknya pengalaman tersebut terus menerus diperkembangkan dan diperdalam dalam hal sikap dan tindakan kita terhadap saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun.

"Di antara mereka yang disayangi terdapat puteri-puteri raja, di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir. Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu" (Mzm 45:10-12a)

Ign 14 Agustus 2011


13 Agustus


"Janganlah menghalangi mereka datang kepadaKu"

(Yos 24:14-29; Mat 19:13-15)

" Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ" (Mat 19:13-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ada orang merasa terganggu atas kehadiran anak-anak kecil dalam suatu pertemuan, padahal mereka juga pernah menjadi anak-anak kecil, misalnya pastor marah-marah ketika dalam ibadat atau perayaan ekaristi ada anak kecil menangis atau berlari-lari di tempat ibadah. Anak-anak kecil memang dinamis dan ada kemungkinan nakal atau merepotkan orang-orang dewasa, sebagaimana terjadi  di antara para muridNya yang memarahi orang-orang yang membawa anak kccil datang menghadap Yesus agar Yesus meletakkan tanganNya atas anak-anak tersebut. Saya juga pernah mengingatkan dan menegor dewan paroki di suatu paroki, yang katanya pastor paroki maupun tempat ibadat/gedung gereja 'terganggu' dengan lalu lalang anak-anak TK dan SD, yang kebetulan sekolah yang bersangkutan menjadi satu komplek dengan pastoran dan gedung gereja. Saya ingatkan mereka jika anak-anak dilarang mendekati pastor maupun masuk/mampir di gereja menjelang atau usai sekolah, maka tidak akan pernah ada anak-anak yang tertarik untuk menjadi pastor maupun aktivis paroki  di masa depan. "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga", demikian sabda Yesus. Anak-anak kecil adalah lebih suci daripada orang dewasa atau orangtua; tidak mengasihi dan memperhatikan anak-anak kecil agar 'datang kepada Tuhan' berarti bunuh diri pelan-pelan. Anak-anak kecil adalah masa depan kita, orang dewasa, maka tidak mengasihi dan memperhatikan mereka berarti kita tidak memiliki masa depan. Marilah meneladan Yesus dengan 'meletakkan tangan kita' atas anak-anak dalam dan dengan kasih serta rendah hati. Kami berharap para orangtua sungguh mendidik dan membina anak-anak agar tumbuh berkembang sebagai pribadi  cerdas beriman.

·    "Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan." (Yos 24:24), demikian jawaban seluruh bangsa terpilih, yang sedang dalam perjalanan menuju tanah terjanji,   menanggapi ajakan Yosua. Hendaknya jawaban ini juga menjadi pilihan cara hidup dan cara bertindak kita sebagai orang beriman atau beragama. Beribadah berarti mengarahkan hati sepenuhnya kepada Allah, sebagaimana sering kita hayati selama berpartisipasi dalam ibadat atau perayaan ekaristi.  Namun baiklah saya mengajak kita semua untuk menghayati kerja atau tugas bagaikan beribadah alias bersama dan bersatu dengan Allah terus menerus dalam hidup sehari-hari. Pemimpin biara kontemplatif suster-suster di Gedono, Salatiga, Jawa Tengah pernah mengatakan bahwa para suster berrekreasi sepanjang hari, tetapi berrekreasi bersama dengan Allah. Menghayati tugas atau kerja bagaikan ibadah, berarti rekan kerja atau tugas bagaikan rekan ibadah, tempat tugas atau kerja bagaikan tempat ibadah, suasana tugas atau kerja bagaikan suasana ibadah, merawat sarana tugas atau sarana kerja bagaikan sarana ibadah, dst… Salah satu sikap yang utama dan terutama untuk itu adalah rendah hati, agar dapat beribadah dengan baik serta menderngarkan firman Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh. Firman Allah hendaknya didengarkan dengan rendah hati; firman Allah antara lain terwujud dalam aneka kehendak baik saudara-saudari kita, maka marilah saling mendengarkan dan menanggapi dengan rendah hati. Tak lupa kami ingatkan juga untuk mendengarkan kehendak baik anak-anak kita untuk ditanggapi. Secara khusus kami berharap ketika anak-anak ada yang tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster, kami harapkan orangtua dengan rela hati mendukung dan mengizinkannya, mengingat dan memperhatikan jumlah imam, bruder atau suster pada masa kini semakin merosot. Tentu saja kepada para imam, bruder dan suster kami harapkan juga hidup dan bertindak dengan rendah hati serta 'mendengarkan anak-anak', agar mereka tergerak mengikuti panggilan anda.

"Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung. Aku berkata kepada TUHAN: "Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku." (Mzm 16:1-2a.5)

Ign 13 Agustus 2011


Kamis, 11 Agustus 2011

12agt


"Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"

(Yos 24:1-13; Mat 19:3-12)

"Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." (Mat 19:3-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Jumlah perceraian perkawinan di Indonesia terus meningkat; kebanyakan terjadi di kalangan mereka yang suka bepergian, entah karena tugas atau hobby, misalnya para artis, buruh, pegawai kantor atau perusahaan yang sering tugas luar, dst.. Para artis karena menjadi idola atau pujaan para penontonnya dengan mudah tergoda untuk jatuh cinta lagi sehingga bercerai dengan pasangannya, sedangkan para buru karena begitu lama berpisah dengan pasangannya karena merantau di luar pulau atau luar negeri menjadi TKI juga dengan mudah tergoda untuk berselingkuh dan akhirnya kawin lagi serta menceraikan pasangan yang ditinggalkannya. "Karena ketegaran hati" , orang mudah bercerai dan kawin lagi. Sabda Yesus hari ini mengingatkan para suami-isteri atau mereka yang menikah untuk setia pada janjinya, sebagaimana dijanjikan ketika mengawali hidup baru sebagai suami-isteri akan "saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, sampai mati". "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat. Ini diwujudkan dalam perilaku tetap memilih dan mempertahankan perjanjian yang telah dibuat dari godaan-godaan lain yang lebih menguntungkan" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24-25). Godaan-godaan hidup perkawinan masa kini memang cukup banyak, sekilas jika mengikuti godaan nampak lebih menguntungkan, padahal untuk selamanya akan merugikan baik diri sendiri maupun orang lain. Aneh memang sering saya dengar katanya tidak ada kecocokan antar suami-isteri atau tidak saling mengasihi, padahal telah dianugerahi anak oleh Tuhan. Bukankah anak adalah buah saling mengasihi dengan segenap hati, segenap budi, segenap jiwa dan segenap tubuh/kekuatan?

·   "Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu. Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya"(Yos 24:12-13), demikian kutipan firman Tuhan kepada bangsa terpilih. Marilah kutipan ini kita renungkan atau refleksikan bagi kita semua yang telah terpilih, entah sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster atau pelajar dan pekerja. Hendaknya disadari dan dihayati bahwa pasangan hidup anda adalah anugerah Tuhan, panggilan hidup imamat atau membiara adalah anugerah Tuhan, demikian juga tugas sebagai pelajar maupun pekerja/pegawai. Hayatilah anugerah tersebut bersama Tuhan artinya dengan mentaati dan melaksanakan janji-janji yang telah diikrarkan!. Kesetiaan pada janji akan menghasilkan buah yang membahagiakan dan menyelamatkan. Untuk mendukung kesetiaan adalah perawatan; memang kebanyakan orang lemah dalam hal merawat. Membeli barang baru bergairah, mencari pasangan hidup bergairah, mencari tempat belajar atau bekerja bergairah, dst.. tetapi merawat barang, pasangan hidup maupun tugas yang memang sarat dengan masalah, tantangan dan hambatan, kebanyakan orang mudah berputus asa. Marilah kita perdalam dan tingkatkan budaya merawat atau mengelola dengan baik dalam hidup dan kerja kita setiap hari.

"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mzm 136:1-3)

Ign 12 Agustus 2011


11Agst


" Sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku?"

(Yos 3:7-10a; Mat 18:21-35)

" Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."(Mat 18:21-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta rangka mengenangkan pesta St.Klara, perawan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup terpanggil selamanya sebagai perawan alias tidak menikah demi Kerajaan Allah berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah melalui aneka bentuk pelayanan kepada sesama, dimanapun dan kapanpun. Dalam melayani sesama yang beaneka ragam kiranya tak akan pernah terlepas dari aneka perlakuan yang tidak baik alias tidak sesuai dengan selera pribadi serta mudah membuat marah atau mengeluh. Kekuatan untuk melawan perlakuan yang tidak baik tersebut tidak lain adalah kasih pengampunan, maka dengan ini kami berharap kepada rekan-rekan yang tidak menikah demi Kerajaan Allah, misalnya para pastor/imam, bruder atau suster, biarawan atau biarawati, untuk dapat menjadi saksi kasih pengampunan kepada saudara-saudarinya. Marilah kita ampuni dengan segenap hati mereka yang telah menyalahi atau menyakiti kita, sebagaimana sering kita berdoa "Ampunilah kesalahan kami, seperti kami mengampuni yang bersalah kepada kami", bagian dari doa Bapa Kami, dimana kita semua hafal dan kita doakan setiap hari. Moga-moga doa Bapa Kami tidak hanya manis di mulut saja, tetapi juga menjadi manis dalam cara hidup atau cara bertindak setiap hari      

·   "Datanglah dekat dan dengarkanlah firman TUHAN, Allahmu." (Yos 3:9), demikian kata Yosua kepada bangsanya yang sedang dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Kutipan ini hendaknya menjadi permenungan atau refleksi kita semua yang sedang di dalam perjalanan untuk menghayati hidup dan panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan. Hendaknya di dalam perjalanan kita senantiasa dekat satu sama lain maupun Tuhan sendiri yang menyertai perjalanan kita. Dalam kebersamaan marilah kita dengarkan bersama firman Tuhan; dengan kata lain hendaknya sering diselenggarakan ibadat bersama yang disertai dengan pembacaan dan permenungan firman Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Para imam, bruder atau suster, yang karena panggilan tidak menikah, pada umumnya juga hidup dan bekerja bersama; maka kami berharap juga dapat menjadi teladan bagi umat Allah dalam hal kebersamaan, dalam hal kesatuan hati dan budi. Hidup dan bekerja bersama akan ringan dan menggembirakan, sehingga semuanya tetap ceria dan bergairah; sedangkan hidup dan bekerja sendirian pasti akan segera merasa lelah dan ditinggalkan, padahal yang bersangkutan sendiri yang meninggalkan kebersamaan. "Bersama atau bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh", demikian kata sebuah pepatah yang hendaknya juga menjadi pedoman atau acuan kita dalam hidup dan bekerja dimanapun dan kapanpun. Ingatlah dan hayatilah bahwa masing-masing dari kita adalah buah cintakasih bersama, cintakasih bapak-ibu atau orangtua kita masing-masing, maka hanya dalam cintakasih dan kebersamaan  kita akan dapat tumbuh berkembang dengan baik, hidup berbahagia, selamat dan sejahtera baik selama hidup di dunia ini maupun kelak setelah dipanggil Tuhan.

"Laut melihatnya, lalu melarikan diri, sungai Yordan berbalik ke hulu. Gunung-gunung melompat-lompat seperti domba jantan, dan bukit-bukit seperti anak domba. Ada apa, hai laut, sehingga engkau melarikan diri, hai sungai Yordan, sehingga engkau berbalik ke hulu, hai gunung-gunung, sehingga kamu melompat-lompat seperti domba jantan, hai bukit-bukit, sehingga kamu seperti anak domba" (Mzm 114:3-6)

Ign 11 Agustus 2011


Senin, 08 Agustus 2011

10 Agustus


"Barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal"

(2Kor 9:6-10; Yoh 12:24-26)

" Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa" (Yoh 12:24-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Laurensius, diakon dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tugas pekerjaan diakon pada awal Gereja Purba antara lain mengurus atau mengelola harta benda atau uang Gereja/Umat Allah guna menunjang pelayanan Gereja, entah yang bersifat 'kedalam' maupun 'keluar'; sedangkan martir adalah orang yang sungguh siap sedia untuk berkorban dan berjuang demi kebenaran atau siap mati sebagai saksi iman. Mengurus dan mengelola harta benda atau uang berarti hidup mendunia, berpartisipasi dalam seluk beluk dunia, serta dimana ada bagian dunia yang tidak selamat ke situlah pengurus atau pengelola dipanggil dan diutus untuk menyelamatkannya. Mayoritas waktu dan tenaga kita kiranya untuk mendunia, dan sebagai orang beriman kita dipanggil untuk menjadi saksi iman di dalam mendunia. Hemat saya menjadi saksi iman dalam mengurus dan mengelola harta benda atau uang dengan baik, benar, jujur dan disiplin pada masa kini merupakan salah satu bentuk penghayatan kemartiran. Semua orang kiranya senang akan harta benda atau uang, namun apakah dapat mengurus atau mengelola dengan baik, benar, jujur dan disiplin kiranya boleh dipertanyakan. "Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal", demikian sabda Yesus. Nyawa berarti yang menghidupkan dan menggairahkan. Harta benda atau uang merupakan salah satu hal yang menghidupkan dan menggairahkan; marilah kita persembahkan harta benda atau uang kita kepada Tuhan melalui sesama kita, dengan memfungsikannya demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun jiwa sesama kita, yang hidup dan bekerja bersama kita atau yang kita layani. Mungkin ada sesuatu atau hal lain yang menghidupkan atau menggairahkan anda, baiklah hal itu juga kita persembahkan kepada Tuhan melalui pelayanan kita kepada sesama kita dimanapun dan kapanpun. Apa yang menghidupkan dan menggairahkan hendaknya dipersembahkan kepada Tuhan!

·   "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2Kor 9:6-7). Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Korintus di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita dalam menghayati iman dalam hidup sehari-hari.  Hidup, iman dan segala sesuatu yang menyertai kita atau kita miliki dan kuasai pada saat ini adalah anugerah Tuhan, yang kita terima melalui aneka bentuk kebaikan saudara-saudari kita, yang mengasihi dan memperhatikan kita. Masing-masing dari kita telah menerima anugerah Tuhan melimpah ruah, kepada kita telah ditaburkan aneka bentuk kasih dan perhatian, sehingga kita dapat hidup sebagaimana adanya pada saat ini. Marilah semuanya itu kita syukuri dengan tindakan konkret, yaitu kita fungsikan demi keselamatan jiwa kita dan jiwa saudara-saudari kita dengan menggunakan segala milik atau anugerah untuk melayani orang lain. Marilah kita berlomba dalam berbuat baik kepada orang lain. Ingat dan sadari semakin banyak kita berbuat baik kepada orang lain kita sendiri akan semakin berbagia, ceria daan damai sejahtera, karena semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia  Kami berharap masing-masing dari kita siap sedia untuk memberi dengan kerelaan hati, sebagai perwujudan syukur dan terima kasih kita kepada Tuhan yang telah menganugerahi kita aneka macam yang kita butuhkan untuk hidup dan kerja. Memberi dengan rela hati berarti siap berkorban bagi orang lain, sebagai wujud iman kepada Yesus yang telah memberikan DiriNya dengan wafat di kayu salib. Rela hati juga berarti hatinya direlakan kepada orang lain alias senantiasa memperhatikan orang lain, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan.

"Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya. Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN. Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya. Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan" (Mzm 112:5-9)

Ign 10 Agustus 2011


9 Agustus


"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"

(Ul 31:1-8; Mat 18:1-5.10.12-14)

" Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka.  lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang." (Mat 18:1-5.10.12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yang terbesar dalam Kerajaan Sorga alias hidup beriman dan beragama hemat saya adalah yang tersuci. Tanpa bermaksud merendahkan mereka yang memang suci atau tersuci serta terpilih menjadi gembala atau teladan umat Allah, perkenankan saya mengingatkan bahwa anak-anak kecil tentu lebih suci daripada orang-orang dewasa atau orangtuanya; dengan kata lain secara umum boleh dikatakan yang lebih muda lebih suci. Mengapa? Karena tambah usia dan pengalaman pada umumnya orang juga bertambah dosa dan kekurangan, itulah kenyataan yang terjadi. "Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga", demikian sabda Yesus. Sifat atau cirikhas anak kecil antara lain: ceria, gembira, dinamis, terbuka, menyerahkan diri kepada orang lain lebih-lebih yang mengasihi alias rendah hati, dst.. Dari sifat atau cirikhas anak kecil ini kiranya yang baik kita hayati adalah rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kerendahan hati adalah keutamaan yang paling utama dan dasar, maka jika kita ingin menjadi besar dan terhormat hendaknya hidup dan bertindak dengan rendah hati kapanpun dan dimanapun. Marilah kita meneladan serta mendukung para gembala kita, para uskup dan paus, yang senantiasa berusaha untuk rendah hati dalam melaksanakan tugas pengutusan dan menghayati panggilannya. Kami berharap kepada para orangtua untuk sedini mungkin mendidik anak-anaknya untuk rendah hati, dan jika perlu sebenarnya orangtua dapat 'belajar dari' anak-anak, yang rendah hati serta tidak pernah marah alias melecehkan orang lain.

·   "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama-sama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka, dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya. Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati."(Ul 31:7-8), demikian kata Musa, yang telah lansia dan tidak lama lagi dipanggil Tuhan, kepada Yosua, yang harus melanjutkan tugas Musa dalam memimpin bangsanya menuju 'tanah terjanji'. Kutipan ini hendaknya juga menjadi kata-kata orangtua atau generasi tua kepada anak-anaknya atau generasi muda. Dengan kata lain 'regenerasi' hendaknya diperhatikan dalam perjalanan hidup dan tugas. Secara khusus kami ingatkan kepada kita semua: marilah ketika kita menerima tugas pindah tugas atau pension dari pembesar segera kita laksanakan. Kepada orangtua atau generasi tua hendaknya jangan segan-segan memberi kesempatan kepada anak-anak atau generasi muda tugas-tugas yang diembannya untuk diteruskan. Saya prribadi merasa bersyukur dan berterima kasih sebagai imam Yesuit sejak ditahbiskan diberi kesempatan untuk belajar melayani dengan rendah hati, baik sebagai Direktur Perkumpulan Strada di Jakarta maupun Ekonom Keuskupan Agung Semarang. Kepada rekan-rekan generasi muda kami harapkan dengan rendah hati, terbuka dan siap sedia ketika diberi tugas penting oleh pembesar; hayati tugas tersebut sebagai pembelajaran: jiwailah kerja dan usaha anda dengan semangat belajar terus menerus.

"Ingatlah kepada zaman dahulu kala, perhatikanlah tahun-tahun keturunan yang lalu, tanyakanlah kepada ayahmu, maka ia memberitahukannya kepadamu, kepada para tua-tuamu, maka mereka mengatakannya kepadamu. Ketika Sang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia memisah-misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan anak-anak Israel. Tetapi bagian TUHAN ialah umat-Nya, Yakub ialah milik yang ditetapkan bagi-Nya" (Ul 32:7-9)

Ign 9 Agustus 2011


Minggu, 07 Agustus 2011

8 Agustus


"Jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka"

(Ul 10:12-22; Mat 17:22-27)

" Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga."(Mat 17:22-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Dominikus, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   St.Dominikus dikenal sebagai pengkotbah ulung dalam mewartarkan kabar baik atau ajaran-ajaran Yesus. Ia tidak takut terhadap ancaman dan terror pembunuhan, yang diarahkan kepadanya. Dalam hidup dan kerja bersama kita memiliki aneka tata tertib atau aturan yang harus ditaati atau dilaksanakan agar hidup dan kerja bersama berjalan baik, sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan, misalnya dalam membayar pajak maupun mengelola atau mengurus pajak. Para pengelola atau pengurus maupun pembayar pajak yang benar pada masa kini sering menerima ancaman atau terror untuk disingkirkan. Para pengelola atau pengurus pajak kebanyakan tidak jujur alias korupsi dan dengan demikian menjadi batu sandungan bagi warga masyarakat untuk membayar pajak dengan jujur. Kami berharap para pejabat atau petugas pemerintahan atau hidup bersama dimanapun dan kapanpan, yang berpengaruh dalam hidup bersama tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berbuat jahat atau melakukan yang tidak baik dan tidak benar. "Jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka", demikian sabda Yesus kepada para rasul. Semoga segenap umat Katolik atau Kristen yang beriman kepada Yesus Kristus tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, sehingga mereka berbuat jahat, melainkan hendaknya menjadi teladan dalam melaksanakan tata tertib hidup bersama seperti membayar pajak. Ingatlah dan sadari bahwa hidup bersama di negara manapun tergantung dari pajak; semakin tertib, jujur, disiplin dalam pengelolaan dan pembayaran pajak akan semakin damai dan sejahtera warga negara yang bersangkutan. Kami berharap kepada mereka yang kaya akan harta benda atau uang menyadari bahwa kekayaan atau uangnya berasal dari rakyat, maka hendaknya juga dikembalikan kepada rakyat antara lain dengan tertib, disiplin dan jujur membayar pajak , tentu saja hal ini juga harus didukung oleh para pengelola atau pengurus pajak, yang mewakili rakyat.

·   "Apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu" (Ul 10:12-13). Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk "takut akan Tuhan, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkanNya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan dengan segenap hati dan segenap jiwa, berpegang pada perintah dan ketetapan Tuhan' , agar keadaan kita senantiasa baik adanya. Saya kira tak seorang pun dari kita yang tidak menghendaki keadaan diri kita baik, kita semuanya mendambakan diri kita senantiasa baik adanya. Maka marilah kita menuntut diri kita masing-masing untuk senantiasa mentaati dan melaksanakan perintah dan ketetapan Tuhan, yang antara lain diterjemahkan kedalam aneka tata tertib yang terkait dengan hidup , panggilan dan tugas pekerjaan kita masing-masing. Melaksanakan atau menghayati tata tertib dengan segenap hati dan segenap jiwa berarti kita sungguh-sungguh menghayati alias tidak bersandiwara, hanya menghayati ketika dilihat orang lain untuk dipuji. Tuhan Maha Tahu dan tak dapat ditipu, maka sebagai orang yang beriman kepada Tuhan hendaknya senantiasa menghayati aneka tata tertib dengan jujur, disiplin dan benar, meskipun tidak dilihat oleh orang lain. Orang yang hanya mencari pujian orang lain berarti orang murahan, tak berkwalitas. Entah dilihat atau tidak dilihat orang lain hendaknya kita tetap jujur, disiplin dan benar dalam melaksanakan atau menghayati tata tertib, jika kita mendambakan diri sebagai orang yang cerdas secara spiritual maupun baik adanya kapanpun dan dimanapun. Jangan cari muka atau bersandiwara dalam mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib.

"Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari"

(Mzm 147:12-15)

Ign 8 Agustus 2011