Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 30 Desember 2009

1 Jan - Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21


"Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya".

HR SP MARIA BUNDA ALLAH: Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21


Pertama-tama saya ucapkan 'SELAMAT TAHUN BARU 2010'; marilah kita masuki Tahun Baru ini dengan semangat baru. Hari ini juga "Hari Perdamaian Sedunia", dan bagi anggota Serikat Yesus merupakan hari "Pesta Nama". Dalam "Hari Perdamaian Sedunia" ini Paus Benediktus XVI memberi pesan dengan tema "IF YOU WANT TO CULTIVATE PEACE, PROTECT CREATION". Tahun 2010 yang juga disebut 'Tahun Macan', yang juga ditandai dengan 'pemanasan global',  kiranya kita juga akan menghadapi aneka tantangan dan hambatan dalam rangka membudayakan hidup damai maupun melindungi ciptaan Allah di dunia ini. Namun demikian marilah kita bersama-sama, bergotong royong mengusahakan damai maupun pelestarian lingkungan hidup.

 

"Ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya" (Luk 2:21) 

 

"Hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan"(Luk 1:31-33). Nama Yesus telah ditentukan oleh Allah sebelum lahir di dunia ini. Kiranya kita semua juga berbuat yang sama, yaitu mempersiapkan nama bagi anak yang masih berada dalam kandungan maupun nama suatu gedung, paguyuban, dst. sebelum diresmikan atau diberkati. Dalam memilih nama kiranya tidak sembarangan saja, melaikan sungguh dipertimbangkan, direnungkan dan dibicarakan bersama, karena nama mengandung banyak makna dan cita-cita atau harapan. Demikian kiranya nama-nama yang dikenakan pada diri kita masing-masing, maka marilah kita mawas diri perihal nama yang dikenakan pada diri kita: apakah kita setia pada cita-cita atau dambaan yang dibebankan pada diri kita.

 

Bagi kita semua orang Kristen maupun Katolik, dan khususnya rekan-rekan anggota Serikat Yesus, marilah kita mawas diri perihal kekristenan atau kekatolikan kita. Kita semua diharapkan hidup dan bertindak meneladan Yesus maupun dengan menghayati ajaran-ajaran atau sabda-sabdaNya, hidup dan bertindak dirajai atau dikuasai oleh Yesus. Untuk lebih mengenal dan memahami cara bertindak maupun sabda-sabda Yesus, baiklah kita baca dan renungkan apa yang ditulis di dalam Kitab Suci; dengan kata lain kami berharap di tahun 2010, tahun macan, ini kita menggiatkan gerakan pembacaan maupun pendalaman Kitab Suci. Dalam upacara saling menerimakan Sakramen Perkawinan pada umumnya pasangan suami-isteri baru juga dibekali Kitab Suci, Rosario dan Salib, dengan harapan dalam mengarunsi hidup berkeluarga hendaknya tidak melupakan Sabda Tuhan, Bunda Maria maupun Kasih Sejati yang telah dihayati oleh Yang Tersalib. Hemat saya ketika suami-isteri sedini mungkin membiasakan pemfungsian Kitab Suci, Rosario dan Salib, maka hidup berkeluarga akan damai sejahtera, saling mengasihi dan dengan demikian anak-anak yang lahir dan dianugerahkan oleh Tuhan juga akan terbiasa membaca Kitab Suci, berdoa Rosario dan berdevosi kepada Yang Tersalib.

 

Hidup berkeluarga yang saling mengasihi baik dalam untung dan malang, sehat maupun sakit sampai mati, akan membawa keluarga yang bersangkutan ke damai sejati. Dan jika setiap keluarga dapat hidup dalam damai sejati, maka dambaan perdamaian seluruh dunia segera menjadi nyata. Perdamaian Sedunia hemat saya perlu dimulai dan didasari oleh hidup damai sejahtera dalam keluarga-keluarga. Bagi suami-isteri kami harapkan mawas diri perihal nama yang menyatukan mereka berdua, dua nama menjadi satu: apa makna dan dambaan anda berdua? Bagi para anggota Lembaga Hidup Bakti kami harapkan mawas diri perihal nama yang menandai kebersamaan hidup kita, misalnya SJ, MSF, OSF, OSC, PI, OFM , dst.. Sebagaimana keluarga menjadi dasar dan landasan perdamaian sedunia, demikian halnya komunitas-komunitas hidup membiara. Semoga baik dari keluarga-keluarga maupun komunitas biara serta paguyuban-paguyuban tersiarkan damai sejahtera, warta gembira bagi seluruh umat manusia.

 

"Kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah" (Gal 4:7)   

 

Secara manusiawi kita semua pernah menjadi anak, dan dengan demikian juga menjadi ahli waris atau menerima warisan tertentu dari orangtua kita masing-masing. Ketika menjadi tua atau orangtua pada gilirannya harus mewariskan kepada anak-anak atau generasi penerus/generasi muda apa-apa yang mereka butuhkan untuk hidup kini dan masa depan. Sebagai orang beriman kita semua adalah 'anak-anak Allah', yang memperoleh warisan dari Allah, antara lain ciptaan-ciptaanNya yang indah, mulia, luhur dan suci di dunia ini alias lingkungan hidup yang enak, nyaman dan nikmat, mempesona dan memikat. Maka baiklah memasuki dan mengarungi Tahun 2010 ini marilah kita tanggapi ajakan Paus untuk melindungi atau melestarikan ciptaan alias lingkungan hidup.

 

Allah kita adalah Allah Pencipta, maka sebagai anak-anak Allah kita dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya PenciptaanNya, termasuk melindungi ciptaan-ciptaanNya. Kita semua kiranya berprihatin dengan adanya 'pemanasan global', yang sedikit banyak pasti akan merusak lingkungan hidup maupun aneka jenis kehidupan di alam raya ini, yang pada gilirannya akan mencelakakan atau menyengsarakan manusia, sebagai ciptaan terluhur dan termulia di dunia ini. Marilah keprihatinan kita terhadap 'pemanasan global' kita wujudkan secara positif dengan gerakan bersama yang bersifat preventif untuk mengurangi 'pemanasan global', antara lain gerakan penanaman pohon-pohon/penghijaun, penghematan enerji, pengurangan berbagai sarana maupun bangunan yang dapat menambah panas bumi dst.. . Yang tidak kalah penting atau yang pertama-tama dan terutama harus menjadi perhatian kita tentu saja manusia, melindungi dan mendampingi manusia agar setia sebagai ciptaan Tuhan terluhur dan termulia di dunia ini.

 

Melindungi manusia sebagai ciptaan terluhur dan termulia berarti mendampingi sebaik mungkin sejak ia masih berada di dalam kandungan sampai lahir dan mati. Dengan kata lain marilah pada tahun 2010 ini kita sungguh lebih menekankan dan mengutamakan 'human investment' daripada 'material investment' . Memang mendidik, mendampingi dan membina manusia/anak-anak tidak mudah, sarat dengan tantangan maupun hambatan serta hal-hal yang sering sulit terpahami. Maka baiklah ketika kita harus menghadapi hal-hal yang sulit dipahami, marilah kita meneladan Bunda Maria, Bunda Allah, Bunda kita, yang "menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya". Dengan kata lain di tahun 2010, tahun macan, yang konon akan ada kemungkinan terjadi banyak konflik, marilah kita lebih banyak berdoa dan merenung alias mempersembahkan apa yang kita alami kepada Tuhan. Marilah kita mendunia dengan iman, berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi dalam semangat iman. Marilah kita saling membantu agar kita semua semakin cerdas beriman, sehingga kita bersama-sama dapat mengusahakan perdamaian dunia yang menyelamatkan dan membahagiakan semua orang.

 

"Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi. Kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepada-Mu, ya Allah, kiranya bangsa-bangsa semuanya bersyukur kepada-Mu.Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita. Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia!" (Mzm 67:5-8)

Selamat tahun baru 2010

 

Jakarta, 1 Januari 2010   

      


Selasa, 29 Desember 2009

31 Des - 1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18

Dari kepenuhanNya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia"

(1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18)

 

"Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya" (Yoh 1:10-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini adalah hari terakhir tahun 2009, dan kita akan segera memasuki tahun baru 2010. Selama tahun 2009 kiranya kita telah menerima berbagai macam kasih karunia Allah, yang kita terima melalui saudara-saudari kita yang telah berbuat baik kepada kita dalam berbagai kesempatan, maka marilah kita syukuri semuanya itu dengan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari di tahun 2010 yang akan datang. Syukur tersebut kita wujudkan dengan meneruskan aneka kasih karunia yang telah kita terima, sehingga dalam kehidupan bersama kita senantiasa saling menerima dan memberi kasih karunia. Kasih karunia tersebut mungkin secara konkret berupa harta benda/uang atau kekayaan, kesehatan, kecerdasan, keterampilan, sahabat atau kenalan, dan bagi orangtua mungkin anak, sedangkan para pekerja mungkin kenaikan pangkat atau kesejahteraan. Hidup dan segala sesuatu yang menyertai hidup kita, yang kita miliki, kuasai atau nikmati sampai kini adalah kasih karunia Allah, maka baiklah di tahun yang akan datang ini kita senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Allah, antara lain setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan dan terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Mungkin di tahun 2009 ada rencana yang belum dapat kita laksanakan atau kerjakan, marilah di tahun 2010 yang akan datang kita laksanakan. "Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita", demikian kutipan warta gembira hari ini, yang kiranya baik kita hayati, antara lain dengan melaksanakan rencana atau cita-cita yang masih dalam rumusan kata-kata, sehingga menjadi tindakan atau perilaku nyata.

·  "Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita" (1Yoh 2:18-19). Pesan ini mengingatkan kita akan bahaya-bahaya atau godaan-godaan yang mungkin terjadi di tahun 2010 yang akan datang, yang menurut kalender Tionghoa disebut 'tahun macan'. Macan atau singa memang senantiasa berusaha mencari mangsa dengan cerdik, maka baiklah kita hadapi dengan 'tulus seperti merpati, dan cerdik seperti ular', artinya dengan kecerdasan spiritual. Maka sekali lagi saya angkat disini cirikhas kecerdasan spiritual, yang hendaknya menjadi cara hidup dan cara bertindak kita, yaitu "mampu untuk fleksibel (adaptasi aktif dan spontan), memiliki kesadaran diri yang tinggi, mampu menghadapi dan menggunakan penderitaan, mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit, hidup dijiwai oleh visi dan nilai-nilai, enggan untuk menyakiti orang lain, melihat hubungan dari yang beragam (holistik), bertanya 'mengapa' dan 'apa jika' untuk mencari jawaban mendasar, kemampuan/kemudahan untuk 'melawan perjanjian'". Kita hayati dengan kerja sama dan saling membantu cirikhas kecerdasan spiritual di atas dalam hidup kita sehari-hari.

 

"Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya" (Mzm 96:11-13)

 

Jakarta, 31 Desember 2009


30 des - 1Yoh 2:12-17; Luk 2:3640

"Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa".

(1Yoh 2:12-17; Luk 2:3640)

 

"Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" (Luk 1:36-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari ini kepada kita ditampilkan seorang nabi perempuan, bernama Hana, yang "tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa". Tokoh nabi Hana ini kiranya baik menjadi bahan refleksi bagi rekan-rekan perempuan. Dari berbagai pencermatan dan pengalaman kiranya dapat dikatakan bahwa rekan-rekan perempuan pada umumnya lebih berperan dalam "beribadah dengan berpuasa dan berdoa". Pertemuan-pertemuan bersama untuk pendalaman iman atau doa bersama di lingkungan/stasi pada umum lebih banyak dihadiri oleh rekan-rekan perempuan daripada rekan laki-laki. Perhatian ibu kepada anak-anaknya pada umumnya lebih besar daripada perhatian bapak terhadap anak-anaknya, sebagaimana sering dikumandangkan dalam sebuah lagu "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk sungguh bersyukur dan berterima kasih kepada ibu kita masing-masing, yang telah mengandung, melahirkan, membesarkan kita sehingga kita "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah" berkanjang dalam diri kita masing-masing. Sebagai ucapan syukur dan terima kasih hendaknya kita juga rajin 'beribadah dengan berpuasa dan berdoa', yang menandai atau menjadi cirikhas hidup beriman atau beragama. Tujuan beribadah tidak lain adalah agar kita senantiasa tetap berada dalam 'kasih karunia Allah', dan dengan demikian hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan dan terkait dengan cara hidup dan panggilan kita masing-masing. Maka baiklah kita saling membantu dan mengingatkan satu sama lain dalam hal 'beribadah' ini.          

·   "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya" (1Yoh 2:15-17). Apa yang dimaksudkan dengan 'mengasihi dunia'  disini kiranya adalah sikap mental materialistis atau duniawi atau bisnis, dimana orang mengurus atau mengelola aneka karya pelayanan secara materialistis atau bisnis melulu. Kita dipanggil mendunia sesuai dengan kehendak Allah, mengurus dan mengelola hal-ikhwal duniawi sesuai dengan kehendak Allah alias mengusahakan kesucian hidup dengan berpartipasi dalam seluk beluk duniawi. Ingat dan hayati bahwa kita baru saja merayakan pesta Kelahiran Penyelamat Dunia, yang datang untuk menyelamatkan dunia dengan mendunia. Maka baiklah kami mengingatkan dan mengajak kita semua dalam pelayanan atau kegiatan hendaknya sesuai dengan visi yang telah dicanangkan atau dimaklumkan. Setiap hidup dan kerja bersama maupun pribadi kiranya memiliki visi yang bagus dan indah serta baik, maka hendaknya visi tidak berhenti dalam tulisan atau wacana, melainkan sungguh menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Bagi para anggota Lembaga Hidup Bakti, biarawan dan birawati, berarti hidup dan bertindak dijiwai oleh charisma pendiri, bagi suami-isteri berarti setia pada janji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati, dst.. Kepada para pejabat atau pemimpin masyarakat maupun bangsa kami harapkan untuk hidup dan bertindak dijiwai oleh semangat melayani, sehingga segala usaha dan kegiatan terarah pada kesejahteraan umum ('bonum commune'). Semakin berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi/mendunia hendaknya juga semakin beriman; mendunia tanpa iman akan terjadi kekacauan.

 

"Kepada TUHAN, hai suku-suku bangsa, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya! Sujudlah menyembah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi! Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran." (Mzm 96:7-10)

 

Jakarta, 30 Desember 2009


Senin, 28 Desember 2009

29 Des - 1Yoh 2:3-11; Luk 2:22-35

"Biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firmanMu"

(1Yoh 2:3-11; Luk 2:22-35)

 

"Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan -- dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri --, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." (Luk 2:22-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari ini kepada kita diketengahkan seorang tokoh bernama Simeon, "seorang benar dan saleh…Roh Kudus di atasnya". Ia yang sungguh menantikan penghiburan sejati dan kini telah menyaksikan dalam Kanak-Kanak Yesus yang sedang dipersembahkan di bait Allah, maka ia pun memuji Allah serta bersyukur, antara lain dengan berkata "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firmanMu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa". Sebagai orang yang telah usur alias lansia kiranya kutipan di atas ini baik menjadi permenungan atau refleksi. Hendaknya ketika sudah usia lanjut, sesuai dengan aturan di Indonesia ketika usia 60 tahun ber-KTP abadi, dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk 'mengundurkan diri' serta memberi kesempatan kepada generasi muda lebih berperan dalam kehidupan bersama. Hal yang sama kiranya juga baik dilakukan oleh mereka yang merasa senior terhadap yang yunior. Marilah kita beri kepercayaan kepada generasi muda sebagai pembaharu, "untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang…supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang". Sebaliknya kepada generasi muda kami harapkan siap sedia untuk mengambil alih peran dan fungsi generasi tua.

·   "Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tetap berada di dalam terang, dan di dalam dia tidak ada penyesatan" (1Yoh 2:9-10). Kutipan dari surat Yohanes ini kiranya dialami oleh Simeon, yang "berada di dalam terang, dan dalam dia tidak ada penyesatan". Kutipan ini juga baik menjadi permenungan bagi para orangtua, para senior, pendidik/guru, dst..: hendaknya senantiasa berada dalam terang dan tidak ada penyesatan dalam cara hidup dan cara bertindaknya, sehingga dalam mendampingi dan mendidik anak-anak, yunior, peserta didik, dst.. sungguh bermanfaat bagi masa depan mereka. Hendaknya orangtua, pendidik/guru dst. tidak menyesatkan. Tanda bahwa tidak menyesatkan antara lain senantiasa hidup berbudi pekerti luhur serta mengajarkan dan membina anak-anak/peserta didik untuk berbudi pekerti luhur. Maka perkenankan sekali lagi saya kutipkan ciri-ciri budi pekerti luhur, yang harus dihayati dan dibinakan, yaitu "bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet "(Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997)

"Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya" (Mzm 96:11-13).

 

Jakarta, 29 Desember 2009


Minggu, 27 Desember 2009

28 Des - 1Yoh 1:5-2:2; Mat 2:13-18

"Ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya"

(1Yoh 1:5-2:2; Mat 2:13-18)

 

"Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:"Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi" (Mat 2:13-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. .

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Kanak-Kanak suci, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Penguasa yang gila akan harta benda, kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi menjadi gusar dan merasa tidak aman dan tidak nyaman ketika muncul tokoh baru yang mengambil atau mendominasi hati rakyat. Itulah yang dialami Herodes ketika menerima info telah lahir seorang Raja sesuai dengan ramalan para nabi, ia ingin membunuhnya, namun karena sulit atau tidak dapat menemukan Sang Raja yang dimaksud maka ia memerintahkan agar semua anak-anak laki-laki usia dibawah 2 (dua) tahun di Betlekem dibunuh. Kanak-kanak pun akhirnya dibunuh dan mereka menjadi martir. Kanak-kanak memang lebih suci daripada orangtua atau orang dewasa, maka pada pesta Kanak-Kanak suci, martir, hari ini saya mengajak kita semua untuk memberi perhatian selayaknya atau istimewa kepada anak-anak. Anak-anak adalah masa depan kita, masa depan bangsa dan Gereja; tidak memperhatikan anak-anak berarti bunuh diri pelan-pelan. Secara khusus kami mengingatkan para ibu untuk berani memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya yang masih balita, 2 atau 5 tahun ke bawah, juga menyusui anaknya secara memadai (menurut berbagai nasihat sebaiknya anak-anak dapat menyusu atau menikmati ASI kurang lebih satu tahun). Kami mengharapkan tidak dengan mudah 'menyerahkan' kanak-kanak kepada asuhan pembantu/baby sitter atau neneknya, sebagaimana dilakukan sebagian ibu/orangtua di kota-kota yang mabuk kerja alias materialistis. Berilah makanan bergizi, sesuai pedoman empat sehat lima sempurna, kepada kanak-kanak.

·   "Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia." (1Yoh 2:1-2). Kanak-Kanak Yesus yang baru saja kita kenangkan kelahiranNya adalah pendamaian untuk segala dosa kita. Hemat saya jika kita hidup dalam kasih juga akan mengimani bahwa setiap kanak-kanak adalah pendamaian bagi kita semua. Sebagai contoh: suami-isteri tanpa anak dapat uring-uringan terus, sebaliknya ketika mereka memiliki anak kiranya suami-isteri akan bersama-sama mengasihi dan membesarkan atau mendidik anak-anaknya, mengingat dan memperhatikan bahwa anak adalah hasil atau buah kerjasama atau gotong-royong. Maka ketika anda sebagai orangtua, bapak atau ibu ataupun guru/pendidik tergoda atau dirayu untuk berbuat dosa atau menyeleweng, kenangkan dan ingat anak-anak atau peserta didik anda, dengan demikian kiranya anda tak tergerak untuk melakukan dosa. Memang para penjahat sering memanfaatkan anak untuk kepentingan mereka sendiri antara lain dengan menculik seorang anak dan minta tebusan berupa uang sebanyak mungkin. Betapa tinggi nilai seorang anak? Ketika orang dewasa tidak ada alias bepergian kiranya kita cuek saja alias tidak/kurang gusar, tetapi ketika anak kecil tidak ada di rumah kiranya banyak orang gusar dan was-was. Lihatlah dalam dan dengan mata kasih anak-anak, maka anda akan tergerak untuk hidup dan bertindak dalam kasih, saling mengasihi. Anak sungguh membawa damai bagi siapapun yang hidup dan bertindak dalam dan oleh kasih.

 

"Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita; maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita, maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap-luap itu" (Mzm 124:2-5).

Jakarta, 28 Desember 2009    


Sabtu, 26 Desember 2009

27 Des - 1Sam 1:20-22.24-28; 1Yoh 3: 1-2.21-24; Luk 2:41-52

"Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia"

Pesta Keluarga Kudus: 1Sam 1:20-22.24-28; 1Yoh 3: 1-2.21-24; Luk 2:41-52

"Saya berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati', demikian kurang lebih janji calon suami-isteri ketika saling menerimakan Sakramen Perkawinan, mengawali hidup baru, hidup berkeluarga sebagai suami isteri' Mereka juga berjanji untuk mendidik anak-anak yang akan dianugerahkan oleh Tuhan kepada mereka secara katolik/kristiani. Pada saat yang berbahagia macam itu pada umumnya masing-masing, baik mempelai laki-laki maupun perempuan, saling menghayati pasangan hidupnya sebagai anugerah Tuhan, kado dari Tuhan. Jika mereka, suami-isteri baru, ini setia menghayati janji tersebut maka keluarga mereka pasti akan berbahagia, damai sejahtera dan anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada mereka akan meneladan Yesus, "makin bertambah besar dan bertambah hikmatnya dan besarnya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia". Maka pada pesta Keluarga Kudus, Yesus, Maria dan Yusuf, hari ini saya mengajak para bapak-ibu atau suami-isteri untuk mawas diri: sejauh mana setia pada janji perkawinan sampai kini? Salah satu tanda bahwa suami-isteri atau bapak-ibu setia pada janji perkawinan adalah 'buah'nya, yaitu anak-anak yang dianugerahkan Tuhan tumbuh berkembang menjadi pribadi dewasa yang cerdas beriman atau cerdas spiritual.

 

"Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Luk 2: 52)   

 

Keluarga merupakan dasar hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun beriman/ menggereja; keluarga bahagia maka masyarakat juga bahagia dst.. Pengalaman dan pencermatan kami: para tokoh masyarakat maupun beragama yang sungguh hidup dan bertindak melayani demi kepentingan atau kesejahteraan umum pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga yang baik, bahagia, dikasihi oleh Allah maupun sesamanya. Hidup berkeluarga sangat ditentukan oleh cara hidup suami-isteri: apakah baik suami maupun isteri makin dikasihi oleh Allah dan sesamanya? Orang dikasihi oleh Allah dan sesamanya karena ia juga senantiasa mengasihi Allah dan sesamanya.

 

Hidup dan segala sesuatu yang menyertainya berarti yang kita miliki, nikmati dan kuasai sampai kini adalah anugerah Allah atau kasih Allah, yang kita terima melalui mereka yang telah berbuat baik kepada kita. Masing-masing dari kita telah menerima kasih begitu melimpah ruah sehingga dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya saat ini, maka tanggapan kita tidak lain adalah berterimakasih dan bersyukur. Terima kasih dan syukur ini hendaknya tidak berhenti di bibir atau dalam wacana saja, tetapi pertama-tama dan terutama harus menjadi nyata dalam tindakan atau perilaku, yaitu hidup saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tubuh. Di dalam kasih juga tersirat secara inklusif keutamaan-keutamaan seperti "sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (lih 1Kor 3:4-7)        

 

"Makin dikasihi oleh manusia" hendaknya menjadi pedoman atau acuan hidup berkeluarga, jangan hanya dikagumi atau dipuji saja. "Dikasihi"  berarti siap sedia dan rela untuk didatangi, dinasihati, ditegor, dipuji, diberi, di…dst..; dengan kata lain orang yang siap sedia dan rela untuk dikasihi senantiasa rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan diri" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Ingat dan renungkan bahwa kita baru saja mengenangkan Pesta Natal, kenangan akan kelahiran Penyelamat Dunia, "Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-8)  Kerendahan hati dibutuhkan bagi siapapun yang mendambakan agar dirinya semakin berhikmat dan dengan demikian semakin dikasihi oleh Allah dan sesama manusia. Marilah kita renungkan sapaan Yohanes dalam suratnya di bawah ini.   

 

"Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah, dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya. Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita" (1Yoh 3:21-23)

 

"Saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita"  inilah yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Perintah Kristus dalam hal kasih antara lain "mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh", sehingga menjadi sehati, sejiwa, seakal budi dan setubuh (bersetubuh). Perintah kasih ini rasanya dengan mudah dapat diindrai atau dilihat dalam diri suami-isteri yang saling mengasihi, yang antara lain secara konkret ada langkah bersetubuh atau hubungan seks (persetubuhan). Hubungan seks atau persetubuhan merupakan perwujudan saling mengasihi dan ada kemungkinan menghasilkan buah, yaitu 'janin'/anak, sebagai buah kasih atau yang terkasih. Dalam relasi antara suami-isteri yang saling mengasihi kiranya ada keberanian percaya untuk saling mendekati yang terkasih/pasangannya, karena pasangannya merupakan anugerah Allah.

 

Perintah untuk saling mengasihi terarah kepada kita semua sebagai orang beriman. Kasih mungkin mudah dikatakan namun sering sulit dilaksanakan, mengingat dan memperhatikan masih maraknya aneka pertentangan, permusuhan, tawuran, saling membenci, dst.. Yang sering menjadi penyebab adalah aneka perbedaan yang ada, entah beda selera, agama, pendapat, pengalaman, suku, dst.. Pesta Keluarga Kudus hari ini mengingatkan saya untuk mengajak anda sekalian perihal perbedaan yang sering menimbulkan masalah tersebut. Ingat bahwa laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain tetapi saling tertarik, memikat, mendekat dan tergerak untuk bersahabat dan bersatu. Dengan kata lain apa yang berbeda menjadi daya tarik, daya pikat dan daya pesona untuk lebih mengenal, mendekat dan bersahabat, itulah misteri ilahi, karya agung Allah. Maka dengan ini kami mengajak kita semua: marilah kita sikapi dan hayati apa yang berbeda di antara kita sebagai daya tarik, daya pikat dan daya pesona untuk saling mengenal dan bersahabat. Hendaknya perbedaan yang ada tidak menjadi motivasi atau dorongan untuk saling menuduh, merendahkan atau melecehkan. Perihal perbedaan kiranya baik saya angkat kembali di sini: dalam ilmu phisika/listrik unsur minus (-) dan plus (+) bertemu menjadi sinar terang yang fungsional dan membahagiakan, sebaliknya plus bertemu plus atau minus bertemu minus terjadilah musibah atau kebakaran yang mencelakakan. Kebenaran ilmiah ini hendaknya menjadi inspirasi juga dalam hal saling mengasihi antar kita yang berbeda satu sama lain ini. 

 

"Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau.  Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!" (Mzm 84:2-3.5-6)

 

Jakarta, 27 Desember 2009     


Jumat, 25 Desember 2009

26 Des - Kis 6:8-10; 7:54-59; Mat 10:17-22

"Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat".

(Kis 6:8-10; 7:54-59; Mat 10:17-22)

 

"Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat." (Mat 10:17-22), demikian kutipan  Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Stefanus, martir pertama, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari pertama setelah pesta Natal kita kenangkan pesta St.Stefanus, martir pertama di dalam Gereja, orang yang begitu menyatu dengan Sang Penyelamat Dunia, rela mengorbankan diri demi keselamatan jiwanya sendiri maupun jiwa sesama manusia. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk menghayati jiwa kemartiran dalam hidup kita sehari-hari alias setia pada iman kita masing-masing, dengan semangat iman kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satu bentuk penghayatan kemartiran masa kini yang cukup mendesak hemat saya adalah 'hidup dan bertindak jujur' dimanapun dan kapanpun, mengingat dan memperhatikan aneka kebohongan dan manipulasi maupun  'sandiwara kehidupan' masih marak di sana-sini. Sebagai contoh pada hari-hari ini kiranya kita masih mendengarkan atau membaca perihal kasus Bank Century yang sarat dengan manipulasi dan misteri itu. Jumlah uang begitu besar jumlahnya tidak jelas alirannya, demikian berita yang tersebar; tidak jelas atau disembunyikan? Jika kasus Bank Century ini tak dapat diselesaikan dengan baik, maka kebohongan, manipulasi dan 'sandiwara kehidupan' pasti akan semakin marak dalam kehidupan bersama kita. "Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat", demikian sabda Yesus.  Bertahan dalam iman dan kejujuran, itulah panggilan dan tugas pengutusan umat beriman, maka dengan ini kami mengajak para pejuang kebenaran, keadilan dan kejujuran untuk terus berjuang; ingat bahwa hidup jujur mungkin untuk sementara akan hancur, tetapi seterusnya atau selamanya akan mujur.

·   "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." (Kis 7:56), demikian kata Stefanus, yang penuh Roh Kudus serta menatap ke langit, ketika berada di Mahkamah Agama serta sedang diadili karena kesetiaan imannya. Tekanan dan intimidasi dari para penguasa atau tokoh bangsa dan agama ditanggapi dengan tenang bersama dengan Tuhan, itulah yang terjadi dalam diri Stefanus. Kecenderungan para penguasa serakah, sombong dan korup memang dengan berbagai cara dan usaha mengintimidasi dan menekan mereka yang akan membongkar keserakahan, kesombongan dan korupsinya. Dengan kekuasaannya ia mencoba melindungi diri melalui para pembantunya yang diangkat dalam jabatan atau fungsi strategis dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Meneladan St.Stefanus, kami mengajak dan mengingatkan kita semua yang merasa beriman untuk senantiasa dengan jernih, jujur dan cermat memperhatikan dan melihat aneka kasus yang populer, seperti Bank Century maupun RS Omni Internasional dan Prita. Semakin ruwet dan semrawut atau kabut sebuah kasus, yang memang dibuat demikian oleh para penguasa, hendaknya semakin mendorong kita untuk menengadah ke atas alias berdoa. Menghayati semangat kemartiran yang berarti penuh dengan Roh Kudus memang perlu disuburkan dengan hidup doa. Berdoa berarti mengarahkan hati sepenuhnya kepada Tuhan, Yang Ilahi, dengan dambaan hati kita dikuasai oleh Yang Ilahi. Ketika hati dikuasai atau dirajai oleh Yang Ilahi atau Tuhan, kami yakin kita akan dapat bertahan dalam iman meskipun harus menghadapi aneka masalah, tantangan, hambatan, tekanan dan intimidasi yang menakutkan itu. Bertahan dalam iman ada kemungkinan kita hanya dalam pertahanan terus menerus, artinya kita tidak ikut arus kebohongan dan manipulasi maupun korupsi.

 

"Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku."

(Mzm 31:3cd-4)

Jakarta, 26 Desember 2009  

   


Rabu, 23 Desember 2009

25 Des - Yes 9:1-6;Tit 2:11-14; Luk 2:1-14

Malam Natal: Yes 9:1-6;Tit 2:11-14; Luk 2:1-14

"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa"

 Malam Natal: Yes 9:1-6;Tit 2:11-14; Luk 2:1-14

Dalam rangka merayakan Natal dan Tahun Baru pada umumnya orang saling memberikan salam, antara lain dengan mengirimkan kartu Natal, namun pada masa kini pada umumnya tidak dengan kartu Natal lagi melainkan dengan pesan pendek (SMS) atau via email. Ketika saya masih bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang sering menerima kartu Natal yang sama dari seseorang bagi kami berempat (Bapak Uskup, Vikjen, Sekretaris dan Ekonom Keuskupan). Ada satu kartu Natal yang menarik dan mengesan yaitu kami berempat menerima kartu Natal dalam bentuk 'fotocopy". Harga satu lembar fotocopy saat itu Rp.25,-/lembar dan satu lembar kertas kwarto berarti bisa jadi 2 eks fotocopy kartu Natal. Sementara itu harga kartu Natal termurah di toko-toko adalah Rp.200,-. Yang mengesan bagi saya: pengirim adalah orang miskin dan tanpa membedakan jenis kartu Natal yang dikirimkan, semuanya sama dalam bentuk fotocopy. Semuanya menerima apa yang sama dan apa yang diterima murah meriah harganya. Seandainya yang bersangkutan mengirimkan kartu Natal asli kiranya tidak dapat mengirimkan sebanyak fotocopy. Bentuk kartu Natal berbeda tetapi hemat saya nilai spiritual atau maknanya sama.

 

"Sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa"

(Luk 2:10)

Bayi yang lahir dari rahim Bunda Maria, yang kita kenangkan kelahiranNya, adalah Penyelamat Dunia. Ia datang untuk menyelamatkan seluruh dunia, maka malaikat kepada para gembala berkata "Sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa".  Warta gembira melalui ini kiranya menjadi inspirasi tema pesan Natal Bersama  KWI dan PGI tahun 2009 ini, yang  bertema "Tuhan Itu Baik Kepada Semua Orang ...", maka marilah kita refleksikan atau renungkan serta kemudian kita hayati atau laksanakan dalam hidup dan kerja kita setiap hari.

 

Semua orang/manusia di bumi ini mendambakan hidup bahagia, damai sejahtera, selamat lahir dan batin, jasmani dan rohani, namun dalam kenyataan saat ini masih cukup banyak orang tidak atau kurang bahagia, damai sejahtera dan selamat. Jika kita membuka mata dan telinga kita terhadap lingkungan hidup di sekitar kita, kiranya kita dapat melihat dan mendengar bahwa masih cukup banyak orang yang menderita serta membutuhkan uluran kasih atau bantuan. Marilah kita meneladan Sang Penyelamat Dunia, Allah yang turun ke dunia menjadi manusia sama dengan kita kecuali dalam hal dosa, dengan 'turba' (=turun ke bawah), 'menunduk' bukan menengadah. Ia telah 'melepaskan ke Allah-anNya' atau kebesaranNya, maka kita pun dipanggil untuk dengan rela dan senang hati 'melepaskan' sebagian harta/ uang, tenaga dan perhatian kita bagi saudara-saudari kita yang sedang menderita atau sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh. Secara khusus kami menghimbau dan mengajak mereka yang berwenang dan berkuasa dalam hidup bersama alias para pemimpin atau petinggi untuk sungguh mengusahakan kesejahteraan umum. Tanda  keberhasilan kinerja atau pelayanan pemimpin adalah semua anggota atau warganya hidup sejahtera, selamat dan bahagia lahir maupun batin.

 

Cukup menarik bahwa yang pertama kali menerima kesukaan besar adalah "gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam". Para gembala adalah orang-orang yang kurang diperhitungkan dalam percaturan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan kata lain mereka tidak memiliki pengharapan pada mereka yang menentukan hidup bersama di dunia ini dan pengharapan mereka terarah kepada Allah, Yang Ilahi. Setiap hari para gembala berada dan tidur di alam terbuka, beratapkan langit luas dengan sinar terang dari ribuan bintang. Kenyataan ini kiranya dapat menjadi permenungan atau refleksi kita; kepada siapa pengharapan, cita-cita atau dambaan kita diarahkan? Marilah mengarahkan pengharapan, cita-cita dan dambaan kita kepada Tuhan, Penyelamat Dunia yang telah lahir sebagai manusia di dunia ini, karena "Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keingingan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini" (Tit 2:12)      

"Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini" (Tit 2:12)

Kita akan segera meninggalkan tahun 2009 dan memasuki Tahun Baru 2010, maka marilah kita tinggalkan juga kefasikan dan keinginan-keinginan dunia dan menghayati hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini. Setiap hari kita hidup mendunia, berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi, maka kita diharapkan tidak bersikap mental materialistis atau duniawi alias 'berbakti kepada berhala modern' seperti harta benda/uang, kedudukan/pangkat atau kehormatan duniawi, melainkan menghayati hal-hal duniawi sebagai sarana untuk mengusahakan kesucian hidup, semakin beriman, semakin berbakti kepada Tuhan. Kita semua dipanggil untuk mengusahakan kesucian dengan berpartisipasi dalam seluk beluk duniawi.

 

Kesucian hidup tersebut antara lain dapat kita wujudkan dengan hidup bijaksana, adil dan beribadah. Bijaksana dan adil rasanya bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan; dua keutamaan ini kiranya mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam kehidupan bersama kita masa kini. Berbagai masalah dan kasus hidup bersama yang muncul akhir-akhir ini nampak tidak diselesaikan dengan bijaksana dan adil, misalnya kasus KPK dan POLRI, RS Omni International dan Prita, dll.. Hemat saya cara bertindak bijaksana dan adil ini sedini mungkin perlu dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dan diperkembangkan serta diperdalam di sekolah, dengan keteladanan dari orangtua dan guru/pendidik. Jika anak-anak di dalam keluarga memperoleh pengalaman hidup bijaksana dan adil maka kelak kemudian hari mereka akan dengan mudah untuk bertindak bijaksana dan adil juga.

 

Selain bijaksana dan adil kita juga dipanggil untuk beribadah. Dalam merayakan Natal kiranya juga ada kebiasaan misa Natal anak-anak dimana anak-anak bersembah sujud kepada 'Sang Bayi', Penyelamat Dunia, yang ada dan tertidur nyenyak di palungan, sambil mempersembahkan sesuatu sebagai lambing persembahan diri mereka kepada Kanak-Kanak Yesus. Kebiasaan ini hendaknya menjadi peringatan bagi kita semua akan pentingnya ibadah kita kepada Tuhan dalam hidup sehari-hari. Ibadah itu antara lain dihayati dengan mendoakan doa-doa harian, seperti doa pagi, malam maupun mengawali dan mengakhiri kegiatan."Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar" (Yes 9:1). Hidup beribadah atau berdoa kiranya dapat menjadi terang dalam perjalanan tugas dan panggilan kita masing-masing. Marilah kita tidak melupakan hidup doa kita masing-masing.

 

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa" (Mzm 96:1-3).

 

"SELAMAT NATAL 2009 DAN TAHUN BARU 2010"

 

Jakarta, 25 Desember 2009


24 Des 2Sam 7:1-5.8b-12.16; Luk 1:67-79

"Ia melawat umatNya dan membawa kelepasan baginya"

(2Sam 7:1-5.8b-12.16; Luk 1:67-79)

"Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya: "Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, -- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus -- untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita. Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera."(Luk 1:67-79), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Setelah Yohanes lahir, maka sembuhlah Zakharia dari kebisuannya dan begitu dapat berbicara kembali iapun melambungkan pujian kepada Tuhan. Isi pujian tersebut antara lain "Allah melawati umatNya dan membawa kelepasan baginya…Ia melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita". Kegembiraan yang dialami oleh Zakharia ini merupakan tanda-tanda akan segera terpenuhinya janji Allah untuk menyelamatkan dunia dengan kelahiran Yesus, Penyelamat Dunia. Kiranya sebagian besar dari kita juga baru saja mengaku dosa, menerima kasih pengampunan atau kelepasan atas dosa-dosa kita, maka selayaknya kita juga bersyukur seperti Zakharia atas rahmatNya. Baiklah setelah menerima kasih pengampunan atas dosa-dosa kita, kemudian kita hidup baru dan diharapkan juga dapat menjadi 'sinar bagi mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut', menjadi penuntun dan petunjuk jalan bagi orang lain menuju damai sejahera. Nanti malam kita bersama-sama merayakan Sang Pembawa Damai Sejahtera sejati, Yesus, Allah yang menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Dengan merayakan Natal atau kelahiran Penyelamat Dunia ini dari kita diharapkan tidak saling membenci melainkan senantiasa berdamai dengan siapapun dan apapun dalam hidup kita sehari-hari. Hidup berdamai merupakan wahana bagi siapapun untuk menuju kepada Allah alias bersembah-sujud kepada Allah. Marilah kita ampuni juga mereka yang telah membenci atau menyakiti kita.

· "Aku telah menyertai engkau di segala tempat yang kaujalani dan telah melenyapkan segala musuhmu dari depanmu. Aku membuat besar namamu seperti nama orang-orang besar yang ada di bumi" (2Sam 7:9), demikian firman Tuhan kepada bangsa terpilih. Kita semua juga yang terpilih, maka marilah kita kenangkan penyertaan atau pendampingan Tuhan dalam perjalanan hidup kita sampai kini, sehingga kita dapat hidup seperti saat ini. Penyertaan atau pendampingan Tuhan secara konkret kita terima melalui mereka yang telah berbuat baik dan mengsihi kita, antara lain orangtua, kakak-adik, teman, guru/pendidik, pembimbing, dst.., maka baiklah kita bersyukur dan berterima kasih kepada mereka. Syukur dan terima kasih tersebut kiranya dapat kita wujudkan dengan berdamai dengan mereka serta menghaturkan sesuatu sebagai hadiah atau kado Natal. Ingat dan hayatilah bahwa kita dapat menjadi 'besar' seperti saat ini karena penyertaan dan pendampingan mereka, yang telah mengasihi, mendidik dan membimbing kita dengan penuh pengorbanan dan perjuangan tanpa kenal lelah. Kita telah menerima 'kasih' dari mereka secara melimpah ruah, maka selayaknya kita sungguh berterima kasih kepada mereka. Marilah kita saling berterima kasih dan memberi kenangan atau hadiah Natal, atau mungkin saling melawatim, entah secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung berarti kita tatap muka dan bercakap-cakap, sedangkan tidak langsung mungkin dengan sarana komunikasi masa kini seperti SMS via HP atau kirim surat via email. Hari ini baiklah kita memboroskan waktu dan tenaga untuk mengenangkan mereka yang telah berbuat baik dan mengasihi kita.

"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Engkau telah berkata: "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku:Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun" (Mzm 89:2-5).

Jakarta, 24 Desember 2009

Selasa, 22 Desember 2009

23 Des - Mal 3:1-4; 4:5-6; Luk 1:57-66

"Menjadi apakah anak ini nanti?"

(Mal 3:1-4; 4:5-6; Luk 1:57-66)

 

"Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes." Dan mereka pun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah. Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Dan semua orang, yang mendengarnya, merenungkannya dan berkata: "Menjadi apakah anak ini nanti?" Sebab tangan Tuhan menyertai dia." (Luk 1:57-66), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Menurut tradisi atau adat istiadat anak yang lahir dari Elisabet, laki-laki, harus diberi nama Zakharia, nama ayahnya, tetapi ternyata ia harus dinamai Yohanes, sebagaimana diberitahukan oleh malaikat. Dengan kata lain pemberian nama Yohanes berarti keluar dari  atau  melanggar tradisi atau adat istiadat. Maka muncullah pertanyaan dari saudara-saudari dan sahabat-sahabat mereka :"Menjadi apakah anak ini nanti?". Yohanes akan menjadi 'bentara Penyelamat Dunia', yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus, Penyelamat Dunia. Nama memang mengandung makna dan maksud serta cita-cita, maka baiklah kami mengingatkan dan mengajak para orangtua atau calon orangtua yang akan segera dianugerahi anak untuk dengan cermat dan benar dalam memberi nama anak-anak yang akan dilahirkan. Nama yang anda berikan kepada anak anda merupakan dambaan atau harapan terhadap anak yang bersangkutan pada masa depannya, harapan agar anak tumbuh berkembang sebagaimana orangtua cita-citakan. Dengan kata lain  rasanya pemberian nama satu sama lain dapat berbeda dan sekiranya harus memakai nama marga atau suku hendaknya juga ada ada tambahan nama lain. Sebagai orangtua kiranya kita semua berharap anak-anak yang dianugerahkan Tuhan senantiasa 'tangan Tuhan menyertainya', sehingga mereka tumbuh berkembang sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan, dan tentu saja kita semua berharap anak-anak dapat menjadi 'bentara' Penyelamat Dunia, dimana cara hidup dan cara bertindaknya senantiasa menarik dan memikat banyak orang untuk semakin beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

·   "Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah" (Mal 4:5-6). Yang baik kita renungkan atau refleksikan dari kutipan ini adalah 'hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya', dengan kata lain suatu ajakan untuk para bapak dan anak-anak untuk hidup berdamai, maklum pada umummya relasi bapa dan anak agak renggang, kurang mesra jika dibandingkan dengan relasi ibu dengan anaknya. Para bapak diingatkan untuk juga memperhatikan anak-anaknya dengan baik, dengan senang hati berani memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya. Secara khusus dengan ini kami mengingatkan rekan-rekan lelaki, yang mungkin telah menghamili rekan perempuan, entah itu pacar, tunangan atau kenalan, untuk berani bertanggungjawab, tidak melarikan diri setelah menghamili. Demikian juga kami ingatkan para bapak atau suami yang mudah berselingkuh atau menyeleweng untuk bertobat, tidak melakukan perselingkuhan lagi, ingat akan anak-anak anda. Berbagai  bentuk perselingkuhan atau kebejatan moral laki-laki atau para bapak menghancurkan kehidupan berkeluarga, entah keluarganya sendiri atau keluarga orang lain, dan dengan demikian merusak hidup bersama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semoga para bapak atau rekan-rekan laki-laki tidak mudah tergoda oleh rayuan-rayuan perempuan, dan tentu saja juga tidak menampilkan diri sedemikian rupa sehingga memikat untuk dirayu.

 

"TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya " (Mzm 25:8-10)

 

Jakarta, 23 Desember 2009

    

 


Senin, 21 Desember 2009

22 Des - 1Sam 1:24-28; Luk 1:46-56

"Jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku,"

(1Sam 1:24-28; Luk 1:46-56)

 

"Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya" (Luk 1:46-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketika orang menerima pujian dari sesamanya pada umumnya menjadi 'besar kepala' atau sombong, namun berbeda apa yang terjadi dalam diri Bunda Maria. Ketika Bunda Maria menerima pujian dari Elisabet, maka ia langsung mengidungkan pujian Magnificat, pujian dari orang yang terpilih oleh Allah. Kidung Maginificat ini menjadi bagian dari doa Harian para klerus dan anggota Lembaga Hidup Bakti serta doa dari mereka yang berdevosi kepada Bunda Maria, seperti legioner/para anggota Legio Mariae. Bunda Maria adalah teladan hidup beriman, maka kiranya selayaknya kita yang merasa beriman juga setiap hari mendaraskan Kidung Magnificat tersebut di atas dan tentu saja menghayati isi kidung tersebut dalam hidup sehari-hari. Ada dua pokok isi kidung di atas, yaitu: (1) dengan rendah hati orang menghayati atau mengimani karya agung Allah dalam dirinya yang lemah dan rapuh serta (2) kuasa Allah yang menjungkir-balikkan cara berpikir/paradigma duniawi. Pertama-tama marilah kita imani dan hayati karya agung Allah dalam diri kita masing-masing, bahwa kita dapat hidup, berkembang dan tumbuh seperti saat ini tak pernah lepas dari karya atau rahmat Allah, maka hendaknya kita senantiasa memuliakan Allah serta saling memuliakan antar kita. Selanjutnya kami mengingatkan mereka yang congkak hati, gila kedudukan dan jabatan untuk bertobat dan memperbaharui diri, sedangkan mereka yang 'lapar' baiklah membuka diri terhadap kemurahan hati Allah melalui sesama atau saudara-saudari kita. Kepada kita semua marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati.

·   "Mohon bicara tuanku, demi tuanku hidup, akulah perempuan yang dahulu berdiri di sini dekat tuanku untuk berdoa kepada TUHAN.Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka aku pun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN."( 1Sam 1:26-28), demikian kata seorang ibu/perempuan kepada Eli. Anak adalah anugerah Tuhan dan kemudian dipersembahkan kembali kepada Tuhan, itulah yang terjadi. Dengan ini kami mengingatkan dan mengajak para ibu, yang kiranya lebih banyak lebih memperhatikan dan mengasihi anak karena telah mengandung dan melahirkannya, untuk 'menyerahkan anak kepada Tuhan, seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan'. Dengan kata lain sebagaimana pernah dijanjikan ketika saling menerimakan sakramen perkawinan, yaitu 'mendidik anak-anak yang akan dianugerahkan Tuhan secara kristiani atau katolik' , hendaknya janji tersebut dihayati dengan benar dan baik. Didik, dampingi dan bimbing anak-anak secara kristiani atau katolik, dan ketika suatu saat sang anak tergerak untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, antara lain tergerak menjadi imam, bruder atau suster, hendaknya tidak ditolak, melainkan didukung sepenuhnya. Kebahagiaan sejati orangtua hemat kami adalah ketika anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka tumbuh berkembang menjadi dewasa yang cerdas beriman serta menjadi kader masyarakat alias bahagia dan sejahtera dalam hidup dan panggilannya. Jika orangtua mendidik anak-anak dengan baik kiranya anak-anak akan tumbuh berkembang menjadi 'man or woman with/for others'. Untuk itu tentu saja para orangtua atau bapak itu dapat menjadi teladan sebagai 'man or woman with/for others'.

 

"Busur pada pahlawan telah patah, tetapi orang-orang yang terhuyung-huyung, pinggangnya berikatkan kekuatan Siapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan dirinya karena makanan, tetapi orang yang lapar dahulu, sekarang boleh beristirahat.

 Bahkan orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi orang yang banyak anaknya, menjadi layu.

TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana.

TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga "

(1Sam 2:4-7)

Jakarta, 22 Desember 2009


Sabtu, 19 Desember 2009

21 Des - Kid 2:8-14; Luk 1:39-45

"Merdu suaramu dan elok wajahmu!"

(Kid 2:8-14; Luk 1:39-45)

 

"Dengarlah! Kekasihku! Lihatlah, ia datang, melompat-lompat di atas gunung-gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit. Kekasihku serupa kijang, atau anak rusa. Lihatlah, ia berdiri di balik dinding kita, sambil menengok-nengok melalui tingkap-tingkap dan melihat dari kisi-kisi. Kekasihku mulai berbicara kepadaku: "Bangunlah manisku, jelitaku, marilah! Karena lihatlah, musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah lalu. Di ladang telah nampak bunga-bunga, tibalah musim memangkas; bunyi tekukur terdengar di tanah kita. Pohon ara mulai berbuah, dan bunga pohon anggur semerbak baunya. Bangunlah, manisku, jelitaku, marilah! Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu dan elok wajahmu!"(Kid 2:8-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu!", kutipan ini baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Beberapa dari anda yang terlibat dalam paduan suara atau lektor/lektris kiranya pada hari-hari ini sedang memantapkan latihan kor dalam rangka merayakan pesta Natal yang akan datang, sedangkan yang lain atau kita semua mungkin sedang sibuk mempersiapkan pakaian baru atau penampilan diri sebaik dan semenarik mungkin. "Merdu suaramu dan elok wajahmu", kata-kata demikian ini kiranya kita dambakan dari saudara-saudari kita dalam perayaan Natal yang akan datang. Kami berharap tidak hanya merdu dan elok secara phisik saja, melainkan dan terutama secara spiritual, dalam hati, jiwa dan akal budi. Maka marilah kita mawas diri: apakah hati, jiwa dan akal budi kita 'merdu dan elok' artinya bersih, jernih serta menarik dan mempesona. "Merdu dan elok luar dalam, jasmani dan rohani' itulah yang menjadi dambaan atau kerinduan kita semua. Yang luar atau jasmani mungkin dengan mudah diperbaiki, tetapi yang dalam atau rohani, yaitu hati, jiwa dan akal budi kiranya tidak begitu mudah untuk diperbaiki. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk saling bekerjasama dan membantu dalam rangka mengusahakan kemerduan dan keelokan hati, jiwa dan akal budi. Untuk itu ketika ada sesuatu yang kurang/tidak merdu dan elok dalam diri kita serta diberitahu dan diperbaiki orang lain, hendaknya dengan rendah hati kita terima. Sebaliknya hendaknya kita juga tidak takut mengingatkan dan memperbaiki 'hati, jiwa dan akal budi' saudara-saudari kita, tentu saja dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar.    

·   "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?"(Luk 1:43), demikian pertanyaan Elisabet ketika memperoleh kunjungan Maria. Mungkin kita dapat meneladan Maria yang mengunjungi Elisabet, dengan harapan mereka yang memperoleh kunjungan atau kedatangan kita juga akan bertanya: "Siapakah aku ini sampai engkau datang mengunjungi aku?", pertanyaan yang tidak lain adalah mempertanyakan jati dirinya sendiri. Bukankah setiap dari kita ketika memperoleh kunjungan dari saudara atau sahabat dengan tiba-tiba alias tanpa pemberitahuan lebih dahulu pada umumnya juga akan bertanya-tanya, entah vokal atau dalam hati: "Ada apa saya dikunjungi?". Setiap kunjungan atau perjumpaan memang pada umumnya akan terjadi proses penyadaran dan pembaharuan diri, maka marilah kita saling mengunjungi atau mendatangi, saling bertemu dan bercakap-cakap. Memang untuk itu orang harus memboroskan waktu dan tenaga, tetapi ingat dan sadarilah bahwa pemborosan waktu dan tenaga bagi yang terkasih merupakan cirikhas hidup saling mengasihi; tanpa ada pemborosan waktu dan tenaga cintakasih akan terasa kering dan hambar. Mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama, misalnya para pemimpin atau atasan, kami harapkan sering mengunjungi atau mendatangi anak buah atau bawahan, sebagai tanda kasih dan perhatian, sebagai penghayatan iman kita akan Sang Penyelamat Dunia, Allah dari sorga turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya. Kami berharap para pemimpin tidak duduk-duduk di kursi dalam ruangan AC sambil menunggu orang datang ( 'pisowanan'), tetapi turba, turun ke bawah. Lihatlah realitas atau kenyataan konkret, jangan terlalu percaya kepada laporan tertulis atau omongan lisan yang manis dan sopan saja.

 

"Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai! Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya." (Mzm 33:2-3.20-21)

Jakarta, 21 Desember 2009

 


Jumat, 18 Desember 2009

20 des - Mi 5:2-5c; Ibr 10:5-10; Luk 1:39-45

"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu".

Mg Adven IV: Mi.5:2-5c; Ibr 10:5-10; Luk 1:39-45


Seorang ibu muda ketika dirinya mengetahui hamil pertama kali kiranya merupakan kebahagiaan tersendiri atau istimewa; ia kiranya segera memberitahukan kepada suami tercinta maupun sanak-saudara atau sahabat dekatnya. Begitulah kiranya yang terjadi dalam diri Maria dan Elisabet:  ketika Maria diberitahu oleh malaikat bahwa ia akan mengandung karena Roh Kudus serta Elisabet, saudarinya, dalam usia tuanya sedang mengandung lebih dahulu, maka bergegaslah Maria untuk mengunjungi Elisabet. Ia hendak berpartisipasi dalam kegembiraan Elisabet. "Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Luk 1:40-45) . Saling memberi salam, pujian dan syukur itulah yang terjadi dalam diri Maria dan Elisabet, yang keduanya penuh dengan Roh Kudus.

 

"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu"

Buah rahim adalah 'bayi' atau anak, sebagai buah saling mengasihi antar suami-isteri, laki-laki dan perempuan yang melakukan hubungan seksual. Bagi suami-isteri atau orangtua yang baik ketika tahu bahwa sang isteri mengandung pasti akan bersyukur dan berterima kasih serentak menghayati bahwa bayi/janin yang ada dalam kandungan adalah anugerah atau rahmat Tuhan. Sang isteri atau para ibu ketika tahu dirinya mengandung kiranya juga akan merasa diri yang terberkati oleh Tuhan. Maka ketika Elisabet menerima salam dari Maria, anak yang ada dalam kandungannya melonjak kegirangan dan Elisabet memuji Maria dengan berkata "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu", karena Maria sedang mengandung Sang Penyelamat Dunia, yang dinantikan kedatangan atau kelariranNya oleh umat manusia seluruh dunia.

 

Hari Raya Natal, kenangan akan kelahiran Yesus, Penyelamat Dunia, semakin mendekat. Sebagaimana kita ketika sedang menantikan kelahiran seorang anak pasti dijiwai oleh harapan, yang ditandai dengan gairah dan keceriaan dalam hidup, demikian hendaknya di hari-hari menjelang Natal ini kita diharapkan demikian adanya. Pada hari-hari ini kiranya dengan gairah dan ceria masing-masing dari kita mulai mengenangkan sanak-saudara, sahabat dan kenalan untuk kemudian diberi salam ataupun kemungkinan diajak merayakan Natal bersama. Kita dapat meneladan Maria yang bergegas mendatangi dan memberi salam atau meneladan Elisabet yang didatangi dan diberi salam serta kemudian memuji dan bersyukur kepada Tuhan.        

 

"Berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana", demikian kutipan ungkapan syukur dan pujian Elisabet. Yang membuat bahagia adalah percaya bahwa sabda Tuhan akan terlaksana, itulah yang baik kita renungkan atau refleksikan. Dengan kata lain untuk mempersiapkan diri menyambut pesta Natal, marilah kita masing-masing mawas diri apakah kita sungguh siap sedia melaksanakan sabda atau perintah Tuhan. Di hari-hari menjelang Natal ini baiklah mereka yang mungkin sedang bermusuhan, tidak rukun atau dalam keadaan tegang dan saling mendiamkan satu sama lain, kami ajak untuk siap sedia berdamai  Siapa yang pertama kali merasa sadar untuk berdamai hendaknya secara proaktif segera melangkah berdamai dengan siapapun yang merasa menjadi musuh, meneladan Maria yang mendatangi dan memberi salam. Baik yang mendatangi atau didatangi kiranya akan menjadi bahagia. Sikap dan perilaku yang suka mendatangi untuk memberi salam atau berdamai kiranya juga merupakan partisipasi dalam karya Penyelamat Dunia, Ia mendatangi kita, turun dari sorga menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa.

 

"Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." (Ibr 10:8-9)   

 

Yang utama dan pertama-tama harus kita lakukan adalah "datang untuk melakukan kehendakMu/ Tuhan", bukan korban dan persembahan sebagai diatur sesuai dengan aturan atau kebijakan. Di hari-hari ini mungkin banyak orang sibuk mempersiapkan diri untuk merayakan pesta Natal, entah secara liturgis maupun sosial. Pada umumnya cukup banyak orang/umat yang rela berkorban serta memberi persembahan, sumbangan/dana guna merayakan Natal bersama, dengan harapan pesta Natal sungguh meriah dan mengesan. Kami berharap semoga yang mengesan karena makan enak, minum-minum atau berpesta pora, tetapi karena kita semakin dapat melakukan kehendak Tuhan, yaitu hidup dalam damai sejahtera, bersahabat dan bersaudara dengan semua orang. Maka baiklah kita mawas diri apakah pengorbanan saya dengan datang dalam persiapan maupun pesta Natal merupakan perwujudan dari "Sungguh, aku datang untuk melakukan kehendakMu"

 

"Datang untuk melakukan kehendak Tuhan"  berarti bersikap dan berperilaku dengan rendah hati dimanapun dan kapanpun, meneladan Dia yang datang di dunia dengan "melepaskan" ke-Allah-an dan menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Dalam merayakan Natal pada umumnya di bentuk panitia khusus, panitia perayaan Natal. Kami berharap semoga mereka yang menjadi anggota Panitia Natal bersikap dan bertindak rendah hati, tidak sombong. Secara konkret: dalam persiapan pesta Natal kiranya ada tugas dan pekerjaan berat dan kasar, seperti mengatur tempat, menjaga kebersihan dst…, kami berharap mereka yang menjadi anggota Panitia berpartisipasi sungguh dalam kerja, bukan hanya dalam rapat-rapat atau omongan saja, kerja kasar dan berat. Sikap dan perilaku melayani hendaknya menjadi cara hidup dan cara bertindak semua anggota Panitia Natal.

 

"Datang untuk melakukan kehendak Tuhan" kiranya baik kita renungkan juga dalam kehidupan kita masing-masing, dalam cara hidup dan cara bertindak kita masing-masing. Marilah 'back to basic' , kembali ke semangat awal ketika kita mengawali hidup terpanggil, entah dipanggil menjadi imam, bruder, suster atau berkeluarga menjadi suami-isteri  maupun dipanggil untuk belajar atau bekerja alias diterima sebagai siswa/mahasiswa di sekolah tertentu atau tempat kerja tertentu. Hemat saya pada awal tersebut masing-masing dari kita pasti bersemangat melayani alias 'datang untuk melakukan kehendak Tuhan', maka marilah kita kenangkan semangat yang indah, baik dan mulia tersebut, dan kemudian kita hayati untuk masa kini, mungkin wujud tindakan konkret berbeda tetapi semangat tetap sama. Marilah kita saling melayani dengan rendah hati, saling memberi salam, saling memuji dan bersyukur, sehingga damai sejahtera bagi semua bangsa segera menjadi nyata dalam kehidupan bersama kita.

 

"Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu! Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu "

(Mzm 60:15-16.18-19)

"Selamat ulang tahun ke 75 dan bahagia Bapak Julius Kardinal Damaatmadja SJ"

 

Jakarta, 20 Desember 2009