Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 14 Desember 2012

MgAdven III


Mg Adven III : Zef 3:14-18a; Flp 4:4-7; Luk 3:10-18
"Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?"
Kutipan judul di atas ini kiranya senada dengan perjalanan akhir dalam Latihan Rohani St.Ignatius Loyola pada Minggu Pertama, dimana setelah retretan diajak mawas diri untuk menyadari dosa dan kerapuhan dirinya, kemudian akan bertanya pada dirinya sendiri: "Apa yang harus kuperbuat?". Pertanyaan muncul karena menyadari diri sebagai orang berdosa yang telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah ruah. Kami percaya kita semua setelah kurang lebih menelusuri masa Adven juga mengadakan mawas diri, serta menyadari diri sebagai orang berdosa dan mempertanyakan "apa yang harus saya perbuat". Maka baiklah sesuai dengan Warta Gembira hari ini ada tiga profesi diangkat, yaitu: orang kaya, pemungut cukai atau militer dan mungkin anda terkait dengan profesi tersebut hendaknya mawas diri dan menanggapi sabda-sabda di bawah ini.
"Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian." (Luk 3:11)
Sabda di atas ini kiranya terarah bagi orang-orang kaya atau berkecukupan dalam hal harta benda atau kebutuhan hidup sehari-hari. Anda semua diharapkan uutuk berbagi kepada sesama alias solider terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup atau kerja anda,  dan sekiranya di lingkungan hidup dan kerja anda tidak ada yang sungguh membutuhkan bantuan, hendaknya solidaritas anda disalurkan melalui instansi Gerejani atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dalam pelayanan terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan. Solidaritas anda kiranya juga dapat disalurkan secara langsung ke panti-panti social atau panti-panti asuhan, tanpa pandang bulu atau SARA.
Jati diri manusia adalah social, artinya dari lubuk hati manusia yang terdalam ada kerinduan atau dambaan untuk hidup bersama dengan orang lain, sebagaimana disabdakan oleh Allah, yaitu bahwa "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kej 2:11). Maka marilah kita bina diri kita maupun anak-anak kita perihal kepekaan terhadap orang lain, alias keutamaan social. Kami merasa dan melihat bahwa kepekaan social kebanyakan orang masa kini sungguh memprihatinkan, bahkan ada kecenderungan kuat dari kebanyakan orang untuk bersikap mental egois, hanya mengutamakan dan mengedepankan kepentingan pribadi, cari enaknya sendiri. Sebagai orang Indonesia marilah kita usahakan agar sila kelima dari Pancasila, yaitu "Keadilan social bagi seluruh bangsa" segera terwujud. Sungguh memprihatinkan jika dicermati bahwa departemen yang harus memperhatikan masalah social di negeri kita ini kurang melaksanakan tugasnya dengan baik, bahkan korupsi masih marak di lingkungan Departemen Sosial. 
            "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu." (Luk 3:13)
Kutipan di atas ini erat kaitannnya dalam pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam kiranya sungguh hidup dalam kehidupan bersama, tidak hanya secara pribadi atau perseorangan, tetapi juga secara organisatoris dan kenegaraan. Pinjam-meminjam memang juga merupakan salah satu bentuk penghayatan hidup dan kerja bersama, mengingat dan memperhatikan keterbatasan dan kelemahan masing-masing. Mereka yang berkekurangan dalam hal tertentu mencari pinjaman pada pihak lain, dan mereka yang merasa dapat memberi pinjaman pun dengan besar hati menanggapi secara positif, karena pada dirinya juga ada kekurangan tertentu. Memang masing-masing dari kita memiliki kelebihan dan kekurangan, dan selayaknya kemudian lalu saling meminjam.
Kita semua diingatkan agar mentaati tata tertib atau aturan pinjam-meminjam dengan baik dan benar, "Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan". Peringatan ini mungkin secara khusus terarah kepada para rentenir, yang pada umumnya mencekik orang-orang kecil dan miskin. Sungguh mengerikan bunga pinjaman yang harus dibayar kepada rentenir sebesar 20% (dua puluh persen) per bulan dari nominal sisa pinjaman yang ada, yang berarti bunga setahun lebih dari 100%.  Semoga para rentenir bertobat, dan kepada para pejabat pemerintahan di tingkat manapun kami ajak untuk memberantas rentenir yang menyengsarakan orang-orang kecil, miskin dan berkekurangan.      
"Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."  (Luk 3:14)
Sabda ini memang secara khusus terarah kepada para prajurit atau militer serta profesi yang terkait dengan militer, karena ditanyakan oleh prajurit. Aneka bentuk perampasan dan pemerasan yang dilakukan oleh oknum-oknum Angkatan Bersenjata di negeri ini rasanya masih marak terjadi. Ada oknum-oknum yang merampas atau memeras secara halus dengan kedok atau alasan keamanan: melindungi judi atau pelacuran dengan imbalan uang. Yang sungguh memprihatinkan adalah mereka yang seharusnya memperjuangkan kejujuran dan memberantas korupsi dan kejahatan justru melakukan korupsi tanpa malu. Mereka yang seharusnya melayani rakyat justru merampas hak rakyat atau memeras rakyat melalui aneka cara dan bentuk. Korupsi atau uang pelicin atau sogokan masa kini tidak disampaikan secara terbuka seperti dulu, melainkan disampaikan secara diam-diam, seperti di hotel, di restaurant/rumah makan, di halte bus atau tempat parkir dst..
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus" (Fil 4:6-7), demikian pesan Paulus kepada umat di Filipi. Kutipan ini kiranya baik untuk direnungkan dan dihayati oleh mereka yang suka merampas dan memeras hak orang lain. Orang yang memiliki kebiasaan untuk memeras atau merampas pada umumnya dalam dirinya ada kekuatiran tentang kebutuhan dan kesejahteraan hidup. Paulus mengingatkan kita semua bahwa jika kita memiliki kekuatiran akan kebutuhan dan kesejahteraan hidup, hendaknya menyatakan hal tersebut kepada Allah, artinya dengan rendah hati mohon bantuan dari Allah dan secara konkret mohon bantuan kepada saudara-saudari kita. Percayalah di dunia ini lebih banyak orang baik yang senantiasa siap sedia untuk membantu daripada orang pelit atau egois.    
"Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu.TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai, seperti pada hari pertemuan raya."(Zef 3:16-18a). Kutipan ini kiranya baik untuk direnungkan dan dihayati oleh mereka yang memiliki kekuatiran akan kebutuhan dan kesejahteraan hidup. "Ia membaharui engkau dalam kasihNya", inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan serta kemudian kita hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Serahkan kekuatiran anda kepada Tuhan, dan percayalah bahwa Tuhan akan memusnahkan kekuatiran anda.
"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan. Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!" (Yes 12:2-5)
Ign 16 Desember 2012

15des

"Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu"
(Sir 48:1-4.9-11; Mat 17:10-13)
" Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu  dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis" (Mat 17:10-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Dalam Sejarah Karya Penyelamatan nabi Elia dikenal sebagai nabi yang luar biasa, maka sungguh mengesan bagi orang-orang Yahudi. Kepada mereka memang juga dijanjikan akan datangnya Penyelamat Dunia atau Mesias, yang berarti merupakan kedatangan kembali nabi Elia. Mesias atau Penyelamat Dunia memang sudah mendatangi mereka, namun mereka tidak mengenalNya, karena pikiran dan dambaan mereka berbeda dengan kehendak atau maksud Allah. Dambaan orang-orang Yahudi adalah bahwa Penyelamat Dunia yang akan datang bagaikan tokoh-tokoh dunia, yang kaya raya, namun yang terjadi adalah bahwa Ia datang dalam kesederhanaan dan kemiskinan. Hidup sederhana dan berjiwa miskin memang merupakan salah satu cara untuk menyambut dan menerima kedatangan Penyelamat Dunia, maka kami berharap kepada kita semua untuk hidup sederhana dan berjiwa miskin alias hidup dan  bertindak sungguh 'mendarat', 'turun kebawah'. Berjiwa miskin yang kami maksudkan keterbukaan diri akan aneka kesempatan dan kemungkinan alias semangat belajar dengan rendah hati. Kami berharap juga agar dalam rangka mempersiapkan perayaan Natal dan Tahun Baru juga sederhana saja, tidak bermewah-mewah dan berfoya-foya. Lebih baik dan lebih utama dana untuk bermewah-mewah dan berfoya-foya disumbangkan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan atau mereka yang sungguh membutuhkan bantuan untuk hidup layak. Kami berharap para tokoh yang berpengaruh dalam hidup bersama dapat menjadi teladan atau contoh dalam hidup sederhana dan berjiwa miskin. Jauhkan sikap mental Farisi yang gila harta benda, kedudukan duniawi dan kehormatan duniawi. Kami berharap kepada kita semua untuk membuka diri terhadap kebenaran-kebenaran yang disampaikan oleh para pembawa dan pejuang kebenaran di negeri kita tercinta ini.
·   "Lalu tampillah nabi Elia bagaikan api, yang perkataannya laksana obor membakar. Kelaparan didatangkan-Nya atas mereka, dan jumlah mereka dijadikannya sedikit berkat semangatnya. Atas firman Tuhan langit dikunci olehnya, dan api diturunkannya sampai tiga kali. Betapa mulialah engkau, hai Elia, dengan segala mujizatmu, dan siapa boleh bermegah-megah bahwa sama dengan dikau?" (Sir 48:1-4)  Api memang dapat membakar habis apa yang ada di permukaan bumi dan hanya emas mulia yang tak akan musnah oleh api, sebaliknya ketika dibakar akan lebih kelihatan kemurnian dan keasliannya. Dengan kata lain kutipan di atas mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa menghadirkan diri dalam kemurnian dan keaslian, tidak pura-pura atau sandiwara. Pada zaman modern ini cukup banyak orang tidak tampil murni dan asli lagi, karena entah oleh operasi plastik atau pemakaian aneka assesori dalam dirinya. Kepada segenap anggota Lembaga Hidup Bakti kami harapkan hidup dan bertindak sesuai dengan semangat atau spiritualitas pendiri, yang telah terbukti tahan uji dalam aneka tantangan, hambatan dan masalah selama perjalanan sejarah ini. Maka jangan berusaha mengelabui diri dengan membelokkan atau mengaburkan spiritualitas pendiri. Kutipan di atas juga mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tampil asli dan murni: mereka yang telah menjadi suami-isteri hendaknya menunjukkan diri sebagai yang telah bersuami atau beristeri, tidak pura-pura masih lajang, jejaka atau perawan. Demikian juga mereka yang masih bujang atau lajang hendaknya menghayati masa bujang atau kemudaannya semurni dan seasli mungkin, artinya tidak melakukan tindakan layaknya sebagai suami-isteri, yaitu mengadakan hubungan seks dengan lawan jenis. Maka mereka yang masih berpacaran kami harapkan setia pada jati dirinya yang sedang berpacaran, antara lain menghayati norma-norma moral orang berpacaran, dst…
"Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu! Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu"
(Mzm 80:15-16.18-19)
Ign 15 Desember 2012

Kamis, 13 Desember 2012

14des


"Tidak dapat menjadi muridKu"
(1Kor 2:1-10a; Luk 14:25-33)
" Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku" (Luk 14:25-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yohanes dari Salib hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Salib adalah panji-panji para murid atau pengikut Yesus Kristus, maka barangsiapa percaya kepadaNya harus berani meneladanNya, yaitu siap sedia menderita sengsara dan kalau perlu mati karena setia pada iman dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Bagi yang beriman kepada Yesus Kristus, khususnya yang beragama Katolik sering membuat tanda salib dengan menepuk dahi/kepala, dada dan bahu seraya berkata "Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus". Hal itu berarti mau hidup dan bertindak dengan cara berpikir Yesus Kristus, berjiwa Yesus Kristus dan meneladan cara bertindakNya. Maka pertama-tama dan terutama saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri: apa yang ada di dalam hati kita saat ini, dan apa yang sedang saya pikirkan. Apa yang ada dalam hati dan pikiran atau otak kita itulah yang akan menentukan cara hidup dan cara bertindak kita. Kami berharap kita semua senantiasa memikirkan keselamatan jiwa manusia, sebagaimana juga dipikirkan oleh Tuhan Allah. Hendaknya keselamatan jiwa manusia menjadi tolok ukur atau barometer keberhasilan hidup dan bertindak kita. Hemat saya jika kita sungguh mengutamakan keselamatan jiwa, maka kita pasti akan menghadapi banyak tantangan, masalah dan hambatan, mengingat dan memperhatikan sikap mental materialistis begitu menjiwai cara hidup dan cara bertindak kebanyakan orang masa kini. Dengan kata lain orang harus siap sedia untuk menderita dan sengsara, namun ingatlah dan sadarilah serta hayati bahwa penderitaan dan kesengsaraan yang lahir dari kesetiaan pada iman kepercayaan adalah jalan menuju ke keselamatan sejati, bahagia dan damai sejahtera sejati dan selamanya.
·   "Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar." (1Kor 2:1-3), demikian sharing iman Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus. Sharing Paulus ini kiranya dapat menjadi bahan refleksi atau permenungan kita. "Aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu", inilah kiranya yang juga harus menjadi acuan hidup kita, sebagai orang beriman. Hendaknya kita senantiasa lebih mengutamakan atau mengedepankan tindakan atau periaku daripada kata-kata atau omongan yang indah. Keunggulan hidup beriman terletak dalam perilaku atau tindakan, bukan dalam wacana atau omongan. Semoga cara bertindak atau perilaku kita dimana pun dan kapan pun baik adanya, artinya tidak pernah mengecewakan, melecehkan dan merendahkan orang lain, melainkan membahagiakan dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa orang yang kena dampak cara bertindak atau perilaku kita. Kutipan di atas juga mengingatkan dan mengajak kita semua bahwa dalam rangka 'berdakwah' atau melaksanakan tugas missioner lebih mengutamakan tindakan atau perilaku, bukan wacana atau omongan. Dengan kata lain kesaksian atau keteladanan hidup beriman sungguh penting dan mutlak dalam rangka melaksanakan tugas missioner.
"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:3-6)
Ign 14 Desember 2012

Rabu, 12 Desember 2012

13 des


"Kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya"
(2Kor 10:17-11:2; Mat 25:1-13)
 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia! Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam. Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ. Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu! Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."(Mat 25:1-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Lusia, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup dan bertindak secara bijak dan syukur bijaksana kiranya merupakan dambaan semua orang, lebih-lebih para pemimpin atau atasan dalam hidup bersama. Warta Gembira hari ini memberitakan perihal kebijaksanaan dengan perumpamaan sepuluh gadis, dimana lima bijaksana dan lima tidak bijaksana. Digambarkan bahwa mereka sedang menantikan kedatangan penganten, namun lama menunggu tidak datang-datang, maka mengantuklah mereka dan tertidur pulas. Tiba-tiba tengah tidur pulas penganten pun datang, dan mereka yang tidak persiapan dengan baik tak mampu menyambut kedatanganNya. Persiapan memang penting dalam hidup dan bertindak kita, konon dikatakan bahwa orang yang mempersiapkan diri dengan baik dan memadai, maka sukeslah apa yang dicita-citakan atau harapkan. Dengan ini kami berharap kepada anda sekalian: hendaknya dalam mengerjakan segala sesuatu yang menjadi tugas dan kewajiban, kita mengadakan persiapan yang baik dan memadai. Bagi kita semua marilah kita sadari dan hayati bahwa kematian kita masing-masing akan terjadi, tak seorang pun dari kita yang mengetahuinya. Hidup ini adalah persiapan untuk mati, pindah dari dunia fana yang sementara ke dunia baka yang abadi. Persiapan untuk itu yang baik adalah senantiasa berusaha menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan sebaik dan seoptimal mungkin. Apa yang kita lakukan hari ini menentukan masa depan kita, maka marilah hari ini kita hidup dan bertindak sebaik mungkin.  Jauhkan aneka bentuk kemalasan dan hidup seenaknya hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi.
·   "Barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan." Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan" (2Kor 10:17-18). Bermegah antara lain bergembira ria dan bersenang-senang, dan kiranya hal ini juga menjadi dambaan dan kerinduan semua orang. Kita semua dalam bersenang-senang hendaklah senantiasa 'di dalam Tuhan' , tidak seenaknya hanya mengikuti nafsu duniawi, seperti mabuk-mabukan, apalagi kenikmatan yang terkait dengan seks alias berhubungan seks bebas, yang akan berakibat kesengsaraan dan penderitaan yang tak kunjung henti. Jika hari ini kita mengenangkan pesta St.Lusia, perawan dan martir, maka perkenankan kami mengajak rekan-rekan muda-mudi atau remaja untuk senantiasa berusaha mempertahankan 'keperawanan', yang berarti entah laki-laki atau perempuan hendaknya tidak terjebak pada hubungan seks bebas.  Untuk itu dalam pergaulan hendaknya menghadirkan diri sesopan mungkin dan jangan menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga merangsang lawan jenis untuk bertindak jahat atau amoral. Memang pertama-tama dan terutama kami berharap pada rekan-rekan perempuan yang masih gadis untuk senantiasa berpakaian sopan, dan jangan menghadirkan diri atau berpakaian yang mengudang rekan-rekan laki-laki, apalagi si hidung belang, untuk melakukan yang tak senonoh, entah dalam hatinya maupun dalam tindakannya: secara pribadi berarti langsung beronani atau bermasturbasi, sedangkan secara sosial, jika tak mungkin berhubungan seks dengan anda, maka yang bersangkutan tergerak untuk ke pelacuran.
"Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku. Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku. Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia" (Mzm 31:3-6)
Ign 13 Desember 2012

12des

"Kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan"
(Yes 40:25-31; Mat 11:28-30)
" Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Mat 11:28-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Kutipan Warta Gembira hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua  untuk setia dalam menghayati panggilan maupun melaksanakan tugas pengutusan; dan dalam pelaksanaannya hendaknya dijiwai dengan keutamaan lemah lembut dan rendah hati. "Kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan", demikian sabda Tuhan. Yang dimaksudkan dengan 'kuk' bagi kita masing-masing tidak lain adalah panggilan Tuhan secara pribadi bagi kita, sedangkan 'beban-KU' adalah aneka tuntutan dan tuntunan yang dibutuhkan dalam rangka menghayati panggilan. Dengan kata lain kita semua pertama-tama diajak untuk mawas diri perihal panggilan kita masing-masing: imam, bruder, suster, suami-isteri maupun mereka yang merasa terpanggil ke arah hidup terpanggil tersebut alias calon-calon imam, bruder, suster dan suami-isteri. Dalam Tahun Iman ini kita diajak untuk kembali ke ajaran-ajaran Gereja Katolik yang benar. Maka baiklah saya kutipkan dari KHK teks yang terkait dengan panggilan masing-masing, sebagai berikut: (1) "Para klerikus hendaknya dengan cukup hati-hati bergaul dengan orang-orang tertentu, jika pergaulan dengan mereka dapat membahayakan untuk memelihara tarak atau dapat menimbulkan batu sandungan bagi kaum beriman" (KHK kan 277 $ 2), (2) "Para religious hendaknya menjadikan hal mengikuti Kristus seperti dinyatakan dalam Injil dan juga diungkapkan dalam konstitusi tarekatnya sebagai hukum tertinggi hidupnya", (3)"Perjanjian perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan seluruh hidup, yang menurut ciri kodratnya terarah pada kesejahteraan suami-isteri serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen" (KHK kan 1055 $ 1)  
·   "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah" (Yes 40:29-31). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi permenungan atau refleksi bagi rekan muda-mudi. Apakah anda sebagai muda-mudi merasa lelah dan lesu, tak bergairah dalam hidup dan tugas, karena harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan? Jika demikian adanya, maka arahkan hati, jiwa, akal budi dan tubuh anda kepada Tuhan, karena Ia pasti akan menganugerahkan kekuatan baru dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, sehingga anda senantiasa hidup dan bertindak dalam Tuhan. Jika anda sungguh hidup dan bertindak dalam Tuhan, maka percayalah bahwa anda pasti akan mampu mengatasi aneka masalah, tantangan dan hambatan, anda akan menjadi kuat bagaikan "rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya". Tanda bahwa anda hidup dan bertindak dalam Tuhan antara lain anda tidak melupakan hidup doa harian, senantiasa melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia. Kami berharap rekan-rekan muda-mudi tidak terjebak pada aneka kenikmatan duniawi yang menyesatkan, entah itu terkait dengan kenikmatan seks, minuman keras, aneka jenis narkoba, dst…Jagalah dan rawatlah diri anda sebagai orang muda tetap suci, bersih, bebas dari aneka dosa dan noda. Kepada anda yang sedang berpacaran kami harapkan tetap berpegang teguh pada norma-norma atau nilai-nilai moral. Demikian juga kepada anda yang telah terikat dalam pertunangan, hendaknya berusaha semakin membuka diri, sehingga kelak siap sedia untuk saling mengikat sebagai suami-isteri sampai mati.
"Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!" (Mzm 105:1-4)
Ign 12 Desember 2012

Senin, 10 Desember 2012

11des


"Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang"
(Yes 40:1-11; Mat 18:12-14)
 "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang." (Mat 18:12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Penyelamat Dunia yang kita nantikan kedatanganNya, datang ke dunia untuk menyelamatkan yang hilang atau memperhatikan mereka yang kurang diperhatikan. Maka baiklah kita yang menantikan kedatanganNya hendaknya sedini mungkin juga berusaha untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Apa yang hilang dari kita? Mungkinkah kita telah melupakan saudara-saudari kita yang seharusnya kita perhatikan, atau ada kemungkinan, dengan memperhatikan masih maraknya kemerosotan moral masa kini, kita melupakan spiritualitas atau karisma hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Mungkinkah sebagai biarawan-biarawati atau anggota Lembaga Hidup Bakti hidup dan bertindak seenaknya sendiri dan tidak sesuai dengan karisma pendiri? Mungkinkah sebagai suami-isteri telah melupakan cintakasih sebagai ikatan hidup bersama? Maka pertama-tama kami mengajak dan mengingatkan segenap anggota Lembaga Hidup Bakti, di Tahun Iman ini, marilah kita bersama-sama memperbaharui diri dalam hal hidup dan bertindak sesuai dengan karisma pendiri. Kepada rekan-rekan suami-isteri kami harapkan juga memperbaharui diri dalam hidup saling mengasihi, baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Kepada kita semua kami ajak untuk mengingat-ingat apakah ada orang atau pribadi yang seharusnya kita perhatikan dan kurang memperhatikan? Adakah kita masih bermusuhan dengan atau memusuhi seseorang, jika ada hendaknya segera kita berdamai dengannya, dan jika mereka bersalah kita ampuni, sebaliknya jika kita salah hendaknya dengan rendah hati mohon kasih pengampunan dari yang bersangkutan.
·   "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya." (Yes 40:3-5). Kutipan ini kiranya yang diulangi oleh Yohanes Pembaptis, Bentara Penyelamat Dunia, dalam melaksanakan tugas panggilannya untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia. Apa yang diserukan oleh Yesaya tidak lain adalah ajakan untuk bertobat alias dengan jujur dan terbuka sepenuhnya kita membuka diri kita. Jika kita sungguh membuka diri dengan jujur dan benar kiranya masing-masing dari kita harus meluruskan aneka cara hidup dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. "Kemuliaan Tuhan akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama", inilah kiranya yang menjadi dambaan atau kerinduan kita semua, umat beriman: kita  semua, umat beriman mendambakan melihat kemuliaan Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita, sehingga semua orang senantiasa memuliakan Tuhan, hidup dan bertindak dengan motto "AMDG" (=Ad Maiorem Dei Gloriam = Demi bertambah besarnya kemuliaan Tuhan atau Tuhan semakin dimuliakan). Semoga tak akan ada seorangpun di antara umat beriman hanya memuliakan atau mengutamakan diri sendiri tanpa memuliakan Tuhan sedikitpun. Senantiasa memuliakan Tuhan dalam dan melalui cara hidup serta cara bertindak berarti senantiasa mengimani Tuhan yang berkarya dalam dan melalui ciptaan-ciptaanNya. Dengan demikian antar kita semua juga akan saling memuliakan serta meninggalkan sikap mental egois, yang hanya mengutamakan atau mengedepankan kepentingan pribadi melulu.
" Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa." (Mzm 96:1-3)
Ign 11 Desember 2012
 

Minggu, 09 Desember 2012

10des


"Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?"
(Yes 35:1-10; Luk 5:17-26)
"Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan." (Luk 5:17-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan dialog antara orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dengan Yesus, serta disaksikan atau didengarkan banyak orang. Yesus mengampuni orang berdosa dan orang Farisi serta ahli Taurat mengomentari atau berreaksi secara negatif di dalam hati dan pikirannya. Mengampuni orang berdosa atau yang bersalah hemat saya merupakan tindakan mulia dan baik, namun demikian orang Farisi dan ahli Taurat berpikiran sebaliknya, maka Yesus bertanya kepada mereka: "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?". Pertanyaan ini kiranya juga terarah bagi kita semua, maka marilah kita mempertanyakan diri sendiri: apa yang sedang kita pikirkan pada saat ini. Apa yang sedang kita pikirkan itulah yang akhirnya juga akan kita lakukan. Kami berharap kita semua berpikiran baik dan positif terhadap diri kita sendiri maupun orang lain, yang berarti senantiasa mencari dan mengakui karya Tuhan baik dalam diri kita sendiri maupun orang lain. Kami percaya jika kita semua melakukan yang demikian itu, maka kebersamaan kita maupun diri kita akan menimbulkan reaksi dari banyak orang, sebagaimana mereka berreaksi terhadap apa yang dilakukan oleh Yesus, yaitu: "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan.". Cara hidup dan cara bertindak kita hendaknya menimbulkan pengharapan dan kegairahan pada orang lain.
·   "Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah. Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (Yes 35:3-4). Kutipan dari pesan Yesaya kepada bangsanya ini kiranya dapat menjadi bahan refleksi kita sebagai acuan cara hidup dan cara bertindak kita. Melalui cara hidup dan cara bertindak kita diharapkan saling menguatkan satu sama lain atau saling memberi harapan yang menggairahkan dan memberdayakan. Masa Adven, sekali lagi memiliki cirikhas harapan, maka menghayati masa Adven berarti kita sungguh saling memberi harapan satu sama lain. Marilah kita lihat dan perhatikan apakah ada di antara suadara-saudari kita yang lemah lesu atau putus asa karena dalam hidup dan kerja harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Kita dekati mereka untuk membangkitkan dari kelesuan dan putus asanya, tentu saja kita sendiri juga harus penuh harapan. Ada pepatah "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian". Pepatah ini kiranya juga dapat menjadi acuan dalam membangkitkan mereka yang lesu dan putus asa. Kami berharap kepada para orangtua untuk senantiasa menjadi harapan bagi anak-anaknya, dengan kata lain kehadiran anda sebagai orangtua di antara anak-anak anda sungguh mereka rindukan. Saling rindu hemat saya merupakan tanda saling mengharapkan. Jika kita semua dapat saling memberi harapan, maka kita akan siap sedia untuk menyambut kedatangan Penyelamat Dunia.
" Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku. Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: "Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku." Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: "Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku." (Mzm 95:8-10)
Ign 10 Desember 2012