Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 16 Juli 2011

Minggu Biasa XVI - Keb 12:13.16-19; Rm 8:26-27; Mat 13:24-43

"Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai"

Mg Biasa XVI: Keb 12:13.16-19; Rm 8:26-27; Mat 13:24-43

Manusia diciptakan oleh Allah bekerja sama dengan suami-isteri/laki-laki dan perempuan yang saling mengasihi dalam kebebasan; dengan kata lain diciptakan dalam cintakasih dan kebebasan, dan Allah juga menganugerahkan kebebasan sepenuhnya bagi manusia untuk tumbuh dan berkembang. Pada awal hidupnya, ketika sperma dan telor bersatu, manusia sungguh kecil sekali dan dalam waktu kurang lebih sembilan bulan ia telah tumbuh berkembang seberat lebih dari 3 (tiga) kilogram, ketika dilahirkan dari rahim ibu. Allah lah yang menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan, sedang tugas manusia selanjutnya adalah 'menyiram' alias merawatnya. Memang dalam perawatan atau perjalanan hidup manusia selama di dunia, setelah lahir dari rahim ibu, menghadapi aneka godaan, masalah dan tantangan; dan dalam kebebasan pula manusia menanggapinya. Memang ada yang menyalahkan gunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Allah dengan seenaknya, tetapi ada yang menggunakan kebebasan sesuai dengan kehendak Allah, maka ada yang tumbuh berkembang menjadi pribadi baik dan berbudi pekerti luhur dan ada yang tumbuh berkembang menjadi tidak baik dan tak bermoral. Maka marilah sesuai dengan perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus hari ini kita mawas diri: apakah kita termasuk 'benih gandum' yang bertumbuh berkembang menjadi baik atau tidak baik?

" Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."(Mat 13:30)

Menjadi 'benih gandum' yang tumbuh berkembang menjadi baik serta menghasilkan buah sebagaimana diharapkan dan dikehendaki oleh Tuhan antara lain berarti rajin berkumpul dengan saudara-saudarinya, lebih-lebih dengan saudara-saudari seiman atau seagama untuk 'bercuhat', saling berbagi pengalaman hidup beriman. Secara konkret secara pribadi tidak melupakan doa atau ibadat harian, sering membaca Kitab Suci serta merenungkannya, berpartisipasi dalam aneka kegiatan bersama paguyuban umat beriman, misalnya ibadat sabda atau perayaan ekaristi. Sedangkan secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai kebersamaan yang sehati dan sebudi, antara  lain saling berbagi harta kekayaan, sehingga tidak ada lagi yang menderita atau berkekurangan. 

Mungkinkah kita bagaikan 'benih lalang' yang ditaburkan orang jahat, artinya begitu dilahirkan dari rahim ibu kita hidup dan dibesarkan di lingkungan orang-orang jahat, yang tak bermoral? Dari pengalaman saya pribadi pernah bertemu dengan orang yang kelahirannya tidak dikehendaki oleh orangtuanya, misalnya akibat dari pergaulan bebas muda-mudi atau mahasiswa-mahasiswi. Karena pergaulan seks bebas maka sang gadis hamil dan sang pacarnya langsung meninggalkan. Begitu gadis hamil juga sering dibenci oleh orangtuanya, dan ketika sang gadis melahirkan anaknya pun mengalami kesulitan untuk membesarkannya, sehingga untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri beserta anaknya ia terpaksa 'menjual diri' alias melacur. Kami yakin anak yang demikian pasti akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang tidak baik. Maka dengan ini kami berharap rekan-rekan muda-mudi, pelajar atau mahasiswa tidak terjebak ke dalam pergaulan seks bebas.

Yesus juga menggambarkan kebersamaan hidup menggereja atau beriman kepadaNya atau Kerajaan Allah bagaikan biji sesawi atau ragi; kecil namun fungsional menyelamatkan seluruh lingkungan hidupnya. Maka kami berharap kepada kita semua yang beriman kepada Yesus untuk dapat menjadi tempat berlindung bagi siapapun yang membutuhkan bantuan atau menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga lingkungan hidup yang kudatangi menjadi semakin enak dan nikmat untuk ditempati, karena menarik, memikat dan mempesona bagi siapapun. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil  untuk menghayati iman kita dalam hidup sehari-hari, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun bersifat missioner, dapat menjadi pewarta baik serta fungsional menyelamatkan lingkungan hidup.

Cara Yesus menyampaikan pengajaran kiranya dapat menjadi contoh atau teladan bagi para pewarta kabar gembira: katekis atau pengkotbah. Ia menggunakan apa yang ada dan hidup di tengah masyarakat, apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari untuk menjelaskan atau menyampaikan isi ajaranNya. Orang bijak atau pandai sejati adalah orang yang mampu membuat yang sulit dan berbelit-belit dapat dimengerti oleh semua orang, dengan kata lain membuat yang sulit menjadi sederhana; sebaliknya orang yang membuat apa yang sederhana menjadi sulit dan berbelit-belit adalah orang bodoh.

"Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. "(Rm 8:26)    

Kita kiranya tidak tahu persis proses pertambahan ukuran benih tanaman yang terus bertumbuh setiap hari, kita tidak tahu persis berapa berat bayi yang masih ada di dalam kandungan selama lima bulan, kita tahu tahu persis bagaimana ragi merasuki seluruh makanan, dst… Yang mudah kita ketahui adalah hasilnya. Begitulah yang terjadi dengan doa-doa kita. Kebanyakan dari kita kiranya kurang tahu berdoa dengan benar dan baik; membaca teks doa oke dan baik, tetapi apakah ia sungguh berdoa layak dipertanyakan. Doa yang benar dan baik hemat saya bukan panjangnya kata-kata atau gerak-gerik anggota tubuh, melainkan hati yang terarah sepenuhnya kepada Allah/Yang Ilahi, itulah hemat saya arti dari "Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan".

Marilah kita buka hati kita terhadap bisikan atau sentuhan Roh. Hidup doa adalah masalah hati, perjumpaan hatiku dengan Hati Allah, sehingga hatiku dikuasai oleh Allah dan dengan demikian kita hidup dan bertindak sesuai dorongan atau bisikan RohNya, dan tidak mengikuti kemauan atau keinginan pribadi. Maka salah satu ujud doa yang baik adalah permohonan rahmat Allah, yang kita butuhkan agar kita dapat hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Dengan kata lain jika kita mohon keselamatan jiwa kita sendiri maupun orang lain, yakinlah bahwa permohonan kita pasti dikabulkan.

Pengabulan doa butuh kerjasama kita sebagai manusia yang lemah dan rapuh ini. Jika kita mohon keselamatan jiwa maka semua usaha, kerja dan pelayanan kita memiliki tujuan utama keselamatan jiwa manusia, bukan harta benda atau uang.  Dalam mohon keselamatan jiwa, marilah kita imani apa yang dikatakan oleh penulis Kitab Kebijaksanaan ini:" Memang kekuatan hanya Kauperlihatkan pabila orang tak percaya akan kepenuhan kekuasaan-Mu, dan Kaupermalukan keberanian orang yang mengetahui kekuasaan-Mu itu. Tetapi Engkau, Penguasa yang kuat, mengadili dengan belas kasihan, dan dengan sangat hati-hati memperlakukan kami. Sebab kalau mau Engkau dapat juga" (Keb 12:17-18). Kita tidak mungkin mengetahui kuasa Allah sepenuhnya, karena Ia adalah Maha Kuasa, maka juga tak mungkin kita memaksa Allah untuk mengabulkan permohonan atau dambaan kita, apalagi yang menjadi permohonan atau dambaan kita bukan keselamatan jiwa manusia. Namun jika kita mohon keselamatan jiwa manusia, sekali lagi percayalah pasti akan dikabulkan, karena Ia Maha Kuasa.

"Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu. Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan perhatikanlah suara permohonanku. Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu. Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah"

(Mzm 86:5-6.9-10)

Ign 17 Juli 2011


Jumat, 15 Juli 2011

16 Juli


"Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana"

(Kel 12:37-41; Mat 12:14-21)

" Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia.  Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.  Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.  Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia,  supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:  "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.  Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan.  Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.  Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap." (Mat 12:14-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kedatangan Yesus di dunia adalah pemenuhan janji Allah untuk menyelamatkan seluruh bangsa di dunia, karena Ia adalah Penyelamat Dunia. Maka ketika ada ancaman untuk membunuh Dia sebelum waktuNya, yaitu dengan paripurna menyelesaikan tugas pengutusanNya, Ia menghindari mereka yang akan membunuhNya. Ia harus memenuhi ramalan nabi Yesaya, yaitu "Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang". Yang dimaksudkan dengan hukum di sini kiranya kehendak Allah bahwa pada waktunya Ia harus menyerahkan Diri dengan menderita karena disiksa dan wafat di kayu salib. Kita yang beriman kepadaNya kiranya dapat belajar dari atau meneladan Dia. Kami yakin kita semua memiliki cita-cita yang luhur, mulia dan baik, dan untuk mewujudkan cita-cita tersebut harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Ada masalah, tantangan dan hambatan yang tak mungkin kita atasi atau selesaikan, maka baiklah ketika mengalami hal itu kita dengan rendah hati mengakui kelemahan dan kerapuhan kita serta menyingkir dari masalah, tantangan dan hambatan tersebut. Tantangan, hambatan atau masalah tersebut mungkin berasal dari mereka yang bersikap mental seperti orang-orang Farisi. Percayalah bahwa yang bersikap mental Farisi hanya segelintir saja jumlahnya, sedangkan yang baik dan mendukung cita-cita kita lebih banyak jumlahnya. Maka baiklah kita berpaling kepada mereka yang baik dan mendukung usaha kita untuk mewujudkan cita-cita.  Sebagaimana terjadi dalam Diri Yesus, percayalah bahwa banyak orang berharap terhadap pemenuhan cita-cita kita yang baik, luhur dan mulia.

·   "Sesudah lewat empat ratus tiga puluh tahun, tepat pada hari itu juga, keluarlah segala pasukan Tuhan dari tanah Mesir. Malam itulah malam berjaga-jaga bagi Tuhan, untuk membawa mereka dari tanah Mesir" (Kel 12:41-42a). Selama empat ratus tiga puluh tahun berada di pengasingan kiranya sungguh berat bagi bangsa yang terpilih untuk memenuhi janji Tuhan. Pengalaman dari bangsa terpilih ini kiranya dapat menjadi bahan refleksi atau permenungan kita. Sekiranya cita-cita atau dambaan kita tidak segera terwujud atau tercapai, hendaknya tetap setia mengusahakannya dengan segala kerendahan hati dan kesabaran. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Orang sabar akan disayang Tuhan, demkian kata orang bijak. Memang untuk sabar dalam masa kini cukup berat, apalagi semakin maraknya budaya instant yang dihayati oleh banyak orang di lingkungan hidup kita. Jika kita dapat hidup dan bertindak sabar, maka secara otomatis kita juga akan memiliki keutamaan-keutamaan lainnya seperti ketahanan, keuletan, ketekunan dan rendah hati, dst..  Kami berharap para orangtua atau guru/pendidik dapat menjadi teladan dalam hal kesabaran bagi anak-anak atau para peserta didiknya. Salah satu perkembangan dari kesabaran yaitu ketekunan akan berkembang menjadi kesalehan dan cintakasih. Saleh yang dalam bahasa Jawa-nya 'sumeleh', berarti puas dengan  keadaan atau situasi yang dialami saat ini, tidak mengeluh dan menggerutu menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, melainkan tetap tenang, ceria dan penuh senyuman.

"Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. …Dia yang mengingat kelemahan kita, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. Dia yang telah membebaskan kita dari pada lawan kita, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya"

(Mzm 136: 1.23-24)

Ign 16 Juli 2011

 


Rabu, 13 Juli 2011

15 Juli

"Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan"

(Kel 11:10-12.14; Mat 12:1-8)

" Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya.  Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat."  Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar,  bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam?  Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?  Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah.  Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.  Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat." (Mat 12:1-8)

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Bonaventura, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Apa yang disebut persembahan dalam perjanjian lama antara lain adalah pelaksanaan aturan memberi derma sepersepuluhan, dimana orang harus mempersembahkan sepersepuluh dari penghasilannya kepada Tuhan melalui paguyuban umat beriman atau  kalau sekarang berarti Gereja, tidak lebih dan tidak kurang seperspuluh dari penghasilannya harus dipersembahkan kepada Tuhan. Hasil pengumpulan sepersepuluhan tersebut digunakan untuk kehidupan para petugas paguyuban umat, ibadat serta bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Yesus menghendaki belas kasihan artinya hendaknya mempersembahkan lebih dari itu, atau bahkan seluruhnya dipersembahkan, lebih-lebih selanjutnya difungsikan untuk membantu mereka yang miskin dan berkekurangan. Dengan kata lain kita diingatkan untuk membantu mereka yang miskin dan berkekurangan hendaknya mengabaikan peraturan bukan berarti melanggar melainkan mengatasi peraturan, Belas kasihan hendaknya mengatasi peraturan atau mendasari peraturan, dengan kata lain atas dasar belas kasih atau cintakasih hendaknya orang tidak takut untuk bertindak, meskipun secara formal mungkin dikatakan tidak sesuai dengan     peraturan, karena melebihi peraturan yang berlaku. Maka hendaknya dalam berbuat baik kepada saudara-saudari kita tidak perlu minta izin, kapanpun dan dimanapun ada kesempatan untuk berbuat baik, hendaknya segera dilaksanakan tanpa ditunda-tunda; itulah artinya kita percaya bahwa "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat". Hari Sabat untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat, peraturan untuk manusia, bukan manusia untuk peraturan. Belas kasih atau cinta kasih itu bebas dan tidak terbatas. Hari ini kita kenangkan St.Bonaventura, nama yang berarti mendatangkan kebaikan atau kebaikan sedang datang. Maka semoga kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun dapat menjadi warta baik bagi siapapun.  

·   "Beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi TUHAN. Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN." (Kel 12:11-12), demikian kutipan perihal tata tertib merayakan Paskah pada masa itu. Yang penting atau isi pokok dalam tata tertib itu adalah Paskah, yang berarti Tuhan lewat, hadir menunjukkan kuasaNya, maka dalam kebersamaan (makan) tersebut yang berkuasa adalah Tuhan. Dengan kata lain Tuhan lebih utama dan harus lebih diutamakan daripada tata tertib. Tata tertib berfungsi bagi manusia sebagai bantuan untuk semakin 'ber-Tuhan' alias semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Tata tertib dan budi pekerti luhur hemat saya bagaikan uang bermuka dua, dapat dibedakan tetapi tak dapat dipisahkan: mereka yang berbudi pekerti luhur akan semakin setia dan taat melaksanakan aneka tata tertib, sebaliknya semakin setia dan taat pada tata tertib berarti semakin berbudi pekerti luhur. Maka baiklah kita hayati aneka tata tertib dengan sepenuh hati dan utuh, tidak sepotong-sepotong, dan hendaknya bersikap positif terhadap aneka tata tertib. Jika berkehendak merubah tata tertib hendaknya tata tertib tersebut dilaksanakan lebih dahulu sebelum dirubah, dan ketika dalam pelaksanaan merasa ada yang  tidak sesuai dengan kehendak Tuhan atau melanggar cintakasih, baiklah tanpa takut kita merubahnya.

"Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan atas segala kebajikanNya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan" (Mzm 116:12-13)

Ign 15 Juli 2011


Selasa, 12 Juli 2011

14 Juli


"Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu"

(Kel 3:13-20; Mat 11:28-30)

" Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.  Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Mat 11:28-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ada orang yang mudah mengeluh dan menggerutu ketika harus melaksanakan tugas berat dan sarat dengan tantangan, padahal apa yang harus dilaksanakan penting sekali untuk kehidupan bersama. Padahal seberat apapun beban pekerjaan yang diserahkan kepada kita dan harus kita kerjakan jika dibandingkan dengan penderitaan Yesus tidak ada apa-apanya. Ia disiksa sampah berdarah dan kemudian memikul salib berat serta kemudian disalibkan tidak pernah mengeluh atau menggerutu, bahkan di dalam penderitaanNya Ia menghibur mereka yang menangisiNya. Memang kita tidak sama dengan Yesus, tetapi sebagai orang yang percaya kepadaNya, marilah kita belajar dari Dia. Maka ketika merasa memikul beban pekerjaan berat pandanglah dengan sepenuh hati Ia yang tergantung di kayu salib, maka kami yakin anda akan memperoleh kekuatan dan penghiburan serta dengan demikian beban pekerjaan seberat apapun ringan adanya, nikmat dan enak untuk dikerjakan. Jika tidak ada salib di depan anda, jangan lupa membuat tanda salib sebelum mulai mengerjakan beban berat tersebut, sebagaimana dilakukan oleh para pemain sepak bola klas dunia, yang sering kita saksikan sebelum memulai main sepak bola/pertandingan. Nikmati saja dalam Tuhan  apa yang didepan anda, maka semuanya akan ringan dan nikmat adanya. Memang ada satu syarat utama yang tak boleh ditinggalkan, yaitu perihal pekerjaan; hendaknya melaksanakan pekerjaan yang diserahkan oleh Tuhan kepada kita melalui atasan atau pimimpin kita sesuai dengan tata tertib yang berlaku terkait dengan tugas pekerjaan tersebut. Terimalah dengan lemah  lembut beban pekerjaan yang diserahkan kepada kita seraya mengandalkan diri pada Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan semuanya ringan dan enak adanya.

·   "Aku akan menuntun kamu keluar dari kesengsaraan di Mesir menuju ke negeri orang Kanaan, … ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya" (Kel 3:17), demikian firman Tuhan kepada Musa.  Baiklah jika firman Tuhan kepada Musa ini juga kita hayati sebagai firman Tuhan kepada kita, lebih-lebih atau terutama mereka yang merasa dalam penderitaan atau berbeban berat, entah itu secara phisik, sosial, emosional maupun spiritual. Percayakan anda kepada tuntunan Tuhan, yang secara konkret berarti terbukalah terhadap aneka bantuan atau uluran tangan orang lain yang dengan rela hati mau membantu anda dalam bentuk apapun. Kerjakan semuanya dengan penuh harapan, yang berarti dalam keceriaan dan kegairahan, apalagi yang akan kita tuju adalah 'suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya', sesuatu yang indah, mempesona, menarik dan memikat siapapun. Bukanlah susu dan madu merupakan gambaran sesuatu yang indah, mempesona, menarik dan nikmat? Marilah kita tempatkan atau hayati diri kita bagaikan seorang bayi yang sedang digendong oleh ibunya dan sedang menyusu dengan gairah pada buah dada sang ibu, artinya nikmati dengan rendah hati dan lemah lembut serta bergairah apa yang di depan anda. Melangkah ke depan, menuju suatu perwujudan damban atau harapan yang indah, menarik, mempesona dan memikat memang tak akan pernah lepas dari anekaa tantangan, hambatan maupun masalah, namun dalam tuntunan Tuhan dan kebersamaan dengan orang lain semuanya akan terasa ringan dan nikmat adanya. Maka hendaknya kita melangkah dalam kebersamaan atau kegotong-royongan, sehingga selama melaksanakan tugas pengutusan tidak terasa lalah dan ketika selesai, sampai tujuan tak terasa juga, sebagaimana terjadi dalam gotong-royong warga kampung atau pedesaan yang masih berjalan di beberapa tempat.  Marilah kita bekerja sama atau bergotong-royong bagaikan semut-semut yang menggotong bangkai binatang mendaki tembok, dimana selama perjalanan semuanya bekerja dengan ceria dan gairah, serta tidak ada yang korupsi sedikitpun di perjalanan; semut-semut juga tahu persis kapan harus mengganti temannya di tempat kerjanya, kapan harus beristirahat dst.. Tidak percaya perhatikan sekelompok semut yang sedang ramai-ramai menggotong bangkai binatang mendaki tembok!.

"Tuhan membuat umatNya sangat subur dan menjadikannya lebih kuat dari pada para lawannya; diubahNya mereka untuk membenci umatNya, untuk memperdayakan hamba-hambaNya. DiutusNya Musa, hambaNya, dan Harun yang telah dipilihNya; keduanya mengadakan tanda-tandaNya di antara mereka  dan mujizat-mujizat di tanah Ham" (Mzm 105:24-27)

Ign 14 Juli 2011


13 Juli


"Tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya"

(Kel 3:1-6.9-12; Mat 11:25-27)

" Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.  Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.  Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya." (Mat 11:25-27), demikian kutipan Waarta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatnn-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Tidak mengenal maka tidak sayang", demikian kata sebuah pepatah. Orang yang saling mengenal berarti akan saling mengasihi atau menyayangi, namun kedalaman dan kemantapan kasih-sayangnya akan sangat tergantung dari kedalaman pengenalannya, dan kedalaman pengenalan tergantung dari keterbukaan hati dan budi orang yang bersangkutan. Jika sungguh saling terbuka dalam hati dan budi maka akan saling mengenal dan dengan demikian terjadilah kesatuan hati dan budi sebagai tanda saling mengasihi atau menyayangi. Orang yang merasa diri telah bijak dan pandai pada umumnya kurang terbuka hati dan budinya terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan baru, sebaliknya orang yang merasa diri kecil alias kurang atau tidak bijak dan pandai akan lebih terbuka terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan. Sabda hari ini mengajak kita semua untuk menghayati diri sebagai yang lemah, rapuh dan berdosa, yang dikasihi dan dipanggil Tuhan untuk menjadi sahabat-sahabatNya. Penghayatan hidup yang demikian inilah yang berkenan kepada Tuhan, sebagaimana disabdakan oleh Yesua bahwa "tidak ada seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya". Kata lain dari penyataan atau pewahyuan atau penyingkapan; hanya mereka yang terbuka dan rendah hati akan siap sedia menerima penyingkapan misteri ilahi atau aneka macam nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan. Tuhan telah menyingkapkan segala sesuatu kepada kita, entah secara langsung atau melalui ciptaan-ciptaanNya, dan dari pihak kita diharapkan kesediaan untuk menyingkapkan diri alias membuka diri sepenuhnya  terhadap penyingkapan atau penyataannya.

·   "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini."(Kel 3:12), demikian firman Allah kepada Musa, peneguhan Allah kepada Musa yang terjadi dalam penampakan atau penyingkapan Diri Allah kepada Musa. Peneguhan Allah tersebut merupakan jawaban atas pertanyaan Musa 'Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun'. Keberanian secara jujur dan rendah hati mempertanyakan diri 'siapakah aku ini' kiranya sungguh merupakan bentuk penghayatan diri orang yang merasa diri lemah dan berdosa serta dipanggil oleh Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Marilah kita mawas diri apakah kita sungguh dengan besar hati dan lepas bebas menghayati diri sebagai yang lemah dan rapuh, yang kemudian diharapkan terbuka terhadap panggilan Tuhan melalui aneka macam tanda-tanda zaman. Apakah kita peka akan tanda-tanda zaman? Hanya orang yang peka terhadap tanda-tanda zaman akan memiliki kesempatan atau kemungkinan untuk membebaskan diri dari aneka ketertutupan yang membawa  ke pengurusan diri alias egois. Hanya yang peka akan tanda-tanda zaman yang mampu melihat celah-celah penyelamatan dan tentu saja kemudian juga diharapkan segera memanfaatkan celah-celah penyelamatan tersebut. Marilah kita tingkatkan 'wait and see' kita, dan tentu saja tidak berhenti dengan 'see'/melihat, namun begitu melihat segera bertindak /act. Atau dapat dikatakan secara lain, yaitu marilah kita laksanakan dinamika : pengalaman -> refleksi -> tindakan -> pengalaman -> dst..  Dialog antara Musa dan Allah yang menanpakkan Diri hemat saya merupakan peristiwa refleksi, dan hal yang demikian itu juga dapat terjadi dalam diri kita, yaitu dalam refleksi pribadi yang benar dan mendalam. Refleksi adalah doa, maka berrefleksi yang benar bearti dalam doa, dalam suasana doa, di dalam Tuhan. Dengan kata lain bukan hanya secara intelektual melulu tetapi sampai ke rasa/'sense'. Pelatihan refelksi yang baik antara lain dapat kita lakukan dalam pemeriksaan batin dalam doa malam (doa harian), maka jika kita dapat melaksanakan pemeriksaan batin yang baik kita akan menjadi peka akan tanda-tanda zaman serta tergerak untuk semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

"Pujilah Tuhan hai jiwaku! Pujilah namaNya yang kudus, hai segenap hatiku! Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu. Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih dan rahmat" (Mzm 103:1-4)

Ign 13 Juli 2011


Senin, 11 Juli 2011

12 Juli


"Yesus mulai mengecam kota-kota yang yang tidak bertobat"

(Kel 2:1-15; Mat 11:20-24)

"Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya:  "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.  Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini.  Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu." (Mat 11:20-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pergaulan seks bebas dan narkoba telah menjangkiti hidup orang-orang kota; dampak dari hal itu antara lain semakin maraknya aneka bentuk kejahatan. Hukuman untuk itu antara lain orang-orang kota sering merasa tidak aman dan nyaman alias senantiasa dalam kekawatiran, ketakutan atau ancaman. Dampak lebih lanjut adalah orang cenderung 'mengurung diri' demi keamanan semu. Sabda hari ini memang secara khusus terarah kepada orang-orang atau warga kota, lebih-lebih kota-kota besar atau metropolitan. Kami berharap kepada warga kota-kota besar untuk memperdalam dan memperkuat kebersamaan hidup yang damai dan tenteram lahir dan batin dalam tingkat rukun tetangga/RT, yang pada hemat kami cukup saling mengenal. Usahakan dan jagalah agar tiada orang jahat di dalam lingkungan rukun tetangga. Kebersamaan warga dalam rukun tetangga merupakan benteng kuat untuk menangkal dan memberantas aneka kejahatan. Sebagai contoh di Jakarta pernah terjadi kebersamaan warta RT untuk mengusir klinik aborsi dan sarang narkoba serta tawuran para remaja/anak-anak sekolah. Maka hendaknya sering diselenggarakan perjumpaan antar seluruh anggota warga rukun tetangga dalam berbagai kesempatan. Secara khusus kami juga mengingatkan dan mengajak para pengelola dan penyelenggara sekolah-sekolah yang berada di kota-kota besar untuk lebih mengutamakan pendidikan nilai dan budi pekerti kepada para peserta didik, alias mengusahakan agar para peserta didik lebih tumbuh berkembang menjadi pribadi baik dan berbudi pekerti luhur daripada unggul dalam nilai mata pelajaran. Itu semua saya angkat demi keselamatan kota-kota anda dari kehencuran.

·   "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu" (Kel 2:9), demikian kata puteri Firaun kepada kakak sang bayi, yang kemudian diberi nama Musa.  Apa yang dilakukan oleh puteri Firaun merupakan titik awal penyelamatan bangsa terpilih, karena sang bayi yang tidak lain adalah Musa kelak akan memimpin bangsanya kembali dari Mesir menuju tanah terjanji.  Kami percaya di kota-kota besar juga ada pribadi-pribadi seperti puteri Firaun tersebut, dan memang pada umumnya rekan-rekan perempuan yang memiliki rahim juga lebih memiliki kerahiman atau belas kasih daripada rekan-rekan laki-laki. "Sorga ada di telapak kaki ibu", demikian kata pepatah. Telapak kaki puteri Firaun yang berjalan menelusuri sungai telah membuka jalan menuju sorga atau keselamatan bangsa. Memang ibu atau perempuan dapat mendua, yaitu menjadi perusak atau pembangun, merayu untuk berdosa atau merayu untuk berbuat baik. Beberapa ibu atau perempuan di kota-kota besar memang menjadi perayu atau perangsang bagi laki-laki/suaminya untuk berbuat jahat atau berdosa, misalnya korupsi. Kami berharap kepada rekan-rekan perempuan untuk menjadi perayu bagi rekan-rekan laki-laki untuk berbuat baik, melakukan apa yang baik, benar dan menyelamatkan, terutama  keselamatan jiwa manusia. Maka hendaknya meneladan Bunda Maria, teladan umat beriman, yang dari rahimnya lahir Penyelamat Dunia. Semoga rekan-rekan perempuan demikian adanya, artinya cara cara bertindak dan cara hidupnya lahirlah apa yang menyelamatkan dan membahagiakan umat manusia, terutama keselamatan jiwa. Semoga para perempuan-perempuan penghibur di kota-kota besar bertobat; hendaknya rekan-rekan perempuan menghadirkan diri sedemikian rupa alias sopan, sehingga tidak merangsang laki-laki untuk berbuat jahat. Jauhkan cara hidup dan cara bertindak atau menghadirkan diri yang merangsang orang lain untuk berbuat dosa    

"Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; pada pemandangan Allah itu lebih baik daripada sapi jantan, daripada lembu jantan yang bertanduk dan berkuku belah. Lihatlah orang-orang yang rendah hati dan bersukacitalah, kamu yang mencari Allah biarlah hatimu hidup kembali" (Mzm 69:30-31)