Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 12 November 2010

14 Nov - Mg Biasa XXXIII: Mal 4:1-2a; 2 Tes 3:7-12; Luk 21:5-19

"Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu."

Mg Biasa XXXIII: Mal 4:1-2a; 2 Tes 3:7-12; Luk 21:5-19


Berbagai bencana alam seperti banjir bandang, badai/angin puting beliung, gempa bumi, dst.. yang mengakibatkan kehancuran berbagai sarana-prasarana maupun korban meninggal manusia, terjadi di sana-sini. Ada orang yang berpikir apakah hal itu menjadi tanda-tanda awal kehancuran bumi seisinya, dimana lahan untuk hidup semakin berkurang, hidup semakin sulit, berbagai jenis macam penyakit yang mematikan semakin mengancam jiwa umat manusia, dst..  Gaya hidup berbagai orang yang hanya mengikuti selera pribadi dalam hal makan dan minum kiranya juga semakin mempercepat kamatiannya alias tak akan berumur panjang. Tekanan atau beban sosial dan ekonomi mendorong beberapa orang untuk bunuh diri. Apa yang terjadi kiranya sebagaimana tertulis dalam Warta Gembira hari ini, yaitu "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan,dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit. Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku" (Luk 21:10-12). Menanggapi semuanya itu Yesus berpesan: "Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi….Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu" (Luk 21:13.19), maka marilah kita renungkan pesan Yesus ini.

 

"Kalau kamu bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu" (Luk 21:19)

 

Apa yang dimaksudkan dengan bertahan disini adalah bertahan dalam iman artinya tetap setia menghayati iman dalam situasi dan kondisi apapun. Beriman antara lain juga berarti menghayati nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang menyelamatkan. Nilai atau keutamaan tak akan hancur dan tak akan musnah karena bencana alam atau musibah apapun, sebagaimana pernah dihayati oleh salah seorang anggota Dewan Paroki Situbondo ketika terjadi pembakaran gedung gereja dan sekolah katolik beberapa tahun lalu, yang berkata "gedung gereja, sekolah dibakar tidak apa-apa dan hatiku pun juga terbakar untuk mencinta". Gempa bumi, bencana alam dst.. memang pada umumnya membakar hati, jiwa orang yang beriman dan berbudi pekerti luhur untuk berbuat baik, mengorbankan sebagian milik atua harta kekayaannya untuk membantu para korban gempa bumi atau bencana alam.

 

Marilah kita memperkuat dan memperdalam iman kita, antara dengan senantiasa berbuat baik kepada orang lain dimanapun dan kapanpun serta tidak melupakan hidup doa setiap hari. Hari-hari ini kita memasuki akhir tahun liturgy, yang akan dimahkotai minggu depan pada 'Hari Raya Tuhan kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam', maka baiklah kita mawas diri sejauh mana setelah mengarungi satu tahun liturgy iman kita semakin diperdalam, diperkuat dan diteguhkan, sehingga kita semakin tahan, tegar dan handal dalam menghadapi aneka tantangan, hambatan maupun masalah yang muncul dari berbagai musibah atau bencana alam maupun kemerosotan moral saudara-saudari kita. Kami harapkan masing-masing dari kita juga semakin teguh dalam menghayati panggilan hidup maupun melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan: para suami-isteri semakin saling mengasihi, para imam, bruder atau suster semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui aneka pelayanan, para pekerja semakin terampil bekerja, para pelajar/mahasiswa semakin terampil belajar, dst…     

 

Kepada siapapun yang semakin setia pada panggilan dan tugas pengutusan akan memperoleh hidup, artinya semakin bergairah, gembira dan ceria serta dinamis dalam menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan. Para pengusaha akan semakin sukses dalam usahanya, para pelajar semakin percaya diri akan sukses dalam belajar, para pekerja semakin menghasilkan buah-buah yang baik, dst.. Pendek kata jika kita tetap setia pada iman berarti kita semakin segar bugar, sehat wal'afiat baik secara jasmani maupun rohani, phisik maupun spiritual.

 

"Kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri." (2Tes 3:11-12)

 

Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Tesalonika di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi kita semua. Paulus berani mengatakan hal tersebut, karena ia sendiri sebagai pewarta kabar gembira tidak menjadi beban bagi orang lain dalam hal kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi mampu mencukupinya dengan bekerja sebagai tukang tenda. Paulus sungguh tertib dalam hidup maupun bekerja, maka marilah kita mawas diri apakah kita semakin tertib dalam hidup dan bekerja sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain, 'melakukan pekerjaan dengan baik dan dengan demikian makan makanannya sendiri, yang diusahakan dengan bekerja'.

 

"Sikap tertib adalah sikap dan perilaku yang teratur, taat asas, konsisten, dan mempunyai sistematika merupakan cermin seorang yang berdisiplin" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal. 25). Menertibkan atau mendisiplinkan diri sendiri kiranya lebih sulit daripada menertibkan atau mendisiplinkan orang lain, namun jika kita mampu menertibkan dan mendisiplinkan diri maka dengan mudah kita menertibkan dan mendisiplinkan orang lain, dan caranya juga disertai dengan kerendahan hati dan lemah lembut. Sebaliknya orang yang tidak dapat menertibkan dan mendisiplinkan diri ketika menertibkan dan mendisiplinkan orang lain pasti dengan kekerasan dan paksaan, sehingga menimbulkan korban-korban yang sungguh merugikan. Marilah kita berusaha hidup tertib dan disiplin, misalnya dalam hal-hal yang sederhana seperti makan, minum, istirahat, tidur, rekreasi, dst… Jika dalam hal-hal sederhana yang menjadi kebutuhan hidup kita sehari-hari tersebut kita dapat tertib dan disiplin, maka kita akan memperoleh kemudahan untuk tertib dan disiplin dalam hal-hal yang sulit, berat dan berbelit-belit.

 

Kami berharap kita tidak menjadi 'benalu' dalam kehidupan sehari-hari, yang mencuri makanan atau hak orang lain dengan tidak wajar/tidak benar. Yang bersikap mental benalu pada masa kini hemat saya adalah para koruptor; korupsi sekecil apapun hemat saya merugikan orang lain. Dengan ini kami mengingatkan para koruptor untuk bertobat, meninggalkan sikap mental benalu, yang merusak dan merampok hak orang lain tersebut. Memberantas korupsi secara preventif dapat dilakukan dalam dunia pendidikan, di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi, antara lain diberlakukan 'dilarang menyontek' dalam ulangan maupun ujian. Para koruptor silahkan merenungkan sapaan nabi Maleakhi ini: "Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya" (Mal 4:1-2a). Hari yang dimaksudkan di sini adalah suatu saat tindakan korupsi anda ketahuan dan anda akan diadili, sehingga segala sesuatu yang telah anda peroleh dihabisi.

 

"Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring, dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN! Biarlah gemuruh laut serta isinya, dunia serta yang diam di dalamnya! Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama di hadapan TUHAN, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kebenaran"

(Mzm 98:5-9).

 

Jakarta, 14 November 2010

        


13 Nov - 3Yoh 5-8; Luk 18:1-8

"Adakah Ia mendapati iman di bumi?"

(3Yoh 5-8; Luk 18:1-8)

 

"Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku." Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Luk 18:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan beberapa orang kudus, antara lain St.Stanislaus Kostka, biarawan/frater Yesuit, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimanapun dan kapanpun. "Dalam semangat iman kristiani hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara', demikian bunyi azas lembaga-lembaga kemasyarakatan katolik. Dengan kata lain beriman berarti juga hidup 'membumi', berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi dijiwai oleh iman, mencari dan mengusahakan kesucian dengan 'membumi'. Memang dengan 'membumi' iman menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, tetapi sekaligus juga dimurnikan, dikuatkan dan diperdalam, maka hendaknya sebagai orang beriman juga tidak melupakan hidup doa maupun pembacaan dan permenungan sabda Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Kita diingatkan 'harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu', tidak berarti harus dengan khusuk duduk manis di tempat suci atau di kamar berdoa rosario atau doa-dao lainnya, tetapi sepanjang hari senantiasa dalam hadirat Tuhan, 'berrekreasi dengan Tuhan' alias hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan kata lain sepanjang hari senantiasa gembira dan ceria, dinamis, penuh harapan, karena hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan. Kami berharap kepada kita semua untuk senantiasa mengusahakan kesucian hidup dalam bekerja atau kesibukan pelayanan setiap hari, semakin sibuk bekerja dan melayani berarti semakin suci, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya.


·   "Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang percaya, di mana engkau berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara, sekalipun mereka adalah orang-orang asing" (2Yoh. 5), demikian sapaan atau sentuhan kasih Yohanes dalam suratnya. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk senantiasa berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun tanpa pandang bulu/SARA, membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Persaudaraan atau persahabatan sejati sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebar-luaskan pada saat ini mengingat dan memperhatikan masih maraknya permusuhan, tawuran, bentrokan antar kelompok atau suku yang masih terus terjadi. Yang menimbulkan permusuhan, tawuran atau bentrokan antara lain berbagai perbedaan, seperti beda suku, pendapat, pikiran, selera, dst.. Ingat dan hayati bahwa kita semua berbeda satu sama lain, maka hendaknya apa yang berbeda di antara kita dijadikan atau dihayati sebagai daya pesona, daya tarik dan daya pikat untuk saling mengenal, mendekat dan bersahabat. Tak henti-hentinya saya mengingatkan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain tetapi saling tertarik, terpesona dan terpikat untuk saling mengenal, mendekat dan bersahabat, hidup bersama sebagai suami-isteri dan saling mengasihi sampai mati baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit. Itulah misteri ilahi yang selayaknya kita imani. Memang untuk itu dibutuhkan keutamaan kerendahan hati agar kita dapat saling mengasihi dan bersahabat dalam aneka perbedaan yang ada. Marilah dengan rendah hati kita hayati secara mendalam apa yang sama di antara kita, antara lain: sama-sama manusia ciptaan Tuhan, sama-sama beriman, dst… Jika kita dapat menghayati apa yang sama di antara kita secara mendalam, maka apa yang berbeda akan fungsional untuk memperdalam dan memperluas persahabatan.

 

"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya." (Mzm 112:1-6)

Jakarta, 13 November 2010


Rabu, 10 November 2010

12 Nov - 2Yoh 4-9; Luk 17:26-37

"Sama seperti terjadi pada zaman Nuh"

(2Yoh 4-9; Luk 17:26-37)


"Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan isteri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya. Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan." Kata mereka kepada Yesus: "Di mana, Tuhan?" Kata-Nya kepada mereka: "Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar."(Luk 17:26-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yosafat, uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dampak dari pemanasan global dan cuaca ekstrim telah menimbulkan kenaikan dan pemanasan air laut, sehingga terjadi rob di sana-sini, hujan deras dan badai serta angin puting beliung serta banjir banding, yang menghancurkan aneka macam yang ada di atas muka bumi ini. Konon tidak lama lagi kota-kota di pantai akan tenggelam karena kenaikan permukaan air laut, padahal mayoritas kota besar berada di pantai. Maka orang akan berbondong-bondong meninggalkan pantai ke area yang lebih tinggi atau ke pegunungan-pengunungan, yang kemudian berdampak semakin sempitnya lahan untuk tempat tinggal dan bercocok tanam serta memperoleh air segar dan sehat demi kehidupan. Dalam situasi yang berat dan sulit tersebut ada kemungkinan orang juga enggan atau malas untuk berkeluarga serta beranak-cucu, dengan kata lain terjadi penuyusutan jumlah penduduk, karena di masa sulit dan berat tersebut kiranya juga akan terjadi orang bunuh diri dengan mudah. Kepunahan bumi segera akan terjadi, begitulah mungkin yang dapat dikatakan. Menghadapi aneka macam bencana dan kepunahan serta kehancuran saat ini, marilah kita rela 'kehilangan nyawa' artinya meninggalkan cita-cita, dambaan, semangat hidup yang hanya mengikuti selera pribadi dan kemudian memeluk, menggeluti dan menghayati kehendak ilahi, kehendak Tuhan dalam hidup sehari-hari. "Barangsiap berusaha menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan dan hayati, dengan hidup menurut perintah-perintahNya.


·   "Inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya" (2Yoh. 6). Kutipan dari surat Yohanes ini mengingatkan kita semua untuk senantiasa hidup saling mengasihi dan hidup menurut perintah Tuhan dalam menghadapi aneka macam bencana alam maupun musibah yang terus-menerus terjadi masa kini. Kehancuran dan kepunahan aneka macam sarana-prasarana atau hal-hal duniawi hendaknya menjadi bahan permenungan bagi kita semua, bahwa kasih tak akan punah dan hancur. Semuanya itu ada, tumbuh dan berkembang karena oleh kasih dan dalam kasih, dengan kata lain yang terutama adalah kasih. Salah satu cara hidup dan bertindak dalam kasih antara lain hidup menurut perintah Tuhan, dan perintah Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam aneka tulisan yang ditulis dalam ilham Tuhan, antara lain kitab suci.  Maka marilah kita baca, renungkan dan hayati apa yang tertulis didalam kitab suci  Setiap hari saya mengutip apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, mengikuti Kalender Liturgy, dengan harapan dapat menjadi bantuan bagi kita semua untuk memahami, mendalami dan menghayati perintah-perintah Tuhan. Semoga apa yang saya usahakan kutip dan tulis setiap hari berguna bagi kita semua untuk senantiasa hidup dalam dan oleh kasih dimanapun dan kapanpun. Marilah meneladan St.Yosafat, yang sungguh mengasihi umatnya serta rela berkorban demi keselamatan sesamanya.

 

"Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati,… Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau"

 (Mzm 119:1-2.10-11)

Jakarta, 12 November 2010


11 Nov - Flm 7-20; Luk 17:20-25

"Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini."

(Flm 7-20; Luk 17:20-25)


"Atas pertanyaan orang-orang Farisi, apabila Kerajaan Allah akan datang, Yesus menjawab, kata-Nya: "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu." Dan Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Akan datang waktunya kamu ingin melihat satu dari pada hari-hari Anak Manusia itu dan kamu tidak akan melihatnya. Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana; lihat, ia ada di sini! Jangan kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut. Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain, demikian pulalah kelak halnya Anak Manusia pada hari kedatangan-Nya. Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini." (Luk 17:20-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Martinus dari Tours, Uskup, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Kerajaan Allah berarti Allah yang meraja atau berkuasa. Dalam melaksanakan kuasanya Ia terus menerus berkarya di dalam seluruh ciptaanNya, terutama dalam diri manusis, maka Yesus bersabda "Sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu". Mereka yang sungguh dirajai atau dikuasai oleh Allah di dunia pada masa kini pada umumnya tak akan terlepas dari aneka macam bentuk penderitaan, mengingat dan mempertimbangkan bahwa kemerosotan moral yang terjadi hampir di semua bidang kehidupan masih marak di sana-sini. Orang yang hidup baik dan berbudi pekerti luhur memang harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, yang menguji, memurnikan dan memperteguh kebaikannya. Allah yang meraja atau berkuasa nampak dalam perilaku atau cara hidup orang yang baik dan berbudi pekerti luhur, dan hanya orang yang memiliki hati yang peka akan nilai-nilai spiritual atau keutamaan-keutamaan hidup mampu melihat, menangkap dan mengimaninya. Memang mereka yang bersikap mental Farisi alias yang bersikap mental gila akan kuasa dan kehormatan duniawi tak akan mampu melihat, menangkap dan mengimaninya, karena mereka sendiri merasa menjadi raja atas dirinya sendiri serta orang lain di sekitarnya. Marilah kita hayati dan imani karya Allah dalam diri kita masing-masing, yang menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan serta hati untuk mencinta, bersyukur dan berterima kasih. Kita hayati dan imani bahwa segala sesuatu yang baik, indah, mulia, luhur dalam diri kita adalah angerah atau karya Allah.


·   "Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku." (Flm 7),  demikian kesaksian iman Paulus kepada Filemon. Orang-orang kudus adalah orang-orang suci, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dalam dan melalui hidup sehari-hari. Dalam iman kita hayati bahwa para uskup adalah kudus, yang terpilih dan suci. Merupakan kegembiraan besar bagi para uskup ketika kita sebagai umat Allah hidup saling mengasihi dan melayani, karena hal itu juga menjadi tugas utama para uskup, hidup mengasihi dan melayani. Maka kalau hari ini kita mengenangkan St.Martinus, uskup, kami mengajak anda sekalian, sebagai umat Allah; marilah kita dukung karya uskup kita masing-masing dengan hidup saling mengasihi dan melayani. Ingatlah dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah yang terkasih, buah kasih, maka perjumpaan antar kita dimanapun dan kapanpun hendaknya secara otomatis saling mengasihi, karena bertemu dengan orang lain berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih. Paulus mengatakan bahwa dari kasih diperoleh kegembiraan dan kekuatan. Rasanya apa yang dikatakan oleh Paulus ini bukan omongan kosong belaka, melainkan sungguh nyata. Coba refleksikan pengalaman anda sendiri: bukankah ketika anda merasa dikasihi pasti akan gembira dan kuat, tidak takut dan tidak gentar menghadapi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan kehidupan? Binatang buas pun ketika didekati dalam dan oleh kasih akan terkalahkan alias dapat menjadi sahabat, apalagi manusia. Marilah kita sikapi segala sesuatu yang mendatangi kita sebagai kasih, sehingga kita senantiasa hidup dalam kasih dan syukur. Jika kita sungguh hidup dalam kasih dan syukur, imanilah kita pasti kuat menghadapi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan kehidupan.

 

"TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung, TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar. TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. TUHAN itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya" (Mzm 146:7-10)

 

Jakarta, 11 November 2010


Selasa, 09 November 2010

10 Nov - Tit 3:1-7; Luk 17:11-19

"Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"

(Tit 3:1-7; Luk 17:11-19)


"Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau." (Luk 17:11-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Leo Agung, Paus dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Hidup bersyukur dan berterima kasih rasanya pada masa kini tidak mudah, mengingat dan mempertimbangkan kecenderungan banyak orang untuk lebih menyombongkan diri serta hidup serakah, sebagai dampak kebebasan dalam era reformasi ini. Hal itu kiranya juga didukung tidak adanya atau kurang adanya penghayatan hidup syukur dan terima kasih di antara anggota keluarga atau teman dekat. Dengan kata lain orang kurang menghargai hasil karya atau pelayanan anggota keluarga atau teman dekat dan lebih menghargai hasil karya atau pelayanan orang lain. Maka benarlah dan menarik untuk direnungkan sabda Yesus "Tidak adalah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?". Yesus dan sembilan orang lain yang disembuhkan termasuk orang Yahudi dan yang berterima kasih serta memuliakan Allah tersebut adalah orang Samaria: orang Yahudi dan orang Samaria kurang akrab alias bermusuhan. Apa yang terjadi ini sering kita alami juga, yaitu kita lebih menghargai orang asing daripada bangsa/teman sendiri. Marilah kita tanggapi sabda Yesus di atas dengan mawas diri: sejauh mana kita, sebagai sesama anggota keluarga atau teman dekat, saling bersyukur dan berterima kasih? Agar kita dapat bersyukur dan berterima kasih, mungkin baik begitu bangun pagi mendoakan ini "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Rat 3:22-23). Kita sadari dan hayati bahwa rahmat Tuhan senantiasa dianugerahkan kepada kita melalui orang-orang yang dekat dengan kita setiap hari.


·   "Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik. Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang." (Tit 3:1-2), demikian peringatan atau ajakan Paulus kepada Titus, kepada kita semua umat beriman. Kiranya yang baik kita renungkan bersama adalah 'jangan memfitnah dan bertengkar, melainkan hendaklah selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang'.Ajakan atau peringatan ini kiranya menarik dan up to date untuk kita hayati atau laksanakan mengingat dan mempertimbangkan masih maraknya pertengkaran dan fitnah di sana-sini dalam hidup sehari-hari. Kalau hari kita kita mengenangkan St Leo Agung, Paus dan Pujangga Gereja, baiklah kita dukung tugas Paus antara lain sebagai pemersatu umat Allah, dengan kata lain marilah kita senantiasa mengusahakan persaudaraan dan persahabatan sejati di antara kita. Ajakan untuk ramah dan lemah lembut berarti panggilan bagi kita semua untuk saling menghormati dan melayani sebagai sesama manusia, yang diciptakan oleh Allah sebagai gambar atau citraNya: Allah hidup dan berkarya dalam diri kita masing-masing, manusia, gambar dan citra Allah. Kami berharap para tokoh hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang memiliki pengaruh hidup bersama, dapat menjadi teladan dalam memberantas aneka bentuk firnah dan pertengkaran serta menggalang dan menyebarluaskan persaudaraan atau persahabatan sejati, dengan saling ramah dan lemah lembut. Secara khusus kami berharap kepada para orangtua atau bapak-ibu dapat menjadi telahan keramahan dan kelemah-lembutan dalam saling mengasihi bagi anak-anak yang dianugerahkan Allah kepada mereka.


"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah"

(Mzm 23:1-5).

Jakarta, 10 November 2010


Senin, 08 November 2010

9 Nov - Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran: Yeh 47:1-2.8-9.12; 1Kor 3:9b-11.16-17; Yoh 2:13-22

"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."

Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran: Yeh 47:1-2.8-9.12; 1Kor 3:9b-11.16-17; Yoh 2:13-22


Sebagai Ekonom Kuskupan Agung Semarang, saya pernah menegor dengan keras panitia pembangunan gedung gereja/kapel, panitia gerakan sosial paroki serta pengurus dewan paroki. Mengapa? Panitia pembangunan gereja/kapel telah menghabiskan sumbangan-sumbangan umat untuk beaya rapat panitia (makan, uang saku, transport dst..), panitia gerakan sosial memperkaya diri dengan 'korupsi'/ mengambil dana proyek untuk keperluan pribadi, pengurus dewan paroki seenaknya membebankan urusan pribadi pada anggaran paroki, dst. . Bukankah yang mereka lakukan sungguh tak terpuji, menjadikan "rumah Allah" untuk berbisnis, mencari keuntungan pribadi alias komersialisasi pelayanan sosial atau keagamaan?  Peristiwa-peristiwa lain yang kiranya juga kurang terpuji adalah memfungsikan Perayaan Ekaristi untuk pengumpulan dana/sumbangan, yang utama dan pertama-tama adalah mengumpulkan dana/sumbangan bukan beribadat. Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran, gereja resmi Paus di Roma, hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk meluruskan atau memurnikan aneka macam bentuk pencemaran atau pelecehan tempat, sarana atau kegiatan beribadat atau keagamaan, maka marilah kita renungkan sabda-sabda hari ini.

 

"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." (Yoh 2:16)

"Dalam tempat suci hanya dapat diizinkan hal-hal yang berguna bagi pelaksanaan atau peningkatan ibadat, kesalehan dan kebaktian, serta dilarang segala sesuatu yang tidak cocok dengan kesucian tempat itu. Namun Ordinaris dapat sekali-sekali memberi izin untuk penggunaan lain, asal tidak bertentangan dengan kesucian tempat itu" (KHK kan 1210). "Dengan kata tempat suci dimaksudkan gereja atau tempat suci lain yang dengan persetujuan Ordinaris wilayah sering dikunjungi kaum beriman untuk berziarah karena suatu alasan religius yang khusus" (KHK kan 1230).

 

Pemfungian tempat suci serta aneka kegiatan yang terkait atau ada hubungannya dengan tempat suci hendaknya mendorong dan membuat umat berbakti kepada Tuhan serta hidup saleh, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melaluin sesamanya maupun lingkungan hidupnya. Memang yang sering menjadi godaan adalah harta benda atau uang: antar umat dapat saling bertengkar dan membenci karena pemanfaatan ruang dst..  Harta benda atau uang yang masuk ke dalam lingkungan tempat suci berasal dari umat Allah sebagai tanda syukur dan terima kasih atas segala kasih karunia atau anugerah Allah yang telah diterima dan dinikmatinya. Semakin orang sungguh beriman, bersyukur dan berterima kasih kepada Allah pada umumnya yang bersangkutan juga semakin sosial, semakin mengasihi sesamanya, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Maka hendaknya harta benda atau uang yang diterima melalui tempat suci difungsikan untuk membina umat Allah agar semakin beriman, bersyukur dan berterima kasih dalam hidup sehari-hari.

 

Kami berharap kepada kita semua untuk tidak takut dan tidak gentar menegor dan mengingatkan orang-orang yang mengkomersilkan tempat suci serta kegiatan-kegiatan yang terkait dengan tempat suci. Segala sesuatu atau aneka macam sarana-prasarana yang berada di tempat suci dan mengganggu umat untuk semakin suci dan saleh hendaknya disingkirkan. Kami berharap juga ketika memasuki atau berada di dalam tempat suci sungguh hening, tidak bersendau-gurau, bercanda dst… Secara khusus kami berharap ketika berpartisipasi dalam ibadat atau Perayaan Ekaristi hendaknya tidak terlambat, syukur datang lebih awal guna persiapan. Persiapan untuk beribadat atau berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi sungguh penting. Mereka yang bertugas dalam penyelenggaraan ibadat atau Perayaan Ekaristi hendaknya sungguh mempersiapkan diri dengan baik sebelumnya, misalnya para pembaca/lektor,  petugas koor maupun pemimpin ibadat. Maka bagi kita semua marilah kita renungkan sapaan Paulus kepada umat di Korintus di bawah ini.

 

"Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu" (1Kor 3:16-17)

Sebagai orang beriman kita adalah 'bait Allah' dan 'Roh Allah diam di dalam diri kita', sehingga cara hidup dan cara bertindak kita berbuah atau memperdalam buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Karena masing-masing dari kita adalah 'bait Allah' berarti kita juga saling berbakti satu sama lain dimanapun dan kapanpun. Saling berbakti berarti saling melayani, membahagiakan dan menyelamatkan dan tiada satupun yang saling melecehkan, dengan demikian kebersamaan hidup kita manarik, memikat dan mempesona.

 

Sebagai 'bait Allah' kemanapun pergi atau dimanapun berada kita senantiasa menghidupkan dan menggairahkan orang lain, sebagaimana digambarkan oleh Yeheskiel bagaikan air mengalir atau sungai,

"sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup" (Yeh 47:9). Berbagai pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa mereka yang datang ke tempat suci pada umumnya merasa disegarkan dan digairahkan dalam hidup beriman, maka selayaknya siapapun yang mendatangi kita sebagai 'bait Allah' juga semakin disegarkan dan digairahkan dalam hidup beriman, demikian pun pula kemana kita pergi.

 

Marilah kehadiran atau sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun kita usahakan menarik, memikat, mempesona, menggairahkan dan menghidupkan orang lain. Tentu saja diri kita sendiri harus sungguh hidup, bergairah dan dinamis, tidak putus asa atau frustrasi meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah. Tanda bahwa kita sungguh hidup antara lain senantiasa siap berubah atau dirubah sesuai dengan tuntutan zaman atau perkembangan yang sedang berlangsung, sehingga juga memberi pengharapan kepada orang lain. Kita senantiasa berubah menjadi lebih baik, lebih suci, lebih beriman, lebih mempersembahkan diri kepada Tuhan dan dengan demikian juga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia.  Kita menjadi pewarta-pewarta kabar gembira yang menghibur dan menggembirakan orang lain. Kehadiran dan sepak terjang kita menjadi berkat atau rahmat bagi saudara-saudari kita.

 

"Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi "

 (Mzm 46:2-3.5-6)

 

Jakarta, 9 November 2010

 

.