Mg Biasa XIII: Keb 1:13-15; 2:23-24; 2Kor 8:7.9.13-15; Mrk 5:21-43
"Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!"
Jika ada orang meninggal dunia pada umumnya keluarga yang bersangkutan maupun tetangga-tetangganya sibuk, bahkan ada yang ribut dan menangis. Memang secara manusia ketika ada salah satu saudara atau saudari kita meninggal dunia pada umumnya kita juga langsung sedih dan menangis, namun demikian hendaknya secara imani kita tidak perlu sedih dan menangis, bukankah mati berarti 'dipanggil Tuhan'? Artinya yang bersangkutan hidup mulia kembali di sorga bersama dengan Tuhan, dan dengan demikian kita memiliki saudara atau saudari di sorga, yang senantiasa mendoakan kita selama masih harus hidup dan berjuang di dunia ini dengan penuh tantangan, hambatan dan masalah. Maka marilah kita renungkan sabda Yesus hari ini.
"Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" (Mrk 5:39)
Hidup atau mati adalah milik Tuhan, maka mati dan hidup kita sungguh tergantung dari Tuhan. Tuhanlah yang menciptakan kita serta menganugerahi aneka macam kebutuhan untuk hidup kita, dan Tuhan juga yang berkuasa untuk memanggil kita alias menentukan kematian kita. Maka sebenarnya jika selama hidup di dunia ini kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan, baik kita sendiri ketika akan dipanggil Tuhan maupun saudara-saudari kita dipanggil Tuhan kita tidak perlu sedih dan menangis. Sebagaimana selama hidup di dunia senantiasa mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, maka ketika dipanggil Tuhan juga akan bersatu dan bersama dengan Tuhan secara personal tanpa dihambat oleh keingingan atau nafsu-nafsu manusiawi sedikitpun.
Baiklah kata 'tertidur' dalam sabda Yesus di atas juga kita fahami dan hayati sebagai lesu, lemah dan tak berdaya alias tak bergairah untuk hidup. Sebagai orang beriman kepada Yesus Kristus, marilah kita bangkitkan mereka yang lesu, lemah dan tak bergairah untuk hidup. Mereka yang merasa lesu, lemah dan tak bergairah untuk hidup pada umumnya terlalu berpikir negatif, baik terhadap dirinya sendiri maupun saudara-saudarinya, maka salah satu cara membangkitkannya tidak lain adalah dengan mengangkat hal-hal positif yang ada dalam diri orang yang bersangkutan maupun dalam diri saudara-saudarinya. Kami percaya dalam diri kita masing-masing akan lebih banyak apa yang positif daripada apa yang negatif.
Kita juga dapat meneladan Yairus yang dengan rendah hati dan penuh iman mohon kepada Yesus untuk membangkitkan anak perempuannya yang telah meninggal dunia. Tentu seja sekali lagi mati kita hayati sebagai putus asa atau marah, dimana secara manusiawi tak mungkin kita ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri, maka baiklah dengan rendah hati dan penyerahan diri kita menghadap Tuhan mendoakan orang yang bersangkutan. Doa-berdoa merupakan salah satu cirikhas orang hidup beriman atau beragama, dan tentu saja kita sungguh berdoa dan tidak hanya formal belaka, artinya seraya mendoakannya hendaknya kita senantiasa berpikiran positif terhadap yang bersangkutan dan tidak pernah melecehkan atau merendahkannya.
Mungkin baik juga saya angkat hal 'ribut-ribut'. Ribut-ribut pada umumnya membuat lingkungan hidup kacau atau amburadul, karena ada kemungkinan banyak orang juga ikut rebut-ribut. Orang yang mudah ribut-ribut biasanya yang bersangkutan merasa terancam atau kurang diperhatikan dan melakukan keributan untuk menutupi ketakutannya atau minta diperhatikan, maka baiklah kita perhatikan secara konkret, antara lain ditemani dalam dan dengan kasih maupun kerendahan hati alias mau boros waktu dan tenaga bagi mereka dengan duduk bersama-sama. Coba perihal rebut-ribut direfleksikan juga dengan 'angin ribut' yang memang sungguh memporak-porandakan lingkungan hidup, maka orang rebut-ribut memang merusak kehidupan bersama. Baiklah sabda Yesus yang mempertanyakan mengapa ribut dan menangis kita tanggapi secara jujur.
"Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan." (2Kor 8:13-15)
"Supaya ada keseimbangan" inilah ajakan Paulus kepada umat di Korintus yang sebaiknya kita renungkan atau refleksikan. Ajakan itu dapat digabungkan dengan kutipan yang diangkat oleh Paulus bahwa "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan". Kutipan yang diangkat Paulus ini hemat saya sungguh merupakan kebenaran konkret: perhatikan saja apa yang terjadi yaitu orang-orang yang kaya raya semakin kaya karena keserakahannya dan meskipun demikian juga merasa kurang terus, sedangkan orang miskin menerima apa adanya.
Kita semua diingatkan untuk menjaga keseimbangan dalam berbagai hal, artinya tidak terlalu banyak perbedaan antar kita, sehingga dapat menimbulkan kecurigaan, irihati atau kesalah-fahaman yang dapat membawa ke aneka macam keributan. Selama masih ada jurang yang dalam dan lebar antara yang kaya dan yang miskin, yang pandai/cerdas dan yang bodoh, dst.. memang kehidupan bersama dapat terganggu. Jurang dalam dan lebar dapat disebabkan oleh keserakahan dari mereka yang berkelebihan atau sebaliknya oleh kemalasan dari mereka yang berkekurangan. Mengingat dan memperhatikan kehidupan bersama yang damai, tentram dan sejahtera menjadi idaman atau dambaan kita semu, maka marilah kita saling membuka diri untuk bergotong-royong atau bekerjasama dalam aneka hal kebutuhan hidup bersama. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban kerjasama, dapat hidup dan tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena dan oleh kerjasama.
Kita semua diharapkan hidup dan bertindak sederhana, tidak berfoya-foya atau memboroskan harta benda dan uang seenaknya. Dalam kesederhanaan kita dapat bergembira dan kiranya juga dijauhka dari aneka perilaku yang dengan cepat dapat mematikan kita. Maka selanjutnya marilah kita renungkan apa yang dikatakan oleh Kitab Kebijaksanaan ini.
"Memang maut tidak dibuat oleh Allah, dan Iapun tak bergembira karena yang hidup musnah lenyap. Sebaliknya Ia menciptakan segala-galanya supaya ada, dan supaya makhluk-makhluk jagat menyelamatkan. Di antaranyapun tidak ada racun yang membinasakan, dan dunia orang mati tidak merajai bumi. Maka kesucian mesti baka." (Keb 1:13-15). Maut disini baiklah kita hayati sebagai yang loyo atau putus asa, yang pada umumnya karena keterbatasan manusia. Allah menghendaki kita semua agar tetap gembira dan bergairah, maka marilah kita yang beriman kepada Allah senantiasa mengusahakan untuk tetap gembira dan bergairah. Allah hidup dan bekarya terus-menerus siang malam tanpa kenal waktu dan tempat, maka dalam kondisi dan situasi apapun marilah kita imani karya dan pendampingan Allah yang tak pernah melupakan kita sedikitpun
"Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku. TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai "
(Mzm 30:2-6).
Ign 1 Juli 2012