Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 30 Juni 2012

Minggu Biasa XIII


Mg Biasa XIII: Keb 1:13-15; 2:23-24; 2Kor 8:7.9.13-15; Mrk 5:21-43

"Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!"

Jika ada orang meninggal dunia pada umumnya keluarga yang bersangkutan maupun tetangga-tetangganya sibuk, bahkan ada yang ribut dan menangis. Memang secara manusia ketika ada salah satu saudara atau saudari kita meninggal dunia pada umumnya kita juga langsung sedih dan menangis, namun demikian hendaknya secara imani kita tidak perlu sedih dan menangis, bukankah mati berarti 'dipanggil Tuhan'? Artinya yang bersangkutan hidup mulia kembali di sorga bersama dengan Tuhan, dan dengan demikian kita memiliki saudara atau saudari di sorga, yang senantiasa mendoakan kita selama masih harus hidup dan berjuang di dunia ini dengan penuh tantangan, hambatan dan masalah. Maka marilah kita renungkan sabda Yesus hari ini.

"Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" (Mrk 5:39)

Hidup atau mati adalah milik Tuhan, maka mati dan hidup kita sungguh tergantung dari Tuhan. Tuhanlah yang menciptakan kita serta menganugerahi aneka macam kebutuhan untuk hidup kita, dan Tuhan juga yang berkuasa untuk memanggil kita alias menentukan kematian kita. Maka sebenarnya jika selama hidup di dunia ini kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan, baik kita sendiri ketika akan dipanggil Tuhan maupun saudara-saudari kita dipanggil Tuhan kita tidak perlu sedih dan menangis. Sebagaimana selama hidup di dunia senantiasa mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, maka ketika dipanggil Tuhan juga akan bersatu dan bersama dengan Tuhan secara personal tanpa dihambat oleh keingingan atau nafsu-nafsu manusiawi sedikitpun.

Baiklah kata 'tertidur' dalam sabda Yesus di atas juga kita fahami dan hayati sebagai lesu, lemah dan tak berdaya alias tak bergairah untuk hidup. Sebagai orang beriman kepada Yesus Kristus, marilah kita bangkitkan mereka yang lesu, lemah dan tak bergairah untuk hidup. Mereka yang merasa lesu, lemah dan tak bergairah untuk hidup pada umumnya terlalu berpikir negatif, baik terhadap dirinya sendiri maupun saudara-saudarinya, maka salah satu cara membangkitkannya tidak lain adalah dengan mengangkat hal-hal positif yang ada dalam diri orang yang bersangkutan maupun dalam diri saudara-saudarinya. Kami percaya dalam diri kita masing-masing akan lebih banyak apa yang positif daripada apa yang negatif.

Kita juga dapat meneladan Yairus yang dengan rendah hati dan penuh iman mohon kepada Yesus untuk membangkitkan anak perempuannya yang telah meninggal dunia. Tentu seja sekali lagi mati kita hayati sebagai putus asa atau marah, dimana secara manusiawi tak mungkin kita ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri, maka baiklah dengan rendah hati dan penyerahan diri kita menghadap Tuhan mendoakan orang yang bersangkutan. Doa-berdoa merupakan salah satu cirikhas orang hidup beriman atau beragama, dan tentu saja kita sungguh berdoa dan tidak hanya formal belaka, artinya seraya mendoakannya hendaknya kita senantiasa berpikiran positif terhadap yang bersangkutan dan tidak pernah melecehkan atau merendahkannya.

Mungkin baik juga saya angkat hal 'ribut-ribut'. Ribut-ribut pada umumnya membuat lingkungan hidup kacau atau amburadul, karena ada kemungkinan banyak orang juga ikut rebut-ribut. Orang yang mudah ribut-ribut biasanya yang bersangkutan merasa terancam atau kurang diperhatikan  dan melakukan keributan untuk menutupi ketakutannya atau minta diperhatikan, maka baiklah kita perhatikan secara konkret, antara lain ditemani dalam dan dengan kasih maupun kerendahan hati alias mau boros waktu dan tenaga bagi mereka dengan duduk bersama-sama. Coba perihal rebut-ribut direfleksikan juga dengan 'angin ribut' yang memang sungguh memporak-porandakan lingkungan hidup, maka orang rebut-ribut memang merusak kehidupan bersama. Baiklah sabda Yesus yang mempertanyakan mengapa ribut dan menangis kita tanggapi secara jujur.

"Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada tertulis: "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan." (2Kor 8:13-15)

"Supaya ada keseimbangan" inilah ajakan Paulus kepada umat di Korintus yang sebaiknya kita renungkan atau refleksikan. Ajakan itu dapat digabungkan dengan kutipan yang diangkat oleh Paulus bahwa "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan". Kutipan yang diangkat Paulus ini hemat saya sungguh merupakan kebenaran konkret: perhatikan saja apa yang terjadi yaitu orang-orang yang kaya raya semakin kaya karena keserakahannya dan meskipun demikian juga merasa kurang terus, sedangkan orang miskin menerima apa adanya.

Kita semua diingatkan untuk menjaga keseimbangan dalam berbagai hal, artinya tidak terlalu banyak perbedaan antar kita, sehingga dapat menimbulkan kecurigaan, irihati atau kesalah-fahaman yang dapat membawa ke aneka macam keributan. Selama masih ada jurang yang dalam dan lebar antara yang kaya dan yang miskin, yang pandai/cerdas dan yang bodoh, dst.. memang kehidupan bersama dapat terganggu. Jurang dalam dan lebar dapat disebabkan oleh keserakahan dari mereka yang berkelebihan atau sebaliknya oleh kemalasan dari mereka yang berkekurangan. Mengingat dan memperhatikan kehidupan bersama yang damai, tentram dan sejahtera menjadi idaman atau dambaan kita semu, maka marilah kita saling membuka diri untuk bergotong-royong atau bekerjasama dalam aneka hal kebutuhan hidup bersama. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah atau korban kerjasama, dapat hidup dan tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena dan oleh kerjasama.

Kita semua diharapkan hidup dan bertindak sederhana, tidak berfoya-foya atau memboroskan harta benda dan uang seenaknya. Dalam kesederhanaan kita dapat bergembira dan kiranya juga dijauhka dari aneka perilaku yang dengan cepat dapat mematikan kita. Maka selanjutnya marilah kita renungkan apa yang dikatakan oleh Kitab Kebijaksanaan ini.   

"Memang maut tidak dibuat oleh Allah, dan Iapun tak bergembira karena yang hidup musnah lenyap. Sebaliknya Ia menciptakan segala-galanya supaya ada, dan supaya makhluk-makhluk jagat menyelamatkan. Di antaranyapun tidak ada racun yang membinasakan, dan dunia orang mati tidak merajai bumi. Maka kesucian mesti baka." (Keb 1:13-15). Maut disini baiklah kita hayati sebagai yang loyo atau putus asa, yang pada umumnya karena keterbatasan manusia. Allah menghendaki kita semua agar tetap gembira dan bergairah, maka marilah kita yang beriman kepada Allah senantiasa mengusahakan untuk tetap gembira dan bergairah. Allah hidup dan bekarya terus-menerus siang malam tanpa kenal waktu dan tempat, maka dalam kondisi dan situasi apapun marilah kita imani karya dan pendampingan Allah yang tak pernah melupakan kita sedikitpun  

"Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku. TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai "

(Mzm 30:2-6).

Ign 1 Juli 2012

 

 

 


Jumat, 29 Juni 2012

30 Juni


"Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."

(Rat 2:2.10-14.18-19; Mat 8:5-17)

" Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya. Setibanya di rumah Petrus, Yesus pun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Ia pun bangunlah dan melayani Dia. Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita." (Mat 5:8-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus adalah Penyelamat Dunia, Ia datang ke dunia untuk menyelamakan seluruh dunia seisinya, tentu saja terutama manusia. Maka mereka yang sakit disembuhkan, yang berdosa diampuni, yang kesepian diperhatikan, yang lapar dan haus diberi makan dan minum dst.. Dalam kisah Warta Gembira hari ini dikisahkan Yesus menyembuhkan orang-orang sakit serta mengusir setan. "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita", demikian firman yang disampaikan nabi Yesaya perihal Penyelamat Dunia. Maka baiklah kita semua yang beriman kepadaNya hidup dan bertindak meneladanNya: hendaknya kita senantiasa siap sedia memikul kelemahan dan menanggung penyakit orang lain. Yang lemah kita kuatkan dan yang sakit kita sembuhkan, tentu saja tidak hanya secara fisik saja, melainkan juga secara spiritual, yaitu mereka yang sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi. Pertama-tama dan terutama marilah kita perhatikan mereka yang sakit hati dan sakit jiwa, dimana pada umumnya mereka mudah ngambeg atau marah-marah. Tentu saja menghadapi mereka yang mudah ngambeg dan marah-marah dibutuhkan kerendahan hati serta kasih pengampunan. Mereka yang mudah ngambeg atau marah-marah pada umumnya mengalami krisis afeksi, merasa kurang dikasihi dan terancam terus-menerus, maka hendaknya jangan dilecehkan atau direndahkan lagi, entah dengan kata-kata maupun tindakan. Angkatlah apa yang baik dan mengesan di hati mereka agar mereka sembuh dari sakit hati atau sakit jiwanya. Jika kita tak mampu membantu menyembuhkan, baiklah meneladan perwira sebagaimana dikisahkan hari ini, marilah kita datang menghadap Tuhan artinya mendoakannya.

·   "Berteriaklah kepada Tuhan dengan nyaring, hai, puteri Sion, cucurkanlah air mata bagaikan sungai siang dan malam; janganlah kauberikan dirimu istirahat, janganlah matamu tenang! Bangunlah, mengeranglah pada malam hari, pada permulaan giliran jaga malam; curahkanlah isi hatimu bagaikan air di hadapan Tuhan, angkatlah tanganmu kepada-Nya demi hidup anak-anakmu, yang jatuh pingsan karena lapar di ujung-ujung jalan!" (Rat 2:18-19). Kutipan ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar siang malam, kapan pun dan dimana pun tidak melupakan doa. Doa yang benar dan baik hemat saya bukan panjangnya kata-kata atau gerak-gerik anggota tubuh, melainkan hati yang terarah kepada Yang Ilahi, sehingga cara hidup dan cara bertindak senantiasa sesuai dengan kehendak Yang Ilahi. Maka baiklah kita senantiasa membuka hati, jiwa dan akal budi kita akan aneka masukan kehendak baik saudara-saudari kita sebagai kepanjangan kehendak Yang Ilahi. Tentu saja secara konkret kita juga harus membuka diri terhadap mereka yang sungguh membutuhkan perhatian dan sapaan kita, yaitu mereka yang miskin dan berkekurangan dalam aneka hal kebutuhan hidup sehari-hari yang layak. Kami ingatkan juga bahwa meskipun kita dalam keadaan sendirian di jalanan atau di rumah untuk tidak melakukan hal-hal yang jahat atau tak bermoral, ingatlah dan sadari mungkin tidak ada orang lain yang tahu, tetapi Tuhan mengetahui semuanya.

"Mengapa, ya Allah, Kaubuang kami untuk seterusnya? Mengapa menyala murka-Mu terhadap kambing domba gembalaan-Mu? Ingatlah akan umat-Mu yang telah Kauperoleh pada zaman purbakala, yang Kautebus menjadi bangsa milik-Mu sendiri! Ingatlah akan gunung Sion yang Engkau diami. Ringankanlah langkah-Mu ke tempat yang rusak terus-menerus; segala-galanya telah dimusnahkan musuh di tempat kudus." (Mzm 74:1-3)

Ign 30 Juni 2012


Kamis, 28 Juni 2012

HARI RAYA ST PETRUS DAN ST. PAULUS Rasul

HARI RAYA  ST PETRUS DAN ST. PAULUS


Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18; Mat 16:13-19


Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga Di dalam Gereja Katolik ada jabatan Paus, Uskup yang dibantu oleh para pastor paroki alias Hirarki dan Lembaga Hidup Bakti (biarawan dan biarawati). Hirarki merupakan kepanjangan peran Petrus sebagai wakil Yesus Kristus alias Pemimpin Gereja Katolik, sedangkan Lembaga Hidup Bakti merupakan kepanjangan dari peran Paulus sebagai Rasul Agung, yang dalam penghayatan panggilannya senantiasa bepergian ˜keliling dunia. Dua tokoh Gereja ini memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda dirayakan bersama-sama sebagai wujud penghayatan iman bahwa kerjasama dalam pelayanan pastoral, mewartakan Kabar Baik harus bekerjasama satu sama lain, di antara kita yang sungguh saling berbeda ini. Kerjasama hemat saya merupakan cirikhas pribadi kita masing-masing, karena masing-masing dari kita adalah buah atau korban kerjasama cintakasih antara orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta St.Petrus dan St.Paulus hari ini marilah kita mawas diri perihal kerjama, dan tentu saja pertama-tama juga harus mawas diri perihal anugerah, keterampilan dan kecakapan pribadi kita masing-masing (untuk itu dua santo ini dapat menjadi bahan mawas diri). Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. (Mat 16:19)


Ada kata yang sering diucapkan, yaitu Roma berkata, habis perkara. Kata-kata ini merupakan pengakuan iman bahwa Paus, Pemimpin Gereja Katolik, yang tinggal di Roma memiliki kuasa mengajar yang harus ditaati oleh semua anggota Gereja Katolik. Paus merupakan penerus Petrus, yang menerima tugas dari Yesus Kristus, sebagaimana disabdakan dalam kutipan di atas ini. Cukup banyak ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Pemimpin Gereja Katolik beserta Staf Kepausan: ada yang bersifat yuridis, dekrit, pastoral, anjuran, himbauan dst..


Maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk membaca dan mempelajari aneka okumen kepausan tersebut, dan kebetulan tahun yang akan datang dimaklumkan sebagai Tahun Iman, suatu ajakan untuk mengadakan gerakan pendalaman dokumen-dokumen kepausan.


Pelaksanaan ˜kuasa mengajar Paus didelegasikan juga dalam hal-hal tertentu kepada para Uskup dan para Uskup kemudian juga mendelegasikan beberapa hal kepada para pastor, entah yang berkarya di paroki/territorial, sosial, pendidikan dst.. Hemat saya para pastor setiap minggu atau setiap hari dalam Perayaan Ekaristi senantiasa menyampaikan ajaran-ajaran yang bersumber pada Injil/Kitab Suci, aneka dokumen kepausan atau keuskupan maupun aneka refleksi iman sebagaimana tertulis dalam buku-buku. Maka kami berharap kepada segenap umat ketika berpartisipai dalam ibadat maupun kegiatan pendalaman iman untuk dengan sungguh-sungguh mendengarkan dan meresapkan atau mencccap dalam-dalam aneka masukan, informasi, nasihat dst.. yang disampaikan oleh pengkotbah maupun surat-surat edaran pastoral.


Setiap tahun paling tidak dua kali, yaitu selama masa Prapaskah atau masa Adven kita diajak untuk berpartisipasi ke dalam aneka kegiatan pendalaman iman, yang dikemas sesuai dengan tema-tema terpilih sesuai dengan situasi masyarakat, dengan harapan umat dapat dengan semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka kami berharap kesempatan pendalaman iman selama masa Prapaskah maupun masa Adven sungguh diperhatikan; seluruh umat kami harapkan dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, dan sekiranya tak mungkin dilakukan di lingkungan tempat tinggal, baiklah dilakukan di tempat kerja. Sabda Yesus kepada Petrus di atas kiranya juga perlu kita renungkan atau refleksikan terkait dengan ikatan-ikatan atau janji-janji yang telah kita ikrarkan. Kami percaya ketika kita sedang berjanji, yaitu janji nikah, kaul, janji imamat, janji pegawai, janji pelajar dst .. kiranya kita menghayatinya sebagai rahmat atau anugerah Tuhan, dengan kata lain memang Tuhan lah yang mengikat janji-janji tersebut. Karena yang mengikat adalah Tuhan, maka hendaknya kita jangan seenaknya saja memutuskan atau membuat ikatan menjadi kendor atau pudar. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kiranya ikatan semakin kuat dan erat, tak terpisahkan. Selanjutnya marilah kita refleksikan apa yang terkait dengan pengalaman iman St Paulus sebagai rasul agung.


Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.(2Tim 4:6-8)

Paulus memang dikenal sebagai pekerja keras dalam melaksanakan tugas pengutusan atau menghayati panggilannya dan seorang rasul ia juga tidak mau menjadi beban bagi umat, melainkan ia mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dengan membuat kemah untuk dijual. Darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat, demikian sharing iman Paulus, yang kiranya layak untuk kita renungkan atau refleksikan. Fungsi darah dalam tubuh kita tidak lain adalah menghidupkan seluruh anggota tubuh sehingga semua anggota tubuh fungsional semuanya sesuai dengan fungsi masing-masing dan dengan demikian tubuh sehat walafiat, segar bugar. Maka dari itu anda semua untuk mengusahakan dan merawat tubuh tetap segar bukan, dan untuk itu hendaknya senantiasa menikmati makanan yang bergizi sesuai dengan pedoman empat sehata lima sempurna disertai olahraga yang memadai. Hendaknya dijauhkan aneka jenis makanan dalam kemasan atau instant. St Paulus kiranya dapat menjadi teladan bagi rekan-rekan anggota Lembaga Hidup Bakti yang bersifat mondial, yang senantiasa siap sedia untuk diutus kemana pun. Namun demikian hemat saya juga dapat menjadi teladan bagi siapapun yang tugas pekerjaannya senantiasa bepergian, tidak menetap di kantor terus-menerus. Hendaknya dimana pun berada atau kemana pun pergi senantiasa menjadi pewarta kabar baik, artinya jati dirinya senantiasa baik sehingga kehadirannya tanpa melakukan sesuatu pun membuat lingkungan hidupnya semakin baik, apalagi ketika melakukan sesuatu akan menggembirakan dan membahagiakan orang lain tanpa pandang bulu.


Semua orang kiranya mendambakan hidup bahagia dan damai sejahtera, maka meskipun kita berbeda satu sama lain, seperti Petrus dan Paulus, hendaknya kita bekerjasama dalam pelayanan dan hidup bersama. Secara konkret kami harapkan para pelayan territorial bekerjasama dengan mereka yang bekerja di fungsional: Lembaga Hidup Bakti kehadirannya di suatu wilayah keuskupan hendaknya bekerja sama dalam pelayanan, Hirarki bekerjasama dengan Kharisma. Memang secara konkret akhirnya kami harapkan para biarawan-biarawati di wilayah paroki tertentu bekerja sama dengan pastor paroki setempat, dan tentu saja pastor paroki setempat juga harus memperhatikan kehidupan rohani para anggota lembaga hidup bakti di wilayahnya.


Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya. Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya! (Mzm 34:2-9)

Ign 29 Juni 2012

Rabu, 27 Juni 2012

28 Juni

"Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi  satu"
 (2Tim 2:22b-26; Yoh 17:20-26)


Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan. Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka(Yoh 17:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St Ireneus, Uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Terpanggil sebagai uskup maupun pastor/imam sebagai pembantu uskup serta para pembantu pastor/imam di paroki dst, seperti anggota/pengurus dewan paroki, pengurus stasi dan linkungan, para pendeta atau pemuka umat beragama, hemat saya memiliki tugas atau panggilan sebagai pemersatu. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan Yang Mulia para uskup, rekan-rekan imam beserta para pembamtunya untuk senantiasa mengusahakan persatuan umat yang harus dilayaninya. Usahakan agar terjadi kesatuan hati dan budi di kalangan umat Allah, karena kehidupan hidup bersama yang dijiwai oleh kesatuan hati dan budi pada dirinya sendirinya bersifat missioner, memikat, mempesona dan menarik bagi banyak orang untuk mendekat bergabung. Pertama-tama kami mengajak para pastor paroki yang tinggal bersama dan bekerja bersama melayani umat di parokinya untuk menghayati kebersamaan hidup dan karya: hendaknya yang muda maupun yang tua saling menghormati, menghargai dan mengasihi satu sama lain. Para pengurus atau anggota dewan paroki kami harapkan juga menghayati kebersamaan hidup, demikian juga para ketua stasi atau lingkungan. Salah satu usaha yang hendaknya tidak ditinggalkan dan dapat dikerjakan setiap hari adalah berdoa: berdoalah bagi seluruh umat Allah agar merekapun juga hidup bersama dijiwai oleh kesatuan hati dan budi; anta umat Allah kami harapkan juga saling mendoakan dan mengujungi. Tak ketinggalan kami juga mengingatkan para suami-isteri atau bapak-ibu dapat menjadi teladan persatuan hidup bersama sampai mati, saling mengasihi sampai mati sebagaimana telah diikrarkan ketikaƂ  mengawali bersama hidup sebagai suami-isteri.


Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.(2Tim 2:24-26). Kutipan ini sangat bagus untuk menjadi permenungan atau refleksi bagi para hamba Tuhan. Yang disebut seorang hamba pada umumnya sungguh melayani dengan baik mereka yang harus dilayani. Marilah kita ingat dan sadari bahwa para gembala Gereja senantiasa berusaha untuk hidup melayani serta menyatakan diri sebagai hamba yang hina dina, meneladan Yesus yang datang untuk melayani dan bukan dilayani. Para hamba Tuhan dipanggil untuk saling ramah, sabar dan lemah lembut. Sabar adalah sikap dan  perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan dan masalah (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka Jakarta 1997, hal 24). Hidup dan bertindak sabar pada masa kini hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskn dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari kapan pun dan dimana pun. Berbagai masalah dan rangsangan pada masa kini memang marak serta mengundang dan merayu orang untuk marah dan menggerutu serta tergesa-gesa menanggapi tanpa dipikirkan dan direnungkan lebih dahulu.

TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku.TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai (Mzm 30:3-6)



Ign 28 Juni 2012

Selasa, 26 Juni 2012

27Juni


"Setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik"

(2Raj 22:8-13; 23:1-3; Mat 7:15-20)

"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." (Mat 7:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada awal hidupnya, entah itu manusia, binatang atau tanaman pada umumnya baik adanya, itulah jati diri ciptaan Allah yang diciptakan dalam keadaan baik. Namun dalam perjalanan waktu perkembangan dan pertumbuhan apa yang baik tersebut sering atau pada umumnya mengalami erosi, atau bahkan tumbuh berkembang menjadi jelek. Kami berharap kepada kita semua, sebagai orang beriman atau beragama, entah yang masih dalam keadaan baik atau mulai jelek atau rusak, untuk mawas diri. Kepada yang masih baik kami harapkan untuk tetap setia dan tambah memperkembangkan kebaikannya, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah; sedangkan yang mulai jelek atau rusak kami ajak untuk bertobat kembali menjadi baik seperti semula. Untuk bertobat atau memperbaharui diri masih tersedia kesempatan dan kemungkinan cukup banyak, karena Allah sungguh Mahakasih dan Mahapengampun, maka segeralah bertobat agar tidak "ditebang dan dibuang ke dalam api". "Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka", demikian sabda Yesus yang hendaknya juga kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita lihat dan cermati cara hidup dan cara bertindak saudara-saudari kita; jika cara hidup dan cara bertindaknya baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain, maka jelaslah orang yang bersangkutan baik adanya, entah agama atau keyakinannya apapun. Maka jangan terjebak pada omongan yang manis dan mempesona, melainkan perhatikan cara hidup dan cara bertindak orang. Kepada kita semua kami ajak untuk senantiasa berperilaku atau bertindak baik dimana pun dan kapan pun.

·   "Pergilah, mintalah petunjuk TUHAN bagiku, bagi rakyat dan bagi seluruh Yehuda, tentang perkataan kitab yang ditemukan ini, sebab hebat kehangatan murka TUHAN yang bernyala-nyala terhadap kita, oleh karena nenek moyang kita tidak mendengarkan perkataan kitab ini dengan berbuat tepat seperti yang tertulis di dalamnya." (2Raj 22:13). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi bahan permenungan atau refleksi kita bersama. Petunjuk Tuhan dapat kita temukan dimana-mana, antara lain di dalam Kitab Suci kita masing-masing, dalam aneka tata tertib atau aturan hidup dan kerja bersama dst.. Maka perkenankan saya memberi contoh-contoh. Parida pelajar atau mahasiswa jika mendambakan hasil atau buah yang baik dalam belajar kami harapkan setia melaksanakan tugas belajar setiap hari dan tidak hanya belajar menjelang ulangan atau ujian saja. Dengan tekun dan rendah hati dengarkan pengajaran yang disampaikan oleh para guru atau dosen, dengarkan dan cecap dalam-dalam apa yang diajarkan. Para pekerja atau pegawai kami harapkan setia mentaati aturan kepegawaian atau melaksanakan pekerjaan, tidak bermalas-malas di tempat kerja; ingatlah dan sadari serta hayati bahwa imbal jasa atau gaji yang anda terima berasal dari orang banyak, termasuk orang-orang miskin yang mengkomsumi hasil kerja anda. Mereka yang terpanggil, entah menjadi imam, bruder atau suster maupun orangtua, kami harapkan setia pada janji atau kaul yang pernah dikrarkan, dan kami harapkan dapat menghasilkan buah kasih yang melimpah ruah bagi saudara-saudarinya. Jauhkan aneka bentuk kemarahan atau kejengkelan saudara-saudari kita, karena kita hidup seenaknya, tak bertanggungjawab, bermalas-malasan saja. Mereka yang berada di jalanan kami harapkan setia mentaati aneka tata tertib di jalan, jika mendambakan selamat sampai  di tujuan.

"Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati. Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya. Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan jangan kepada laba. Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!."

(Mzm 119:34-37)

Ign 27 Juni 2012


Minggu, 24 Juni 2012

25 Juni

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu
(2Raj 17:5-8.13-15a.18; Mat 7:1-5)

 

"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."(Mat 7:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
Kecenderungan orang yang berada "di atas"(orangtua, guru, pemimpin, pamong/moderator dst..) pada umumnya lebih suka melihat kelemahan dan kekurangan mereka yang ada Ć¢€˜di bawahnyaĆ¢€™(anak, murid/ siswa, anak asuh dst.), dan kurang melihat dan memperhatikan kelebihan-kelebihannya. Orang juga tidak mudah mengakui kelemahan dan kekurangannya sendiri dan lebih suka menutu-nutupinya melalui aneka cara. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk tidak mudah berpikiran negatif terhadap orang lain, melainkan hendaknya lebih bersikap positif. Secara khusus kami ingatkan dan ajak mereka yang berkarya dalam pelayanan pendidikan atau pembinaan, entah formal maupun informal, untuk senantiasa berpikiran positif terhadap peserta didik atau binaannya, dengan kata lain menghayati tugas dan panggilan dengan inspirasi atau semangat karya penciptaan Allah. Untuk itu refleksi hendaknya menjadi acuan kegiatan dalam proses pembelajaran, dimana para peserta didik atau anak asuh setiap hari diajak untuk berrefleksi diri atau mawas diri, melihat kelebihan dan kekurangan, kecakapan dan keterampilan, dan kemudian diajak untuk mengembangkan kelebihan, kecakapan dan keterampilan masing-masing. Dengan kata "cura personalis" (perhatian terhadap pribadi-pribadi) juga harus menjiwai dalam proses pembelajaran. Kepada mereka yang masih suka lebih memperhatikan kelemahan dan kekurangan orang lain kami ajak untuk bertobat, memperbaharui diri dengan lebih memperhatikan kelebihan, kecakapan dan keterampilan orang lain.

"Berbaliklah kamu dari pada jalan-jalanmu yang jahat itu dan tetaplah ikuti segala perintah dan ketetapan-Ku, sesuai dengan segala undang-undang yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu dan yang telah Kusampaikan kepada mereka dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, para nabi." (2Raj 17:13), demikian firman Tuhan kepada bangsa terpilih melalui utusan-utusanNya. Firman atau sabda ini kiranya juga terarah bagi kita semua umat beriman atau beragama. Kita semua dipanggil untuk meninggalkan jalan-jalan yang jahat dan kemudian menempuh atau menelusuri jalan-jalan yang baik, yaitu perintah dan ketetapan Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci kita masing-masing atau dalam aneka
arahan, petunjuk, aturan atau tata tertib yang diundangkan oleh pemimpin agama kita masing-masing. Di dalam setiap ibadat kiranya kita semua mendengarkan kotbah atau ceramah dari pemimpin agama kita atau pengkotbah yang berusaha menterjemahkan isi Kitab Suci ke dalam aneka petunjuk, pedoman atau acuan konkret untuk hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Maka jika kita tidak sempat membaca dan merenungkan sendiri isi Kitab Suci, marilah kita dengarkan dengan rendah hati dan penuh perhatian kotbah atau ceramah keagamaan dalam ibadat-ibadat atau aneka kesempatan. Selain itu marilah kita dengarkan dan resapkan kehendak baik saudara-saudari kita dan kemudian kita sinerjikan menjadi kehendak baik bersama serta kita hayati bersama-sama. Saya percaya kita semua memiliki kehendak baik, dan sering kelihatan berbeda satu sama lain, maka baiklah kita komunikasikan kehendak baik tersebut kepada saudara-saudari kita. Pendek kata marilah kita senantiasa lebih melihat dan mengakui apa yang baik, mulia, luhur dan indah yang ada dalam diri kita masing-masing maupun dalam diri saudara-saudari kita, tanpa pandang bulu atau SARA.

 

Ya Allah, Engkau telah membuang kami, menembus pertahanan kami; Engkau telah murka; pulihkanlah kami! Engkau telah menggoncangkan bumi dan membelahnya; perbaikilah retak-retaknya, sebab bumi telah goyang .Bukankah Engkau, ya Allah, yang telah membuang kami, dan yang tidak maju, ya Allah, bersama-sama bala tentara kami? Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia penyelamatan dari manusia (Mzm 60:3-4.12-13)

Ign 25 Juni 2012