Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 05 Februari 2010

6 Feb - 2Mak 7:1a.20-23.27-29; Luk 12:4-9

"Kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit"

(2Mak 7:1a.20-23.27-29; Luk 12:4-9)

 

"Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah.Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah."(Luk 12:4-9),demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Paulus Miki, imam dan kawan-kawannya, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Martir adalah pembela iman, yang berani mati demi imannya; itulah yang dialami oleh Paulus Miki dan kawan-kawannya di Jepang. Dambaan atau kerinduan seorang martir adalah keselamatan jiwanya. Pada masa kini kiranya jarang terjadi umat beriman mati karena imannya. Sebagaimana umat beriman kita mimiliki tugas menghayati jiwa kemartiran, maka marilah kita mawas diri sejauh mana kita setia pada panggilan untuk menjadi 'martir' masa kini. Kesetiaan pada iman, yang berarti hidup baik dan berbudi pekerti luhur, merupakan panggilan hidup kita masa kini. Marilah dalam cara hidup dan cara bertindak kita berpedoman pada motto ini: "jiwa lebih penting daripada tubuh, tubuh lebih penting daripada makanan dan pakaian, tubuh kita alias manusia lebih penting daripada binatang maupun tumbuh-tumbuhan serta barang atau harta benda". Kami juga berharap kepada kita semua untuk tidak malu dan tidak takut mengakui dan menghayati jati diri yang benar, misalnya sebagai umat beragama berani mengakui agamanya serta menghayati ajaran utama dari agamanya dengan setia. Jiwa kemartiran masa kini juga dapat dihayati dengan setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing: suami-isteri setia saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati, yang terpanggil menjadi imam, bruder atau suster setia menghayati panggilannya sampai mati. Hidup jujur dan tidak korupsi  pada masa kini hemat saya juga merupakan bentuk penghayatan jiwa kemartiran, maka kami berharap para pegawai, pejabat, pemimpin dst.. untuk hidup jujur dan tidak melakukan korupsi dalam bentuk apapun.

·   "Aku tidak tahu bagaimana kamu muncul dalam kandungku. Bukan akulah yang memberi kepadamu nafas dan hidup atau menyusun bagian-bagian pada badanmu masing-masing!  Melainkan Pencipta alam semestalah yang membentuk kelahiran manusia dan merencanakan kejadian segala sesuatunya. Dengan belas kasihan-Nya Tuhan akan memberikan kembali roh dan hidup kepada kamu, justru oleh karena kamu kini memandang dirimu bukan apa-apa demi hukum-hukum-Nya."(2 Mak 2:22-23), demikian kata seorang ibu kepada anak-anaknya yang akan dihukum mati karena setia pada iman kepercayaan mereka. Ungkapan kata-kata yang sungguh mulia dan dijiwai penyerahan diri total pada Penyelenggaraan Ilahi. Apa yang dikatakan oleh seorang ibu di atas kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi para ibu. "Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia", demikian syair sebuah lagu yang menggambarkan kasih ibu kepada anak-anaknya. Cinta kasih itu bebas dan membebaskan yang dicintai, maka kami mengingatkan dan berharap pada para ibu: hendaknya kasih ibu kepada anak-anak sungguh membebaskan anak-anak, jauhkan sikap mental feodal dari anda para ibu. Kami berharap anak-anak sungguh dididik dan didampingi dengan semangat cintakasih dan kebebasan Injili, tidak didikte terus menerus. Hendaknya mendampingi dan mendidik anak dengan motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro, yaitu "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" (keleladanan, pemberdayaan dan motivasi). Keteladanan dan pemberdayaan rasanya pada masa kini kurang memperoleh perhatian yang memadai dalam dunia pendidikan, entah di dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Menjadi teladan yang bebas merdeka sejati, alias lepas bebas dari aneka keterikatan yang tak teratur, pada masa kini juga merupakan bentuk penghayatan kemartiran hidup beriman.

 

"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan.Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta"(Mzm 119:9-14).

           

Jakarta, 6 Februari 2010


Kamis, 04 Februari 2010

5 Feb - Sir 47:2-11; Mrk 6:14-29

"Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!"

(Sir 47:2-11; Mrk 6:14-29)

 

"Raja Herodes juga mendengar tentang Yesus, sebab nama-Nya sudah terkenal dan orang mengatakan: "Yohanes Pembaptis sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam Dia." Yang lain mengatakan: "Dia itu Elia!" Yang lain lagi mengatakan: "Dia itu seorang nabi sama seperti nabi-nabi yang dahulu." Waktu Herodes mendengar hal itu, ia berkata: "Bukan, dia itu Yohanes yang sudah kupenggal kepalanya, dan yang bangkit lagi." Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri. Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!" Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia."(Mrk 6:14-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Agatha, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Seorang gadis Kristen nan cantik bernama Agatha hidup di Sisilia pada abad ketiga. Gubernur mendengar kabar tentang kecantikan Agatha dan menyuruh orang untuk membawa gadis itu ke istananya. Ia menghendaki Agatha melakukan dosa melanggar kesuciannya, tetapi Agatha seorang gadis pemberani dan pantang menyerah. "Yesus Kristus, Tuhanku," ia berdoa, "Engkau melihat hatiku dan Engkau mengetahui kerinduanku. Hanya Engkau saja yang boleh memilikiku, oleh sebab aku sepenuhnya adalah milik-Mu. Selamatkanlah aku dari orang jahat ini. Bantulah aku agar layak untuk menang atas kejahatan."(www.indocell.net/yesaya). Gadis cantik memang sering menjadi godaan bagi mereka yang berkuasa dan memiliki banyak kekayaan, seperti Herodes yang merebut isteri saudaranya atau gubernur yang merayu Agatha. Yohanes Pembaptis yang menegor Herodes dan Herodias akhirnya menjadi korban, martir, demikian juga Agatha yang mempertahankan keperawanan atau kesuciannya. Hidup suci maupun membela kesucian hidup, panggilan dan tugas pengutusan pada masa kini kiranya merupakan salah satu bentuk kemartiran yang layak kita hayati dan sebarluaskan. Pertama-tama kami mengingatkan generasi muda atau muda-mudi, hendaknya tidak tergoda melanggar kesucian hidup dengan melakukan hubungan seks bebas. Kami juga mengingatkan rekan-rekan laki-laki untuk ikut menjaga kesucian atau kemurnian remaja putri, gadis-gadis maupun hidup berkeluarga, jauhkan perbuatan selingkuh.

·   "Ia memberikan kemeriahan kepada segala perayaan, dan hari-hari raya diaturnya secara sempurna. Maka orang memuji-muji Nama Tuhan yang kudus, dan mulai pagi-pagi benar suara orang bertalun-talun di tempat kudus-Nya.Tuhan mengampuni segala dosanya serta meninggikan tanduknya untuk selama-lamanya. Iapun memberinya perjanjian kerajaan, dan menganugerahkan kepadanya takhta yang mulia" (Sir 47:10-11), demikian pujian yang dikenakan pada raja Daud. Kutipan di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi siapapun yang merasa berkuasa, menjadi pemimpin atau atasan di tingkat manapun dan bidang apapun. Pertanyaannya adalah apakah mereka yang dipimpin, menjadi bawahan atau anggotanya 'memuji-muji Nama Tuhan yang kudus', artinya tidak melakukan kejahatan, tidak korupsi dst.. melainkan hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Memang untuk itu sebagai pemimpin atau atasan hendaknya dapat menjadi teladan, dan jangan berbuat jahat seperti Herodes yang merebut isteri orang lain atau gubernur yang merayu Agatha, melainkan setia pada panggilan dan tugas pengutusan alias memiliki nama baik yang tak dapat diragukan. Pemimpin atau atasan hendaknya unggul dalam hal keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan, sehingga menghayati kepemimpinan atau fungsi dan jabatan dengan semangat melayani, bukan menguasai. Gaya hidup sederhana rasanya merupakan pasangan dari unggul dalam keutamaan atau nilai, maka kami harapkan para pemimpin atau atasan dapat menjadi teladan dalam hal kesederhanaan dalam hidup, jauhkan aneka bentuk kemewahan, pesta pora maupun keserakahan.

 

"Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji TUHAN adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya… TUHAN hidup! Terpujilah gunung batuku, dan mulialah Allah Penyelamatku"

(Mzm 18:31.47)

Jakarta, 5 Februari 2010       


Rabu, 03 Februari 2010

4 Feb - 1Raj 2:1-4.10-12; Mrk 6:7-13

"Pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat"

(1Raj 2:1-4.10-12; Mrk 6:7-13)

 

"Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka." Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka" (Mrk 6:7-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Cirikhas rasuli, sebagai yang diutus, menandai semua umat beragama, yaitu diutus untuk mewartakan iman kepercayaannya dengan harapan banyak orang bertobat, memperbaharui diri terus menerus untuk semakin berbakti kepada Tuhan. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan para rasul yang dipanggil berdua-dua oleh Yesus dan diberi kuasa atas roh-roh jahat alias dipanggil untuk mengusir roh-roh jahat. Mereka tidak diperbolehkan membawa perbekalan sebagaimana layaknya orang bepergian, melainkan hanya alas kaki saja. Hal ini kiranya dimaksudkan bahwa dalam melaksanakan tugas untuk mengusir roh jahat hendaknya dengan senjata cara hidup atau cara bertindaknya, dengan kata lain dengan kesaksian iman. Kesaksian iman memang merupakan bentuk atau cara utama dan pertama yang tak tergantikan oleh cara apapun. Sebagai orang beriman, entah agamanya apapun, kita semua dipanggil untuk bersaksi tentang iman kita, yang menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak. Maka marilah kita mawas diri: apakah cara hidup dan cara bertindak kita memikat, mempesona dan menarik orang lain untuk bertobat, meninggalkan aneka kejahatan yang telah dilakukannya. Apakah kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun membuat lingkungan hidup semakin nyaman dan enak untuk didiami, dan mereka yang berada dalam lingkungan hidup tersebut sungguh hidup dijiwai oleh imannya? Kalau Yesus mengutus berdua-dua, kiranya dimaksudkan ada kerjasama dalam melaksanakan tugas pengutusan, saling membantu dan mengingatkan di dalam perjalanan melaksanakan tugas pengutusan atau menghayati panggilan.

·   "Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya" (1Raj 2:3), demikian pesan Daud kepada Salomo, anaknya, ketika saat kematian Daud semakin mendekat.  Pesan terakhir orangtua kepada anaknya, itulah yang terjadi. Apa yang dilakukan oleh Daud tersebut kiranya juga sering dilakukan oleh orangtua kita masing-masing, entah pada saat-saat terakhir akan dipanggil Tuhan atau dalam kesempatan lain. Pada umumnya anak-anak akan merasa terikat dan harus melaksanakan pesan-pesan terakhir orangtua, dan rasanya isi pokok pesan orangtua tidak jauh dari atau sama dengan pesan Daud kepada Salomo di atas.  Maka baiklah pesan Daud di atas kita jadikan pegangan atau tuntunan hidup dan kerja kita sehari-hari.  Marilah kita "hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuanNya", yang antara lain dapat kita jumpai dalam aneka aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Kami harapkan masing-masing dari kita membaca dan meresapi kembali aturan atau tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing: pelajar/mahasiswa, pekerja/pegawai, umat beragama, suami-isteri, imam, bruder, suster, dst… Sebagai tanda atau gejala bahwa kita semua taat dan setia pada kehendak Tuhan sebagaimana tertulis dalam aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita, antara lain tertib di jalanan, mentaati aturan-aturan berlalu lintas. Tertib dan teratur berlalu-lintas hemat saya merupakan cermin kwalitas hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 

"Terpujilah Engkau, ya TUHAN, Allahnya bapa kami Israel, dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Ya TUHAN, punya-Mulah kebesaran dan kejayaan, kehormatan, kemasyhuran dan keagungan, ya, segala-galanya yang ada di langit dan di bumi! Ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan dan Engkau yang tertinggi itu melebihi segala-galanya sebagai kepala. Sebab kekayaan dan kemuliaan berasal dari pada-Mu dan Engkaulah yang berkuasa atas segala-galanya; dalam tangan-Mulah kekuatan dan kejayaan; dalam tangan-Mulah kuasa membesarkan dan mengokohkan segala-galanya" (1Taw 29:10-12)

 

Jakarta, 4 Februari 2010


Selasa, 02 Februari 2010

3 Feb - 2Sam 24:2.9-17; Mrk 6:1-6

"Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka".

(2Sam 24:2.9-17; Mrk 6:1-6)

 

"Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar." (Mrk 6:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Blasius, uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Rasanya sudah menjadi kebiasaan cara berpikir dan bersikap banyak orang, yaitu lebih menghargai karya-karya orang lain/asing daripada saudara-saudarinya atau bangsa sendiri. Dengan kata lain cukup sulit bagi kebanyakan orang untuk percaya kepada saudara-saudarinya yang dekat, yang setiap hari bertemu dan bergaul atau bekerja bersama. Jika orang sulit atau tidak dapat percaya kepada mereka yang dekat dan setiap hari hidup atau bekerja bersama, maka boleh dipertanyakan bahwa orang tersebut juga akan sulit atau tidak percaya kepada Allah alias kurang/tidak beriman. Begitulah yang terjadi dengan orang-orang yang kenal Yesus secara manusiawi dan sosial, tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias, yang dalam tugas pengutusanNya antara lain membuat mujizat-mujizat yang membuat banyak orang takjub dan percaya kepadaNya. Maka yeus merasa heran bahwa mereka tidak percaya kepadaNya. Kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita saling percaya satu sama lain dalam keluarga atau tempat kerja, dimana setiap hari kita berada di dalamnya. Marilah kita saling mempercayai bahwa Allah hidup dan berkarya dalam diri kita masing-masing, sehingga melalui diri kita yang lemah dan rapuh ini setiap saat, jam, hari dapat terjadi sesuatu yang menakjubkan, tak terduga, mujizat. Kita imani bahwa apa yang baik, indah, luhur dan mulia dalam diri kita masing-masing adalah karya atau rahmat Allah; jika kita dapat mengimani demikian itu, maka kami percaya kita akan saling percaya dan tidak saling mengewakan. Pada hari ini kita kenangkan St.Blasius, yang dikenal dengan rahmat Allah yang diterimanya mampu menyembuhkan penyakit tenggorokan dan penyakit lain. Pada hari ini kiranya baik kepada umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi dapat menerima "Berkat Santo Blasius". Mari kita imani rahmat Allah yang diterima oleh hambaNya, St.Blasius. 

·   "Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat kesalahan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya tangan-Mu menimpa aku dan kaum keluargaku." (2Sam 24:17), demikian doa Daud kepada Tuhan, ketika melihat rakyatnya kena musibah.  Memang ketika petinggi atau pemimpin berbuat jahat atau berdosa, pada umumnya yang akan mengalami penderitaan lebih dahulu adalah rakyat atau anak buahnya.  Pada masa kini rasanya cukup banyak rakyat yang masih menderita, karena kurangnya perhatian terhadap masalah kesehatan dan pendidikan. Dari rakyat sendiri tak akan mampu mengatasi penderitaan tersebut, maka kami berharap pada para pemimpin atau petinggi, pejabat untuk berani meneladan Daud, yang menyadari kesalahan dan dosa-dosanya ketika melihat rakyat menderita. Tanda kesuksesan atau keberhasilan tugas dan pelayanan pemimpin atau petinggi adalah rakyat yang dilayani hidup sejahtera dan damai lahir batin, jasmani dan rohani. Ketika masih ada rakyat yang sengsara dan menderita, berarti pemimpin atau petinggi beserta para pembantunya kurang memperhatikan rakyat, melainkan lebih mengutamakan dan memperhatikan diri sendiri, keluarganya atau kelompoknya. Semoga para pemimpin, petinggi atau pejabat dapat berdoa seperti Daud: "Biarlah kiranya tanganMu menimpa aku dan kaum keluargaku", dan dengan demikian membiarkan Tuhan mendidik, mengajar, menunjukkan kesalahan, menuntun menuju ke kebenaran bagi anda dan keluarga anda. Semoga para pemimpin, petinggi atau pejabat dapat menjadi teladan dalam hal percaya kepada Tuhan alias hidup beriman.

 

"Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya. Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak" (Mzm 32:5-7).

 

Jakarta, 3 Februari 2010


Senin, 01 Februari 2010

2 Feb - Ibr 2:14-18; Luk 2:22-32

"Mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkanNya kepada Tuhan"

(Ibr 2:14-18; Luk 2:22-32)

 

"Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (Luk 2:22-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta "Yesus Dipersembahkan di Kenisah" hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketaatan merupakan salah satu keutamaan yang penting dan mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam hidup dan kerja kita pada masa kini, mengingat dan memperhatikan keutamaan ini nampaknya kurang memperoleh perhatian. Keluarga Kudus dari Nasaret memberi teladan dalam hal ketaatan: mereka menghayati aturan atau hukum yang berlaku dalam kehidupan bersama, beriman, antara lain "mempersembahkan Yesus kepada Tuhan". Penghayatan ketaatan tersebut menyentuh hati "seorang bernama Simeon..yang benar dan saleh", sehingga ia memuji Allah dengan berkata :"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa". Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri dalam hal 'keutamaan ketaatan'. Kita dapat mawas diri perihal ketaatan dengan bercermin pada anggota-anggota tubuh kita, yang saling taat satu sama lain dan masing-masing anggota setia pada tempatnya serta fungsional pada waktunya. Sebagai contoh dalam tugas makan: mata melihat makanan, hidung mencium sedapnya makanan, tangan mengambil makanan dan memasukkannya ke mulut, mulut mengunyah dan kemudian diteruskan ke perut/usus melalui leher, leher dengan setia dan taat siap sedia dilewati, dsl. Satu tugas (makan) dikerjakan bersama-sama sesuai dengan fungsi masing-masing, masing-masing anggota saling taat dan setia pada anggota lainnya.

·   "Dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai" (Ibr  2:17-18). Sang Imam Besar, Yesus Kristus, dalam rangka melaksanakan tugas pelayananNya telah 'menyamakan DiriNya dengan saudara-saudariNya', maka baiklah kita yang beriman kepadaNya dengan rendah hati berusaha meneladanNya. Usaha untuk menjadi sama dengan saudara-saudarinya ini hemat saya perlu dimulai oleh mereka yang berfungsi sebagai pemimpin atau atasan di tingkat apapun, misalnya: di kantor sama-sama menjadi pegawai, di masyarakat sama-sama menjadi warga, di dalam hidup beragama sama-sama umat, dengan siapapun sama-sama ciptaan Allah, dst.. Dengan kata lain marilah kita hayati apa yang sama di antara kita secara mendalam, maka apa yang berbeda akan fungsional memperteguh kebersamaan. Secara khusus dalam kehidupan beragama di dalam Gereja Katolik, kami berharap kepada  para pastor untuk menjadi teladan kerendahan hati, menjadi sama dengan umat Allah. Kepada kita semua kami harapkan dalam memulai tugas atau karya pelayanan hendaknya dengan bermotto "bottom -> up" bukan "top -> down", mulai dari bawah, bersama-sama dengan mereka yang berada di paling bawah, dan kemudian bersama mereka melangkah maju bersama-sama. Kami ingatkan juga bahwa aneka aturan dan tatanan hidup berlaku untuk semua orang yang terkait di dalamnya, tidak kenal atasan atau bawahan: semuanya hendaknya mentaati dan melaksanakan aturan dan tatanan hidup yang sama.

 

"Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!" (Mzm 24:1-10)

 

Jakarta, 2 Februari 2010


Minggu, 31 Januari 2010

1 Feb - 2Sam 15:13-14,30; 16:5-13a; Mrk 5:1-20

"Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!"

(2Sam 15:13-14,30; 16:5-13a; Mrk 5:1-20)

 

"Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan roh jahat dari pekuburan menemui Dia. Orang itu diam di sana dan tidak ada seorang pun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya, sehingga tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" Karena sebelumnya Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!" (Mrk 5:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Roh jahat atau setan menguasai banyak orang di dunia ini, sehingga cukup banyak orang bertindak jahat, seperti korupsi yang sungguh membuat penderitaan banyak orang. Korupsi memang sulit diberantas, apalagi ketika embrio korupsi dibiarkan terus tumbuh. Yang saya maksudkan dengan embriyo korupsi antara lain kebiasaan 'menyontek' di sekolah-sekolah. Memang hanya dengan bersatu dan bersama Tuhan kita mampu mengalahkan roh jahat atau setan, termasuk secara khusus memberantas korupsi yang masih marak di sana-sini, juga mengadakan gerakan preventif dengan memberlakukan 'dilarang menyontek' di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan berani bertindak tegas, meneladan Yesus, dalam mengusir setan atau memberantas korupsi :"Hai engkau koruptor, enyahlah dari sini". Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: ketika di tempat kerja atau tugas kita ada tatanan atau aturan yang merangsang untuk bertindak jahat atau korupsi, hendaknya segera diluruskan atau dibereskan. Ketika ada rekan kerja atau rekan belajar melakukan korupsi atau menyontek sekecil apapun hendaknya kita tegor dan peringatkan untuk tidak melakukan lagi. Keberanian untuk menegor, memberantas dan mengingatkan, memang mengandaikan kita sendiri berbudi pekerti luhur, antara lain hidup dengan jujur dimanapun dan kapanpun. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17).

·    "Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini." (2Sam 16:11-12), demikian kata Daud kepada Abisai. Dengan jujur Daud menyadari dan menghayati dirinya sebagai yang telah berdosa serta berharap pada kemurahan hati Tuhan. Kejujuran Daud ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi para petinggi, pejabat atau pemimpin yang telah berdosa, antara lain melakukan korupsi. Masyarakat umum atau rakyat tahu berapa upah atau gaji resmi dari para petinggi, pejabat atau pemimpin; mereka juga tahu bahwa sebagian besar kekayaan atau harta yang dimiliki  beberapa pejabat, petinggi atau pemimpin diperoleh diluar gaji/upah resmi alias melalui korupsi terstruktur. Belum lama ini diramaikan pembicaraan harga mobil para menteri yang sangat mahal, lebih mahal daripada harga mobil yang dipakai oleh para menteri di negara-negara yang cukup kaya. Rasanya kebijakan pembelian mobil tersebut pasti ada ketidak-jujuran. Maka dengan ini kami mengharapkan kepada para petinggi, pejabat atau memimpin, yang telah menerima imbal jasa yang tidak halal atau tidak benar, dengan rendah hati dan jujur mengakui kesalahan yang telah dibuatnya. Kami berharap para petinggi, pejabat atau pemimpin dapat menjadi teladan hidup sederhana, sehingga tidak tergoda untuk melakukan korupsi atau memperkaya diri dengan mengkomersialisasikan jabatan atau fungsinya.

 

"Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku; banyak orang yang berkata tentang aku: "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku. Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus" (Mzm 3:2-5)

        

Jakarta, 1 Februari 2010