"Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka".
(2Sam 24:2.9-17; Mrk 6:1-6)
"Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar." (Mrk 6:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Blasius, uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Rasanya sudah menjadi kebiasaan cara berpikir dan bersikap banyak orang, yaitu lebih menghargai karya-karya orang lain/asing daripada saudara-saudarinya atau bangsa sendiri. Dengan kata lain cukup sulit bagi kebanyakan orang untuk percaya kepada saudara-saudarinya yang dekat, yang setiap hari bertemu dan bergaul atau bekerja bersama. Jika orang sulit atau tidak dapat percaya kepada mereka yang dekat dan setiap hari hidup atau bekerja bersama, maka boleh dipertanyakan bahwa orang tersebut juga akan sulit atau tidak percaya kepada Allah alias kurang/tidak beriman. Begitulah yang terjadi dengan orang-orang yang kenal Yesus secara manusiawi dan sosial, tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias, yang dalam tugas pengutusanNya antara lain membuat mujizat-mujizat yang membuat banyak orang takjub dan percaya kepadaNya. Maka yeus merasa heran bahwa mereka tidak percaya kepadaNya. Kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita saling percaya satu sama lain dalam keluarga atau tempat kerja, dimana setiap hari kita berada di dalamnya. Marilah kita saling mempercayai bahwa Allah hidup dan berkarya dalam diri kita masing-masing, sehingga melalui diri kita yang lemah dan rapuh ini setiap saat, jam, hari dapat terjadi sesuatu yang menakjubkan, tak terduga, mujizat. Kita imani bahwa apa yang baik, indah, luhur dan mulia dalam diri kita masing-masing adalah karya atau rahmat Allah; jika kita dapat mengimani demikian itu, maka kami percaya kita akan saling percaya dan tidak saling mengewakan. Pada hari ini kita kenangkan St.Blasius, yang dikenal dengan rahmat Allah yang diterimanya mampu menyembuhkan penyakit tenggorokan dan penyakit lain. Pada hari ini kiranya baik kepada umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi dapat menerima "Berkat Santo Blasius". Mari kita imani rahmat Allah yang diterima oleh hambaNya, St.Blasius.
· "Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat kesalahan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Biarlah kiranya tangan-Mu menimpa aku dan kaum keluargaku." (2Sam 24:17), demikian doa Daud kepada Tuhan, ketika melihat rakyatnya kena musibah. Memang ketika petinggi atau pemimpin berbuat jahat atau berdosa, pada umumnya yang akan mengalami penderitaan lebih dahulu adalah rakyat atau anak buahnya. Pada masa kini rasanya cukup banyak rakyat yang masih menderita, karena kurangnya perhatian terhadap masalah kesehatan dan pendidikan. Dari rakyat sendiri tak akan mampu mengatasi penderitaan tersebut, maka kami berharap pada para pemimpin atau petinggi, pejabat untuk berani meneladan Daud, yang menyadari kesalahan dan dosa-dosanya ketika melihat rakyat menderita. Tanda kesuksesan atau keberhasilan tugas dan pelayanan pemimpin atau petinggi adalah rakyat yang dilayani hidup sejahtera dan damai lahir batin, jasmani dan rohani. Ketika masih ada rakyat yang sengsara dan menderita, berarti pemimpin atau petinggi beserta para pembantunya kurang memperhatikan rakyat, melainkan lebih mengutamakan dan memperhatikan diri sendiri, keluarganya atau kelompoknya. Semoga para pemimpin, petinggi atau pejabat dapat berdoa seperti Daud: "Biarlah kiranya tanganMu menimpa aku dan kaum keluargaku", dan dengan demikian membiarkan Tuhan mendidik, mengajar, menunjukkan kesalahan, menuntun menuju ke kebenaran bagi anda dan keluarga anda. Semoga para pemimpin, petinggi atau pejabat dapat menjadi teladan dalam hal percaya kepada Tuhan alias hidup beriman.
"Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya. Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak" (Mzm 32:5-7).
Jakarta, 3 Februari 2010
0 komentar:
Posting Komentar