Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 30 April 2010

2 Mei - Kis 14:21b-27; Why 21:1-5a; Yoh 13:31-33a.34-35

Mg Paskah V :

Kis 14:21b-27; Why 21:1-5a; Yoh 13:31-33a.34-35



"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."



Bapak Yustinus Kardinal Darmojuwono Pr, alm. sebagai klerus atau imam, telah membuat wasiat di hadapan Notaris perihal pembagian kekayaan yang dimiliki jika sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Surat wasiat tersebut disimpan di Keuskupan, yang secara kebetulan saya sebagai Ekonom Keuskupan harus merawatnya. Dari akte notaris yang saya baca antara lain tertulis bahwa jika Bapak Kardinal dipanggil Tuhan maka mohon agar 75% kekayaan dipersembahkan ke Keuskupan, sedangkan 25% dibagikan kepada keluarganya alias adik-adiknya. Namun pada jam-jam terakhir hidupnya, ketika Yang Mulia terbaring di rumah sakit, Bapak Uskup Julius Darmaatmaja SJ dalam kunjunganya di rumah sakit kepada Bapak Kadinal dan dihadapan saudara-saudarinya yang berkumpul pada waktu itu bertanya "Apa yang dikehendaki Bapak Kardinal dengan kekayaan atau uang yang akan ditinggalkan?".  Bapak Kardinal memberi jawaban yang isinya sangat berbeda dengan apa yang pernah dinyatakan dihadapan Notaris dan tertulis di akte notaris, dan apa yang dikatakan pada saat-saat terakhir hidupnya inilah yang akhirnya menjadi kebijakan atau keputusan untuk dilaksanakan. Kata-kata atau nasihat orangtua atau tokoh pada saat-saat terakhir hidupnya pada umumnya sungguh bermakna serta menjadi pegangan atau pedoman cara hidup dan bertindak bagi mereka yang ditinggalkan. Yesus yang telah bangkit dari mati sering menampakkan diri kepada para murid dan sebelum naik ke sorga Ia juga memberi nasihat-nasihat kepada para rasul, antara lain :"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi"., maka marilah kita renungkan dan hayati perintah atau nasihat Yesus ini.


"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi" (Yoh 13:34).



Tolok ukur atau barometer saling mengasihi adalah sebagaimana Yesus telah mengasihi kita. Yesus mengasihi kita dengan mempersembahkan diri seutuhnya kepada kita, antara lain sampai wafat di kayu salib. Ia menghayati apa yang pernah disabdakanNya yaitu "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Luk 10:27), maka marilah kita salng mengasihi satu sama lain `dengan segenap hari, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh'.


Saling mengasihi sebagaimana disabdakan oleh Yesus diatas kiranya pernah dihayati oleh para suami-isteri atau orangtua, yang antara lain memuncak dalam hubungan seks, maka kami berharap para orangtua atau bapak-ibu dapat menjadi teladan hidup saling mengasihi bagi anak-anaknya. Kami mengingatkan juga hendaknya hubungan seks antar suami isteri sungguh merupakan perwujudan kasih, bukan sekedar mengikuti hawa nafsu saja, yang pada umumnya muncul dari pihak suami, sehingga isteri merasa diperkosa alias dipaksa. Hidup saling mengasihi buahnya adalah kebahagiaan dan kebebasan sejati serta memperteguh kebebasan dan kebahagiaan.


Yesus juga mengajarkan bentuk kasih yang lain serta telah menghayatinya yaitu "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."(Mat 5:44), maka marilah kita hayati ajaran kasih ini. Kami percaya bahwa kita semua memiliki `musuh' yaitu apa-apa atau siapa saja yang kurang berkenan di hati atau selera pribadi saya atau yang tidak kita sukai atau senangi alias kurasakan sebagai yang mengganggu atau menghambat. "Musuh" itu antara lain berupa makanan, minuman, cuaca, lingkungan hidup, barang, orang, pekerjaan atau jabatan dst… Sekali lagi kami ingatkan disini perihal makanan. Dalam hal makan hendaknya berpedoman sehat dan tidak sehat, bukan nikmat dan tidak nikmat atau suka dan tidak suka.  Hendaknya jenis makanan apapun asal sehat santap dan nikmati saja, nikmat dan tidak nikmat, enak dan tidak enak dalam hal makanan itu hanya sesaat saja, yaitu di lidah. Jika kita dalam hal makanan yang sehat tidak ada masalah, maka kami percaya kita juga akan dengan mudah mengasihi atau menikmati cuaca, lingkungan hidup, pekerjaan, jabatan atau barang dan orang yang mungkin tidak sesuai dengan selera pribadi.


"Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara" (Kis 14:22)


Paulus dan Barnabas `menguatkan hati murid-murid, menasihati mereka supaya bertekun dalam iman, dan mengingatkan bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah harus mengalami banyak sengsara'.  Marilah kita renungkan dan hayati bersama apa yang dinasihatkan dan dikatakan oleh para rasul ini:

•    "Bertekun dalam iman". Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada `yang tak kelihatan' alias masih menjadi harapan, cita-cita atau dambaan. Secara konkret `bertekun dalam iman' antara lain dapat kita hayati dalam tekun bekerja, bertugas maupun berdoa serta panggilan.  Apa yang menjadi panggilan dan tugas pengutusan atau pekerjaan kita masing-masing? "Tekun adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahun dan terus-menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu"  (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 27). Kepada mereka yang sedang bertugas belajar, para peserta didik, pelajar maupun mahasiswa kami harapkan sungguh tekun dalam belajar; demikian juga para pekerja dimanapun kami harapkan tekun dalam bekerja. Untuk memperteguh dan memperkuat ketekunan belajar maupun berdoa, hendaknya juga tidak dilupakan tekun berdoa setiap hari atau kesempatan penting.

•    "Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah harus mengalami banyak sengsara". Masuk ke dalam Kerajaan Allah berarti dikuasai atau dirajai oleh Allah, dan dengan demikian senantiasa setia melaksanakan kehendak dan perintah Allah dalam situasi dan kondisi apapun, dimanapun dan kapanpun. Kehendak dan perintah Allah yang utama dan pertama-tama adalah hidup saling mengasihi. Rasanya jika kita sungguh hidup saling mengasihi pasti harus menghadapi penderitaan atau kesengsaraan. Saling mengasihi berarti saling memberi dan menerima: nasihat, sapaan, sentuhan, kritikan, saran, pujian, dst.. Hemat saya yang sulit bagi kebanyakan orang adalah dikasihi, yang berarti diberti dan menerima. Kalau menerima ciuman, pujian, sentuhan kasih, hadiah dst. mungkin dengan senang hati kita menerimanya, tetapi bagaimana dengan saran, kritik, ejekan, cemoohan, peringatan dst…; hendaknya semuanya ini diterima dan dihayati sebagai kasih juga. Ingat jika orang tidak mengasihi kita pasti tidak akan mengritik, memberi saran, mengejek, mencemooh atau mengingatkan kita dengan keras, melainkan  akan mendiamkan kita. Memang menerima dan dikasihi harus berani sengsara dan menderita, derita dan sengsara yang lahir dari kesetiaan adalah jalan keselamatan atau kebahagiaan sejati. Sikapi dan hayati aneka macam sapaan, sentuhan atau perlakuan orang lain terhadap diri kita sebagai kasih, dan tanggapi dengan singkat `terima kasih'.


"TUHAN itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu."
(Mzm 145:8-12)


Jakarta, 2 Mei 2010

1Mei - Kis 13:44-52; Yoh 14:7-14

"Barangsiapa telah melihat Aku ia telah melihat Bapa"

(Kis 13:44-52; Yoh 14:7-14)

 

"Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami. Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya. Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." (Yoh 14:7-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Jenis pohon dapat dikenali melalui buahnya", demikian kata sebuah pepatah, yang berarti siapa orangtuanya dapat dikenali melalui anak-anaknya. Pepatah ini kiranya dekat dengan  apa yang disabdakan Yesus "Sesungguhnya barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu". Anak-anak pada umumnnya percaya kepada orangtuanya atau bapak-ibunya, maka anak-anak juga akan meniru apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orangtuanya. Jika orangtua sungguh mendidik atau membina anak-anaknya dengan baik, maka apa yang dilakukan dan dikatakan oleh anak-anak kemudian hari ketika mereka dewasa akan lebih besar daripada apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orangtuanya. Maka dengan ini kami mengingatkan para orangtua untuk sungguh membina dan mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar, agar mereka tumbuh berkembang lebih daripada orangtuanya, dengan kata lain kami berharap para orangtua sungguh memperhatikan anggaran beaya maupun tenaga bagi pendidikan anak-anak, dan tentu saja akan lebih baik jika mengutamakan anggaran beaya bagi pendidikan anak-anak. Sebaliknya kepada anak-anak atau rekan-rekan remaja yang pada saat ini sedang belajar kami harapkan sungguh belajar dengan giat, baik dan tekun, dan hendaknya bercita-cita melebihi orangtua. Maka hendaknya jangan disia-siakan jerih payah dan perhatian orangtua dalam rangka mengusahakan kesempatan dan kemungkinan bagi anda untuk belajar.

·   "Inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi." (Kis 13:7), demikian kata Paulus dan Barnabas kepada orang-orang Yahudi atau para pendengar mereka. Sebagai orang beriman kita semua juga dipanggil untuk 'menjadi terang bagi seluruh bangsa' dan 'membawa keselamatan dimanapun kita berada atau kemanapun kita pergi.  Menjadi 'terang' berarti cara hidup dan cara bertindak kita atau sepak terjang kita senantiasa memberi pencerahan bagi mereka yang berada di kegelapan, memberi kemudahan bagi mereka yang berada di dalam kesulitan, memberi jalan kepada mereka yang kebingungan dan tersesat, dst… Kehadiran dan sepak terjang kita senantiasa semakin memperjelas jati diri kita sendiri maupun mereka yang kena dampak kehadiran dan sepak terjang kita. Membawa keselamatan berarti dimana ada bagian dunia yang tidak selamat segera kita selamatkan, yang sakit kita sembuhkan, yang sedih kita beri penghiburan, yang tak teratur dan amburadul kita atur, yang bodoh kita ajari dan didik, yang lemah kita kuatkan, dst..  Maka baiklah kita pro-aktif untuk mencari dan menyelamatkan bagian-bagian dunia yang tidak selamat di lingkungan hidup kita masing-masing. Kami mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk sungguh memperhatikan seluruh keluarga  serta lingkungannya dalam hal saling 'menjadi terang dan membawa keselamatan', dengan kata lain hendaknya seluruh anggota keluarga saling menerangi dan menyelamatkan. Maka kami berharap tidak ada hal sekecil apapun yang disembunyikan entah oleh suami, isteri atau anak-anak;  ketika di dalam keluarga kebiasaan saling menyembunyikan sesuatu dibiarkan, maka hidup berkeluarga akan amburadul, kacau balau, yang tentu berdampak pada lingkungan hidupnya.

 

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" (Mzm 98:1-4)

Jakarta, 1 Mei 2010     

  


Kamis, 29 April 2010

30 Apr - Kis 13:26-33; Yoh 14:1-6

"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup".

(Kis 13:26-33; Yoh 14:1-6)

 

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh 14:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup kita ini bagaikan air yang mengalir terus menerus tanpa henti, dan akan berhenti ketika kita dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Dengan kata lain kita terus 'berjalan' menuju ke kematian, dan kiranya kita semua mendambakan ketika dipanggil Tuhan nanti selanjutnya hidup mulia di sorga untuk selamanya. Agar dambaan kita kelak menjadi kenyataan, kita diharapkan menelusuri jalan yang benar dan sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita diharapkan menelusuri jalan yang telah ditempuh oleh Yesus alias menjadikan Yesus jalan hidup kita. Secara konkret hal ini berarti kita diharapkan senantiasa menghayati ajaran dan sabda Yesus serta meneladan cara hidup dan cara bertindakNya, sehingga kita layak disebut sebagai 'alter Christi' atau 'foto copy Yesus Kristus'.  Maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan dalam rangka menghayati janji baptis, sehingga kita juga layak disebut sebagai 'orang-orang Kristen'. Salah satu tanda bahwa kita adalah orang Kristen sejati antara lain kita senantiasa hidup saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, meneladan Yesus yang mempersembahkan diri seutuhnya bagi keselamatan dunia dengan wafat di kayu salib. Maka awalilah setiap kegiatan anda dengan membuat tanda salib, yang berarti siap sedia untuk mempersembahkan diri bagi keselamatan saudara-saudari kita melalui aneka kegiatan yang kita lakukan. Kita juga dipanggil untuk saling mengampuni, sebagaimana sering kita doakan dalam doa Bapa Kami "ampunilah kesalahan kami, seperti kamipun senantiasa mengampuni yang bersalah kepada kami'.

·   "Dan kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita,  telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini." (Kis 13:32-33). Kebangkitan Yesus dari mati sungguh merupakan kesukaan besar bagi mereka yang percaya kepadaNya. Kita semua percaya kepadaNya, maka selayaknya kita senantiasa bersuka cita serta memberitakan sukacita tersebut kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Sebagai orang yang bersukacita berarti kita senantiasa senyum, gembira dan ceria karena Tuhan senantiasa menyertai atau bersama dengan kita; di dalam kehidupan sehari-hari senantiasa bersyukur, bersyukur ketika merasa sukses maupun gagal. Maka dengan ini kami berharap entah kepada mereka yang sedang bertugas belajar atau bekerja, hendaknya dalam belajar atau bekerja senantiasa bergairah, gembira dan ceria. Hidup dan bertindak dengan bergairah, gembira dan ceria berarti kinerja syaraf-syaraf maupun metabolisme darah ktia dalam keadaan prima, sehingga tahan dan tabah terhadap aneka macam jenis serangan penyakit, otak encer, hati terbuka, dst… Orang yang demikian ini berarti tidak pernah jatuh sakit, melainkan senantiasa sehat wal'afiat, segar bugar. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk menjaga diri agar tetap sehat, segar bugar, antara dengan mengkonsumsi makanan sesuai dengan motto 'empat sehat lima sempurna', cukup berolahraga dan istirahat, teratur dalam hidup maupun kerja.  Ketika kita harus menghadapi aneka macam tantangan, hambatan maupun masalah, pada saat itu juga kita semakin bergairah dan bergembira, karena hal itu merupakan jalan menuju ke kebahagiaan sejati atau keselamatan kekal, abadi.  Marilah kita beritakan kesukaan atau kegembiraan dimanapun kita berada maupun kemana kita pergi.        

·

"Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!" Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Engkau akan meremukkan mereka dengan gada besi, memecahkan mereka seperti tembikar tukang periuk." (Mzm 2:6-9)

 

Jakarta, 30 April 2010


Rabu, 28 April 2010

29 Apr - Kis 13:13-25; Yoh 13:16-20

"Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya"

(Kis 13:13-25; Yoh 13:16-20)

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya. Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku. Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku."(Yoh 13:16-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Katarina dari Siena, perawan dan pujangga Gereja, hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Seorang hamba senantiasa dengan rendah hati berusaha untuk membahagiakan tuannya dalam situasi atau kondisi apapun, serta siap sedia setiap saat untuk melaksanakan perintah tuannya. Sebagai orang beriman kita sering juga disebut sebagai hamba-hamba Tuhan, dengan kata lain dipanggil untuk senantiasa membahagiakan Tuhan serta melaksanakan perintah atau sabdaNya; kita dipanggil untuk senantiasa mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Santa Katarina yang kita rayakan hari ini adalah 'perawan dan pujangga Gereja', yang berarti senantiasa hidup suci dan dengan kesucian-nya ia mewartakan Kabar Baik kepada orang lain dimanapun dan kapanpun. Perawan seperti St.Katarina ini sering juga disebut sebagai 'mempelai Yesus Kristus' alias menjadi sahabat Yesus yang mesra, dan karena  Yesus adalah Tuhan maka mau tak mau sebagai mempelaiNya pasti akan dikuasai atau dirajaiNya serta harus menghayati perintah dan ajaranNya. Atribut 'hamba' maupun 'mempelai' hemat saya mengandung makna sebagai yang diutus atau diperintah. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak kita yang tidak menikah alias hidup wadat dengan menjadi imam, bruder atau suster untuk dapat menjadi teladan dalam penghayatan sebagai 'hamba' atau 'mempelai', hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, meneladan cara hidup dan cara bertindak Tuhan kita Yesus Kristus. Kepada semua umat Kristen atau Katolik kami ajak untuk dengan rendah hati mengusahakan agar hidup dan bertindak sesuai dengan janji baptis, yaitu hanya mengabdi Tuhan Allah saja dan menolak semua godaan setan di dalam hidup sehari-hari.

·   "Saudara-saudara, jikalau saudara-saudara ada pesan untuk membangun dan menghibur umat ini, silakanlah!" (Kis 13:15), demikian kata para pengurus rumah ibadat di Yerusalem kepada Paulus dan kawan-kawannya. Paulus dan kawan-kawan memang kemana mereka pergi atau dimana berada senantiasa berusaha untuk 'membangun dan menghibur umat'. Mereka adalah rasul-rasul, yang diutus untuk mewartakan Kabar Baik, apa-apa yang baik, membangun dan menghibur umat khususnya maupun warga masyarakat pada umumnya. Sebagai orang beriman yang memiliki dimensi rasuli kita semua dipanggil juga untuk senantiasa berusaha 'membangun dan menghibur umat' dengan kata lain saling membangun dan menghibur. Maka baiklah kita buka mata dan hati kita terhadap lingkungan sekitar kita, dimana kita hidup atau bekerja, apakah ada sesuatu yang harus dibangun atau butuh penghiburan. Dalam berbagai berita yang disiarkan melalui aneka jenis media kita dapat membaca, mendengarkan atau melihat bahwa di sana-sana masih sering terjadi tawuran atau bentrokan yang merusak dan menghancurkan serta memperuncing permusuhan. Mungkin juga di dalam keluarga-keluarga kita sendiri juga ada ketegangan antar anggota keluarga: antar suam-isteri, antar orangtua – anak, antar kakak-adik, dst… Marilah di dalam keluarga kita masing-masing kita saling membangun dan menghibur alias memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persahabatan sejati. Kami percaya ketika masing-masing dari kita memiliki pengalaman mendalam akan persaudaraan atau persahabatan sejati di dalam keluarga, maka di dalam hidup bersama dimanapun dan kapapun pasti akan memiliki semangat  membangun dan menghibur. Sepak terjang atau kedatangan kita dimanapun dan kapanpun diharapkan 'membangun dan menghibur sesama atau  saudara-saudari kita'. Marilah kita usahakan kebersamaan kita bagaikan sapu lidi: banyak lidi diikat menjadi satu dan kemudian fungsional sebagai alat pembersih.

 

"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit" (Mzm 89:2-3)

            

Jakarta, 29 April 2010


Selasa, 27 April 2010

28 Apr - Kis 12:24-13:5a; Yoh 12:44-50

"Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan"

(Kis 12:24-13:5a; Yoh 12:44-50)

"Tetapi Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan.Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku." (Yoh 12:44-50), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kebanyakan orang Yahudi kiranya tidak percaya bahwa apa yang dikatakan atau diajarkan oleh Yesus adalah perintah Allah: ajaran-ajaranNya menyelamatkan, maka siapapun yang percaya akan sabda atau ajaranNya serta melaksanakannya pasti akan selamat, menikmati hidup kekal di sorga setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Maka marilah kita yang sering mendengarkan sabda Tuhan Yesus, antara lain dalam Ibadat Sabda dan Perayaan Ekaristi, dan kita menanggapi "Tanamkanlah sabdaMu, ya Tuhan dalam hati kami", kita hayati dan lasksanakan sabda-sabdaNya dalam hidup sehari-hari kita. Setelah kita hayati sabda-sabda Tuhan tersebut alias 'menjadi milik kita atau menjiwai hidup kita', marilah kita teruskan atau sebarluaskan kepada sesama atau saudara-saudari kita dalam berbagai kesempatan atau kemungkinan yang ada.  Tentu saja pertama-tama penyebar-luasan tersebut hendaknya melalui cara hidup dan cara bertindak kita yang menarik, mempesona dan memikat, dimana pada suatu saat mereka bertanya-tanya apakah yang membuat cara hidup dan cara bertindak yang demikian itu. Jika mereka mulai bertanya-tanya berarti ada keterbukaan hati, jiwa, akal budi dan tubuh untuk menerima sesuatu atau hal-hal baru, dan dengan demikian dengan mudah kita menceriterakan pengalaman hidup dan cara bertindak kita yang dijiwai oleh sabda Tuhan, maupun mewartakan sabda Tuhan yang menjiwai hidup dan cara bertindak kita. Marilah kita sampaikan sabda Tuhan sebagaimana dilakukan oleh Yesus, antara lain dengan atau melalui aneka peristiwa hidup sehari-hari alias dengan sederhana.

·   "Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus. Setiba di Salamis mereka memberitakan firman Allah di dalam rumah-rumah ibadat orang Yahudi" (Kis 13:4-5). Kutipan ini kiranya baik menjadi bahan refleksi atau mawas diri kita, lebih-lebih bagi siapapun yang bertugas mewartakan Sabda Tuhan. Secara rutin di dalam aneka macam ibadat senantiasa dibacakan sabda-sabda Tuhan dan kemudian direnungkan oleh pengkotbah atau pemimpin ibadat. Kepada para pengkotbah kami berharap untuk sungguh-sungguh berdasarkan sabda Tuhan alam menyampaikan kotbahnya, maka hendaknya dipersiapkan dengan baik: direnungkan dan dikontemplasikan sebelum dikotbahkan. Kepada kita sebagai umat Allah pada umumnya alias para pendengar pembacaan sabda Tuhan, kami harapkan sungguh mendengarkan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh. Menjadi pendengar yang baik memang tidak mudah,  karena untuk dapat mendengarkan dengan baik butuh keutamaan kerendahan hati, dan rasanya untuk menjadi rendah hati bagi kebanyakan orang sungguh sulit. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur , Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Yang mungkin baik kita latih atau biasakan dalam hidup sehari-hari kita saat ini adalah 'menenggang perasaan orang lain', yang antara lain peka terhadap orang lain. Dengan menenggang perasaan orang lain kita akan tahu akan apa-apa yang baik, luhur, mulia dan indah dalam diri orang lain tersebut, yang tidak lain adalah buah-buah atau karya Roh Kudus.  Kita dapat rendah hati dan menenggang perasaan orang lain jika kita memperoleh anugerah Roh alias hidup dikuasai atau disuruh oleh Roh.

 

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi." (Mzm 67:2-3.5)

 

Jakarta, 28 April 2010


Minggu, 25 April 2010

26 Apr - Kis 11:1-18; Yoh 10:1-10

"Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."

(Kis 11:1-18; Yoh 10:1-10)

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal." Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yoh 10:1-10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Berpastoral berarti senantiasa mendatangi atau mengunjungi mereka yang menjadi tanggungjawabnya atau yang harus dilayani, sebagaimana dihayati oleh Sang Penyelamat Dunia, yang turun ke dunia menjadi Manusia dan hadir di tengah-tengah kita. Kedatangan 'sang pastor' atau kita semua umat beriman kepada yang lain diharapkan membawa kesegaran dan kegairahan dalam hidup beriman, sebagaimana Gembala Baik, Yesus, datang ke dunia agar seluruh umat manusia mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Dalam mendatangi yang utama dan pertama-tama adalah kehadiran diri sepenuhnya untuk 'dipersembahkan diri' bagi sesamanya, buka aneka macam jenis harta benda atau uang yang dibawa serta. Semangat mendatangi yang membahagiakan dan menggairahkan ini kiranya baik untuk dihayati oleh para orangtua terhadap anak-anak, guru/pendidik terhadap para peserta didik, pemimpin atau atasan terhadap anggota atau anak buahnya. Maka dengan ini kami berharap kepada siapapun yang merasa 'berada atau berfungsi di atas'  untuk secara rutin (setiap hari, minggu??) untuk mendatangi atau mengunjungi mereka yang menjadi bawahan atau anggota atau pembantu-pembantunya. Dengan kata lain kami berharap para orangtua berani memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya,  para guru/pendidik bagi para peserta didik, pimpinan/atasan kepada anggota atau anak buahnya. Datangilah dan kunjungilah mereka dengan rendah hati dan lemah lembut.

·   "Kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup." (Kis 11:18)., demikian kesaksian seseorang atas pelayanan kabar gembira yang dibawa oleh para rasul. "Pertobatan yang memimpin kepada hidup" dianugerahkan oleh Allah kepada semua bangsa, seluruh umat manusia, tanpa batas SARA. Kita semua orang beriman dipanggil untuk menyebarluaskan pertobatan yang memimpin kepada hidup ini, dimanapun kita berada atau kemanapun kita pergi. Agar mereka yang kita datangi atau kunjungi tergerak untuk bertobat atau memperbaharui diri, maka hendaknya diri kita sendiri dalam keadaan baik, berbudi pekerti luhur atau suci, sehingga menarik, menawan, mempesona dan memikat mereka yang kita datangi atau kunjungi. Dengan kata lain kita sendiri hendaknya senantiasa dalam kesiap-sediaan untuk bertobat atau memperbaharui diri terus menerus. Dengan ini juga kami berseru kepada mereka yang masih sering berbuat dosa dalam bentuk apapun untuk berhenti dan bertobat, meninggalkan cara hidup atau cara bertindak yang mengarah ke kematian. Hidup dan bertindak dalam pertobatan yang memimpin kepada hidup berarti senantiasa siap sedia untuk dituntun, dibimbing, dinasihati, dikritik, dst..  serta dengan senang hati, gembira dan bergairah menerima semuanya itu. Memang jika kita dapat bertobat atau memperbaharui diri bukan semata-mata karena usaha atau jerih payah kita, melainkan kasih karunia Allah kepada kita yang lemah, rapuh dan berdosa ini. Dengan kata lain jika kita dapat berbuat baik kepada orang lain hendaknya juga dihayati sebagai karya Tuhan dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

 

"Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu! Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!" (Mzm 43:3-4)

   

Jakarta, 26 April 2010