Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 30 Maret 2012

Minggu Palma

Minggu PALMA:

Yes 50:4-7; Fil 2:6-11; Mrk 14:1-15:47

"Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib"

"Oleh karena itu, aku mengharapkan supaya kalian dengan rajin dan tekun memperdalam dan melatih diri untuk memandang Kristus Tuhan dalam setiap Pembesar. Hendaklah kalian mempersembahkan hormat serta taat dengan khidmat yang besar kepada kedaulatan ilahi melalui Pembesar. Apakah itu sesuatu yang aneh? Tidak!. Perhatikanlah saja perintah rasul untuk pembesar-pembesar, bahkan kepada pembesar duniawi dan kufur sekali pun, seperti kepada Kristus, asas segala wewenang yang teratur baik" (St.Ignatius Loyola, Surat kepada para Yesuit di Portugal, 26 Maret 1533, art. 4). Ada kecenderingan umum sejak dahulu sampai sekarang bahwa orang-orang pandai dan cerdas otaknya ada kemungkinan hidup dan bertindak menurut kemauan, keinginan atau selera pribadi, dengan mengandalkan keunggulan manusiawinya, keccmerlangan otaknya. Ignatius Loyola mengajak para pengikutnya untuk setia menjadi sahabat-sahabat Yesus. Selama Minggu/Pekan Suci ini kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus diajak dan dipanggil untuk semakin mengenal dan bersahabat dengan Yesus Kristus, maka marilah kita awali Minggu Suci ini dengan merenungkan ajakan rasul Paulus kepada umat di Filipi.

"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-8).

Saya percaya bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang ingin hidup sendirian, kccuali mereka yang bermasalah atau sedang menghadapi masalah serta kemudian untuk sementara menyepi guna bermeditasi. Di dalam meditasi pun sebenarnya juga tidak sendirian, melainkan secara spiritual dalam kebersamaan dengan sesamanya dan Tuhan. Paulus mengingatkan dan mengajak kita semua agar di dalam hidup bersama "menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus", yang rendah hati dan taat kepada kehendak Allah sampai mati, "bahkan sampai mati di kayu salib".

Hidup bersama yang paling konkret hemat kami terjadi di dalam keluarga, antara suami dan isteri, suami-isteri dan anak-anak, anggota keluarga dan para pembantunya, serta kemudian diperluas dalam kehidupan bersama dalam satu rukun tetangga (RT). Maka kami berharap keluarga-keluarga yang dibangun dan dihidupi oleh cintakasih dapat menjadi teladan dalam hidup bersama. Cintakasih berarti saling mengasihi dan hemat saya masa kini yang sering dilupakan dan sulit dihayati adalah dikasihi bukan mengasihi. Banyak orang bersedia mengasihi tetapi tak bersedia dikasihi. Marilah kita kenangkan bahwa kasih tidak senantiasa nikmat di hati, tetapi juga sering menyakitkan hati, misalnya ketika kita ditegor keras atau dimarahi oleh orangtua atau guru/pendidik. Bukankah tegoran dan kemarahan tersebut merupakan wujud kasih mereka kepada kita, dan kita merasa sakit karenanya?

Yesus "telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba". Nasib seorang hamba yang baik hemat kami harus siap sedia untuk menderita karena kesetiaan dan ketaatannya. Seorang hamba yang baik senantiasa berusaha dengan rendah hati dan kerja keras untuk membahagiakan tuan-tuanya atau mereka yang harus dilayani. Sebagai murid-murid atau pengikut Yesus kita dipanggil untuk hidup dan bertindak saling melayani, saling membahagiakan dan saling menyelamatkan. Marilah kita kerahkan atau persembahkan hati, jiwa, akal budi dan tenaga atau kekuatan kita untuk melayani, membahagiakan dan menyelamatkan orang lain, dan hendaknya dijauhkan aneka cara hidup dan cara bertindak yang hanya mementingkan kepentingan pribadi, kelompok atau saudara sedarah dan sedaging saja.

"Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" (Mrk 15:38-39)

Mereka yang disebut tentara atau pasukan pada umumnya memiliki kesehatan tubuh prima, dan memang kesehatan tubuhnya merupakan andalan pokok atau utama dalam melaksanakan tugas atau kewajibannya. Maka pada tentara akan membanggakan kesehataan dan kekuatan tubuhnya dan ada kecenderungan untuk menjadi sombong. Maka cukup menarik dan mengesan apa yang terjadi di dekat salib Yesus, ketika Yesus mati di kayu salib, dimana kepala pasukan yang menyaksikanNya dengan rendah hati berkata: "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!", pengakuan iman bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia, Penyelamat Dunia yang dinanti-nantikan kedatanganNya oleh banyak orang.

"Anak Allah" berarti orang yang menunjukkan melalui cara hidup dan cara bertindaknya ada hubungan khusus dengan Allah, sehingga melalui cara hidup dan cara bertindaknya orang dapat menyaksikan Allah hidup dan berkarya di dalam dirinya. Sebagai orang beriman kita sering disebut sebagai 'Umat Allah', dengan kata lain memiliki hubungan khusus dengan Allah. Kita semua tak mungkin terlepas dari Allah, hidup, pertumbuhan dan perkembangan kita tergantung dari Allah, maka hendaknya tidak pernah melupakan sedikitpun peran Allah dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.

"Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi." (Yes 50:4-6), demikian kesaksian iman Yesaya. Marilah sebagai umat beriman atau umat Allah kita belajar dari atau meneladan Yesaya. Kegiatan yang paling banyak kita lakukan adalah berkata dan mendengarkan: dalam berkata-kata kita diharapkan memberi semangat baru kepada yang letih lesu dan kita diharapkan juga menjadi pendengar yang baik, tidak menjadi pemberontak.

Ada pepatah bahwa lidah itu lebih tajam dari pada sebilah pedang, kata-kata yang keluar sering lebih pedas dari aneka jenis lombok, menusuk hati sehingga sakit hati dan sulit disembuhkan. Kita semua diharapkan mengeluarkan kata-kata yang memberi semangat atau menggairahkan mereka yang letih lesu dan putus asa. Maka hendaknya berkata-kata dengan cintakasih, rendah hati dan lemah lembut atau dalam bahasa Indonesia sering dikatakan berbudi halus. "Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan. Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah" (Yak 3:6-9). Kita semua diharapkan memiliki lidah yang senantiasa memuji Tuhan melalui saudara-saudari kita. Maka marilah kita saling memuji satu sama lain di dalam kehidupan sehari-hari kita.

"Anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku" (Mzm 22:17-20)

Ign 1 April 2012

 


31 Maret

"Lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa"

(Yeh 37:21-28; Yoh 11:45-56)

" Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita." Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya. Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?" (Yoh 11:45-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini adalah hari terakhir sebelum memasuki Minggu Suci, yang diawali dengan Minggu Palma, besok pagi. Dalam Minggu Palma kita akan diajak untuk merenungkan Kisah Sengsara Yesus, mulai dari penangkapanNya sampai pada kebangkitanNya dari mati. Percakapan di antara para pemuka Yahudi, sebagaimana dikisahkan hari ini, telah memutuskan bahwa "mereka sepakat untuk membunuh Dia", dengan pertimbangan apa yang dikatakan oleh Kayafas bahwa "lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa". Secara sosio-politis apa yang dikatakan oleh Kayafas merupakan alasan kuat, karena jika Yesus tidak disingkirkan atau dibunuh berarti semakin banyak pengikutNya dan dengan demikian rakyat tidak akan membayar pajak sebagaimana diberlakukan. Jika rakyat tidak membayar pajak maka mereka tidak dapat menyetor uang kepada Kaisar di Roma dan dengan demikian Kaisar akan memusnahkan seluruh bangsa. Pajak yang harus dibayar rakyat sangat tinggi dan berat karena telah di 'mark up', dan dengan dukungan serta ajaran Yesus mereka menjadi sadar bahwa pembayaran pajak itu tidak wajar. Secara spiritual apa yang dikatakan oleh Kayafas juga mengandung kebenaran, sebagaimana diramalkan oleh para nabi bahwa  Mesias atau Penyelamat Dunia dalam rangka menuntaskan tugasNya harus menderita dan wafat di kayu salib, harus mempersembahkan Diri seutuhnya kepada Allah dan seluruh bangsa, demi keselamatan seluruh bangsa. Ia adalah pahlawan keselamatan, kedatanganNya di dunia ini untuk menyelamatkan seluruh bangsa.

·   "Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Tempat kediaman-Ku pun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku." (Yeh 37:26-27), demikian firman Allah melalui nabi Yeheskiel. Perjanjian damai antara Allah dan manusia akan dimeteraikan dalam dan oleh Yesus yang disalibkan, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dan dunia/seluruh bangsa. Puncak persembahan DiriNya dapat kita imani ketika tergantung di kayun salib dan HatiNya ditusuk dengan tombak serta kemudian mengalirkan air dan darah segar, lambang sakramen-sakramen Gereja yang menyelamatkan. Dengan kata lain jika kita mendambakan perdamaian atau hidup damai sejati, hendaknya setia menghayati rahmat sakramen yang telah kita terima beserta seluruh janjinya, entah itu janji baptis, janji imamat, kaul dst..MaKa kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam memasuki Minggu Suci: dalam berpartisipasi dalam liturgi atau ibadat selama Minggu Suci hendaknya sekaligus dikenangkan janji-janji yang pernah kita ikrarkan. Sejauh mana kita setia dan taat pada janji tersebut serta menghayatinya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari?

"Dengarlah firman TUrHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya! Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya." Yer 31:10-11)

Ign 31 Maret 2012


Kamis, 29 Maret 2012

30 Maret


"Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau melainkan karena Engkau menghujat Allah'

(Yer 20:10-13; Yoh 10:31-42)

"Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah -- sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan --, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya" (Yoh 10:31-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

·   Minggu suci atau Minggu Sengsara semakin mendekat, yang dimulai hari Minggu Palma dan diakhiri dengan Hari Raya Minggu Paska. Kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus kami ajak mawas diri: apakah saya siap sedia memasuki Minggu Suci, berpartisipasi dalam penyerahan Diri total Yesus dengan menderita sengsara, wafat di kayu salib dan dibangkitkan dari mati. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan bahwa Yesus menghadapi tekanan dan ancaman dari musuh-musuhnya, dengan tuduhan Ia menghojat Allah atau sebagai manusia menyamakan Diri dengan Allah. Tuduhan dilakukan oleh para tokoh Yahudi yang tidak percaya kepadaNya bahwa Ia adalah Penyelamat Dunia, yang mereka nantikan, sementara itu banyak orang alias rakyat biasa semakin percaya bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, yang datang untuk membebaskan mereka dari penindasan yang dilakukan oleh orang-orang yang gila akan harta benda/uang, jabatan dan kehormatan duniawi. Ada kemungkinan bahwa jika semakin dekat, bersatu dan bersahabat dengan Tuhan alias hidup jujur, baik dan berbudi pekerti luhur, akan menerima tekanan, ancaman dan tuduhan palsu dari orang-orang yang gila akan harta benda/uang, jabatan dan kehormatan duniawi. Para pejuang kebenaran dan kejujuran di negeri ini juga sering menerima ancaman dan tekanan dari para penguasa yang korup melalui aneka cara atau bentuk. Kepada para pejuang kebenaran dan kejujuran kami ajak untuk tetap setia berjuang, maju terus pantang mundur, dan percayalah bahwa perjuangan anda akan sukses atau berhasil, dan ada kemungkinan anda sendiri tidak dapat menikmati hasilnya, melainkan menikmati perjuangan yang lebih membahagiakan daripada hasil.

·   "TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan! Ya TUHAN semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku. Menyanyilah untuk TUHAN, pujilah TUHAN! Sebab ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat." (Yer 20:11-13), demikian keyakinan iman nabi Yeremia yang menerima tekanan dan ancaman untuk dibunuh. Sebagai orang beriman kita memiliki tugas panggilan untuk menghayati rahmat kenabian, yang berarti senantiasa membela dan memperjuangkan kebenaran dan kejujuran, dan tentu saja kita sendiri senantiasa juga hidup dan bertindak benar dan jujur. Jika kita sungguh benar dan jujur, baiklah kita juga memiliki keyakinan iman seperti Yeremia. Ketika menerima ancaman atau tekanan hendaknya tetap bernyanyi dalam Tuhan dan memujiNya, artinya ancaman dan tekanan semakin mendorong kita untuk berdoa serta semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Tuhan sendirilah yang akan mengatasi ancaman dan tekanan melalui diri kita yang lemah dan rapuh. Hadapi ancaman dan tekanan dengan cintakasih yang rendah hati dan lemah lembut, jangan dengan kekerasan. Percayalah bahwa dalam hati setiap orang ada kerindunan akan cintakasih, maka ketika kita dekati, sikapi dan perlakukan dalam dan oleh cintakasih mereka akan menjadi sahabat kita, dan tidak akan mengancam dan menekan kita.

"Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku! Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku pun selamat dari pada musuhku." (Mzm 18:2-4)

Ign 30 Maret 2012


29 Maret


"UmurMu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?"

(Kej 17:3-9; Yoh 8:51-59)

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati! Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" Jawab Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah." (Yoh 8:51-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, dengan kata lain Ia telah ada sebelum manusia diciptakan. Kata-kata orang-orang Yahudi bahwa Yesus belum berumur lima puluh tahun dan apakah sudah melihat Abraham merupakan ungkapan keterbatasan atau ketidakmampuan untuk mengimani bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia, Penyelamat Dunia yang mereka nantikan kedatanganNya. Percakapan antara orang-orang Yahudi dengan Yesus ini kiranya cukup bagus untuk mawas diri perihal kedalaman iman kita, entah dalam hal pengetahuan maupun penghayatan. Percakapan ini juga mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mengusahakan agar yang berperan di dalam kehidupan dan kerja bersama adalah mereka yang berumur lima puluh tahun kebawah, karena pada usia ini pada umumnya orang masih memiliki kreatifitas dan enerji guna mengadakan aneka pembaharuan cara hidup dan cara kerja yang sungguh dibutuhkan. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk memperhatikan perihal pembinaan atau pendampingan hidup beriman bagi anak-anak atau generasi muda di lingkungan hidup kita  masing-masing. Keunggulan hidup beriman dan menggerja terletak dalam kedalaman pengetahuan dan penghayatan iman, dan terutama penghayatan iman. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan dengan demikian senanitiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, serta dapat menjadi inspirator bagi orang lain dalam penghayatan iman. Memang sungguh memprihatinkan bahwa para tokoh bangsa ini yang berperan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dalam teori sungguh masih kreatif dan enerjik, namun tidak dapat menjadi inspirator bagi warganegara. Kami berharap para tokoh umat beragama memperhatikan masalah ini.

·   "Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja." (Kej 17:5-6). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi permenungan kita semua terkait dengan nama baru yang telah kita pilih atau yang dikenakan kepada kita, misalnya: Grace dan Anton setelah menjadi suami isteri berganti nama Hadisusetia, setlah dibaptis di depan nama kita masing-masing ditambahi nama baptis, santo atau santa pelindung, setelah menjadi imam, bruder atau suster selain ganti nama juga ditambahi atribut baru, nama Tarekat atau Lembaga dst.. Dalam penambahan atau perubahan nama tersebut kami yakin masing-masing memiliki niat atau dambaan yang indah, luhur, mulia dan baik, atau bagi yang berkeluarga bercita-cita beranak-cucu, sebagai buah kasih mereka berdua. Penambahan atau pergantian nama memang megandung harapan akan menghasilkan buah yang membahagiakan dan menyelamat-kan. Terkait dengan tema APP tahun ini kami mengingatkan anda semua: apakah kita semakin memiliki sikap mental 'berbagi dan peduli' kepada orang lain, sehingga kita juga semakin memiliki banyak teman dan sahabat, semakin banyak orang mengasihi dan memperhatikan kita? Semoga dengan bertambah usia dan pengalaman serta pergaulan juga semakin suci, semakin membaktikan diri kepada Tuhan sepenuhnya, semakin banyak saudara dan sahabat, bukan semakin banyak lawan atau musuh. Jika semakin tambah usia dan pengalaman juga semakin tambah musuh dan lawan berarti tidak beriman.

"Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya, hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihan-Nya! Dialah TUHAN, Allah kita, di seluruh bumi berlaku penghukuman-Nya" (Mzm 105:4-7)

Ign 29 Maret 2012

 


28 Maret


"Sekiranya kamu anak  Abraham tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham"

(Dan 3:14-20.24-25.28; Yoh 8:31-42)

"Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka." "Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu." Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku." (Yoh 8:31-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Orang-orang Kristen dan Islam hendaknya tidak saling menonjolkan atau menyombongkan diri sebagai keturunan Iskak atau Ismail, anak-anak Abraham, karena yang akhirnya dikorbankan kepada Tuhan bukan Iskak atau Ismail, melainkan kambing", demikian kata Kyai Said Agil dalam mengawali sharing atau pengarahannya perihal hidup persaudaraan antar umat beragama di suatu pertemuan. Mengakui dan menghayati diri sebagai keturunan Abraham memang harus meneladan ketaatan dan imannya kepada Tuhan, yaitu ketika diminta untuk mengorbankan anak tunggalnya yang terkasih, ia segera melakukannya. "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham", demikian sabda Yesus, yang hendaknya direnungkan dan dihayati oleh segenap umat beriman, orang yang mengakui diri beriman. Beriman memang tidak sama atau tidak identik dengan beragama, orang beragama belum tentu beriman dan orang beriman belum tentu beragama. Cukup banyak orang mengaku beragama namun tidak beriman, buktinya adalah korupsi masih merajalela atau bahkan berkembang, demikian juga aneka permusuhan dan tawuran (catatan: dalam lingkungan Departemen Agarma dari atas sampai bawah hemat saya sarat dengan korupsi). Beriman berarti secara total tanpa syarat hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan, hidup baik dan berbudi pekerti luhur, tidak pernah melakukan kejahatan atau dosa apapun. Memang yang ideal demikian kiranya jarang sekali, karena kelemahan dan kerapuhan kita dengan mudah melakukan apa yang jahat atau berdosa. Maka marilah kita saling mengingatkan dan meneguhkan dalam hal penghayatan iman kita.

·   "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Dan 3:16-18), demikian kata tiga orang bersaudara, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, menanggapi rayuan raja agar mereka bersembahsujud kepada dewa-dewanya alias tidak percaya kepada Tuhan. Mereka percaya sepenuhnya kepada Tuhan, maka ketika api membakar mereka, mereka tidak terbakar, bahkan kiranya api membakar hati mereka untuk mengasihi dan mengampuni mereka yang telah menyengsarakannya. Iman semakin dibakar semakin kelihatan kemurniannya bagaikan emas yang dibakar. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman: sikapi dan hadapi aneka masalah, tantangan, hambatan dan ancaman, yang muncul dari kesetiaan iman, dalam iman, dalam kesatuan dan kebersamaan dengan Tuhan, karena dengan demikian kita akan mampu mengatasi atau menyelesaikannya. Hadapi dan lakukan pekerjaan seberat dan sebesar apapun yang diserahkan kita dalam iman, dan imani atau hayati bahwa " Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus' (Fil 1:6)

"Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah nenek moyang kami, yang patut dihormati dan ditinggikan selama-lamanya. terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus, yang patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau dalam Bait-Mu yang mulia dan kudus, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu, Engkau patut dinyanyikan dan ditinggikan selama-lamanya." (Dan 3:52-54)

Ign 28 Maret 2012


Senin, 26 Maret 2012

27 Maret


"Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu."

(Bil 21:4-9; Yoh 8:21-30)

" Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya" (Yoh 8:21-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dialog atau percakapan antara Yesus dengan orang banyak sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira hari sungguh menarik untuk direfleksikan atau direnungkan. Yesus semakin menyingkapkan Jati DiriNya dan banyak orang pun kemudian menjadi percaya kepadaNya. Semakin mengetahui dan memahami semakin percaya pula, itulah yang terjadi. Cukup banyak orang masa kini mengetahui banyak hal, namun mereka tidak mempercayainya, artinya tidak menghayati atau melaksanakan apa yang mereka ketahui. Pengetahuan hanya sebatas dalam otak atau pikiran, tetapi tidak merasuk di hati menjiwai cara hidup dan cara bertindak. Telah beberapa minggu/hari kita diajak untuk mawas diri selama masa Prapaska ini dan perayaan puncak iman kita, wafat dan kebangkitan Yesus, semakin mendekat, maka marilah kita mawas diri apakah kita semakin percaya kepada Tuhan, semakin mengutamakan Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Hal ini secara konkret berarti dalam cara hidup dan cara bertindak kita lebih menunjukkan penghayatan iman, hidup dan bertindak dijiwai oleh Tuhan daripada hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi. Sebagai orang yang telah dibaptis kita semakin mengabdi Tuhan dan selalu menolak godaan setan, sebagai suami-isteri berarti semakin mantap dan mendalam dalam saling mengasihi, sebagai anggota lembaga hidup bakti semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sebagai pelajar semakin terampil belajar, sebagai pekerja semakin terampil bekerja, dst..

·   "Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup." (Bil 21:9). Ular tembaga disini bagi kita yang beriman kepada Yesus menunjuk pada Dia yang tergantung di kayu salib. Di dalam hidup dan kerja kita setiap hari kita sering menghadapi aneka masalah, tantangan, hambatan dst.. yang membuat kita dengan mudah untuk menggerutu atau putus asa. Jika anda mengalami hal yang demikian itu kami persilahkan dengan rendah hati dan penuh hormat memandang Yesus yang tergantung di kayu salib, karena dengan demikian anda pasti akan digairahkan dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Penderitaan yang kita alami selama di dunia ini tidak sebanding atau hanya kecil sekali jika dibandingkan dengan penderitaan Yesus, yang kita imani. Masalah, tantangan dan hambatan yang muncul dari kesetiaan dan ketaatan hendaknya dihadapi bersama Dia yang tergantung di kayu salib, dengan kata lain buatlah tanda salib dengan penuh hormat dan khidmat serta penyerahan diri sebelum mengolah dan memecahkan aneka masalah, tantangan dan hambatan. "Dalam semangat iman kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara", demikian kurang lebih isi pokok kegiatan atau usaha aneka anggota LSM Kristen atau Katolik. Kami percaya di kamar-kamar rumah anda atau tempat kerja anda dipasang salib di tembok atau bahkan ada salib diletakkan di meja kerja anda, maka baiklah apa yang anda kerjakan dan omongkan selama berada di kamar tersebut sungguh dijiwai oleh  Yang Tersalib. Semoga salib yang ada di ruangan atau kamar tempat anda hidup atau bekerja tidak hanya menjadi hiasan saja, melainkan sungguh menjiwai siapapun yang ada di dalam ruangan atau kamar tersebut. Apapun yang anda lakukan atau omongkan di dalam  kamar atau ruangan, meskipun tak diketahui orang lain, namun Tuhan tahu segalanya.

"TUHAN, dengarkanlah doaku, dan biarlah teriakku minta tolong sampai kepada-Mu. Janganlah sembunyikan wajah-Mu terhadap aku pada hari aku tersesak. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku; pada hari aku berseru, segeralah menjawab aku" (Mzm 102:2-3)

Ign 27 Maret 2012