Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 11 Desember 2009

13 Des - Zef 3:14-18a; Flp 4:4-7; Luk 3:10-18

"Dengan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak"

 Mg Adven III : Zef 3:14-18a; Flp 4:4-7; Luk 3:10-18

Ketika Mgr Leo Soekoto SJ alm. dipanggil Tuhan di RS St.Elisabeth - Semarang, kebetulan saya saat bertugas sebagai Ekonom Kuskupan Agung Semarang dan saya diberi tugas untuk mengurus pemakaman. Maka saya segera menghubumgi beberapa orang yang terbiasa membantu kami via tilpon untuk datang di Wisma Uskup guna membicarakan upacara pemakaman Mgr Leo Soekoto SJ. Cukup menarik dan mengesan reaksi mereka dan hampir semua bertanya: "Apa yang harus saya kerjakan?'. Pertanyaan macam itu atau kesiap-sediaan untuk melakukan sesuatu kiranya juga ada dalam diri kita masing-masing, setelah berpartisipasi dalam kegiatan Adven, tentu saja bertanya perihal apa yang harus dilakukan agar layak menyambut pesta Natal, kenangan akan Kelahiran Penyelamat Dunia, sebagaimna ditanyakan oleh orang-orang yang telah mendengarkan pewartaan Yohanes Pembaptis. Maka marilah kita renungkan jawaban-jawaban Yohanes Pembaptis di bawah ini:

 

"Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian."

(Luk 3:11)

 

Solidaritas atau "to be man or woman with/for others"  dan "preferential option for/with the poor", itulah yang harus kita hayati dan sebar-luaskan serta meninggalkan aneka macam bentuk egoisme. Secara khusus marilah kita perhatikan saudara-saudari atau sesama kita yang berkekurangan dalam hal pakaian dan makanan, kekurangan gizi. Gerakan ini kiranya merupakan persiapan yang baik untuk menyambut kedatangan Yesus, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia" (Flp 2:6-7).

 

Gerakan ini kiranya pertama-tama dan terutama kita lakukan di lingkungan hidup dan kerja kita setiap hari, dan kemudian berkembang sejauh kemungkinan dan kesempatan yang ada, pertama-tama secara pribadi dan kemudian secara organisatoris. Para pembantu rumah tangga hendaknya diberi imbalan dan perlakuan yang adil, yang mensejahterakan hidup mereka; demikian para pekerja atau buruh hendaknya diberi imbalan atau gaji yang memadai. Hendaknya jangan bermain sandiwara: kepada pembantu dan pegawai diberi gaji atau imbalan pas-pasan atau bahkan kurang, tetapi memberi sumbangan besar bagi orang lain, yang jauh. Sejahterakan dahulu mereka yang hidup dan bekerja dengan kita, dan kemudian kita bersama-sama, secara organisatoris atau kelompok/keluarga, membantu orang lain yang sungguh membutuhkan.        

 

"Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu." (Luk 3:13)

 

Kutipan di atas ini kiranya diarahkan kepada para rentenir, dan mungkin di antara anda tidak ada yang menjadi rentenir; kutipan di atas ini baik menjadi permenungan atau refleksi bagi orang yang punya uang atau para pengelola uang. Pinjam-meminjam uang ada aturan mainnya; jika meminjamkan uang kepada orang lain hendaknya dengan bunga paling tinggi sesuai dengan apa yang diperlakukan di kantor Pegadaian, syukur tanpa bunga akan lebih mulia ketika yang meminjam adalah mereka yang miskin dan berkekurangan. Kami mengajak anda sekalian jika ada teman anda yang menjadi rentenir hendaknya ditegor keras: membiarkan atau pura-pura tidak tahu terhadap teman yang menjadi rentenir hemat saya berarti setuju alias mendukung. Di masa Adven, menjelang Pesta Natal dan Tahun Baru ini, mungkin baik bagi mereka yang meminjamkan uang kepada yang miskin dan berkekurangan untuk mempertimbangkan: jika yang bersangkutan nampak sulit mengembalikan pinjaman, alangkah indahnya jika pinjaman atau hutang mereka dibebaskan sebagai hadiah Natal dan Tahun Baru.  

 

"Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang."(Fil 4:5), demikian peringatan atau ajakan Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua. Kebaikan yang dapat diketahui semua orang berarti menjadi nyata atau terwujud dalam tindakan atau perilaku. Marilah di masa Adven ini, menjelang Pesta Natal, kita berbuat baik kepada siapapun secara konkret, atau paling tidak cara hidup dan cara bertindak kita hendaknya tidak menimbulkan kesulitan atau masalah bagi orang lain, melainkan menjadi wahana dan motivasi bagi orang lain untuk berbuat baik.          

 

"Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu"

 (Luk 3:14).

 

Pesan di atas ini mengajak kita semua untuk hidup sederhana, tidak berfoya-foya atau boros. Maka kepada semua saja kami harapkan untuk hidup sesuai dengan gaji yang diterima, tidak mencari tambahan dengan mengadakan perampasan atau pemerasan. Sayang di Indonesia ini mereka yang katanya berjanji untuk melayani rakyat, yaitu para pegawai negeri atau pejabat pelayanan masyarakat, tetapi memeras rakyat dengan aneka macam pungutan dan 'beaya administrasi'. Sudah menjadi rahasia umum bahwa 'para pelayan masyarakat' yang bekerja dalam pengurusan tanah, izin-izin, proyek, sumbangan, dst.. senantiasa memeras dan merampas seenaknya dengan istilah beaya administrasi, uang lelah, uang pelancar, dst…

 

Kasus Bibit-Candra, Kepolisian dan KPK, mendorong pemerintah untuk memberantas aneka mafia hukum, yang memang sarat dengan pemerasan dan perampasan. Semoga apa yang diprogramkan dan diteriakkan tersebut tidak berhenti dalam wacana atau polemik, tetapi terwujud dan menjadi nyata dalam hidup dan kerja yang bersih dari aneka macam bentuk pemerasan dan perampasan. Dalam perhitungan sederhana: tidak mungkin pejabat yang bekerja untuk beberapa tahun, 5 s/d 10 tahun, memiliki kekayaan  milyardan atau bahkan trilyunan rupiah jika mereka tidak merampas dan memeras melalui aneka kegiatan proyek atau perizinan dll. Kepada para pengusaha kami harapkan jika tidak menentukan harga seenaknya saja. "Cukupkanlah dirimu dengan gajimu", demikian pesan yang layak direnungkan dan dihayati.  

 

Yang dapat memeras dan merampas adalah mereka yang berada di ranah/poros pelayanan publik dan bisnis: para pelayan publik dan bisnis berkolusi serta tidak melayani rakyat pasti akan memeras dan merampas rakyat. Jika sungguh hendak bebas dari pemerasan dan perampasan, silahkan berpihak dan bersama dengan rakyat atau komunitas. Jika hidup bersama tidak baik, maka dapat dipastikan para penentu kebijakan, yaitu para penguasa dan pengusaha/bisnis tidak memihak atau bersama dengan rakyat atau komunitas.  Kami berharap para penguasa dan bisnis memihak atau bersama dengan rakyat atau komunitas.     

 

"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi" (Yes 12:2-5)

 

Jakarta, 13 November 2009


12 Des - Sir 48:1-4.9-11; Mat 17:10-13

"Orang tidak mengenal dia dan memperlakukannya menurut kehendak mereka."

(Sir 48:1-4.9-11;  Mat 17:10-13)

 

"Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis" (Mat 17:10-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. .

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Menjadi bentara atau pembuka jalan memang tidak mudah, sarat dengan tantangan, hambatan atau masalah. Itulah yang dialami oleh Yohanes Pembaptis sebagai bentara Penyelamat Dunia, yang kurang dikenal dan diperlakukan seenaknya oleh orang lain. Hari-hari ini kita juga sedang mempersiapkan pesta Natal, kenangan akan Kelahiran Penyelamat Dunia. Selama masa persiapan ini kiranya cukup banyak kegiatan, seperti latihan koor, pendalaman iman, aksi Natal, dan mungkin mempersiapkan perayaan Natal dan Tahun Baru di kantor atau tempat kerja. Saya mengajak anda sekalian untuk berfokus pada persiapan yang bersifat spiritual atau rohani: mempersiapkan hati, jiwa dan akal budi agar siap sedia didatangi Penyelamat Dunia. Di beberapa paroki atau wilayah selama masa adven sering diselenggarakan pendalaman iman mingguan yang ditandai dengan pembacaaan dan permenungan sabda-sabda Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, tulisan yang ditulis dalam ilham Roh dan berguna untuk mendidik, membina, mengajar, membenarkan kita, orang beriman. Mereka yang  bertugas untuk menggerakkan dan memimpin ibadat atau pendalaman iman, mungkin akan mengalami sebagaimana dialami oleh Yohanes Pembaptis: telah bekerja keras tanpa kenal lelah, namun kurang diperhatikan atau bahkan diperlakukan seenaknya oleh orang lain. Kepada mereka ini kami ajak untuk tetap tegar, sabar dan rendah hati dalam menjalankan tugasnya: membantu rekan-rekan seiman dalam rangka mempersiapkan diri untuk pesta Natal. Dalam rangka persiapan ini kami juga mengingatkan pentingnya memperhatikan persaudaraan atau persahabatan sejati, maka jika ada yang bermusuhan, saling membenci dst.. hendaknya diberi perhatian khusus untuk didamaikan.

·   "Dalam olak angin berapi engkau diangkat, dalam kereta dengan kuda-kuda berapi. Engkau tercantum dalam ancaman-ancaman tentang masa depan untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus, dan mengembalikan hati bapa kepada anaknya serta memulihkan segala suku Yakub" (Sir 48:9-10), demikian kata-kata yang dikenakan pada nabi Elia. Kata-kata "meredakan sebelum meletus, dan mengembalikan hati bapa kepada anaknya" inilah yang kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Berbagai kebijakan atau keputusan dari para pemimpin yang tidak adil dapat menimbulkan gejolak, sebagaimana terjadi dalam kasus Bibit-Candra, maka dengan ini kami mendambakan kepada para pengambil kebijakan atau pembuat keputusan untuk memperhatikan kepentingan umum dengan mengesampingkan kepentingan pribadi maupun golongan. Secara khusus kami mengingatkan kepada para bapa atau kepala keluarga dalam system patriarchal: apakah hati bapa terarah pada anak-anaknya, dan karena system patriarchal berarti apakah bapak dan ibu alias orangtua sungguh memberi hati pada anak-anaknya dan secara konkret berani memboroskan waktu dan tenaga maupun dana bagi anak-anaknya, khusus demi pendidikan anak-anak. Kami juga berharap bahwa anak-anak balita, usia lima tahun ke bawah, sungguh menerima kasih dari orangtuanya, waktu dan tenaga bapak-ibu. Hendaknya tidak dengan mudah menitipkan anak-anak balita kepada orang lain, entah itu nenek atau pembantu. Secara khusus kami berharap kepada para ibu dalam hal menyusui anak-anaknya, hendaknya anak-anak disusui sendiri alias menikmati ASI sungguh memadai, tidak hanya selama tiga bulan, namun lebih, syukur selama satu tahun. Ingatlah ASI lebih murah dan bermutu daripada jenis susu kaleng apapun, dan memang untuk itu sang ibu harus mempersiapkan diri sedemikian rupa agar dapat berproduksi ASI yang memadai, antara makan bergizi dan menjaga kesehatan atau kebugaran tubuh. Selama masa adven ini marilah kita arahkan perhatian kita pada anak-anak, masa depan kita, masa depan Gereja, Negara dan bangsa.

 

"Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu! Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu " (Mzm 80:15-16.18-19)

 

Jakarta, 12 Desember 2009


Kamis, 10 Desember 2009

11 Des - Yes 48:17-19; Mat 11:16-19

"Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."

(Yes 48:17-19; Mat 11:16-19)

 

"Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya." (Mat 11:16-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang yang suka  berkomentar atau mengritik orang lain pada umumnya lebih suka bicara atau ngomong daripada berbuat atau bertindak, lebih mengutamakan wacana daripada perilaku, sebagaimana diumpamakan oleh Yesus bagaikan 'anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya'. Dengan kata lain orang yang demikian itu kurang atau tidak pernah menghayati imannya, melainkan hanya omong-omong atau diskusi saja, dan demikian ia tidak berhikmat. Sabda hari ini mengingatkan kita bahwa 'hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya', artinya beriman kepada Allah pertama-tama dan terutama dapat dilihat atau disaksikan dalam perilaku atau cara bertindaknya. Di dalam masa Adven ini kita diajak untuk mawas diri: sejauh mana kita menghayati iman kita dalam hidup sehari-hari atau hidup 'membumi', berpartisipasi dalam seluk-beluk, hal ikwal duniawi, dalam rangka mempersiapkan pesta Natal, kenangan akan Allah yang menjadi manusia, yang 'membumi, misteri inkarnasi'. Misteri inkarnasi merupakan acuan atau pedoman bagi siapapun yang beriman kepada Yesus dalam hidup dan bekerja untuk hidup mendunia atau membumi. Jika dicermati secara teliti dan tepat hemat saya mayoritas waktu dan tenaga kita setiap hati kita fungsikan untuk mengurus atau mengelola hal-hal duniawi, maka baiklah kita mawas diri: apakah dengan demikian kita juga semakin kudus atau suci. Dengan kata lain sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita untuk mengusahakan kekudusan atau kesucian dengan terlibat pada pengurusan atau pengelolaan hal-hal duniawi. Semakin mendunia atau membumi diharapkan semakin beriman dan suci; mendunia tanpa iman akan amburadul akibatnya. Maka marilah entah belajar atau bekerja kita hayati bagaikan sedang  beribadat kepada Tuhan.

·   "Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti" (Yes 48:17-18), demikian kata-kata penghiburan Yesus yang penuh pengharapan. Kita diharapkan melakukan apa yang berfaedah bagi kesejahteraan dan kebahagiaan kita, yaitu senantiasa memperhatikan dan melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Perintah-perintah Tuhan di dunia ini antara lain menjadi nyata dalam aneka tatanan dan aturan hidup bersama, entah yang di jalanan, rumah tangga, tempat kerja maupun masyarakat pada umumnya. Dalam berbagai sarana-prasarana, misalnya kendaraan, juga terdapat aturan atau petunjuk bagaimana merawat dan memfungsikan kendaraan, agar pengguna selamat dan bahagia. Di jalanan dan di tempat kerja juga ada aturan dan petunjuk yang harus ditaati dan dilaksanakan. Dst.. Jika kita dapat mentaati dan melaksanakan aturan atau petunjuk yang jelas dan duniawi tersebut dengan baik, maka kita akan terbantu untuk mendengarkan dan mentaati perintah-perintah Tuhan. Marilah kita taati dan laksanakan aneka aturan, petunjuk atau tatanan yang terkait dengan keberadaan kita, entah di jalanan, tempat kerja, tempat rekreasi, di rumah dst… Kami berharap pada  mereka yang berpengaruh  dalam hidup dan kerja bersama dapat menjadi teladan dalam hal mentaati dan melaksanakan aneka aturan, tatanan atau petunjuk. Secara khusus kami berharap pada orangtua atau bapak-ibu dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya di dalam keluarga, karena pengalaman yang diperoleh dalam dan melalui keluarga merupakan modal dan kekuatan untuk hidup bersama di masyarakat. Kita semua mendambakan kesejahteraan dan kebahagiaan sejati, maka marilah kita saling mengingatkan dan membantu dalam hal mentaati dan melaksanakan aneka aturan dan tatanan serta petunjuk, sebagai 'terjemahan perintah-perintah Allah'.

 

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin" (Mzm 1:1-4).

 

Jakarta, 11 Desember 2009


Rabu, 09 Desember 2009

10 Des - Yes 41:13-20; Mat 11:11-15

"Yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya".

(Yes 41:13-20; Mat 11:11-15)

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan -- jika kamu mau menerimanya -- ialah Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar" (Mat 11:11-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Yohanes Pembaptis diimani sebagai nabi yang terbesar, lebih-lebih di dalam pandangan dunia, yang mempersiapkan jalan atau kedatangan Penyelamat Dunia, "namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya". Kerajaan Sorga berarti Sorga atau Allah yang meraja atau menguasai, berarti berbeda atau berlawanan dengan kerajaan dunia. Sebagai orang beriman, dan juga khususnya anggota Gereja, kita juga menjadi anggota Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah , dengan demikian diharapkan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Yang terbesar dalam hidup beriman atau menggereja adalah mereka yang melaksanakan kehendak atau perintah dalam hidup sehari-hari. Allah meraja dan bekerja terus menerus di dalam dan melalui ciptaan-ciptaanNya di bumi ini, dan kita sebagai orang beriman dipanggil untuk `mendengarkan' karya Allah tersebut serta mengikutiNya. Salah satu cirikhas karya Allah dalam ciptaan-ciptaanNya ialah menumbuh-kembangkan , memperbaharui dan membahagiakan, maka kita sebagai orang beriman atau umat Allah dipanggil untuk menumbuh-kembangkan , memperbaharui dan membahagiakan saudara-saudari atau sesama kita dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita. Agar kita dapat `mendengarkan' Allah yang berkarya melalui ciptaan-citpaanNya, kita hendaknya bersikap dan bertindak dengan rendah hati. Kerendahan hati merupakan keutamaan dasar dan menjadi cirikhas orang beriman, anggota Kerajaan Allah, umat Allah. Dengan ini kami mengingatkan dan mengajak mereka yang terlibat dalam pelayanan pastoral di tingkat manapun atau dalam karya apapun untuk menjadi teladan dalam hal kerendahan hati.

• "Aku ini, TUHAN, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu: "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau" (Yes 41:13). Berbagai tantangan, masalah dan hambatan dalam hidup beriman masa kini memang dapat membuat orang menjadi takut untuk menjadi saksi iman dalam hidup sehari-hari. Apa yang dikatakan oleh nabi Yesaya di atas ini kiranya dapat menjadi pegangan cara hidup dan cara bertindak kita sebagai orang beriman, dimana Tuhan senantiasa mendampingi dan menolong kita kapanpun dan dimanapun. Tuhan hadir dan berkarya dimana saja dan kapan saja , tanpa batas, maka dimana dan kapan saja kita dapat menghayati pendampingi dan pertolonganNya. Memang pendampingan dan pertolonganNya akhirnya menjadi nyata dalam diri ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Maka menghayati pendampingan dan pertolongan Tuhan berarti dengan rendah hati siap sedia didampingi dan ditolong oleh saudara-saudari atau sesama kita. Jika kita jujur mawas diri kiranya masing-masing dari kita telah menerima pendampingan dan pertolongan dari orang lain, tentu saja pertama-tama dan terutama dari orangtua kita serta para pendidik kita, secara melimpah ruah. Marilah kita akui dan hayati pendampingan dan pertolongan dari orangtua dan pendidik kita. Jika kita dapat menghayati atau mengimani pendampingan dan pertolongan orangtua dan pendidik dengan baik, maka dengan mudah kita juga akan mengakui dan menghayati pendampingan dan pertolongan dari saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Ketika kita dapat hidup dan bertindak demikian itu, maka sedikit banyak kita mempersiapkan pesta Natal yang akan datang, yang antara lain diwarnai persaudaraan atau persahabatan sejati, solidaritas Allah pada manusia yang lemah dan berdosa. Dengan kata lain saya mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah kita kenangkan kebaikan-kebaikan orang lain pada diri kita sejak dilahirkan sampai saat ini.

 

"TUHAN itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan- Mu, untuk memberitahukan keperkasaan- Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu"

(Mzm 145:9-12)

 

Jakarta, 10 Desember 2009


Senin, 07 Desember 2009

9 Des - Yes 40:25-31; Mat 11:28-30

"Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu"

(Yes 40:25-31; Mat 11:28-30)

 

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Mat 11:28-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·  Ketika orang hanya mengikuti keinginan atau kehendak sendiri, pada umumnya di awal langkah hidup atau kerja sangat bergairah, tetapi seiring dengan jalannya waktu akan menjadi letih lesu dan tak bergairah, atau bahkan frustrasi. Orang yang demikian itu adalah orang sombong. Sabda Yesus hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk 'memikul kuk yang dipasang Tuhan' melalui atasan atau pemimpin kita serta mengerjakan dengan lemah lembut dan rendah hati. Untuk itu marilah kita lihat, baca dan fahami kembali aneka tatanan atau aturan yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, dan kemudian kita hayati dalam hidup sehari-hari, atau kita kenangkan janji-janji yang pernah kita ikrarkan. Sebagai orang yang telah dibaptis, marilah kita kenangkan janji baptis serta beberapa aturan yang terkait dengan hidup iman atau kekristenan/kekatolikan kita. Ketika dibaptis kita berjanji hanya mau mengabdi Tuhan saja dan menolak semua godaan setan, dan untuk menghayati janji tersebut antara lain ada 10 (sepuluh) perintah Allah dan 5 (lima) aturan atau tuntunan Gereja. Dari 10 (sepuluh) perintah Allah yang konkret antara lain: "Hormatilah ibu-bapamu, Jangan membunuh,. Jangan berbuat cabul,. Jangan mencuri,  Jangan bersaksi dusta pada sesamamu manusia, Jangan ingin akan milik sesamamu ". Sedangkan 5 (lima perintah) Gereja adalah :  " Rayakanlah hari raya yang disamakan dengan hari Minggu, Ikutlah Perayaan ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu., Berpuasalah dan berpantanglah pada hari yang ditentukan., Mengaku-dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun, Sambutlah Tubuh Tuhan pada Masa Paskah. " (PS no 7). Marilah kita mawas diri sejauh mana kita setia dan melaksanakan perintah-perintah atau aturan tersebut? Jika kita setia menghayati perintah atau aturan tersebut, maka jiwa kita akan senantiasa tenang adanya.

·   "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah" (Yes 40:29-31), demikian kata-kata penghiburan Yesaya yang penuh pengharapan kepada saudara-saudarinya, kepada kita semua. Kita sedang menantikan Hari Raya Natal, Kenangan akan Kelahiran Penyelamat Dunia; apakah kita mendapat kekuatan baru, bersemangat baru? Orang yang sedang menanti-nantikan pada umumnya butuh kesabaran, daya tahan dan kegairahan hidup serta dengan rendah hati mentaati aneka aturan dan tatanan yang terkait, meskpun demikian ia 'tidak menjadi lesu dan tidak menjadi lelah'. Dengan kata menanti-nantikan juga butuh matiraga atau lakutapa. Maka marilah kita mawas diri apakah diri kita layak disebut sebagai yang sedang menanti-nantikan pesta Hari Natal, Kenangan akan Kelahiran Penyelamat Dunia. Matiraga secara harafiah berarti mematikan gairah/nafsu raga, dan maksudnya tidak lain adalah mengendalikan raga atau anggota tubuh sedemikian rupa sehingga tidak melakukan dosa atau berbuat jahat. Mengendalikan raga atau anggota tubuh kita sendiri kiranya lebih sulit daripada mengendalikan orang lain. Raga atau anggota tubuh yang mungkin baik kita refleksikan adalah mata, telinga, kepala/otak dan kaki maupun tangan: sejauh mana anggota tubuh ini berfungsi semakin mendekatkan saya dengan Tuhan maupun saudara-saudari kita? Ketika kita dapat mengendalikan diri dengan baik, maka dalam rangka menanti-nantikan kita tetap bergairah serta tidak akan melakukan dosa atau perbuatan jahat.  Ketika kita terbiasa dapat mengendalikan diri dengan baik, maka kita juga tidak mudah menjadi lelah dan lesu.  Ada kemungkinan ketika sedang menanti-nantikan orang merasa kelebihan waktu, maka manfaatkan waktu tersebut untuk berdoa atau membaca apa-apa yang baik dan berguna.

"Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat," (Mzm 103:1-4)

Jakarta, 9 Desember 2009

         


8 des - HR SP MARIA DIKANDUNG TANPA DOSA

HR SP MARIA DIKANDUNG TANPA DOSA:

"Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."

Kej 3:9-15.20; Ef 1:3-6.11-12; Luk 1:26-38


"Bila kita membaca bahwa sang utusan menyapa Maria sebagai 'yang penuh rahmat', konteks Injil, yang memadukan wahyu dan janji-janji masa lalu, memungkinkan kita memahami bahwa di antara semua 'berkat rohaniah dalam Kristus', berkat ini merupakan 'berkat' khusus. Dalam misteri Kristus, Maria 'hadir' malahan 'sebelum penciptaan dunia', sebagai seseorang  yang 'dipilih' Bapa sebagai 'Bunda PuteraNya' dalam Penjelmaan. Dan, lebih lagi, bersama dengan Bapa, sang Putera telah memilih Maria, dengan mempercayakannya dari kekal kepada Roh kekudusan. Dalam cara yang khusus dan istimewa itu Maria dipersatukan dengan Kristus, dan dengan itu 'dikasihi dalam Puteranya yang terkasih', Puteranya yang satu hakikat dengan Bapa, yang menjadi pusat semua 'kemuliaan rahmat'. Bersaman dengan itu dia tetap  terbuka sempurna terhadap 'kurnia dari atas'  (bdk Yak 1:17). Seperti diajarkan Konsili, Maria 'berada di antara yang miskin dan rendah hati di hadapan Tuhan, yang dengan percaya menunggu dan menerima penyelamatan dari padaNya" (PausYohanes Paulus II: Ensiklik 'REDEMPTORIS MATER' , 25 Maret 1987, no 8).

 

"Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau" (Luk 1:28).

 

Dari kutipan Ensiklik di atas antara lain dikatakan bahwa Maria menerima 'berkat khusus', sebagai yang 'terpilih' dan sudah hadir 'sebelum penciptaan dunia'. Maria diimani suci, tak bercela, dari semula, maka dalam berbagai patung Maria sering dilukiskan Maria berdiri di atas 'ular' alias mampu mengalahkan 'ular', kesucian engalahkan kecerdikan, sebagaimana diramalkan dalam Kitab Kejadian ini: "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (Kej 3:15). Maria yang dari semula diimani tidak bernoda juga menjadi teladan umat beriman, maka marilah pada Pesta SP Maria Dikandung Tanpa Dosa hari ini kita mawas diri perihal keimanan kita masing-masing.

 

Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga sedikit banyak juga boleh dikatakan sebagai "yang dikaruniasi, Tuhan menyertai engkau", dan dengan demikian selantiasa dalam perlindungan dan kuasa Tuhan serta hidup bersama dengan Tuhan alias suci. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan mampu mengalahkan setan, yang sering digambarkan sebagai ular yang cerdik. Kecerdikan ular ini bagaikan orang yang cerdas secara intelektual, yang memang sering lebih mudah memanfaatkan kecerdasannya untuk mencari keuntungan atau keenakan sendiri dengan 'mematikan atau menakuti' yang lain. Bersama dan bersatu dengan Tuhan masa kini boleh dikatakan identik dengan cerdas spiritual, yang mengatasi cerdas intelektual. Maka marilah kita upayakan, perdalam dan tingkatkan kecerdasan spiritual kita, sebagai orang beriman, 'yang dikaruniai dan disertai oleh Tuhan terus menerus'. Untuk itu sekali lagi saya angkat di sini ciri-ciri kecerdasan spiritual, yang hendaknya kita upayakan, perdalam dan tingkatkan, yaitu: "mampu untuk fleksibel (adaptasi aktif dan spontan), memiliki kesadaran diri yang tinggi, mampu menghadapi dan menggunakan penderitaan, mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit, hidup dijiwai oleh visi dan nilai-nilai, segan untuk menyakiti orang lain, melihat hubungan dari yang beragam (holistik), bertanya 'mengapa' dan 'apa jika' untuk mencari jawaban , kemampuan untuk 'melawan perjanjian'" .

        

Apakah cerdas spiritual dapat kita usahakan, hayati, perdalam dan tingkatkan? Percayalah bersama dan bersatu dengan Tuhan segala sesuatu mungkin dilakukan, maka marilah kita juga meneladan Maria yang menyatakan diri :"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (Luk 1:38). Marilah dengan rendah hati dan dengan bantuan rahmat Tuhan kita hayati atau laksanakan aneka tatanan atau aturan yang terkait dengan panggilan dan tugas pekerjaan kita masing-masing. Sebagai hamba Tuhan kita harus senantiasa berusaha bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah menganugerahi berbagai karunia; terima kasih dan syukur tersebut kita wujudkan dengan bersyukur dan berterima kasih kepada sesama atau  saudara-saudari kita, sehingga dalam hidup dan kerja bersama dimanapun dan kapanpun senantiasa ditandai dengan saling bersyukur dan berterima kasih.

 

"Di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya" (Ef 1:4-5)

 

Ketika baru saja dilahirkan, keluar dari rahim ibu kita masing-masing, kita semua 'kudus dan tak bercacat di hadapanNya', dan kita juga dipanggil untuk mempertahankan dan memperdalam kekudusan dan ketidak-cacatan tersebut melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Dengan jujur dan rendah hati kita semua kiranya harus mengakui bahwa untuk mempertahankan kekudusan dan ketidak-catatan saja sulit alias belum tentu berhasil, apalagi memperdalam, maka marilah kita saling membantu dalam mempertahankan kekudusan dan ketidak-cacatan tersebut.

 

Secara faktual harus kita akui bahwa secara anak-anak lebih suci dan tak bercacat daripada orangtua atau orang dewasa, maka kepada anak-anak kita beri penghormatan khusus. Hemat saya ketika kita tetap mengenang dan menghormati anak-anak, maka kita tidak akan dengan mudah jatuh ke dalam dosa atau berbuat jahat. Anak-anak sungguh dapat menjadi pengawas dan pengingat bagi kita dalam berbuat baik, melakukan apa yang baik guna mempertahankan kesucian dan ketidak-cacatan kita. Maka anak-anak sering juga dijadikan 'wahana' para penjahat untuk memeras korbannya demi keuntungan mereka, misalnya anak-anak dijadikan 'sandra'. Orang jahat memang akan memanfaatkan anak-anak untuk berbuat jahat, sebaliknya orang baik atau yang berkehendak baik pasti akan memanfaatkan atau memperlakukan anak-anak sebagai 'wahana' untuk semakin memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan dalam hidup sehari-hari.

 

"Memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan" itulah tujuan manusia diciptakan dan dengan demikian menjadi panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, dan hal itu hendaknya diwujudkan dalam hidup bersama yang dijiwai oleh atau ditandai dengan saling memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi atau melayani.  Cara hidup dan bertindak yang demikian itulah cara hidup dan cara bertindak 'anak-anak Allah', orang yang hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Marilah kita mohon dukungan dan doa Bunda Maria, teladan umat beriman, agar kita setia pada kehendak Allah, antara lain dengan berdevosi pada Bunda Maria, entah dengan berziarah ke tempat peziarahan Bunda Maria atau berdosa rosario. Doa rosario berisi doa-doa utama atau pokok, yaitu Aku percaya, Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan. Bukankah ketika kita menghayati isi doa-doa tersebut, tidak hanya mengumandangkan atau mendaraskan dengan mulut saja, maka kita akan bertahan dalam kekudusan dan ketidak-cacatan?  Semoga ketika berdoa rosario kita sungguh menyadari dan menghayati bahwa doa-doa tersebut merupakan doa-doa orang yang 'dipilih' oleh Allah, dikhususkan atau dipersembahkan kepada Allah.

 

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!"(Mzm 98:1-4)

 

Jakarta, 8 Desember 2009


referensi artikel http://www.imankatolik.or.id/Gelar%20Maria%20sebagai%20Tabut%20Perjanjian%20dan%20Dogma%20Immaculata.html


Minggu, 06 Desember 2009

7 Des - Yes 35:1-10; Luk 5:17-26

"Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?"

(Yes 35:1-10; Luk 5:17-26)

"Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan."(Luk 5:17-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam kisah hari ini ada tiga tokoh yang ditampilkan, yaitu: Orang Farisi dan ahli Taurat, Yesus serta seorang lumpuh. Dalam keyakinan iman masa itu siapapun yang menderita sakit berarti berdosa, dengan kata lain dosa merupakan sumber penyakit, maka kepada orang lumpuh yang mohon penyembuhan dari Yesus, Ia bersabda: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni". Orang Farisi dan ahli Taurat tidak percaya bahwa  Yesus adalah Allah, maka mereka berpikiran jahat dan menuduh Yesus menghojat Allah karena yang dapat mengampuni dosa hanya Allah. Orang yang tidak percaya memang pada umumnya berpikiran jahat, sedangkan mereka yang percaya akan sembuh dari aneka macam penyakit serta tidak pernah berpikiran jahat kepada orang lain melainkan memuliakan Allah melalui sesamanya dan doa-doanya. Maka baiklah di masa adven ini kita mawas diri: apakah kita seperti orang Farisi dan ahli Taurat atau orang lumpuh yang percaya dan disembuhkan. Kami mendambahkan bahwa kita adalah orang lumpuh yang mohon penyembuhan dari Allah, dan dengan demikian dengan rendah hati siap sedia untuk dinasihati, ditegor, dituntun dan diperintah orang lain, yang membantu penyembuhan kita. Marilah kita sadari kelumpuhan kita, entah dalam hati, jiwa, akal budi atau tubuh, dan kemudian dengan rendah hati mohon penyembuhan dan kasih pengampunan dari Allah maupun saudara-saudari kita.

·   "Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah" (Yes 35:3). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi yang kuat dan sehat dengan ajakan untuk menguatkan yang lemah lesu dan meneguhkan yang goyah. Marilah kita cermati lingkungan hidup dan kerja kita: adakah yang lemah lesu dan goyah imannya sehingga kurang bergairah  dalam hidup maupun kerja karena harus menghadapi banyak tantangan, masalah maupun hambatan. Mungkin mereka tidak hanya lesu dan goyah, tetapi juga frustrasi dan putus asa. Sebagai yang kuat dan sehat kita diharapkan kemanapun pergi dan dimanapun berada dapat menjadi penguat dan peneguh bagi yang lain dan dengan demikian cara hidup dan cara bertindak kita menjadi pengharapan bagi orang  lain. Cara memperkuat dan meneguhkan dapat ditempuh dengan berbagai cara, tergantung dari situasi dan kondisi, maka bagi kita yang akan memperkuat dan meneguhkan diharapkan senantiasa siap sedia dan rela untuk berkorban dan boros waktu, tenaga dan dana bagi mereka yang lesu dan goyah. Memperkuat yang lesu dan meneguhkan yang goyah merupakan wujud cintakasih, dan cintakasih sejati mengandaikan adanya pemborosan waktu dan tenaga bagi yang terkasih. Marilah di masa adven ini kita saling memperkuat dan meneguhkan harapan kita masing-masing, sehingga kita sungguh dapat hidup dengan bergairah, dinamis dan ceria.  Bukankah siapapun yang hidup dan berperilaku  bergairah, dinamis dan ceria senantiasa menarik, memikat dan mempesona alias menjadi harapan banyak orang?

 

"Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya " (Mzm 85:10-13)

 

Jakarta, 7 Desember 2009