"Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu"
(Yes 40:25-31; Mat 11:28-30)
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Mat 11:28-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Ketika orang hanya mengikuti keinginan atau kehendak sendiri, pada umumnya di awal langkah hidup atau kerja sangat bergairah, tetapi seiring dengan jalannya waktu akan menjadi letih lesu dan tak bergairah, atau bahkan frustrasi. Orang yang demikian itu adalah orang sombong. Sabda Yesus hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk 'memikul kuk yang dipasang Tuhan' melalui atasan atau pemimpin kita serta mengerjakan dengan lemah lembut dan rendah hati. Untuk itu marilah kita lihat, baca dan fahami kembali aneka tatanan atau aturan yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, dan kemudian kita hayati dalam hidup sehari-hari, atau kita kenangkan janji-janji yang pernah kita ikrarkan. Sebagai orang yang telah dibaptis, marilah kita kenangkan janji baptis serta beberapa aturan yang terkait dengan hidup iman atau kekristenan/kekatolikan kita. Ketika dibaptis kita berjanji hanya mau mengabdi Tuhan saja dan menolak semua godaan setan, dan untuk menghayati janji tersebut antara lain ada 10 (sepuluh) perintah Allah dan 5 (lima) aturan atau tuntunan Gereja. Dari 10 (sepuluh) perintah Allah yang konkret antara lain: "Hormatilah ibu-bapamu, Jangan membunuh,. Jangan berbuat cabul,. Jangan mencuri, Jangan bersaksi dusta pada sesamamu manusia, Jangan ingin akan milik sesamamu ". Sedangkan 5 (lima perintah) Gereja adalah : " Rayakanlah hari raya yang disamakan dengan hari Minggu, Ikutlah Perayaan ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu., Berpuasalah dan berpantanglah pada hari yang ditentukan., Mengaku-dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun, Sambutlah Tubuh Tuhan pada Masa Paskah. " (PS no 7). Marilah kita mawas diri sejauh mana kita setia dan melaksanakan perintah-perintah atau aturan tersebut? Jika kita setia menghayati perintah atau aturan tersebut, maka jiwa kita akan senantiasa tenang adanya.
· "Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah" (Yes 40:29-31), demikian kata-kata penghiburan Yesaya yang penuh pengharapan kepada saudara-saudarinya, kepada kita semua. Kita sedang menantikan Hari Raya Natal, Kenangan akan Kelahiran Penyelamat Dunia; apakah kita mendapat kekuatan baru, bersemangat baru? Orang yang sedang menanti-nantikan pada umumnya butuh kesabaran, daya tahan dan kegairahan hidup serta dengan rendah hati mentaati aneka aturan dan tatanan yang terkait, meskpun demikian ia 'tidak menjadi lesu dan tidak menjadi lelah'. Dengan kata menanti-nantikan juga butuh matiraga atau lakutapa. Maka marilah kita mawas diri apakah diri kita layak disebut sebagai yang sedang menanti-nantikan pesta Hari Natal, Kenangan akan Kelahiran Penyelamat Dunia. Matiraga secara harafiah berarti mematikan gairah/nafsu raga, dan maksudnya tidak lain adalah mengendalikan raga atau anggota tubuh sedemikian rupa sehingga tidak melakukan dosa atau berbuat jahat. Mengendalikan raga atau anggota tubuh kita sendiri kiranya lebih sulit daripada mengendalikan orang lain. Raga atau anggota tubuh yang mungkin baik kita refleksikan adalah mata, telinga, kepala/otak dan kaki maupun tangan: sejauh mana anggota tubuh ini berfungsi semakin mendekatkan saya dengan Tuhan maupun saudara-saudari kita? Ketika kita dapat mengendalikan diri dengan baik, maka dalam rangka menanti-nantikan kita tetap bergairah serta tidak akan melakukan dosa atau perbuatan jahat. Ketika kita terbiasa dapat mengendalikan diri dengan baik, maka kita juga tidak mudah menjadi lelah dan lesu. Ada kemungkinan ketika sedang menanti-nantikan orang merasa kelebihan waktu, maka manfaatkan waktu tersebut untuk berdoa atau membaca apa-apa yang baik dan berguna.
"Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat," (Mzm 103:1-4)
Jakarta, 9 Desember 2009
0 komentar:
Posting Komentar