Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 13 Juli 2012

14 Juli

Barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia

(Yes 6:1-8; Mat 10:24-33)

 

Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.� (Mat 10:24-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

 

 Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua sebagai umat beriman untuk tidak takut dan tidak gentar menghayati iman kita di dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Salah satu bentuk penghayatan iman yang mendesak dan up to date masa kini hemat saya adalah hidup dan bertindak disiplin serta jujur, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak disiplin dan tidak jujur, sehingga perilaku amoral seperti korupsi masih merebak di sana-simi di dalam kehidupan sehari-hari. Ada pejabat atau penegak hukum yang takut memberantas korupsi, karena memang sering ancaman untuk dibunuh atau disakiti. Kita diingatkan agar tidak takut terhadap ancaman atau terror karena pada umumnya mereka juga hanya menakut-nakuti dan tidak akan melakukan apa yang mereka ancamkan. Sekiranya mereka sungguh melakukan apa yang diancamkan, percayalah pasti akan banyak orang membantu dan mendukung anda, dan jika sampai anda meninggal dunia karena siksaan dan berdarah-darah, maka darah anda akan menjadi penyubur hidup beriman bagi orang lain. Marilah kita hayati rahmat kemartiran dalam cara hidup dan cara bertindak kita, dengan hidup dan bertindak jujur maupun disiplin. Sebagai orang yang percaya kepada Yesus kita dipanggil untuk meneladanNya, yaitu siap menderita demi kebahagiaan atau keselamatan orang lain, terutama mereka kebahagiaan atau keselamatan jiwa. Jiwa manusia lebih penting dari pada tubuh manusia atau harta benda dan uang.

 

"Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam" (Yes 6:5). Dengan jujur dan polos Yesaya menyadari dan menghayati dirinya sebagai orang yang terpanggil sebagai nabi. Karena hidup ditengah-tengah orang berdosa, yaitu ˜najis bibir alias berbicara yang tidak sopan serta menyakitkan hati pendengarnya, maka Yesaya pun tak terlepas dari situasi dosa dan berdosa juga. Orang berdosa yang dipanggil Tuhan untuk bepartisipasi dalam karya penyelamatanNya�, irulah jati diri seorang nabi, sehingga yang keluar dari mulutnya atau bibirnya bukan dari dirinya sendiri, melainkan dari Tuhan sendiri.  Nabi adalah pembawa dan pewarta suara Tuhan yang handal. Kita semua memiliki panggilan dimensi kenabian, maka marilah saling membantu dan mengingatkan dalam penghayatan panggilan ini. 

 

Hendaknya kita tidak takut untuk meneruskan atau menyebarluaskan suara atau kehendak Tuhan, dan marilah kita imani bahwa jika Tuhan memanggil dan mengutus, Ia juga akan membekali aneka kebutuhan yang kita perlukan dalam tugas pengutusan sehingga kita pasti akan sukses dalam tugas pengutusan. Penghayatan kenabian juga dapat kita hayati dengan melaksanakan tugas, pekerjaan dan kewajiban kita sehari-hari sebaik mungkin, maka baiklah saya mengingatkan dan mengajak pada pelajar atau mahasiswa sungguh belajar dengan baik setiap hari, tidak hanya belajar menjelang ujian atau ulangan umum saja, sedangkan para pekerja atau pegawai kami harapkan tetap rajin dan disiplin, tekun dan kerja keras melaksankan tugasnya  di tempat kerja. Ketika kita sukses dalam belajar maupun bekerja kami harapkan tidak menjadi sombong, melainkan semakin rendah hati, karena semuanya merupakan karya dan rahmat Tuhan.


TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada. (Mzm 93:1-2)

Ign 14 Juli 2012

Kamis, 12 Juli 2012

13 Juli


"Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati."

(Hos 14:2-10; Mat 10:16-23)

 "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu. Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang." (Mat 10:16-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setia pada hidup baik, panggilan dan tugas pengutusan pada masa kini sarat dengan tantangan, hambatan dan masalah serta godaan dan rayuan, yang membuat kita lengah dan tidak setia. Godaan dan rayuan halus dan mulus menggejala dalam aneka tawaran kenikmatan-kenikmatan, yang terkait dengan makanan, minuman dan seks. Maka pesan Yesus agar kita cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati hendaknya kita hayati benar dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita kapan pun dan dimana pun. Cerdik terkait dengan otak atau pikiran, sedangkan tulus alias suci terkait dengan hati dan jiwa. Agar pikiran kita sungguh cerdik maka hemat saya kita perlu banyak belajar dari berbagai buku maupun informasi yang ada di sekitar kita, sehingga kita kaya akan ilmu dan pengetahuan. Sedangkan untuk mengusahakan agar menjadi orang yang tulus dan suci perlu setiap hari melakukan latihan rohani atau olah kebatinan, entah dengan membaca dan  merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, berdoa (bermeditasi atau komtemplasi) maupun pemeriksaan batin. Pemeriksaan batin hendaknya dilaksanakan setiap hari agar kita terampil dalam pembedaan roh atau spiritual discernment. Terampil dalam pembedaan pada masa kini sungguh penting, agar dapat membedakan mana yang baik dan buruk dan akhirnya memilih dan melakukan apa yang baik. Jika kita terampil dalam pembedaan roh kami percaya kita akan mudah menanggapi aneka tantangan, masalah maupun hambatan. Pembedaan roh atau pemeriksaan batin merupakan bagian dari doa malam, doa harian, maka hendaknya dilakukan dengan baik dan benar setiap hari.

·   "Siapa yang bijaksana, biarlah ia memahami semuanya ini; siapa yang paham, biarlah ia mengetahuinya; sebab jalan-jalan TUHAN adalah lurus, dan orang benar menempuhnya, tetapi pemberontak tergelincir di situ." (Hos 14:10). Kutipan dari kitab Nabi Hosea ini merupakan ajakan atau peringatan bagat kita semua agar kita menjadi orang-orang yang bijaksana. Memang untuk bijaksana kita harus senantiasa menelusuri 'jalan-jalan Tuhan'. Jalan-jalan Tuhan antara lain dapat kita temukan di dalam Kitab Suci serta aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Jika tidak memiliki Kitab Suci baiklah kita ikuti dan laksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas kita masing-masing. Cermin apakah kita sungguh mentaati dan melaksanakan tata tertib kiranya dapat dilihat dan dicermati apa yang terjadi di jalanan. Sering dapat kita lihat dan baca di pinggir jalan suatu peringatan "Tertib di jalan tertib dalam kehidupan, tertib di jalan adalah cermin hidup berbangsa". Dengan kata lain marilah kita tingkatkan dan perdalam penghayatan keutamaan disiplin. "Berdisiplin adalah kesadaran akan sikap dan perilaku yang sudah tertanam dalam diri sesuai dengan tata tertib yang berlaku dalam suatu keteraturan secara berkesinambungan yang diarahkan pada suatu tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997 hal 10). Kami berharap berdisiplin ini sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan dalam diri anak-anak di dalam keluarga, dan kemudian diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah. Semoga hidup doa baik di dalam keluarga-keluarga maupun sekolah-sekolah juga mendapat perhatian yang memadai.

"Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!" (Mzm 51:8-9)

Ign 13 Juli 2012


Rabu, 11 Juli 2012

12 Juli


"Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan"

(Hos 11:1.3-4.8c-9; Mat 10:7-15)

" Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."(Mat 10:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada umumnya ketika orang memperoleh tugas baru senantiasa mempertanyakan apakah di tempat tugas baru tersedia aneka macam sarana-prasarana yang memadai guna melaksanakan tugas dan kewajibannya. Demikian juga ketika orang mau bepergian, lebih-lebih rekan-rekan perempuan, pada umumnya juga ribut atau sibuk mempersiapkan aneka bekal perjalanan. Dengan kata lain secara jujur dalam diri kita pasti akan ketakutan atau kekhawatiran setiap kali ada hal-hal atau tugas-tugas baru. "Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya", demikian sabda atau pesan Yesus. Sabda ini kiranya mengajak kita semua untuk mengimani bahwa jika kita menerima tugas pengtusan dari atasan atau pemimpin kita, percayalah kepada Penyelenggaraan Ilahi. Jika kita senantiasa berusaha berbuat baik, percayalah pasti senantiasa ada orang-orang baik yang siap membantu kita dalam melaksanakan tugas pengutusan. Saya pribadi memiliki banyak pengalaman dalam hal tersebut: setiap kali kami merencanakan dan mengusahakan apa yang baik dan demi kepentingan umum ada-ada saja yang membantu dan akhirnya apa yang diusahakan dan direncanakan menjadi kenyataan alias terwujud. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk tidak khawatir setiap kali menerima tugas baru: sikapi dan laksanakan dengan baik dan percayalah jika anda senantiasa mengusahakan apa yang baik dan menyelamatkan past akan menerima uluran bantuan dari orang-orang yang baik.  Jika kita khawatir atau takut, sebenarnya dari diri kita sendiri juga kurang total atau sepenuhnya dalam melaksanakan tugas pengutusan, sehingga boleh dikatakan sebagai kalah sebelum perang.

·   "Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak. Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan" (Hos 11:8c-9), demikian belas kasih Allah kepada orang-orang pilihannya sebagaimana dilukiskan oleh nabi Hosea. Allah memang penuh belaskasih dan pengampunan, Allah senantiasa mengasihi dan mengampuni manusia yang membuka diri terhadap PenyelenggaraanNya. Maka kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk senantiasa membuka diri terhadap PenyelenggaraanNya dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan apapun dan dimanapun. Secara konkret marilah dengan rendah hati kita lihat dan imani apa yang baik, mulia, luhur dan indah dalam semua ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Setiap manusia pasti dapat menjadi kepanjangan atau penyalur belaskasih dan pengampunan Allah. "Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu", inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Allah hadir di tengah-tengah kita untuk menguduskan kita semua, mendorong dan memungkinkan kita untuk membaktikan diri seutuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi. Kami berharap juga masing-masing dari kita dapat menjadi penyalur Penyelenggaraan Ilahi juga, artinya senantiasa juga mengasihi dan mengampuni siapapun. Ingatlah dan hayati bahwa masing-masing dari kita telah menerima kasih pengampunan melimpah dari Allah, sehingga untuk mengasihi dan mengampuni kita tinggal menyalurkannya saja.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju" (Mzm 51:3-4.8-9)

Ign 12 Juli 2012


Selasa, 10 Juli 2012

11 Juli

Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit.

(Hos 8:4-7.11-13; Mat 9:32-38)


Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel." Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan." Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.(Mat 9:32-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


Jumlah umat terus bertambah namun jumlah imam atau pastor semakin berkurang, entah karena yang telah menjadi imam atau pastor mengundurkan diri maupun pendaftar yang masuk ke seminari juga semakin berkurang. Sekiranya pendaftar yang masuk seminari banyakpun karena pencerahan selama pendampingan di seminari akhirnya cukup banyak yang menemukan panggilan sejatinya dan akhirnya mengundurkan diri dari seminari. Yang cukup memprihatinkan juga pada masa kini yang masuk ke seminari kecerdasan intelektualnya pas-pasan, sedangkan mereka yang cerdas secara intelektual tidak tergerak untuk ke seminari. Memang yang terpanggil adalah mereka yang mungkin sederhana dan miskin, secara intelektual dan finansial, tetapi unggul dalam hal kepribadian dan kecerdasan spiritual. Maka sesuai dengan sabda Yesus hari ini marilah kita berdoa agar Tuhan menyentuh dan memanggil anak-anak dan generasi muda untuk menanggapi panggilan menjadi imam, bruder dan suster. Dan tentu saja kami berharap kepada para orangtua untuk menjadikan hidup berkeluarga sebagai tempat penyemaian benih-benih panggilan, antara lain di dalam keluarga dibiasakan berdoa bersama, saling mendoakan dan anak-anak dididik atau dibina dalam hal kepekaan sosial. Jika ada anaknya yang terbaik terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster hendaknya orangtua dengan suka hati dan penuh syukur mengijinkan dan mendukungnya. Kami juga mengharapkan partisipasi seluruh umat Allah untuk berdoa pagi suburnya panggilan imam, bruder dan suster serta membantu pembeayaan pendidikan di seminari dengan menyumbangkan sebagian harta atau uangnya bagi seminari. Sedangkan rekan-rekan imam, bruder dan suster kami harapkan dapat menjadi saksi penghayatan panggilan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya memikat dan menarik anak-anak dan generasi muda untuk mengikutinya.


Mereka mencintai korban sembelihan; mereka mempersembahkan daging dan memakannya; tetapi TUHAN tidak berkenan kepada mereka. Sekarang Ia akan mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka; mereka harus kembali ke Mesir! (Hos 8:13). Apa yang tertulis ini rasanya pada masa kini juga masih marak terjadi, yaitu orang dengan seenaknya berpesta pora dan melupakan hidup doa maupun hidup beriman. Maka tidak mengherankan bahwa hidup bersama sungguh telah rusak dan banyak orang bersikap mental materialistis serta egois. Hal yang demikian tentu saja membuat orang-orang baik dan sosial semakin berkurang, dan benarlah apa yang disabdakan Yesus bahwa pekerja hanya sedikit.Kepada mereka yang bersikap mental materialistis serta egois kami ajak untuk bertobat dan memperbaharui diri, tak ada kata terlambat untuk bertobat serta memperbaharui diri. Kegagalan anda dalam hidup, pekerjaan maupun tugas pengutusan terjadi karena sikap mental materialistis maupun egois. Marilah kita hidup dan bekerja sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Dengan kata lain kita harus mengorbankan diri kita, bukan orang lain, binatang atau harta benda. Kita nikmati hidup dan pekerjaan dengan gembira dan ceria, karena dengan kegembiraan dan keceriaan kita pasti akan lebih berhasil atau sukses. Yang penting adalah hidup dan bekerja dengan sebaik mungkin, sedangkan perihal hasil atau imbal jasa biarlah kita serahkan kepada Penyelenggaraan Ilahi melalui mereka yang baik hati. Hidup sebaik mungkin agar terampil hidup, belajar atau bekerja sebaik mungkin agar terampil belajar atau bekerja itulah yang hendaknya kita usahakan atau upayakan bersama-sama.


Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.  (Mzm 115:3-8)


Ign 10 Juli

2012

Senin, 09 Juli 2012

10 Juli


"Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit."

(Hos 8:4-7.11-13; Mat 9:32-38)

"Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel." Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan kuasa penghulu setan Ia mengusir setan." Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Mat 9:32-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Jumlah umat terus bertambah namun jumlah imam atau pastor semakin berkurang, entah karena yang telah menjadi imam atau pastor mengundurkan diri maupun pendaftar yang masuk ke seminari juga semakin berkurang. Sekiranya pendaftar yang masuk seminari banyakpun karena pencerahan selama pendampingan di seminari akhirnya cukup banyak yang menemukan panggilan sejatinya dan akhirnya mengundurkan diri dari seminari. Yang cukup memprihatinkan juga pada masa kini yang masuk ke seminari kecerdasan intelektualnya pas-pasan, sedangkan mereka yang cerdas secara intelektual tidak tergerak untuk ke seminari. Memang yang terpanggil adalah mereka yang mungkin sederhana dan miskin, secara intelektual dan finansial, tetapi unggul dalam hal kepribadian dan kecerdasan spiritual. Maka sesuai dengan sabda Yesus hari ini marilah kita berdoa agar Tuhan menyentuh dan memanggil anak-anak dan generasi muda untuk menanggapi panggilan menjadi imam, bruder dan suster. Dan tentu saja kami berharap kepada para orangtua untuk menjadikan hidup berkeluarga sebagai tempat penyemaian benih-benih panggilan, antara lain di dalam keluarga dibiasakan berdoa bersama, saling mendoakan dan anak-anak dididik atau dibina dalam hal kepekaan sosial. Jika ada anaknya yang terbaik terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster hendaknya orangtua dengan suka hati dan penuh syukur mengijinkan dan mendukungnya. Kami juga mengharapkan partisipasi seluruh umat Allah untuk berdoa pagi suburnya panggilan imam, bruder dan suster serta membantu pembeayaan pendidikan di seminari dengan menyumbangkan sebagian harta atau uangnya bagi seminari. Sedangkan rekan-rekan imam, bruder dan suster kami harapkan dapat menjadi saksi penghayatan panggilan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya memikat dan menarik anak-anak dan generasi muda untuk mengikutinya.

·   "Mereka mencintai korban sembelihan; mereka mempersembahkan daging dan memakannya; tetapi TUHAN tidak berkenan kepada mereka. Sekarang Ia akan mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka; mereka harus kembali ke Mesir!" (Hos 8:13). Apa yang tertulis ini rasanya pada masa kini juga masih marak terjadi, yaitu orang dengan seenaknya berpesta pora dan melupakan hidup doa maupun hidup beriman. Maka tidak mengherankan bahwa hidup bersama sungguh telah rusak dan banyak orang bersikap mental materialistis serta egois. Hal yang demikian tentu saja membuat orang-orang baik dan sosial semakin berkurang, dan benarlah apa yang disabdakan Yesus bahwa 'pekerja' hanya sedikit. Kepada mereka yang bersikap mental materialistis serta egois kami ajak untuk bertobat dan memperbaharui diri, tak ada kata terlambat untuk bertobat serta memperbaharui diri. Kegagalan anda dalam hidup, pekerjaan maupun tugas pengutusan terjadi karena sikap mental materialistis maupun egois. Marilah kita hidup dan bekerja sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Dengan kata lain kita harus mengorbankan diri kita, bukan orang lain, binatang atau harta benda. Kita nikmati hidup dan pekerjaan dengan gembira dan ceria, karena dengan kegembiraan dan keceriaan kita pasti akan lebih berhasil atau sukses. Yang penting adalah hidup dan bekerja dengan sebaik mungkin, sedangkan perihal hasil atau imbal jasa biarlah kita serahkan kepada Penyelenggaraan Ilahi melalui mereka yang baik hati. Hidup sebaik mungkin agar terampil hidup, belajar atau bekerja sebaik mungkin agar terampil belajar atau bekerja itulah yang hendaknya kita usahakan atau upayakan bersama-sama.

"Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya." (Mzm 115:3-8)

Ign 10 Juli 2012


Minggu, 08 Juli 2012

9 Juli


"Asal kujamah saja jubah-Nya aku akan sembuh."

(Hos 2:13.14b-15.18-19: Mat 9:18-26)

" Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." Lalu Yesus pun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya. Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu. Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut, berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu" (Mat 9:18-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Agustinus Zhao Rong, imam, martir Cina, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pribadi Yesus memang sungguh penuh kuasa dan wibawa, sehingga siapapun yang beriman kepadaNya pasti akan hidup berbahagia, selamat dan damai sejahtera, dan mereka yang sakit akan disembuhkan, sedangkan yang loyo dan lesu akan digairahkan, sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira hari ini. Hal senada kiranya juga terjadi dalam diri seorang martir, yaitu darah yang telah ditumpahkan demi dan karena iman akan membangkitkan dan menggairahkan hidup orang beriman. Maka baiklah saya mengajak semua umat beriman untuk meneladan kepala rumah ibadat maupun perempuan yang sakit pendarahan sebagaimana dikisahkan di atas. Iman mereka telah membangkitkan dan menyembuhkan, sehingga apa yang terjadi karena iman dalam waktu singkat menyebar ke mana-mana. Jika kita sungguh beriman, maka kitapun akan mampu dengan mudah membangkitkan mereka yang lesu dan loyo maupun menyembuhkan mereka yang sakit, terutama sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi. Memang pertama-tama dan terutama kita harus memperdalam dan memperteguh iman kita, yang berarti sungguh mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga cara hidup dan cara bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Orang yang sungguh hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan akan memiliki kewibawaan luar biasa dan siapapun yang mendekat dan menyentuh kita akan tergerak juga untuk semakin beriman. "Imanmu telah menyelamatkan engkau", demikian sabda Yesus yang hendaknya juga menjadi acuan dan pedoman hidup kita. Kita semua mendambakan keselamatan, terutama keselamatan jiwa kita, maka marilah kita perteguh dan perdalam iman kita.

·   "Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang.Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal TUHAN." (Hos 2:18-19), demikian firman Tuhan kepada Hosea. Tuhan begitu mengasihi orang yang sungguh beriman, sehingga Ia memperlakukan orang yang bersangkutan bagaikan isteriNya. Memang dikasihi oleh Tuhan akhirnya tidak dapat tinggal diam, melainkan diutus untuk mewartakan 'keadilan, kebenaran, kasih setia, kasih sayang dan kesetiaan'. Menjadi saksi atau pewarta keutamaan-keutamaan di atas ini hemat saya pada masa kini berarti menghayati rahmat kemartiran yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, mengingatkan ketidak-adilan, pemalsuan dan kebohongan, ketidak-setiaan dst..masih merebak di sana-sini. Para suami-isteri dengan mudah saling bercerai, para pekerja atau pelajar tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusannya, dan aneka bentuk pemalsuan terjadi di sana-sini. Keaslian diri kita masing-masing adalah sebagai citra atau gambar Tuhan Allah, dan untuk itu berarti senantiasa hidup dan bertindak dengan adil, benar, setia dan mengasihi dimana-mana dan kapan pun juga. Mungkin baik pada masa kini kita utamakan keutamaan kesetiaan, mengingat dan mempertimbangkan cukup banyak orang tidak atau kurang setia dalam hidup dan panggilannya. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Kami berharap para suami-isteri dapat setia pada janji perkawinannya serta kemudian mendidik dan membiasakan anak-anak dalam hal kesetiaan, sehingga kelak mereka akan terpanggil apapun akan menjadi orang yang setia dalam menghayati panggilannya.

"Setiap hari aku hendak memuji Engkau, dan hendak memuliakan nama-Mu untuk seterusnya dan selamanya.Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga. Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu. Semarak kemuliaan-Mu yang agung dan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib akan kunyanyikan."

(Mzm 145:2-5)

Ign 9 Juli 2012


Minggu Biasa XIV


Mg Biasa XIV: Yeh 2:2-5; 2Kor 12:7-10; Mrk 6:1-6

"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."

Di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada umumnya yang terpilih menjadi kepada daerah atau pemerintahan adalah putera/puteri daerah yang terbaik. Sebaliknya yang menjadi pastor kepala paroki belum tentu putera daerah atau bahkan berasal dari daerah jauh, maklum fungsi atau peran pastor paroki kiranya berbeda dengan kepala daerah. Pastor paroki memiliki panggilan kenabian dalam fungsi dan tugasnya, yaitu menyampaikan dan memperjuangkan kebenaran-kebenaran sebagaimana diwahyukan oleh Tuhan melalui aneka pembelajaran dan permenungan atas apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Perbedaan pemimpin agama dan pemimpin daerah ini sering kelihatan jelas, misalnya saat Paus Yohanes Paulus II berkunjung ke Yogyakarta bagi umat wilayah Keuskupan Agung Semarang khususnya dan warga propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dalam waktu berhimpitan ada kunjungan kerja Presiden RI di Semarang dalam rangka membuka Lokakarya Kebudayaan Jawa. Kunjungan Paus meskipun ada beberapa yang menentang, namun lebih banyak orang atau warga masyarakat ikut menikmati buahnya, yaitu kesejahteraan, sementara dalam kunjungan Presiden di Semarang cukup banyak warga masyarakat, khususnya mereka yang miskin, para tukang becak dan asongan di pinggir jalan tak boleh bekerja alias harus berpuasa.

"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya." (Mrk 6:5)

Karena seorang nabi memiliki tugas pengutusan untuk mewartakan kebenaran-kebenaran atau pembaharuan cara hidup dan cara bertindak, maka jika yang terpanggil untuk menjadi 'nabi' adalah teman yang telah lama dikenal pada umumnya orang kurang percaya kepadanya. Menghormati rekan sendiri memang lebih sulit daripada menghormati orang lain, namun hemat saya jika kita terhadap saudara-saudari dekat tidak dapat saling menghormati, maka menghormati orang lain yang jauh merupakan pelarian tanggungjawab. Marilah dengan rendah hati kita saling menghormati saudara-saudari kita yang setiap hari hidup dan bekerja bersama dengan kita.

Jika salah seorang dari saudara atau kenalan dekat kita terpanggil untuk menjadi orang baik, apalagi tokoh penting dalam masyarakat atau bangsa atau agama, hendaknya kita bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan dan secara konkret menghormati orang yang bersangkutan selayaknya. Kami berharap kita mendoakan saudara-saudari kita yang terpanggil menjadi 'nabi' karena yang bersangkutan pasti harus menghadapi tantangan dan hambatan berat dalam rangka memperjuangkan kebenaran-kebenaran, mengingat dan mempertimbangkan kebohongan-kebohongan masih merebak di sana-sini dalam hidup dan bekerja bersama. Sebaliknya kepada mereka yang terpanggil menjadi 'nabi' dan kurang atau tidak dihormati oleh saudara-saudari serta kenalan-kenalan dekatnya, kami harapkan untuk tetap tabah dan setia mengemban tugas panggilan kenabian.

Dalam hidup dan bekerja bersama yang masih sarat dengan kebohongan dan perilaku amoral seperti korupsi masa ini menghayati rahmat atau panggilan kenabian sungguh penting dan mendesak. Sebagai umat beriman kita semua memiliki tugas panggilan kenabian, maka kami harapkan kita senantiasa setia pada panggilan ini, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Miliki keteguhan hati dalam mengemban tugas panggilan kenabian, dan pecayalah dengan keteguhan hati anda pasti sukses menghayati panggilan kenabian, dan mungkin kesuksesan tidak sempat kita nikmati, melainkan orang lain yang akan menikmatinya. Nasib seorang nabi memang pada umumnya dibenci dan dikejar-kejar untuk disingkirkan dan ada kemungkinan juga dibunuh secara halus, sebagaimana pernah dialami oleh 'Munir' yang diracun dalam perjalanan dengan pesawat Garuda  ke luar negeri. Darah nabi akan menjadi pupuk yang menyuburkan iman umat Allah.

"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat." (2Kor 12:9-10)

Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Korintus di atas ini kiranya dapat menjadi pegangan atau kekuatan kita dalam penghayatan iman yang ditandai oleh tugas pengutusan kenabian. "Aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus (Tuhan)" ,kata-kata inilah yang selayaknya menjadi pedoman atau pegangan cara hidup dan cara bertindak kita sebagai umat beriman. Hidup dan terpanggil menjadi nabi memang harus mengandalkan sepenuhnya pada kekuatan dan rahmat Tuhan serta tidak mengandalkan atau menyombongkan kekuatannya sendiri, yang sebenarnya lemah dan rapuh.

Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti akan mampu mengatasi aneka tantangan, masalah dan hambatanm, bahkan baik tantangan, masalah dan hambatan justru akan semakin membuat diri kita lebih handal dalam menghayati panggilan kenabian, sebagaimana 'Pendowo Limo'(Lima bersaudara): Puntodewo, Werkudoro, Janoko, Nakulo dan Sadewo yang dibuang dan  disiksa di tengah hutan belantara oleh saudara-saudaranya di Astino, tidak hancur melainkan justru semakin handal dan tangguh sebagai kesatria. Maka jika anda baik, benar, jujur dan tulus hati harus menghadapi masalah, tantangan dan hambatan, hendaknya hal itu dijadikan wahana untuk semakin mendewasakan diri dan membuat diri semakin handal dan tangguh.

"Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga.Kepada keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH. Dan baik mereka mendengarkan atau tidak -- sebab mereka adalah kaum pemberontak -- mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka." (Yeh 2:3-5), demikian firman Tuhan Allah kepada nabi Yeheskiel, yang kiranya juga baik kita jadikan firmanNya kepada kita semua, umat beriman. Marilah kita hadapi dan sikapi orang yang keras kepala dan tegar hati dengan lemah lembut dan rendah hati seraya mengandalkan rahmat dan kekuatan Tuhan. Sekeras kepala dan setegar hati apapun jika kita dekati dengan lemah lembut, rendah hati dan kasih pasti akan takluk. Bukankah binatang buas pun dapat ditaklukkan dengan kasih dan lemah lembut, apalagi manusia.

" Kepada-Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga. Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita. Kasihanilah kami, ya TUHAN, kasihanilah kami, sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan;jiwa kami sudah cukup kenyang dengan olok-olok orang-orang yang merasa aman, dengan penghinaan orang-orang yang sombong."

 (Mzm 123)

Ign 8 Juli 2012