Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 14 Januari 2011

Mg Biasa II - Yes 49:3.5-6; 1Kor 1:1-3; Yoh 1:29-34

"Aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah."

Mg Biasa II : Yes 49:3.5-6; 1Kor 1:1-3; Yoh 1:29-34


Sebut saja namanya "Pak Suto" dan pekerjaan sehari-hari adalah sebagai 'kusir andong' ('sopir' kereta kuda), sebagai sumber mata pencaharian keluarganya. Pada suatu siang ada seorang penumpang minta diantarkan dengan kereta kudanya ke suatu tujuan, penumpang tersebut sebut saja namanya 'Hartawan', seorang pengusaha pedesaan yang sukses. Dalam perjalanan mengendalikan kereta kudanya Pak Suto nampak ceria dan bergairah, sehingga menarik perhatian atau memikat Hartawan. Hartawan menyapa Pak Suto:"Pak, saya perhatikan bapak itu kok nampak ceria, gembira terus menerus dan tak pernah merasa sedih. Apa sih rahasianya?". "Oh, mau tahu rahasianya?", tanggapan Pak Suto. "Ya", dengan cepat Hartawan menjawab. "Kalau mau tahu rahasianya besok Jum'at sore datang ke rumah saya, akan saya tunjukkan", jawab Pak Suto. Pada hari yang ditentukan itupan Hartawan datang ke rumah Pak Suto, dan ternyata di rumah Pak Suto sedang berkumpul beberapa orang, yang dengan penuh perhatian sedang mendengarkan pengajaran agama/katekese dari seorang pastor Belanda/misionaris. "Nah, kalau mau tahu rahasianya hidup ceria dan gembira, dengarkan pengajaran bapak pastor tersebut, resapkan apa yang diajarkan dan hayati dalam hidup sehari-hari", kata Pak Suto kepada Hartawan. Dan memang Hartawan akhirnya mengikuti jejak Pak Suto, menjadi murid atau pengikut Yesus Kristus. Kesaksian hidup Pak Suto itulah yang menarik dan memikat Hartawan.

 

"Aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah". (Yoh 1:34)       

 

Yohanes Pembaptis adalah bentara Penyelamat Dunia, hidup dan berkarya untuk membantu orang melihat dan mengimani Yesus sebagai Anak Allah, Penyelamat Dunia. "Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus. Dan aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah."(Yoh 1:32-34), demikian kata Yohanes kepada para pendengarnya atau pengikutnya. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk menjadi saksi-saksi iman, antara lain menjadi bentara keselamatan atau kebahagiaan sejati dengan kesaksian hidup sehari-hari. Maka marilah kita mawas diri apakah cara hidup dan cara bertindak kita menarik dan memikat orang lain untuk semakin beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

 

Kita semua sebagai orang beriman dipanggil untuk menjadi saksi bahwa Allah hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Allah hidup dan berkarya melalui RohNya yang antara lain memiliki cirikhas dinamis dan bergairah, maka hidup dan bertindak bersamaNya berarti senantiasa dinamis dan bergairah. Dengan kata lain marilah kita bagaikan 'orang gila atau sinthing' yang senantiasa senyum-senyum terus menerus, telanjang tiada punya malu, tidak pernah menyakiti orang lain, menarik dan memikat semua orang yang melihatnya. Kegilaan atau kesinthingan kita bukan karena sakit jiwa melainkan karena hidup dan bersatu dengan Allah kapanpun dan dimanapun juga.

 

Kami berharap kepada mereka yang berpengaruh dalam hidup bersama maupun melayani sesama melalui aneka pekerjaan, tugas atau profesi atau fungsi, dapat menjadi saksi-saksi iman, yang menarik dan memikat. Dengan kata lain marilah kita 'berbisnis pelayanan', sibuk melayani dengan rendah hati, senyum, ceria dan bergairah serta tidak pernah mengecewakan yang dilayani sedikitpun. Apa yang sedang kita hadapi atau kerjakan hendaknya dilakukan dengan penuh pelayanan, dengan semangat dan sikap untuk senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan yang dilayani. Kita adalah 'penjual', dan mereka yang kita layani adalah 'pembeli', marilah kita layanilah sebaik mungkin para pembeli agar mereka kemudian menceriterakan pengalaman indahnya kepada saudara-saudarinya alias menjadi pembantu 'marketing' atau 'tugas pewartaan' kita. Kepada para penyelenggara maupun pelaksana aneka macam karya pelayanan kesehatan, sosial dan pendidikan kami harapkan melaksanakan tugas pengutusannya sebaik mungkin, sehingga mereka yang menerima pelayanan anda tak pernah kecewa dan dengan demikian menjadi pembantu kita dalam 'marketing'.

 

"Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu " (1Kor 1:3)  

 

Kutipan di atas ini pada masa kini menjadi sapaan awal Perayaan Ekaristi, yang dilakukan oleh pemimpin ibadat atau pastor. Dan sebenarnya juga sering kita lakukan ketika berjumpa dengan orang lain kita berkata "Selamat datang, selamat pagi, selamat….Salam damai sejahtera, dst..".  Kata-kata atau sapaan yang begitu indah dan bermakna tersebut terjadi pada awal suatu kegiatan atau perjumpaan dengan harapan agar seluruh kegiatan atau perjumpaan berada dalam kasih dan damai Tuhan, dengan kata lain selama bergiat, berusaha atau berjumpa kita saling mengasihi satu sama lain.

 

Agar kita dapat mengasihi dengan baik, maka diharapkan kita senantiasa berada dalam 'kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah', artinya cara hidup dan cara bertindak kita tak perlah terlepas dari Allah, Allah senantiasa hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Kita menjadi pembawa dan saksi kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, maka kita memiliki tugas pengutusan sebagaimana dimiliki oleh Yesaya: "Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi."  (Yes 49:6). Cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun hendaknya menjadi 'terang' atau 'facilitator". Kehadiran dan sepak terjang kita senantiasa mempermudah orang lain untuk berbakti kepada Tuhan, semakin beriman, semakin hidup suci dan tak bernoda.

 

Menjadi 'terang' atau 'facilitator' pada masa kini secara konkret antara lain menghayati keutamaan-keutamaan seperti 'jujur, adil, disiplin dan rendah hati'. "Jujur adalah sikap dan perilaku, yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Orang jujur akan hancur untuk sementara, tetapi akan mujur selamanya. Hidup dan bertindak jujur pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan, mengingat dan memperhatikan korupsi dan kebohongan masih marak di sana-sana. Gayus dalam salah satu pembelaannya di pengadilan mengatakan bahwa semua pejabat di Direktorat Perpajakan adalah koruptor, maka untuk memberantas korupsi antara lain perlu ada pembaharuan total di Direktorat Perpajakan. Sekali lagi kami angkat: hendaknya kejujuran sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan di dalam keluarga maupun pendidikan, antara lain dengan teladan konkret dari para orangtua dan para guru/pendidik. Marilah kita hayati kasih karunia dan damai sejahtera Allah dengan hidup dan bertindak jujur dimanapun dan kapanpun.

 

"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN."

(Mzm 40:7-10)

Jakarta, 16 Januari 2011

   .               

 


Kamis, 13 Januari 2011

15 Jan - Ibr 4:12-14; Mrk 2:13-17

"Aku datang bukan untuk memanggil orang benar melainkan orang berdosa."

(Ibr 4:12-14; Mrk 2:13-17)

 

"Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."(Mrk 2:13-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Penyelamat Dunia datang untuk menyelamatkan seluruh dunia seisinya, maka jika ada bagian dunia yang tidak selamat, dan tentu saja pertama-tama dan terutama adalah manusia, Ia segera menyelamatkannya. Dalam kisah hari ini Ia menyelamatkan Lewi, pemungut cukai, yang dinilai sebagai pendosa di masyarakat. Memang sampai kini pun, seperti di Indonesia, para pegawai pajak/cukai pada umumnya terjerat oleh dosa secara struktural, ramai-ramai melakukan korupsi dengan memanipulasi pungutan pajak. Dengan kata lain mereka yang nampak sebagai orang baik-baik itu adalah pendosa, maka baiklah kita juga menyadari dan menghayati diri sebagai pendosa, yang dipanggil Tuhan untuk bertobat dan berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya antara lain 'memanggil orang berdosa' untuk bertobat. Maka selain menghayati diri sebagai pendosa, hendaknya dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan kita juga berusaha berparitipasi dalam karya penyelematanNya, yaitu memperbaiki apa yang tidak baik, membereskan apa yang tidak beres, dst…, dengan kata lain dimana ada bagian kehidupan kita yang tidak baik dan selamat, segera kita perbaiki atau selamatkan. Marilah kita perhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan dalam lingkungan hidup kita, entah secara phisik, spiritual, sosial maupun intelektual. Kepada mereka yang sering berteriak-teriak atau memerintahkan orang lain untuk berobat, hendaknya juga menyadari dan menghayati diri sebagai yang butuh obat juga, apalagi kalau yang kita perintahkan adalah mereka yang sakit hati atau sakit jiwa. Maklum penyebab utama sakit jiwa atau sakit hati adalah lingkungan hidup yang tidak sehat, alias manusia-manusia yang merasa sehat padahal sedang menderita sakit, entah sakit hati atau sakit jiwa.


·   "Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita."(Ibr 4:12). Apa yang kita dengarkan sejak kita berada di dalam rahim ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian kita masing-masing. Jika kita jujur mawas diri kiranya masing-masing, maka kita lebih banyak mendengarkan daripada berbicara atau berkata-kata. Memang apa yang kita dengarkan sering membingungkan kita: mana yang baik dan benar, mana yang jelek dan salah. Maka untuk menguji kebenaran atas apa yang kita dengarkan hendaknya ditatapkan pada Firman atau Sabda Allah, yang antara lain tertulis di dalam Kitab Suci. Seluruh ajaran yang tertulis di dalam Kitab Suci hemat saya dapat dipadatkan dan ajaran atau perintah untuk saling mengasihi satu sama lain dalam hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun. Dengan kata lain baiklah kita uji apa yang kita dengarkan dengan cintakasih: apakah setelah mendengarkan kita tergerak untuk mengasihi atau membenci. Memang membenci atau mengasihi juga sangat tergantung  dari pertimbangan dan pikiran hati kita masing-masing. Hemat saya mayoritas apa yang kita dengarkan mengajak kita untuk hidup mengasihi, maka ketika setelah mendengarkan kita tergerak untuk membenci berarti pikiran hati kita yang tidak baik. Baiklah kita mawas diri dengan jujur dan rendah hati, apakah kita berpikiran tidak baik. Kutipan di atas ini mengingatkan kita semua bahwa Firman atau Sabda Allah sungguh mendidik dan membina kita semua, agar kita selamat dan damai sejahtera. Kami berharap apa yang saya kutipkan dan refleksikan secara sederhana dari Kitab Suci setiap hari berguna bagi kita semua.

 

"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya "(Mzm 19:8-10)

 

Jakarta, 15 Januari 2011


14 Jan - Ibr 4:1-5.11; Mrk 2:1-12

"Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?"

(Ibr 4:1-5.11; Mrk 2:1-12)


"Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat." (Mrk 2:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kehadiran dan karya Yesus, Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi Manusia, membuat iri para ahli Taurat. Sang Penyelamat Dunia menyembuhkan orang sakit dengan kasih pengampunanNya, dan memang sehat atau sakit erat kaitannya dengan dosa. Melihat Yesus mengampuni dosa orang, ahli Taurat menuduhNya menghujat Allah alias berpikiran jahat dalam hatinya. Memang pengampunan dosa hanya dianugerahkan oleh Allah, namun kiranya sebagai orang beriman kita dipanggil untuk untuk hidup saling mengampuni, sebagai pekerjasama A.llah. Dalam hidup sehari-hari kita sering menghadapi aneka ketidak-jelasan sehingga dengan mudah kita berpikiran jahat terhadap mereka yang menimbulkan ketidak-jelasan tersebut. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita adalah manusia yang lemah dan rapuh, yang dengan mudah berbuat hal yang melanggar cintakasih dan mengalami aneka keterbatasan. Sekiranya kita menghadapi ketidak-jelasan atau kesalah-fahaman hendaknya dengan kasih pengampunan dan pikiran positif kita menanggapinya; dengan kata lain marilah kita hayati semangat belajar terus menerus (ingat pelajar pada umumnya tidak akan berpikiran jahat terhadap apa yang dikatakan atau dilakukan oleh guru), yang senantiasa terbuka terhadap aneka macam kemungkinan dan kesempatan untuk tumbuh-berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.


·   "Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga."(Ibr 4:11). Yang dimaksudkan dengan 'perhentian' adalah hidup mulia dan bahagia selama-lamanya bersama Tuhan di sorga, atau sukses dalam hidup dan karya sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Perjalanan menuju ke 'perhentian' bagi kita masih panjang, atau tergantung penyelenggaraan Ilahi. Maka agar kita sampai ke 'perhentian' dengan selamat dan bahagia, marilah kita taati aneka tatanan dan tata tertib yang terkait dengan hidup dan karya kita masing-masing selama di perjalanan. Ada aneka tatanan atau tata tertib yang terkait dengan hidup dan karya kita, maka hendaknya kita fahami dengan baik serta kita hayati atau laksanakan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. "Taat" merupakan salah satu keutamaan yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebar-luaskan dalam hidup dan kerja bersama pada saat ini, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang kurang atau tidak taat. Keutamaan ketaatan hendaknya sedini mungkin dididikkan dan dibiasakan bagi anak-anak di dalam keluarga dan tentu saja dengan teladan konrket dari orangtua/bapak-ibu. Anak-anak akan taat kepada orangtua atau bapak-ibu jika mereka sungguh merasa dikasihi oleh bapak-ibu, antara lain perwujudan kasih tersebut adalah pemborosan waktu dan tenaga bagi anak-anak. Dengan kata lain ketaatan atau kesetiaan bapak-ibu akan janji untuk saling mengasihi  baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati, hendaknya diusahakan bersama-sama. Hayati kasih tersebut antar anda berdua, dan kemudian kasih anda berdua terhadap anak-anak yang dianugerahkan Allah kepada anda. Ingat anak ada atau diadakan dengan pemborosan waktu dan tenaga anda, maka dengan pemborosan waktu dan tenaga anda juga anak akan tumbuh berkembang dengan baik, antara lain taat pada anda berdua.

 

"Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami, kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya."(Mzm 78:3-4)

Jakarta, 14 Januari 2011        . 

 .    


Rabu, 12 Januari 2011

13 Jan - Ibr 3:7-14; Mrk 1:40-45

"Kalau Engkau mau Engkau dapat mentahirkan aku"

(Ibr 3:7-14; Mrk 1:40-45)

 

"Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru"(Mrk 1:40-45), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Mereka yang sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh pasti mendambakan agar segera sembuh dari penyakitnya. Penyembuhan dari sakit tergantung dari tiga factor atau unsur, yaitu : kemauan/kehendak si penderita sakit, penyembuh/dokter bersama dengan obat atau nasihatnya serta lingkungan hidup si pasien alias sikap para perawat maupun saudara-saudarinya. Salah satu kekuatan utama agar cepat sembuh adalah kehendak atau kemauan si pasien atau yang sedang menderita sakit: menyadari diri sedang sakit dan bergairah untuk sembuh. Bagi yang menderita sakit tubuh mungkin hal itu lebih mudah, namun bagi mereka yang sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi kiranya sungguh sulit, karena mereka sulit atau tidak sedia menyadari diri sedang sakit, apalagi dambaan untuk sembuh. Maka dengan ini kami berharap kepada siapapun yang sedang menderita sakit agar tetap bergairah dalam penderitaan atau sakitnya; dan kepada kita semua yang merasa sakit, baiklah kita sadari bahwa ada kemungkinan sedang menderita sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi, maka kami harapkan dengan rendah hati mendengarkan aneka saran, nasihat atau petuah dari orang lain yang melihat dan prihatin bahwa kita sedang sakit. Lingkungan hidup atau perawatan hendaknya dijiwai oleh kelemah-lembutan agar mereka yang menderita sakit cepat sembuh, sedangkan kepada para penyembuh/dokter kami harapkan dengan sepenuh hati membantu penyembuhan bagi mereka yang datang untuk minta disembuhkan. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita semua adalah orang berdosa dan dengan rendah hati serta bantuan rahmat Tuhan mohon kasih pengampunan atau penyembuhan.  


·   "Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa" (Ibr 3:12-13) Kutipan ini kiranya baik menjadi pedoman atau pegangan hidup kita masing-masing sebagai orang beriman. "Nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari", inilah kiranya yang baik kita renungkan dan hayati, yang berarti kita dipanggil untuk saling menasihati dengan rendah hati dan lemah lembut. Ketika sedang menasihati hendaknya dengan lemah lembut dan rendah hati, demikian pula ketika sedang dinasihati. Dengan kata lain marilah kita hayati dan perdalam keutamaan 'mendengarkan dengan rendah hati'. Kita dengan aneka macam saran, nasihat, petuah, peringatan, kritik, ejekan, pujian dst.. dari orang lain dan kita sikapi sebagai kasih mereka kepada kita yang lemah dan rapuh. Jauhkan aneka bentuk kesombongan dalam hidup bersama dimanapun dan kapanpun. Semoga tidak ada seorangpun di antara kita yang memiliki hati jahat alias senantiasa berpikir dan bersikap jelek atau jahat kepada orang lain, senantiasa mencari kesalahan dan kekurangan orang lain. Kita imani bahwa Allah hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, sehingga masing-masing dari kita dipanggil untuk saling mengimani karya Allah dalam diri kita alias senantiasa  melihat apa yang baik, indah, luhur dan mulia dalam diri saudara-saudari kita. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa berpikiran positif terhadap saudara-saudari kita, agar tidak ada seorang pun di antara kita jatuh sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi mapun sakit tubuh.

 

"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku"

Mzm 95:6-9)

 

Jakarta, 13 Januari 2011


Selasa, 11 Januari 2011

12 Jan - Ibr 2:14-18; Mrk 1:29-39

"Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan"

(Ibr 2:14-18; Mrk 1:29-39)


"Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas.Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan" (Mrk 1:29-39), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus, Penyelamat Dunia, juga berfungsi sebagai dokter atau tabib,"Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam pernyakit dan mengusir banyak setan". Dengan sukses Ia menyembuhkan aneka macam penyakit, sehingga ada kekhawatiran salah faham terjadi di antara mereka yang telah disembuhkan, yaitu mereka akan memandang Yesus sebagai 'tabid/dokter yang luar biasa' dan tidak sampai mengimani bahwa Yesus adalah Penyelamat Dunia, harus menyelamatkan dunia seisinya. Maka Ia menyempatkan Diri untuk berdoa sendirian, agar Ia tidak terjebak pada dambaan umat yang keliru tersebut. Sebagai orang yang percaya kepadaNya kita dipanggil untuk meneladanNya, maka marilah kita lihat, perhatikan dan sembuhkan saudara-saudari kita yang sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh. Hendaknya kita hidup dan bertindak berdasarkan iman, bukan hanya pada kepandaian, keterampilan atau kekuatan saja. Tujuan utama usaha penyembuhan adalah agar mereka yang telah disembuhkan semakin beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, maka hendaknya kita juga tidak melupakan doa pribadi, berdoa sendirian seperti dilakukan oleh Yesus.


·   "Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai." (Ibr 2:17-18), demikian kesaksian iman penulis Kitab Ibrani. 'Menjadi sama dengan saudara-saudariNya", inilah kiranya yang baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Dengan kata lain kita semua dipanggil untuk rendah hati dalam cara hidup dan bertindak kita dimanapun dan kapanpun. Kami berharap kepada mereka yang berpengaruh di dalam kehidupan bersama dapat menjadi teladan penghayatan rendah hati dalam hidup sehari-hari. Untuk itu kita memang harus siap sedia dan rela untuk menderita karena pencobaan. Hidup dan bertindak dengan rendah hati pada masa kini memang sarat dengan aneka tantangan, godaan dan pencobaan. Banyak orang jatuh ke kesombongan atau penyakit (sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh) karena tidak tahan atau tidak kuat menghadapi aneka tantangan, godaan dan pencobaan. Hendaknya kita tidak takut dan tidak gentar menghadapi aneka pencobaan. Hayati aneka pencobaan sebagai sarana atau wahana untuk mendewasakan iman kepercayaan kita kepada Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan mampu mengatasi aneka pencobaan dan dengan demikian kita semakin terampil mengatasi pencobaan, sehingga dapat membantu saudara-saudari kita yang sedang dicobai. Untuk mendukung panggilan ini hendaknya kita tidak melupakan kebiasaan 'mawas diri atau pemeriksaan batin' setiap hari. Ingat 'pemeriksaan batin' merupakan bagian dari doa harian, doa malam. Pemeriksaan batin tidak identik dengan melihat dosa dan kekurangan, melainkan merupakan cara untuk semakin mengenali kehendak Tuhan dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

 

"Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!" (Mzm 105:1-4)

 

Jakarta, 12 Januari 2011.        


11 Jan - Ibr 2:5-12; Mrk 1:21-28

"Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa"

(Ibr 2:5-12; Mrk 1:21-28)

 

"Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya." Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea" (Mrk 1:21-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus adalah Guru yang luar biasa: sabda-sabdaNya atau apa yang disabdakan penuh dan kuat kuasa, sehingga setan-setan pun takluk kepadaNya. Maka kami mengajak anda sekalian yang percaya kepada Yesus Kristus untuk senantiasa berpegang teguh pada sabda-sabda Yesus dalam cara hidup dan cara bertindak dimanapun dan kapanpun. Dengan kata lain marilah kita  bacakan dan dengarkan serta renungkan sabda-sabda Tuhan yang tertulis di dalam Kitab Suci, sebagaimana sering kita lambungkan "Tanamkanlah sabdaMu ya Tuhan dalam hati kami". Kiranya kita tidak perlu harus menghafal seluruh isi Kitab Suci, melainkan cukuplah kiranya dapat meresapkan atau mencecap dalam-dalam salah satu sabda Yesus atau apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, sebagaimana telah dihayati oleh para santo-santa serta dicoba untuk dihayati oleh para uskup dengan mottonya, misalnya 'In nomine Iesu/ Dalam nama Yesus', yang menjadi motto Mgr.Al.Soegijapranata SJ alm. dan Bapak Kardinal Julius Darmaatmaja SJ. Biarlah kita dihidupi oleh sabda Yesus yang penuh wibawa dan kuat kuasa, sehingga kita juga mampu menghadapi atau mengalahkan aneka godaan setan atau kejahatan yang marak dalam kehidupan bersama pada masa kini. Bersama dan bersatu dengan Tuhan tiada ketakutan dan kita dapat mengalahkan semua kejahatan atau godaan setan.  Kita semua yang beriman pada Yesus Kristus dipanggil untuk menjadi 'guru yang baik', yaitu yang menghayati apa yang diajarkan atau katakan; jika kita dengan rendah hati berusaha menghayati apa yang kita katakan, percayalah bahwa cara hidup dan cara bertindak kita akan menjadi bahan perbincangan di antara banyak orang.


·   "Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya, atau anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya untuk waktu yang singkat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya."(Ibr 2:6b-8a). Manusia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, asal ia mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan atau 'takluk sepenuhnya kepadaNya', sehingga mau tak mau akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau sabda Tuhan. Sebagai orang beriman atau ciptaan Tuhan kita semua dipanggil untuk saling memuliakan dan menghormati: menjunjung tinggi harkat martabat manusia. Jika kita senantiasa memuliakan dan menghormati orang lain, maka secara otomatis kita juga akan dimuliakan dan dihormati. Marilah kita senantiasa mengatakan dan berusaha menghayati sabda ini, yaitu "Aku akan memberitakan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat,"(Ibr 2:12). Memberitakan nama Tuhan berarti memberitakan apa yang baik, benar, luhur dan mulia alias menjadi pewarta kabar gembira. Kehadiran dan sepak terjang kita di tengah-tengah saudara-saudari kita menjadi kabar gembira, menggairahkan dan memikat mereka untuk semakin beribadah atau berbakti kepada Tuhan. Tentu saja kita juga harus selalu melakukan apa yang baik, benar, luhur dan mulia dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapanpun. "Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati, memuliakan dan mengabdi Tuhan melalui saudara-saudari atau sesamanya dimanapun dan kapanpun". Marilah kita usahakan cara hidup dan cara bertindak kita sebagai pujian dan pemuliaan Tuhan.

 

"Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan" (Mzm 8:5-9)

             

Jakarta, 11 Januari 2011


Minggu, 09 Januari 2011

10 Jan - Ibr 1:1-6; Mrk 1:14-20

"Ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."

(Ibr 1:1-6; Mrk 1:14-20)

 

"Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia." (Mrk 1:14-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Mulai hari ini kita memasuki Masa Biasa dalam Tahun Liturgy. Hari ini juga hari Senin, dan saya sering mendengar keluhan seperti "Wah hari Senin lagi, harus masuk kerja atau belajar", dengan kata lain ada penyakit hari Senin. Memasuki hari Senin berarti harus mengerjakan tugas pekerjaan atau kewajiban yang biasa-biasa saja. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua bahwa dalam mengerjakan tugas pekerjaan atau kewajiban yang biasa-biasa itu dijiwai oleh iman dan semangat manusiawi, sebagaimana disabdakan "Ikutilah Aku dan kamu akn Kujadikan penjala manusia". "The man behind the gun", inilah motto yang senada dengan sabda Yesus tersebut, manusia harus diutamakan dalam aneka macam kesibukan dan pelayanan, yaitu keselamatan jiwa manusia. Maka hendaknya dalam cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa mengutamakan keselamatan jiwa manusia, dengan kata lain 'pendidikan, pendampingan dan pembinaan manusia' hendaknya diutamakan. Pengalaman dan pengamatan menunjukkan bahwa ketika manusia lebih diutamakan, maka hidup bersama sungguh dalam dalam sejahtera dan aman sentosa. Alokasikan dana dan tenaga serta perhatian untuk 'pembinaan, pendampingan dan pendidikan manusia'. Secara khusus kami berharap di dalam keluarga hendaknya anak-anak memperoleh pendidikan, pembinaan dan pendampingan yang memadai, sehingga mereka tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas secara spiritual. Kecerdasan spiritual hendaknya menjadi pedoman atau acuan dalam aneka kesibukan, pelayanan dan hidup kita dimanapun dan kapanpun.


·   "Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka." (Ibr 1:3-4). "Ia menopang segala sesuatu yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan", kutipan inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Segala sesuatu yang ada di dunia dan di bumi diciptakan oleh Allah, dan segala sesuatu dapat tumbuh berkembang dengan baik hanya dengan dan bersama Allah, tanpa Allah kita tidak mampu berbuat apa-apa.  Maka sebagaimana juga tertulis dan diusahakan.untuk dihayati dalam Anggaran Dasar LSM Katolik, yaitu "Dengan semangat iman Kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berazaskan UUD 45 dan Pancasila", marilah dengan semangat iman Kristiani kita hidup dan bertindak dimanapun dan kapanpun. Setiap hari saya berusaha mengutip teks Kitab Suci sesuai dengan Kalendarium Liturgy, maka kami berharap apa yang saya kutip dan refleksikan secara sederhana dapat membantu anda untuk dengan semangat iman Kristiani hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Baiklah setiap hari kita tidak lupa doa pagi dan syukur ada kesempatan untuk membaca Kitab Suci atau membacakan apa yang saya kutip dan refleksikan. Firman atau tulisan yang ditulis dalam ilham Allah sungguh bermanfaat bagi kita semua, sebagaimana dikatakan oleh Paulus dalam suratnya kepada Timoteus: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."(2Tim 3:16). Kami percaya bahwa di tempat anda bekerja atau belajar ada aneka tulisan atau peraturan, maka hendaknya bekerja dan belajar sesuai dengan peraturan yang berlaku dan terkait dengan panggilan, tugas perutusan dan kewajiban kita masing-masing.

 

"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya" (Mzm 97:1-2).

 

Jakarta, 10 Januari 2011                     


9 Jan - Pesta Pembaptisan Tuhan: Yes 42:1-4.6-7; Kis 10:34-38; Mat 3:13-17

Pesta Pembaptisan Tuhan: Yes 42:1-4.6-7; Kis 10:34-38; Mat 3:13-17

"Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."

Pesta Pembaptisan Tuhan: Yes 42:1-4.6-7; Kis 10:34-38; Mat 3:13-17


"Melalui pembaptisan orang-orang dimasukkan ke dalam misteri Paska Kristus: mereka mati, dikuburkan dan dibangkitkan bersama Dia; mereka menerima roh pengangkatan menjadi putera, dan dalam roh itu kita berseru 'Abba, Bapa'; demikianlah mereka menjadi penyembah sejati, yang dicari oleh Bapa" (Konsili Vatikan II: SC no 6). Dari kutipan ini dapat kita temukan beberapa unsur yang terkait dengan pembaptisan, yaitu : inisiasi, persaudaraan sejati dan penyembah sejati. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta pembaptisan Tuhan hari ini kita kenangkan juga rahmat pembaptisan yang telah kita terima.

 

"Orang dimasukkan ke dalam misteri Paska Kristus"

 

Dibaptis berarti disisihkan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, dengan kata lain orang yang telah dibaptis boleh dikatakan suci alias senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan. Symbol dalam upacara pembaptisan sarat dengan makna kesucian tersebut, antara lain air yang berfungsi membersihkan, kain putih lambang kesucian dan lilin bernyala yang melambangkan terang artinya orang yang dibaptis senantiasa membawa terang dimanapun berada atau kemanapun pergi.  

 

Baptis merupakan rahmat atau anugerah Allah dan dengan anugerah Allah ini yang dibaptis diharapkan menghayati misteri Paska Kristus, yaitu wafat dan kebangkitanNya, maka ketika dibaptis orang berjanji 'hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan'. Untuk menghayati janji ini kita tak mungkin hanya mengandalkan diri sendiri tanpa anugerah atau rahmat Allah. Godaan setan pada masa kini sungguh berat, antara lain menggejala dalam tawaran harta benda/uang, pangkat/kedudukan dan kehormatan dunia. Orang yang tak mampu mengalahkan godaan setan ini akan menjadi 'gila akan harta benda/uang, kedudukan/pangkat dan kehormatan dunia', sehingga ketika tiada harta benda/uang, pangkat/kedudukan dan kehormatan duniawi orang sungguh 'gila atau sinthing'

 

Dibaptis juga berarti menempuh hidup baru, hidup yang dijiwai oleh Roh Kudus atau sabda-sabda Tuhan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya dijiwai atau menghasilkan keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Orang yang telah dibaptis sungguh menjadi 'anak kekasih Tuhan, cara hidup dan cara bertindaknya berkenan di hati Tuhan'. Dengan kata lain kita semua yang telah dibaptis sama-sama menjadi 'anak Tuhan', maka kita semua adalah saudara atau sahabat.        

 

"Menerima roh pengangkatan menjadi putera, dan dalam roh itu kita berseru 'Abba,Bapa'

 

"Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya." (Kis 10:34-35), demikian kata Petrus. "Bangsa mana pun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya", inilah yang sebaiknya kita renungkan dan hayati. Takut akan Tuhan dan mengamalkan kebenaran bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan.

 

Apa yang disebut benar senantiasa berlaku universal, dimana saja dan kapan saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu. Orang yang berusaha mengamalkan kebenaran senantiasa berkehendak baik, dan kami percaya kita semua berkehendak baik, namun sering wujud atau realisasinya dapat berbeda-beda, maka baiklah kita sinerjikan kehendak baik kita, antara lain dengan saling mensharingkan kehendak baik dengan rendah hati dan keterbukaan. "Allah tidak membedakan orang", inilah pegangan atau acuan kita dalam usaha mensinerjikan kehendak baik kita. Maka hendaknya aneka perbedaan yang ada di antara kita dijadikan daya tarik atau daya pikat untuk saling mengenal, mendekat dan bersahabat. Memang pertama-tama dan terutama kita harus dapat menghayati apa yang sama di antara kita agar dapat menghayati apa yang berbeda sebagai daya tarik atau daya pikat. Yang sama di antara kita antara lain: sama-sama manusia, ciptaan Allah, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah, sama-sama mendambakan hidup bahagia dan damai-sejahtera, dst..

 

Karena kita sama-sama 'anak', maka kita adalah saudara, dan dengan demikian dipanggil untuk hidup dan bertindak dalam persaudaraan sejati. Persaudaraan sejati sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam kehidupan bersama masa kini. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibiasakan hidup bersaudara atau bersahabat dengan siapapun, tanpa membedakan SARA, usia dll.. Jika kita berhasil menghayati hidup penuh persaudaraan di dalam keluarga, maka kita memiliki modal atau kekuatan untuk membangun dan mengusahakan persaudaraan sejati dalam lingkungan hidup yang lebih luas. Persaudaraan sejati antar kita merupakan wujud persaudaraan atau persahabatan kita dengan Tuhan. Bersaudara atau bersahabat dengan Tuhan mau tak mau kita harus bersembah sujud atau berbakti kepadaNya. Maka marilah kita mawas diri sebagai yang telah dibaptis perihal panggilan untuk 'menjadi penyembah sejati'     

"Mereka menjadi penyembah sejati"    

 

Jika orang sungguh menjadi penyembah sejati, maka ia akan mendengarkan suara Tuhan, sebagaimana disabdakan kepada Yesaya ini :"Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara." (Yes 42:6-7). Menjadi penyembah sejati memang tak melupakan hidup doa, sehingga mau tak mau akan dipanggil 'menjadi terang untuk bangsa-bangsa, dst..'.

 

Menjadi terang untuk bangsa-bangsa berarti cara hidup dan cara bertindaknya menjadi jalan atau petunjuk untuk hidup baik dan benar atau berbudi pekerti luhur. Dibaptis memang memiliki dimensi panggilan missioner atau diutus, diutus untuk menjadi jalan atau petunjuk bagi orang lain menuju Tuhan, untuk bersembah-sujud kepada Tuhan. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua yang telah dibaptis untuk mawas diri: apakah cara hidup dan cara bertindak kita sungguh memikat dan menarik bagi orang lain, sehingga mereka meniru cara hidup dan cara bertindak kita,  tentu saja cara hidup atau cara bertindak yang baik atau berbudi pekerti luhur. Maka ketika ada saudara-saudari kita yang telah dibaptis, entah imam, bruder atau suster atau awam, yang hidup dan bertindak tidak baik, hendaknya diperingatkan dan ditanyai "Apakah anda telah dibaptis? Ingat akan janji baptis anda!"

 

"Kepada TUHAN, hai penghuni sorgawi, kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan! Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar. Suara TUHAN penuh kekuatan, suara TUHAN penuh semarak." (Mzm 29:1-4)

Jakarta,9 Januari 2011