Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Kamis, 04 Oktober 2012

5 Okt


"Barangsiapa menolak kamu ia menolak Aku"

(Ayb 38:1.12-21; 39:36-38; Luk 10:13-16)

 "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!6 Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku."(Luk 10:13-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tuhan hadir dan berkarya dimana-mana dan kapan saja melalui ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang sungguh beriman. Maka cara hidup dan cara bertindak orang yang sungguh beriman berarti menghadirkan Tuhan yang hidup dan berkarya, sehingga kata-kata dan tindakan merupakan perwujudan sabda dan kehendak Tuhan. Kami percaya kita semua beriman, memang berbeda satu sama lain dalam hal kedalaman dan pemahaman iman, namun demikian semuanya dapat menjadi nyata dalam kehendak dan tindakan baik. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk saling menerima, mendengarkan dan mengimani atau mempercayai orang lain atau saudara-saudari kita. Tentu  saja pertama-tama dan terutama saya harapkan kita percaya kepada saudara-saudari kita yang setiap hari hidup atau bekerja bersama, karena jika terhadap mereka yang setiap hari hidup dan bekerja bersama kita tidak dapat saling percaya akan lebih sulit percaya kepada orang yang lebih jauh atau kepada Tuhan. Tidak dapat percaya kepada saudara-saudari dekat yang setiap hari hidup atau bekerja bersama, percaya kepada orang lain yang jauh atau Tuhan kiranya merupakan pura-pura, sandiwara atau pelarian tanggungjawab. Memang ada orang yang kelihatan khusuk berdoa, namun ternyata dalam hidup sehari-hari bermusuhan dengan mereka yang hidup bersama dengannya. Kami berharap kepada para orangtua untuk mendidik dan membina anak-anaknya dalam hal saling percaya satu sama lain antar kakak-adik, dan tentu saja perlu teladan orangtua: saling percaya antar suami-isteri. Maka marilah kita membina dan mengembangkan diri menjadi orang yang dapat dipercaya.

·   "Di manakah jalan ke tempat kediaman terang, dan di manakah tempat tinggal kegelapan, sehingga engkau dapat mengantarnya ke daerahnya, dan mengetahui jalan-jalan ke rumahnya? Tentu engkau mengenalnya, karena ketika itu engkau telah lahir, dan jumlah hari-harimu telah banyak" (Ayb 38:19-21).   Kutipan ini kiranya cukup bagus untuk kita renungkan atau refleksikan bersama. Sebagai orang atau manusia kita telah menikmati hari-hari yang dianugerahkan oleh Tuhan, dan kiranya kita juga berpengalaman perihal jalan atau tempat terang dan gelap alias perbuatan baik dan jahat, menyelamatkan dan mencelakakan. Sebagai orang beriman kita kita lebih akan memilih jalan atau tempat terang daripada gelap, lebih akan memilih bertindak jujur dan terbuka daripada bohong dan menutup-nutupi diri. Kami percaya masing-masing dari kita telah menerima pengetahuan perihal jalan atau tempat terang melalui orangtua atau para guru dan pendamping kita, entah itu berupa kata-kata atau tindakan, nasihat/petuah/petunjuk atau teladan konkret dalam tindakan. Maka marilah 'mikul duwur, mendhem jero' orangtua atau pendidik dan pendamping kita dengan melaksanakan atau menghayati jalan-jalan atau cara-cara hidup dan bertindak baik yang telah kita terima. Kutipan di atas kiranya juga mengingatkan dan mengajak para orangtua, pendidik atau guru dapat menjadi teladan dalam menelusuri jalan terang atau baik, dan untuk itu marilah kita hayati motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro: "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" (= keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). Yang paling mendesak dan up to date masa kini untuk kita hayati dan sebarluaskan adalah keteladanan atau menjadi inspirator bagi orang lain untuk menempuh atau menelusuri jalan-jalan baik dan terang, hidup jujur, disiplin, tertib dan teratur sesuai dengan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Kami juga mengingatkan kita semua: ketika kepada kita ditunjukkan jalan-jalan baik dan terang, hendaknya tidak ditolak, melainkan diikuti dengan sepenuh hati.

"Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku." (Mzm 139:7-10)

Ign 5 Oktober 2012.

    


4 Okt

"Engkau nyatakan kepada orang kecil."

(Gal 6:14-18; Mat 11:25-30)

" Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Mat 11:25-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Fransiskus Assisi hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Fransiskus adalah anak bangsawan yang kaya raya, namun ia pada suatu saat tergerak meninggalkan istana dan keluarganya, karena dalam mimpi ia mendengar panggilan Tuhan untuk 'membangun GerejaNya'. Semula ia menangkap panggilan itu sebagai ajakan untuk memperbaiki dan membangun gereja secara fisik, yaitu bangunan gedung gereja, namun ternyata yang diharapkan oleh Tuhan adalah umatNya, yang pada masa itu bersikap mental materialistis atau duniawi serta kurang memperhatikan dan melayani mereka yang miskin dan kekurangan serta orang-orang kecil. Untuk menanggapi panggilan Tuhan tersebut akhirnya Fransiskus hidup miskin, meskipun sebenarnya kaya raya, meneladan Yesus yang meskipun kaya menjadi miskin. Dalam perjalanan selanjutnya Fransiskus mendirikan Tarekat yang kemudian dinamai 'Saudara hina dina'. Dengan kata lain semangat miskin menjiwai Fransiskus Assisi serta para pengkutnya, yang pada masa kini jumlahnya sungguh banyak. Salah satu motto Gereja Katolik adalah "preferential option for/with the poor" (=keberpihakan pada dan bersama dengan yang miskin dan berkekurangan). Maka dengan ini kami mengharapkan segenap anggota Gereja atau Umat Allah untuk berjiwa miskin, yang antara lain berarti senantiasa memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan atau memiliki keterbukaan dan kerendahan hati dalam menanggapi aneka kemungkinan dan kesempatan. Yang kemudian inilah kiranya yang mungkin untuk kita usahakan bersama, entah bagi mereka yang kaya atau miskin akan harta benda dan uang. Hendaknya kita memiliki keterbukaan dan kesiap-sediaan untuk menerima dan melaksanakan tugas dari Allah yang dapat kita terima melalui atasan atau saudara-saudari kita.

·   "Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia"(Gal 6:14). Apa yang dikatakan oleh Paulus ini juga menjiwai Fransiskus, yang kemudian kita kenal dengan 'stigmata' , yaitu Fransiskus menerima anugerah dari Allah berupa keikutsertaan dalam karya penyelamatanNya, yang ditandai dengan telapak tangannya yang mengeluarkan darah. Dengan kata lain Fransiskus memiliki devosi mendalam pada Yesus Yang Tersalib. Kita semua sering membuat tanda salib, dan bukankah hal itu juga berarti kita mau berdevosi kepada Yang Tersalib. Maka marilah kita sungguh membaktikan diri seutuhnya dengan rendah hati kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun. Untuk itu setiap hari anda dapat mendoakan 'Doa Damai' Fransiskus Assisi, sebagaimana tertulis dalam buku-buku doa, antara lain dalam Puji Syukur no 221. Ajakan untuk senantiasa menjadi pembawa damai sejati, itulah isi doanya, maka marilah kemana pun kita pergi atau dimana pun berada senantiasa menjadi pendamai, memperjuangkan perdamaian sejati, damai dengan sesama manusia maupun dengan Tuhan. Kami berharap para pengikut St.Fransiskus Assisi dapat menjadi sponsor maupun promotor perdamaian sejati dimana pun dan kapan pun.  Memang untuk menjadi pembawa damai atau pendamai pada masa kini tidak akan pernah lepas dari aneka tantangan dan hambatan atau masalah, mengingat dan memperhatikan masih cukup banyak orang bersifat egois dan kurang memperhatikan dan melayani kebutuhan atau kepentingan orang lain. Namun percayalah bahwa perdamaian pasti akan mampu mengalahkan atau mengatasi permusuhan atau balas dendam.

"TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya" (Mzm 15:1-3)

Ign 4 Oktober 2012


Selasa, 02 Oktober 2012

3 Okt

"Tidak layak untuk Kerajaan Allah."
(Ayb 9:1-12.14-16; Luk 9:57-62)

" Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana." Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku." Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." (Luk 9:57-62), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup beriman alias membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan memang harus secara total, tidak setengah-setengah atau ragu-ragu. Namun dalam kenyataan hidup sehari-hari sering kita temukan orang yang tidak total membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, karena alasan yang tak dapat dijelaskan atau lebih terikat pada tradisi atau ikatan darah, sebagaimana digambarkan dalam Warta Gembira hari ini, dimana orang tidak jadi mengikuti Tuhan dengan alasan yang terucapkan: menguburkan bapanya yang meninggal atau layat atau pamitan kepada orangtua/keluarga. Memang tidak ada yang dapat menolak permintaan izin untuk melayat orangtua atau saudara dekatnya, demikian pula orang yang masih terikat pada orangtua atau keluarga akan sulit untuk hidup mandiri dan bertanggungjawab. "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya", demikian sabda Yesus yang menghambat orang-orang yang ingin mengikutiNya. Mengikuti Tuhan atau hidup sungguh beriman harus lepas bebas, tidak memiliki kelekatan yang tidak teratur. Demikian juga orang harus maju terus, melangkah menelusuri 'jalan lurus' tanpa menoleh ke belakang jika mendambakan sukses dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk setia dan taat pada janji-janji yang telah kita ikrarkan, misalnya janji baptis, janji imamat, kaul atau janji perkawinan. Kepada segenap biararwan-biarawati atau anggota Lembaga Hidup Bakti kami ingatkan dan ajak untuk setia kepada semangat pendiri, hidup dan bertindak sesuatu dengan spiritualitas Lembaga Hidup Bakti sebagaimana diwariskan oleh pendiri. Marilah kita bersama-sama berusaha agar cara hidup dan cara bertindak kita sungguh dikuasai atau dirajai oleh Allah, sehingga mau tak mau harus melaksanakan kehendak dan perintah Allah dimana pun dan kapan pun.

·   "Jikalau ia ingin beperkara dengan Allah satu dari seribu kali ia tidak dapat membantah-Nya.Allah itu bijak dan kuat, siapakah dapat berkeras melawan Dia, dan tetap selamat? Dialah yang memindahkan gunung-gunung dengan tidak diketahui orang, yang membongkar-bangkirkannya dalam murka-Nya; yang menggeserkan bumi dari tempatnya, sehingga tiangnya bergoyang-goyang; yang memberi perintah kepada matahari, sehingga tidak terbit, dan mengurung bintang-bintang dengan meterai; yang seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di atas gelombang-gelombang laut" (Ayb 9:3-8). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua akan Allah Yang Mahasegalanya. Maka hidup bersama dan bersatu dengan Allah mau tak mau harus melakukan kehendak Allah. Kutipan diatas ini juga mengajak kita semua untuk melihat, mencermati dan mengimani akan peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di lingkungan hidup kita. Tentu pertama-tama dan terutama perlu kita cermati dengan teliti dan tekun peristiwa-peristiwa alam yang terjadi dalam diri manusia sendiri, misalnya tumbuh berkembangnya janin selama kurang lebih sembilan bulan dalam rahim atau kandungan ibu/perempuan, masa subur dan tidak subur dalam diri rekan-rekan perempuan, gejala tidak enak dalam anggota-anggota atau bagian-bagian tubuh kita dst.. Bukankah sungguh merupakan karya atau penyelenggaraan Allah yang luar biasa atas peristiwa-peristiwa tersebut. Jika kita peka terhadap apa yang terjadi dalam tubuh kita sendiri, maka kita juga akan peka terhadap aneka peristiwa alam yang terjadi di lingkungan hidup kita, serta kemudian mengambil sikap dan tindakan yang baik, sesuai dengan kehendak Tuhan atas peristiwa yang terjadi. Kami ingatkan bahwa segala bentuk intervensi, entah medis atau elektronik, terhadap proses alam, akan mencelakakan manusia yang bersangkutan maupun orang-orang di sekitarnya. Sebagai contoh: obat yang canggih dan mahal memang mampu menyembuhkan penyakit terkait, tetapi sekaligus juga melemahkan organ-organ tubuh lainnya, sehingga muncul penyakit-penyakit baru. Maka marilah kita jaga kebugaran dan kesehatan tubuh kita seoptimal mungkin. Ingatlah bahwa merawat lebih murah daripada mengobati, preventif lebih murah daripada kuratif.

"Dapatkah kasih-Mu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaan-Mu di tempat kebinasaan? Diketahui orangkah keajaiban-keajaiban-Mu dalam kegelapan, dan keadilan-Mu di negeri segala lupa?4 Tetapi aku ini, ya TUHAN, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu." (Mzm 88:12-14)
Ign 3 Oktober 2012

Minggu, 30 September 2012

2 Okt


"Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapaKu yang di sorga."
(Kel 23:20-23a; Mat 18:1-5.10)

" Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." (Mat 18:1-5.10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Para Malaikat Pelindung hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Malam minggu pada umumnya merupakan kesempatan bagi remaja atau muda-mudi untuk berkumpul bersama atau berpacaran, saling bertermu dengan pacar masing-masing. Ada kisah, sebut saja namanya Tono dan Tini (nama samaran): malam minggu itu Tono mengunjungi Tini pacarnya yang cantik di rumahnya, dan orangtua Tini pun mengizinkannya. Tono dan Tini begitu mesra bercanda, dan tiba-tiba hujan deras dan hujan pun sangat lama sampai tengah malam belum reda. Orangtua Tini maupun adik-adiknya sudah tidur pulas, sedangkan Tono dan Tini masih bercengkerama. Suatu saat, dalam berduaan, Tono membisiki Tini, untuk membuktikan cintakasih mereka dengan hubungan seksual. Mendengar bisikan tersebut Tini tidak melawan, tetapi minta untuk mencek apakah orangtua, adik-adiknya maupu , tetangga, peronda dan penjaga malam sudah tertidur pulas, karena kalau belum tidur nanti ketahuan serta kemudian sungguh memalukan dan menjadi masalah. Dengan ceria Tono mencek satu-persatu sesuai permintaan Tini, dan hasilnya menggembirakan: semuanya telah tertidur pulas. Tono melaporkan semuanya itu kepada Tini dan membisikkannya untuk bermesraan dalam hubungan seksual. Namun Tini berkata: "Mas, Tuhan tidak pernah tidur dan melihat apa yang kita lakukan". Mendengar kata-kata Tini, Tono pun sadar akan kecerobohannya. Tuhan tidak pernah tidur dan senantiasa melihat dan mendampingi hidup dan kerja kita, yaitu melalui malaikat-malaikanya, yang disebut malaikat pelindung yang kita kenangkan hari ini. Masing-masing dari kita memiliki malaikat pelindung, maka hendaknya meskipun sendirian senantiasa melakukan apa yang baik, mulia dan berbudi pekerti luhur, tidak melakukan dosa atau perbuatan-perbuatan amoral melawan kehendak Tuhan.

·   "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. Jagalah dirimu di hadapannya dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya, sebab pelanggaranmu tidak akan diampuninya, sebab nama-Ku ada di dalam dia." (Kel 23:20-21). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua akan fungsi malaikat pelindung yang mendampingi perjalanan hidup kita sehari-hari dimana pun dan kapan pun. Malaikat pelindung antara lain berjalan di depan kita sebagai penunjuk jalan yang harus kita lalui, sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, maka marilah dengan setia dan taat kita ikuti petunjuknya. Petunjuk malaikat pelindung itu antara lain menggejala dalam kehendak baik saudara-saudari kita, maka marilah kita dengarkan, resapkan dan kemudian kita lakukan kehendak baik saudara-saudari kita. Kami percaya bahwa kita semua memiliki kehendak baik, maka marilah kita sampaikan kehendak baik kita kepada saudara-saudari kita serta kita dengarkan dengan rendah hati kehendak baik saudara-saudari kita. Kita sinerjikan kehendak baik kita sehingga kita sama-sama melakukan apa yang baik dan dengan demikian kehidupan bersama senantiasa baik adanya. Malaikat sering digambarkan sebagai anak kecil telanjang yang bersayap, suatu cara untuk menghayati kesucian dan ketulusan malaikat, yang memang benarlah bahwa malaikat satu tingkat lebih tinggi dari manusia. Kita ikuti kesucian dan ketulusan malaikat pelindung, dengan kata lain marilah kita bersama-sama berusaha hidup suci dan tulus, tidak pernah melakukan kejahatan sekecil apapun, melainkan kita senantiasa saling berbuat baik satu sama lain. Kita juga dapat bercermin pada anak-anak kecil, yang polos, tulus dan ceria, menarik dan mempesona.
"Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk.Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok." (Mzm 91:1-4)
Ign 2 Oktober 2012

1Okt

"Yesus memanggil seorang anak kecil"

(1Kor 12;31-13:13; Mat 18:1-5)

" Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."(Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Teresia dari Kanak-Kanak Yesus hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Anak-anak kecil atau bayi sedikit banyak bagaikan anak-anak binatang yang masih kecil atau baru lahir, antara lain diperlakukan apa saja pasti akan ikut alias taat. Salah satu cirikhas anak-anak adalah memiliki keterbukaan dan kerendahan hati luar biasa, itulah yang juga dihayati oleh St.Teresia yang kita kenangkan pada hari ini. Maka kita sebagai umat beriman, yang berarti senantiasa membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, juga dipanggil untuk hidup taat dan rendah hati. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang masih hidup dengan sombong untuk bertobat atau memperbaharui diri dengan hidup rendah hati. Sekali lagi saya angkat apa itu rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" . Wujud atau penghayatan keutamaan rendah hati pada masa kini yang mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan adalah tidak mengeluh atau tidak menggerutu ketika harus menghadapi dan mengerjakan tugas berat, sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau mengalami kegagalan dan keterbatasan. Jika anda menghadapi atau mengalami hal itu hendaknya kemudian dihayati sebagai syukur dan terima kasih, karena Tuhan telah memperlihatkan atau menunjukkan bahwa kita adalah manusia lemah, rapuh dan penuh dengan dosa. Beriman sejati berarti menghayati diri sebagai pendosa yang dipanggil oleh Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatannya. Maka entah gagal atau sukses dalam hidup hendaknya senantiasa bersyukur dan berterima kasih.

·   "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna." (1Kor 13:1-3), demikian kesaksian iman Paulus. Cintakasih merupakan ajaran utama dan pertama dari semua agama maupun pengajar hidup baik dan bermoral. Maka marilah kita hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain dimana pun dan kapan pun, tanpa pandang bulu. Mungkin pertama-tama marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah cintakasih atau korban cintakasih, dengan kata lain masing-masing dari kita adalah 'yang terkasih'. Jika masing-masing dari kita mampu secara mendalam menghayati diri sebagai 'yang terkasih' maka hidup saling mengasihi dapat kita lakukan dengan mudah, karena bertemu dengan orang lain, siapapun, berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi. Hidup dan bertindak dalam dan oleh cintakasih tiada ketakutan atau kekhawatiran sedikitpun dan kita dapat melaksanakan segala macam tugas baik yang diserahkan kepada kita. Tugas dan pekerjaan seberat dan sebesar apapun jika dihadapi dan disikapi dengan dan oleh cintakasih akan dapat kita selesaikan dengan baik. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak para orangtua dan para guru/pendidik untuk mendidik dan mendampingi anak-anak atau para peserta didiknya dalam cintakasih dan kebebasan Injili. Anak-anak ada dan diciptakan dalam dan oleh cintakasih dan kebebasan sejati, maka juga akan dapat tumbuh berkembang dengan baik sesuai dengan kehendak Tuhan jika mereka dididik dan didampingi dalam dan oleh cintakasih dan kebebasan Injili atau sejati. Wujud cintakasih antara antara lain dengan jiwa besar dan hati rela berkorban memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih.

"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)

Ign 1 Oktober 2012

Note: bulan Oktober adalah bulan Rosario, maka diharapkan kita berdoa Rosario sendiri atau bersama-sama setiap hari.