Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 17 Februari 2012

Minggu Biasa VII

Minggu Biasa VII: Yes 43:18-19.21-22.24b-25; 2Kor 1:18-22; Mrk 2:1-12

"Yang begini belum pernah kita lihat."

Ketika ada dukun sakti yang dapat menyembuhkan aneka macam penyakit dalam waktu singkat serta murah meriah beayanya, pada umumnya orang lalu berbondong-bondong mendatanginya untuk mohon penyembuhan dari penyakitnya. Yang biasanya tidak berobat serta tidak merasakan sakit yang dideritanya pun juga tergerak untuk mendatanginya. Tentu saja yang sungguh dapat disembuhkan hemat saya adalah hanya penyakit-penyakit ringan yang terjadi  karena stress atau tekanan batin, sedangkan mereka yang menderita sakit parah kiranya tak akan menjadi sembuh. Mengapa yang menderita sakit ringan dapat sembuh? Salah satu atau yang utama sebagai alasan penyembuhan adalah kepercayaan: mereka percaya bahwa sang dukun dapat menyembuhkannya. Ketika mereka mulai percaya berarti sudah terjadi proses penyembuhan dari dalam, karena telah berkurang atau hilang stress-nya atau tekanan batinnya. Dalam warta gembira hari ini dikisahkan seorang lumpuh yang digotong oleh empat temannya untuk mohon penyembuhan dari Yesus. Dengan susah payah mereka menghadapkan si lumpuh sampai di depan Yesus. Ketika terjadi mujizat atau penyembuhan orang lumpuh tersebut oleh Yesus, maka orang banyak yang melihat atau menyaksikan berkata "Yang begini belum pernah kita lihat."

"Mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" (Mrk 2:4-5)

Orang lumpuh diimani sebagai orang yang berdosa besar, entah itu dosa yang bersangkutan atau orangtuanya yang melahirkan, lebih-lebih sang ibu yang telah mengandung dan melahirkannya. Pengalaman dan informasi menunjukkan bahwa para ibu atau wanita yang cara hidup dan cara bertindaknya tidak baik memiliki kemungkinan ketika mereka mengandung dan melahirkan anak, maka anaknya cacat phisik. Para ibu atau wanita yang kurang gizi ada kemungkinan akan melahirkan anak yang sakit-sakitan juga, demikian juga mereka yang hobbynya mengkonsumsi minuman keras atau obat-obat terlarang. Bahwa anak yang dilahirkan cacat dan kemudian dapat sembuh dan sehat sungguh merupakan mujizat.

Untuk membantu penyembuhan orang sakit parah memang butuh dukungan dari saudara-saudarinya, apalagi jika berpenyakit lumpuh. Mungkin baik kiranya jika 'lumpuh' difahami secara spiritual atau rohani alias tak bermoral, seperti para penjahat, pemalas, pengganggu orang, dst.. , yang cara hidup dan cara bertindaknya sungguh menghancurkan dirinya sendiri maupun merusak hidup orang lain. Mereka tidak menyadari bahwa sedang menghancurkan diri sendiri dan merusak orang lain, maka dibutuhkan uluran kasih saudara-saudarinya untuk menyadari 'kelumpuhannya' serta kemudian siap sedia untuk disembuhkan.

Kebersamaan dalam usaha menyembuhkan mereka yang 'lumpuh' merupakan dukungan kuat dan handal untuk penyembuhan si lumpuh, dan kemudian bersama-sama menghadap Tuhan alias berdoa bersama dengan ujud mohon penyembuhan si lumpuh. Perjuangan dan pengorbanan bersama untuk membantu penyembuhan si lumpuh sungguh dibutuhkan. Percayalah bahwa jika kita bersama-sama berjuang dan berkorban dalam membantu penyembuhan si lumpuh seraya berdoa bersama, pasti terjadi mujizat: si lumpuh sembuh. Mereka yang menyaksikan kebersamaan dalam perjuangan, pengorbanan dan doa bersama serta penyembuhan si lumpuh akan berkata " Yang begini belum pernah kita lihat".

Kasih pengampunan sungguh merupakan obat mujarab dalam proses penyembuhan. Maka kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman dan beragama untuk menghayati kasih pengampunan Tuhan serta menyebarluaskannya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Hidup dan bertindak dalam kasih pengampunan Tuhan juga merupakan bentuk preventif untuk menangkal aneka macam penyakit. Mereka yang kemudian menjadi penjahat, pemalas atau penganggu orang lain, hemat saya merupakan bentuk protes karena tidak merasa menerima kasih pengampunan dari orangtuanya maupun saudara-saudarinya alias merasa kurang dikasihi. Usaha penyembuhan bagi mereka tidak lain adalah mengajak mereka untuk menyadari dan menghayati diri sebagai yang telah dikasihi. Dekati dan sikapi mereka dalam dan dengan kasih pengampunan Tuhan

"Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah. Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita" (2Kor 1:20-22)

Allah telah "memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita", inilah yang hendaknya kita renungkan dan refleksikan bersama. Apa saja yang telah disediakan oleh Tuhan bagi kita semua, umat beriman? Pertama-tama kita semua telah dianugerahi hidup dan kemudian juga dianugerahi segala sesuatu yang kita butuhkan agar kita dapat hidup dalam damai sejahtera, selamat dan bahagia, misalnya: saudara-saudari kita, aneka sarana-prasarana, harta benda, jabatan, kedudukan, fungsi, kesehatan, keterampilan, ketampanan atau kecantikan dst.. Semuanya ini akan mendukung dan membantu kita menuju ke keselamatan jiwa kita di akhir hidup kita, hidup mulia selamanya di sorga bersama Tuhan untuk selamanya setelah meninggal dunia, jika semuanya itu kita hayati dan fungsikan di dalam Roh Kudus alias kita hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus.

Hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus berarti menghayati keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Jika anda hidup dan bertindak menghayati keutamaan-keutamaan di atas ini, maka percayalah bahwa anda tidak akan pernah jatuh sakit apapun dan anda juga akan tumbuh berkembang sebagai pribadi yang semakin beriman, semakin suci, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan dan dengan demikian ada jaminan bahwa ketika dipanggil Tuhan atau meninggal dunia segera hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga bersama Tuhan dan semua orang kudus yang telah mendahului perjalanan kita kembali ke sorga.

Dari keutamaan-keutamaan di atas yang kiranya baik kita renungkan dan hayati pada masa kini adalah kesetiaan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak atau kurang setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan serta hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau kemauan pribadi. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Secara kebetulan hari ini diselenggarakan Novena ke 7 di Seminari Mertoyudan-Magelang dalam rangka merayakan 100 tahun Seminari Mertoyudan dengan tema "Beriman untuk bertindak", yang dipimpin oleh Mgr.Ign.Suharya PR, Uskup Agung Jakarta. Marilah kita mawas diri apakah kita setia pada iman kita, yang menjadi nyata dalam perilaku atau tindakan. Iman tanpa perbuatan atau tindakan pada dasarnya mati, demikian kata Yakobus. Keunggulan hidup beriman adalah dalam tindakan atau perilaku. Semoga kita umat beriman setia pada iman kita dan dengan demikian senantiasa juga bertindak baik dan benar, melakukan apa saja yang baik dan benar demi keselamatan jiwa manusia.

"Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! TUHAN akan meluputkan dia pada waktu celaka. TUHAN akan melindungi dia dan memelihara nyawanya, sehingga ia disebut berbahagia di bumi; Engkau takkan membiarkan dia dipermainkan musuhnya! TUHAN membantu dia di ranjangnya waktu sakit; di tempat tidurnya Kaupulihkannya sama sekali dari sakitnya. Kalau aku, kataku: "TUHAN, kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!"(Mzm 41:2-5)

Ign 19 Februari 2012


18 Feb

"Betapa bahagianya kami berada di tempat ini"

(Yak 3:1-10; Mrk 9:2-13)

"Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,  dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.  Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."  Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.  Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorang pun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.  Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati.  Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."  Lalu mereka bertanya kepada-Nya: "Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?"  Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan?  Tetapi Aku berkata kepadamu: Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia." (Mrk 9:2-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Di dalam psikologi agama dikenal adanya pengalaman 'terhendak dan terpesona', suatu pengalaman iman yang sungguh mengesan dan mengena, menyentuh hati sehingga tergerak untuk segera melakukan sesuatu. Di dalam pengalaman atau perjalanan hidup kita masing-masing kiranya kita juga memiliki pengalaman yang demikian itu, sehingga kita menjadi pribadi yang ada pada saat ini. Maka dengan ini kami mengajak anda semua untuk mengenangkan pengalaman yang baik, entah yang bersitat menghentak atau mempesona, yang mendorong dan memotivasi kita untuk melakukan sesuatu yang baik, yang membuat kita semakin tumbuh berkembang sebagai pribadi cerdas beriman, pengalaman yang membuat kita bergairah dan dinamis serta ceria dalam menghayati panggilan atau melaksanakan aneka tugas pengutusan. Jika pada masa kini kita merasa lesu, kurang bersemangat atau kurang bergairah, baiklah kita kembali ke pengalaman yang mengesan tersebut di atas. Untuk mendukung hal ini kiranya baik jika kita sering meluangkan waktu untuk mawas diri setiap hari atau mengadakan rekoleksi bulanan atau retret tahunan. Di dalam kesempatan mawas diri tersebut kita diajak untuk mengenangkan pengalaman yang menghentak atau mempesona tersebut. 

·   " Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya " (Yak 3:1-2). Maksud Yakobus di atas ini kiranya merupakan ajakan atau peringatan bagi kita semua agar kita tidak saling menggurui, yang berarti merendahkan atau melecehkan orang lain, melainkan saling belajar dengan rendah hati. Secara khusus kami ajak dan peringatkan siapapun yang menjadi guru atau pendidik: hendaknya melaksanakan tugas pengutusannya dengan semangat belajar yang rendah hati. Dengarkan dan cermati apa yang menjadi pengalaman para peserta didik atau murid, apa yang telah mereka miliki dan kuasai, dan kemudian bersama mereka mengembangkan pengalaman atau apa yang telah mereka miliki. Dengan kata lain marilah kita hayati salah satu motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro, yaitu 'ing madyo ambangun karso' (=pemberdayaan). Kehadiran dan pelayanan para guru/pendidik hendaknya membuat para peserta didik/murid menjadi bergairah dalam belajar serta mengembangkan aneka pengalaman dan keterampilan atau kecerdasan yang telah dimilikinya. Hal yang sama kami harapkan dari para orangtua dalam mendidik dan mendampingi anak-anaknya. Baik para guru/pendidik maupun orangtua kami ajak untuk menghayati fungsinya sebagai pendidik dalam semangat cintakasih dan kebebasan, dimana para peserta didik atau anak-anak sungguh merasa dikasihi dan diperhatikan serta diberi kebebasan untuk mengembangkan diri dalam cintakasih. Kita semua juga diingatkan dalam hal berkata-kata: semoga kata-kata yang keluar melalui mulut kita tidak membuat orang lain menjadi sakit hati, marah atau kecewa.

"Tolonglah kiranya, TUHAN, sebab orang saleh telah habis, telah lenyap orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia. Mereka berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis dan hati yang bercabang. Biarlah TUHAN mengerat segala bibir yang manis dan setiap lidah yang bercakap besar, dari mereka yang berkata: "Dengan lidah kami, kami menang! Bibir kami menyokong kami! Siapakah tuan atas kami?" (Mzm 12:2-5)

Ign 18 Februari 2012


Kamis, 16 Februari 2012

17 Feb


"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi ia kehilangan nyawanya"

(Yak 2:14-24.26; Mrk 8:34-9:1)

" Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." Kata-Nya lagi kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa." (Mrk 8:34-9:1), demikian kutipan Warta  Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sikap konsumptif dan materialistis sungguh telah merasuki atau menjiwai hampir semua bidang kehidupan dan pelayanan bersama di negeri kita ini. Hal itu juga didukung oleh salah satu cirikhas negeri kita yaitu sebagai pasar yang menarik dan mempesona bagi para produsen baik luar negeri maupun dalam negeri, termasuk narkoba dan aneka macam jenis sarana-prasarana elektronik. Sikap mental komsumptif, materialistis dan pasar ini kelihatan jelas dalam gejala dengan mudahnya orang membeli produk-produk baru, yang lama masih layak pakai dengan cepat ganti yang baru. Orang begitu menikmati hasil produksi tetapi tak tahu sama sekali bagaimana produk tersebut diproses. Rasanya hal ini merupakan buah system pendidikan yang lebih menekankan hafalan dan kurang memberi perhatian pada eksplorasi, lebih menekankan hasil belajar/ujian/ulangan daripada proses pembelajaran.  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Menyerahkan nyawa karena Tuhan berarti mengarahkan dan mengandalkan cara hidup dan cara bertindak kepada Tuhan. Dengan kata lain semakin orang mendunia, berpartisipasi dalam seluk beluk dunia, hendaknya semakin suci atau semakin beriman, bukan semakin materialistis. Fungsikan aneka jenis harta benda dan kekayaan sebagai sarana untuk memuji, memuliakan dan mengabdi Tuhan demi keselamatan jiwa anda sendiri dan orang lain.

·   "Seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati" (Yak 2:26), demikian kesaksian iman Yakobus, yang hendaknya kita renungkan dan hayati. Keunggulan hidup beriman terletak dalam tindakan atau perilaku atau perbuatan, bukan dalam wacana atau omongan. Maka marilah kita hayati apa yang sering menjadi semangat aneka lembaga swadaya masyarakat, yaitu "Dalam semangat iman kristiani hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara". Semangat kristiani berarti semangat Yesus Kristus, yang telah menyerahkan nyawaNya demi keselamatan jiwa seluruh umat manusia di dunia ini. Marilah kita boroskan waktu dan tenaga kita melalui aneka pekerjaan, tugas, kesibukan, jabatan, fungsi dst..demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun saudara-saudari kita. Tolok ukur atau barometer keberhasilan atau kesuksesan adalah keselamatan jiwa, bukan banyaknya harta benda atau uang, pangkat atau pengalaman dst.. Dalam lingkungan hidup atau kerja kita kiranya ada orang-orang yang perlu diselamatkan dan kita dipanggil tuntuk menyelamatkannya, tentu saja diri kita sendiri senantiasa dalam keadaan selamat, yaitu hidup dan bertindak senantiasa dijiwai oleh iman kita. Yakobus memberi contoh perihal orang yang kurang layak berpakaian dan kelaparan, dan hemat saya di lingkungan hidup kita ada orang-orang yang berkekurangan dalam hal pakaian dan makanan, maka hendaknya kita sumbang mereka pakaian dan makanan sesuai dengan kebutuhan mereka. Kiranya jika tidak ada orang yang menumpuk pakaian atau makanan di rumah atau gudangnya, hemat saya tidak ada lagi yang berkekurangan dalam hal pakaian atau makanan, tetapi karena ada orang-orang serakah dan pelit, maka terjadilah orang kelaparan dan berpakaian tidak layak. Bongkarlah simpanan anda dan sumbangkan kepada mereka yang sungguh membutuhkan.

"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya.Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya.Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya." (Mzm 112:1-6)

Ign 17 Februari 2012


Rabu, 15 Februari 2012

16 Feb


"Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah melainkan apa yang dipikirkan manusia."

(Yak 2:1-9; Mrk 8:27-33)

"Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mrk 8:27-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Cukup banyak orang masih bersikap 'lamis', artinya manis di mulut tetapi pahit dalam cara hidup dan cara bertindak atau berperilaku. Ketika memberi sambutan, pengarahan atau kotbah atau instruksi dan nasihat kelihatan sebagai orang baik dan bijak (yang nampak dalam wacana atau omongannya), namun ternyata yang bersangkutan bermoral bejat, koruptor dan suka berselingkuh. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan Petrus yang mengakui Yesus sebagai Mesias, yang datang dari Allah atau Allah yang menjadi manusia, namun tak lama kemudian mengingkariNya. Petrus tidak tahu apa yang dikatakan, yaitu bahwa Mesias harus menderita sengsara dan wafat di kayu salib demi keselamatan jiwa seluruh bangsa di dunia. Rasanya hal senada juga dilakukan oleh mereka yang baru memasuki hidup baru,  misalnya murid/pelajar/mahasiswa  baru, suami-isteri baru, imam/bruder/suster baru, pegawai baru, pejabat baru dst.. Mengawali hidup baru kelihatan begitu bergairah dan gembira serta sukses, namun seiring dengan perjalanan waktu ketika harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, kemudian menjadi kendor semangatnya serta mulai menyeleweng atau berselingkuh. Hal ini terjadi karena orang "bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia". Hidup baru yang telah diterimanya merupakan anugerah Allah, maka hendaknya dihayati dalam dan dengan pikiran Allah alias sesuai dengan kehendak Allah dan bukan mengikuti keinginan atau selera pribadi. Memang mengikuti kehendak Allah tak akan pernah lepas dari aneka tantangan, masalah dan hambatan, namun demikian marilah kita hadapi semuanya itu bersama dan bersatu dengan Allah, karena dengan demikian kita akan mampu mengatasi atau menyelesaikannya.

·   "Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: "Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!", sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: "Berdirilah di sana!" atau: "Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!" (Yak 2:1-3). Apa yang dikatakan oleh Yakobus ini hemat saya sungguh merupakan pesan atau perintah moral yang cukup jelas, maka baiklah kita laksanakan atau hayati dengan sepenuh hati, kekuatan, jiwa dan pikiran. Kita diharapkan tidak memandang muka, membeda-bedakan karena kekayaan, jabatan, kecantikan atau ketampanan, dst.. karena kita semua adalah sama-sama ciptaan Allah, sama-sama beriman. Hendaknya jangan memandang dan menyikapi orang lain hanya tergantung apa yang kelihatan saja secara sekilas, melainkan perhatikan cara hidup dan cara bertindaknya; lihat dan dengarkan apa yang dilakukannya. Pengalaman saya pribadi dalam bergaul dengan aneka macam orang menunjukkan bahwa mereka yang kelihatannya tidak menarik dan mempesona ternyata memiliki ketundlusan hati yang sungguh menarik dan mempesona. Kerajaan Allah atau kehidupan beriman adalah kerajaan hati. Ada pepatah 'dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa tahu'. Hanya mereka yang memiliki kepekaan hati terhadap orang lain akan mampu mengalami kedalaman hati pribadi maupun orang lain. Maka dengan ini kami berharap kepada orangtua untuk sedini mungkin mendidik dan membina anak-anaknya dalam hal saling memperhatikan alias saling memberi hati satu sama lain. Tentu saja pertama-tama dan terutama orangtua harus sungguh memperhatikan anak-anaknya.

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu" (Mzm 34:2-6)

Ign 16 Februari 2012


Senin, 13 Februari 2012

15 Feb

"Ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas"

(Yak 1:19-27; Mrk 8:22-26)

"Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kaulihat sesuatu?" Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon." Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: "Jangan masuk ke kampung!" (Mrk 8:22-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Mata atau penglihatan merupakan salah satu indera dari pancaindera yang vital disamping indera pendengaran atau telinga. Orang yang buta matanya tak mampu melihat dan menikmati keindahan ciptaan Allah di dunia ini, entah itu manusia, binatang atau tanaman. Maka sungguh berbahagialah siapapun yang memiliki mata yang masih sehat alias tidak buta, demikian pula si buta yang disembuhkan oleh Yesus sehingga dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Kami percaya bahwa hampir kita semua memiliki penglihatan yang baik, meskipun di antara kita juga telah dibantu dengan kacamata agar dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Maka marilah kita hayati perintah Yesus kepada si buta yang telah disembuhkan dari kebutaannya, yaitu 'pulang ke rumah kita masing-masing', artinya marilah kita lihat dan cermati dengan tekun dan teliti apa-apa yang ada di 'rumah' kita atau lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing. Karena kita orang beriman maka marilah kita lihat segala sesuatu dengan katamata iman, artinya melihat bersama dan bersatu dengan Tuhan. Dengan melihat melalui kacamata iman diharapkan kita akan melihat segala sesuatu dengan jelas serta akan lebih melihat karya Tuhan dalam ciptaan-ciptaanNya alias lebih melihat apa-apa yang baik, indah, mulia dan luhur di lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing. Percayalah jika kita dapat melihat dengan cara demikian itu, maka segala sesuatu sungguh indah, menarik dan mempesona, dan sekiranya ada sesuatu yang tidak indah dan baik, maka akan menarik dan mempesona bagi kita untuk memperbaiki dan membuatnya indah. Melihat bersama dan bersatu dengan Tuhan berarti ketika melihat ada yang tidak beres segera dibereskan, apa yang tidak baik segera diperbaiki, dst.. 

·   "Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin." (Yak 1:19-23). Apa yang dikatakan oleh Yakobus di atas ini kiranya sungguh merupakan perintah moral yang sangat jelas, dan kita dipanggil untuk melaksanakan atau menghayatinya. 'Mendengarkan dan melaksanakan firman atau sabda Tuhan", itulah yang hendaknya kita hayati atau laksanakan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Keunggulan hidup orang beriman adalah dalam pelaksanaan atau penghayatan. Firman atau sabda Tuhan antara lain telah diterjemahkan atau dibahasakan ke dalam aneka tata tertib hidup dan kerja bersama yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Baiklah tata tertib tersebut kita laksanakan atau hayati dengan sepenuh hati, jang hanya dihafalkan saja, karena ada hubungan timbal balik antara beriman dan pelaksanaan atau penghayatan tata tertib; beriman dan penghayatan tata tertib bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Orang yang setia melaksanakan atau menghayati tata tertib akan semakin mendalam dalam iman, sebaliknya orang beriman senantiasa tergerak dan termotivasi untuk melaksanakan atau menghayati aneka tata tertib. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dibiasakan dan dididik untuk menjadi unggul dalam penghayatan iman atau aneka ajaran dan tata tertib yang terkait.

"TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi; yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya." (Mzm 15)

Ign 15 Februari 2012


14 Feb

"Ia mengutus  mereka berdua-dua mendahuluiNya"

(Kis 13:46-49; Luk 10:1-9)

"Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu." (Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Sirilus, pertapa, dan St.Metodeus, uskup, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Melaksanakan tugas pengutusan untuk mewartakan Kerajaan Allah atau Allah yang Meraja memang cukup berat dan sarat dengan tantangan, hambatan maupun masalah, maka tak mungkin dilaksanakan sendirian saja. Tugas pengutusan tersebut harus kita laksanakan bersama-sama, saling membantu satu sama lain alias harus bergotong-royong. Dua santo yang kita kenangkan hari ini berbeda satu sama lain dalam tugas pekerjaan mereka serta kita kenangkan bersama-sama; dengan kata lain dalam rangka mengenangkan dua santo hari ini kita diingatkan pentingnya kerjasama dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan. Kerjasama itu sungguh kita butuhkan karena kita berbeda satu sama lain. Pertama-tama marilah kita ingat, sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita adalah buah kerjasama bapak-ibu kita masing-masing bersama dengan Tuhan. Karena kita adalah buah kerjasama, maka hanya akan tumbuh berkembang dengan baik, serta kemudian dapat melaksanakan tugas pekerjaan maupun menghayati panggilan, jika kita bekerjasama. Untuk dapat bekerjasama dengan baik hemat kami kita harus bersikap rendah hati, terbuka dan rela berkorban. Pengorbanan kita wujudkan dengan mengerahkan kemampuan, bakat, keterampilan bagi saudara-saudari kita, sedangkan rendah hati berarti kita terbuka atas kebaikan dan sumbangan saudara-saudari kita. Dengan demikian kita akan saling belajar dan mengajar, saling memberi dan menerima, sehingga kita semakin diperkaya satu sama lain. Dalam kerjasama hendaknya masing-masing menyadari dan menghayati fungsinya sendiri, dan dengan sungguh-sungguh berfungsi ketika dibutuhkan; selain itu hendaknya kita juga peka terhadap yang lain, lebih-lebih mereka yang membutuhkan bantuan kita.

·   " Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi." (Kis 13:47), demikian pesan atau sabda Tuhan kepada Paulus, yang selayaknya kita hayati juga sebagai pesan kepada kita semua umat beriman. Kita semua dipanggil untuk menjadi 'terang' bagi saudara-saudari kita, semua bangsa di dunia. Kehadiran, sepak terjang, cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun diharapkan menjadi 'terang' bagi siapapun, artinya dapat menjadi fasilitator bagi orang lain dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan atau menghayati panggilan. Memang untuk itu kita sendiri diharapkan senantiasa berada di dalam 'terang' alias berjalan dalam kehendak Tuhan. Secara konkret hal itu berarti kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing: sebagai imam, bruder, suster atau suami-isteri yang baik serta layak menjadi teladan atau inspirator bagi rekan-rekan sepanggilan dan setugas pengutusan. Fungsi menjadi 'terang' secara khusus kiranya perlu dihayati oleh mereka yang menjadi pemimpin, guru/pendidik atau siapapun yang berpengaruh bagi kehidupan dan kerja bersama. Cara hidup dan cara bertindak mereka hendaknya menjadi 'terang' bagi orang lain: bawahan, peserta didik dst..  Tentu saja kita semua umat beriman dipanggil untuk saling menerangi satu samaa lain, maka baiklah ketika kita melihat saudara-saudari kita yang berada di dalam kegelapan alias sedang bingung, frustrasi atau tertekan, hendaknya segera didatangi dan ditolong, jangan dibiarkan saja.

"Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya." (Mzm 116:1-2)

Ign 14 Februari 2012

Note: "Happy Valentine Day", Marilah kita hidup saling mengasihi dengan segenap hati.  


13 Feb


"Mengapa  angkatan ini meminta tanda?"

(Yak 1:1-11; Mrk 8:11-13)

" Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari sorga. Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: "Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda." Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang." (Mrk 8:11-13), demikian  kutipan  Warta  Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang Farisi merasa tersaing oleh kehadiran dan pelayanan Yesus, maka mereka berusaha untuk menjebakNya, antara lain dengan mencobai Dia  meminta suatu tanda dari sorga bahwa Dia datang dari sorga dan Allah yang menjadi Manusia. Karena permintaan mereka bukan merupakan kerinduan akan Mesias, Penyelamat Dunia, maka Yesus tidak menanggapi permintaan mereka, melainkan meninggalkan mereka. Sebagai orang beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus, kita diharapkan peka terhadap tanda dan kehadiran maupun karya Allah dalam hidup sehari-hari kita dimana pun dan kapanpun, demikian juga kita diharapkan percaya kepada utusan-utusan Allah, seperti para imam/pastor, pendeta, kyai dst.., yang telah dipilih dan diutus oleh Allah untuk mewartakan apa yang baik dan yang berasal dari Allah. Kami harapkan anda semua juga tidak seperti orang-orang Farisi yang iri dan merasa tersaing oleh kehadiran dan pelayanan orang-orang baru di lingkungan hidup kita yang mungkin kemudian lebih tenar, menarik dan mempesona daripada diri kita saat ini. Berbagai bentuk pembaharuan atau reformasi dibutuhkan bagi kita semua dalam kehidupan kita masa kini maupun masa mendatang, maka marilah kita senantiasa terbuka terhadap aneka macam usaha dan bentuk pembaharuan atau reformasi. Demikian juga kami berharap kepada kita semua untuk memperhatikan regenerasi: mereka yang telah tua hendaknya menyadari diri untuk pelan-pelan mengundurkan diri serta memberi kemungkinan dan keleluasaan kepada generasi muda untuk mengambil alih peran dan fungsi anda. Sebaliknya kepada generasi muda kami harapkan tidak takut dan tidak gentar untuk memperbaharui apa-apa yang sungguh dibutuhkan dan perlu di dalam hidup dan pelayanan bersama masa kini.

·   "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun." (Yak 1:2-4). "Ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan" inilah yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan. Tumbu berkembang dalam iman memang tak akan pernah lepas dari aneka macam tantangan, masalah dan hambatan, demikian juga mereka yang mendambakan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas beriman. Anda semua diharapkan menjadi pribadi yang tekun dalam menghayati panggilan maupun melaksanakan tugas pengutusan. "Tekun adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahan  dan terus-menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 27-28). Daya tahan generasi masa kini sungguh merosot jika dibandingkan dengan generasi pendahulunya, karena pengaruh makanan dan minuman yang dikomsumsi setiap hari. Sikap mental instant yang menjadi nyata dalam hal makan dan minum maupun berkomunikasi secara pelan dan mantap telah mempengaruhi daya tahan generasi masa kini: ada tantangan, masalah atau hambatan sedikit atau kecil saja langsung mundur atau putus asa, mengeluh dan menggerutu. Maka dengan ini kami berharap kepada para orangtua untuk sedini mungkin membiasakan anak-anak di dalam keluarga dalam hal melatih diri daya tahan phisik  dan mental. Fungsikan anak-anak sesuai dengan kemampuan dan kesempatan dalam memenuhi kebutuhan hidup bersama sehari-hari, dan hendaknya jangan dimanjakan. Berbagai bentuk pemanjaan terhadap anak-anak akan membuat mereka lemah dan rapuh dalam daya tahan, sehingga juga tidak memiliki ketekunan. Ada pencobaan sedikit langsung jatuh dan hancur.

"Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu. Engkau baik dan berbuat baik; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu. Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak." (Mzm 119:67-68.71-72)

Ign 13 Februari 2012