Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 24 Juli 2010

Minggu Biasa XVII/C

"Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan?"

Mg Biasa XVII : Kej 18:20-32; Kol 2:12-14; Luk 11:1-13

"Apa gunanya berdoa? Berdoa tidak ada gunanya sama sekali, maka tak usah berdoa lagi tidak apa-apa. Saya sudah mengikuti novena tanpa henti, berdoa di gereja, di tempat ziarah dll, tetapi semua permohonan saya tiada satupun yang dikabulkan", demikian keluh kesah seseorang yang pernah saya dengar sendiri. Jika mendengarkan ujud-ujud doa permohonan dalam novena-novena memang sering menimbulkan pertanyaan pada diri saya atau membuat saya tertawa, maklum ada permohonan kepada Allah agar segera menjadi kaya, naik pangkat, ada juga yang mohon agar teman atau tetangganya yang menjengkelkan atau merepotkan segera dipanggil Allah alias meninggal dunia, dst…Mereka kiranya salah dalam berdoa atau mengajukan permohonan kepada Allah, mereka memproyeksikan keinginan atau nafsunya kepada Allah alias Allah dipaksa memenuhi keinginan atau nafsu mereka. Allah akan mengabulkan doa atau permohonan kita yang baik dan benar, yaitu demi keselamatan jiwa manusia, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa sesama atau saudara-saudari kita. Allah, Bapa yang baik tahu apa yang kita butuhkan, maka marilah kita berdoa  antara lain sebagaimana diajarkan oleh Yesus ini: .

 

"Dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu" (Luk 11:2).

 

Di dalam berdoa hendaknya pertama-tama dan terutama mohon kedatangan atau kehadiran Allah dalam diri kita maupun lingkungan hidup kita; namun sebenarnya Allah senantiasa telah hadir dan berkarya dalam diri kita masing-masing maupun lingkungan hidup kita. Maka awal doa hendaknya menjadari dan menghayati kehadiran dan karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh maupun lingkungan hidup kita. Agar kita dapat menyadari dan menghayati kehadiran dan karya Allah maka kita harus bersikap rendah hati, dengan rendah hati kita melihat dan mendengarkan kehadiran dan karya Allah, yang antara lain "dalam tumbuh-tumbuhan, memberi daya tumbuh, dalam binatang-binatang, memberi daya rasa, dalam manusia, memberi pikiraan; jadi Allah juga tinggal dalam aku, memberi aku ada, hidup, berdaya rasa dan berpikiran. Bahkan dijadikan olehNya aku bait-Nya, karena aku telah diciptakan  serupa dan menurut citra yang Mahaagung" (St. Ignatius Loyola: Latihan Rohani no 235). Setelah melihat dan  mendengarkan kehadiran dan karya Allah di dalam ciptaan-ciptaanNya termasuk dalam diri kita sendiri, marilah kita laksanakan ajakan, sentuhan atau sapaanNya.

 

Di dalam doa kita hendaknya juga mohon agar dapat menguduskan nama Allah di dalam hidup kita sehari-hari, yang berarti menghormati, mengabdi, memuji dan memuliakan Allah dalam dan melalui ciptaan-ciptaanNya. Kita harus melakukan hal itu "karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati. Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib" (Kol 2:12-14). Hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Allah, yang kita terima melalui mereka yang telah berbuat baik kepada atau mengasihi kita, maka selayaknya di dalam hidup sehari-hari kita senantiasa mengutamakan peran, kehadiran dan karya Allah di dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah.       

  

"Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya" (Luk 11:3)

 

Permohonan agara kita setiap hari dapat makan secukupnya, sesuai norma atau aturan hidup sehat kiranya menjadi harapan dan dambaan kita semua. Makanan secukupnya bukan sebanyak-banyaknya dan apa yang dimaksudkan dengan makanan disini kiranya semua kebutuhan hidup sehat seperti sandang/pakaian, papan/tempat tinggal dan pangan/makanan. Maka kami mengingatkan kita semua: hendaknya menjauhkan diri dari aneka bentuk keserakahan atau yang berlebihan, dengan kata lain menjadi orang yang bersikap mental 'pengumpul'. Marilah kita mohon agar kita dapat hidup sederhana, dan ketika kita semua dapat hidup sederhana kiranya tidak ada orang yang kelaparan atau kehausan, kurang gizi alias menderita karena tidak dapat menikmati 'sandang, papan dan pangan' selayaknya.

 

Dalam hal makan dan minum hendaknya berpedoman pada hidup sehat, bukan suka atau tidak suka, nikmat atau tidak nikmat. Marilah kita berpedoman pada 'empat sehat lima sempurna' (nasi/jagung/ubi dst, sayur, daging, buah-buahan dan susu). Jika hendak melakukan diet hendaknya berpedoman pada norma kesehatan sebagaimana disarankan oleh para dokter, bukan berpedoman pada keinginan sendiri, sehingga kurang gizi. Kami berharap kepada para orangtua untuk memperhatikan anak-anaknya, lebih-lebih pada usia balita, agar makan dan minum yang bergizi. Kepada para ibu kami harapkan untuk memberi ASI alias menyusui anaknya sedapat mungkin sampai satu tahun atau lebih, jangan hanya satu sampai tiga bulan saja, sebagaimana dilakukan oleh sebagian ibu muda pada masa kini.     

 

"Ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami" (Luk 11:4)

          

Dalam bacaan pertama dari Kitab Kejadian hari ini dikisahkan dialog antara Abraham dengan Allah, doa permohonan kasih pengampunan Allah kepada umatNya. Demi sedikit orang baik dan benar, yang sungguh beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah,  Allah tidak akan memusnahkan sebagian besar umatNya yang berdosa., Allah mengampuni mereka melalui orang-orang benar dan baik atau berbudi pekerti luhur. Di dalam doa Bapa Kami, yang diajarkan oleh Yesus dan kiranya setiap hari kita doakan, kita berdoa dan mohon "ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami".  Hendaknya doa ini tidak hanya manis di mulut tetapi juga manis di dalam tindakan kita, dengan kata lain marilah kita saling mengampuni satu sama lain di dalam hidup sehari-hari.

 

Para ibu kiranya memiliki pengalaman banyak dan mendalam perihal "mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami", antara lain pengampunan yang diberikan kepada anak-anaknya, lebih-lebih ketika mereka masih bayi atau selama usia balita. Anaknya di tengah malam rewel, mengganggu tidur atau istirahat, sang ibu pasti mengampuninya dengan penuh kasih dan kelemah-lembutan. Maka kami berharap para ibu untuk terus memperdalam dan memperkuat keutamaan mengampuni orang yang bersalah tersebut, dan dengan rendah hati menyebarluaskan kepada sesamanya. Memang itu jati diri para ibu/perempuan, yang memiliki rahim, dimana di dalam rahim tumbuh berkembang 'buah kasih/anak' dalam kasih pengampunan atau kerahiman, maka hendaknya para ibu/perempuan sungguh dapat menjadi saksi 'kerahiman' bagi sesamanya. Refleksikan pengalaman anda ketika sedang mengandung, keutamaan-keutamaan macam apa yang anda hayati ketika sedang mengandung? Hendaknya pengalaman tersebut terus dihayati, diperdalam dan disebarluaskan.

 

Di dalam doa kita juga mohon kasih pengampunan Allah. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah melalui saudara-saudari kita, terutama melalui ibu kita masing-masing yang telah mengandung dan melahirkan kita.

 

"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku."

(Mzm 138:1-3)

Jakarta, 25 Juli 2010


Jumat, 23 Juli 2010

24 Juli - Yer 7:1-11; Mat 13:24-30

"Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai".

(Yer 7:1-11; Mat 13:24-30)

 

"Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku." (Mat 13:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Di dunia ini ada dua unsur/hal yang berbeda satu sama lain, misalnya laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, pandai/cerdas dan bodoh, kaya dan miskin, berbudi pekerti luhur dan amoral, sehat dan sakit, dst.. , sebagaimana digambarkan dalam Warta Gembira hari ini ada benih gandum dan benih lalang. Ada kecenderungan umum pada diri kita untuk dengan mudah menyingkirkan atau memusnahkan yang buruk, bodoh, miskin, amoral dst.., namun Tuhan menghendaki sebaliknya yaitu "Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai". Kehendak Tuhan ini kiranya dapat kita tanggapi dengan positif dengan hidup dan bekerja bersama, saling membantu dan mengasihi antar yang berbeda dan saling bertolak-belakang tersebut. Maka secara khusus perkenankan saya mengingatkan mereka yang berkecimpung di dalam pelayanan pendidikan atau pembinaan dan pendampingan anak-anak dan generasi muda, entah di sekolah-sekolah maupun di berbagai tempat pembinaan. Hendaknya senantiasa diusahakan kerjasama antar anak-anak yang miskin dan yang kaya, yang pandai dan yang bodoh, yang rajin dan yang malas, dst.. Berilah kesempatan kepada yang kaya untuk mensharingkan kekayaannya kepada yang miskin, yang pandai mensharingkan kepandaiannya kepada yang bodoh, yang rajin mensharingkan kerajinannya kepada yang malas, dan sebaliknya yang miskin belajar dari yang kaya, yang bodoh belajar dari yang pandai, yang malas belajar dari yang rajin. Dengan saling memberi dan menerima satu sama lain pasti akan menghasilkan buah/panenan yang memuaskan, membahagiakan dan menyelamatkan.

·   "Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini" (Yer 7:3), demikian firman Tuhan kepada bangsa terpilih melalui nabi Yeremia. Firman ini juga terarah bagi kita semua umat beriman, lebih-lebih kita yang miskin, bodoh atau malas diharapkan segera memperbaiki diri. Memang bagi yang miskin, bodoh dan malas tentu sulit untuk memperbaiki diri tanpa bantuan dari kita yang kaya, pandai dan rajin. Maka dengan ini kami mengharapkan mereka yang kaya, pandai dan rajin untuk dengan jiwa besar dan hati rela berkorban membantu perbaikan mereka yang miskin, bodoh dan malas, antara lain dengan memberi kesempatan dan kemungkinan yang miskin membebaskan diri dari kemiskinannya, yang bodoh.membebaskan diri dari kebodohannya, yang malas membebaskan diri dari kemalasannya. Kepada yang miskin, bodoh dan malas kami harapkan untuk senantiasa siap sedia untuk dibebaskan, yang berarti siap sedia untuk berjuang, bekerja keras dan berkorban. Dari yang kaya, pandai dan rajin membutuhkan keutamaan kesabaran dalam rangka membantu pembebasan mereka yang miskin, bodoh dan malas. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penamanan Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24). Terhadap yang miskin, bodoh dan malas ada kecenderungan atau rangsangan untuk marah atau bertindak kasar dan keras, ada kecenderungan untuk memproyeksikan diri pada mereka alias memaksa mereka. Selain dengan kesabaran, sikapi dan perlakukan mereka yang miskin, bodoh dan malas dengan semangat 'cintakasih dan kebebasan Injili', sebagaimana setiap dari kita diciptakaan, diadakan, dikandung, dilahirkan dan dididik dengan semangat cintakasih dan kebebasan.

 

"Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau"

(Mzm 84:3-5).

Jakarta, 24 Juli 2010


23 Juli - Yer 3:14-17; Mat 13:18-23

"Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti"

(Yer 3:14-17; Mat 13:18-23)

 

"Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Mat 13:18-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

Berrefleksi bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kita semua diharapkan menjadi tanah yang baik, yaitu dapat mendengarkan firman atau kehendak Tuhan serta melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari. Firman atau kehendak Tuhan antara menjadi nyata dalam aneka ajaran, nasihat, petuah, saran, kritik dst..dari orangtua, guru/pendidik, pastor/pendeta/kyai/biksu, pimpinan atau atasan, dst., maka marilah semuanya itu kita dengarkan, mengerti dan laksanakan. Apapun yang mendatangi kita, entah berupa kata-kata, sentuhan, tindakan dst.. hemat saya merupakan perwujudan kasih atau kehendak Tuhan kepada kita. Memang ada yang enak atau tidak enak, nikmat atau tidak nikmat, namun demikian marilah kita hayati semuanya itu sebagai kata-kata atau tindakan yang diilhamkan oleh Allah, yang "memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran"(2Tim 3:16). Kita semua membutuhkan aneka pengajaran terus menerus yang menuntun kita menuju ke kebenaran atau kesematan sejati. Dalam pelaksanaan atau penghayatan kehendak Tuhan kita sering kurang sunggguh, seenaknya alias bertindak salah, maka selayaknya untuk menerima peringatan, tegoran atau perbaikan. Memang pada masa kini untuk setia pada kehendak dan firman Tuhan harus menghadapi aneka macam tantangan dan ancaman, tetapi percayalah dan imanilah bahwa bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam menghadapi aneka tantangan dan ancaman kita pasti mampu mengatasinya, dan dengan demikian dari cara hidup dan cara bertindak kita berbuah aneka keutamaan dan nilai-nilai kehidupan.

·   "Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah firman TUHAN, karena Aku telah menjadi tuan atas kamu! Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Sion. Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian" (Yer 3:14-15). Firman Tuhan melalui nabi Yeremia bagi umat Allah ini kiranya layak menjadi permenungan atau refleksi kita bersama, lebih bagi kita yang kurang setia kepada kehendak Tuhan serta hidup dan bertindak seenaknya sendiri. Kita diingatkan untuk mendengarkan aneka bentuk penggembalaan dari para gembala kita yang "menggembalakan dengan pengetahuan dan pengertian". Marilah kita sadari dan hayati kebodohan, kelemahan dan kedosaan kita serta kemudian dengan rendah hati mendengarkan aneka pengetahuan dan pengertian yang disampaikan oleh para gembala kita. Yang dimaksudkan dengan gembala disini antara lain orangtua, guru/pendidik, atasan/ pemimpin dalam hidup beragama, berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Kita percayai atau imani bahwa para gembala senantiasa berkehendak baik, berusaha keras dan dengan rendah hati melayani kita semua di dalam Tuhan. Kami ingatkan bahwa semakin kita memiliki banyak pengetahuan dan pengertian sekaligus semakin banyak hal yang kurang kita ketahui dan mengerti, dengan kata lain semakian tambah usia/tua, semakin suci, semakin pandai, semakin kaya, semakin terampil, dst.. hendaknya semakin rendah hati. Marilah kita dekati dan perlakukan saudara-saudari kita yang murtad dengan rendah hati dan dalam kasih, agar mereka kembali ke cara hidup dan panggilan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam kasih dan kerendahan hati kita pasti mampu mengajak dan menuntun mereka yang murtad untuk bertobat.

 

"TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya."

(Mzm 126:3-6)

Jakarta, 23 Juli 2010    .      .


Rabu, 21 Juli 2010

22 Juli - Yer 2:1-3.7-8.12-13; Yoh 20:1.11-18

"Aku telah melihat Tuhan!"

(Yer 2:1-3.7-8.12-13; Yoh 20:1.11-18)

"Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya"(Yoh 20:11-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka merayakan pesta  St.Maria Magdalena hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam kisah sering diceritakan bahwa Maria Magdalena adalah perempuan yang cantik, pelacur klas tinggi yang menerima kasih pengampunan Yesus. Dengan kasih pengampunanNya itu ia merasa sungguh dikasihi oleh Yesus, dan konon ia juga kemudian menjadi murid terkasih Yesus, maka ia juga menjadi saksi kebangkitan Yesus yang pertama kali. Dalam tata kehidupan sosial di kebanyakan bangsa pada umum kaum perempuan dipandang lebih lemah daripada laki-laki; kaum perempuan bahkan sering menjadi 'obyek', entah sebagai obyek pemuas nafsu laki-laki hidung belang atau obyek komersial bagi beberapa perusahaan dalam rangka mengiklankan perusahaannya atau hasil usahanya. Mereka yang dipandang lemah di tengah masyarakat pada umumnya memiliki kepekaan hati yang kuat dan mendalam, sehingga peka terhadap hal-hal kecil; yang dipandang lemah pada umumnya juga tidak takut dalam suasana genting. Memang mereka yang dipandang lemah juga menjadi ujung tombak,  misalnya tentara atau polisi yang masih prajurit biasa senantiasa ditempatkan di garis depan dalam peperangan mau mengatasi kerusuhan, di dalam keluarga ketika ada yang tidak beres maka mereka yang lemah (pembantu rumah tangga) yang diminta membereskan, dst.. Dengan kata lain hemat saya yang lemah menjadi penyelamat bagi sesamanya, dan lebih peka terhadap ajakan untuk berbuat baik alias lebih melihat kehadiran Tuhan dalam diri sesamanya. Di dalam keluarga pada umumnya perempuan atau ibu menjadi penyelamat kebutuhan hidup berkeluarga,  misalnya dengan segala upaya mencukupkan apa yang dibutuhkan anggota keluarga dengan dana atau anggaran yang ada, dst..

·    "Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya" (Yer 2:2). Kasih selama menjadi penganten atau selama bulan madu memang mengesan, mempesona dan membahagiakan. Mereka yang pernah atau sedang menjalani bulan madu kiranya dapat mensharingkan pengalaman saling mengasihi yang begitu indah, mempesona, nikmat dan membahagiakan. Firman Tuhan melalui Yeremia diatas mengajak dan mengingatkan kita semua pentingnya mengenangkan dan mengangkat kembali pengalaman 'fascinosum', pengalaman yang mempesona di dalam kehidupan kita masing-masing, pengalaman hiburan, dimana orang merasa diteguhkan dan dikuat iman, harapan dan kasihnya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: ketika kita merasa kurang bahagia, berat dalam hidup dan kerja, baiklah kita kenangkan pengalaman yang mempesona tersebut, kita kenangkan dan angkat kembali kasih yang telah kita nikmati untuk memberi kekuatan. Biarlah dalam keadaan susah, berat dan kurang bahagia kita tetap mampu melihat dan menghayati kehadiran Tuhan yang senantiasa mendampingi perjalanan hidup dan kerja kita. Marilah kita saling mengingatkan pengalaman-pengalaman indah yang pernah kita alami atau hayati. Dengan kata lain saya mengajak kita semua untuk senantiasa melihat dan menghayati kehadiran Roh dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita.

 

"Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan. Keadilan-Mu adalah seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN. Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu. Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang." (Mzm 36:6-10)

        

Jakarta, 22 Juli 2010


22 Juli - Yer 2:1-3.7-8.12-13; Yoh 20:1.11-18

"Aku telah melihat Tuhan!"

(Yer 2:1-3.7-8.12-13; Yoh 20:1.11-18)

"Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya"(Yoh 20:11-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka merayakan pesta  St.Maria Magdalena hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam kisah sering diceritakan bahwa Maria Magdalena adalah perempuan yang cantik, pelacur klas tinggi yang menerima kasih pengampunan Yesus. Dengan kasih pengampunanNya itu ia merasa sungguh dikasihi oleh Yesus, dan konon ia juga kemudian menjadi murid terkasih Yesus, maka ia juga menjadi saksi kebangkitan Yesus yang pertama kali. Dalam tata kehidupan sosial di kebanyakan bangsa pada umum kaum perempuan dipandang lebih lemah daripada laki-laki; kaum perempuan bahkan sering menjadi 'obyek', entah sebagai obyek pemuas nafsu laki-laki hidung belang atau obyek komersial bagi beberapa perusahaan dalam rangka mengiklankan perusahaannya atau hasil usahanya. Mereka yang dipandang lemah di tengah masyarakat pada umumnya memiliki kepekaan hati yang kuat dan mendalam, sehingga peka terhadap hal-hal kecil; yang dipandang lemah pada umumnya juga tidak takut dalam suasana genting. Memang mereka yang dipandang lemah juga menjadi ujung tombak,  misalnya tentara atau polisi yang masih prajurit biasa senantiasa ditempatkan di garis depan dalam peperangan mau mengatasi kerusuhan, di dalam keluarga ketika ada yang tidak beres maka mereka yang lemah (pembantu rumah tangga) yang diminta membereskan, dst.. Dengan kata lain hemat saya yang lemah menjadi penyelamat bagi sesamanya, dan lebih peka terhadap ajakan untuk berbuat baik alias lebih melihat kehadiran Tuhan dalam diri sesamanya. Di dalam keluarga pada umumnya perempuan atau ibu menjadi penyelamat kebutuhan hidup berkeluarga,  misalnya dengan segala upaya mencukupkan apa yang dibutuhkan anggota keluarga dengan dana atau anggaran yang ada, dst..

·    "Pergilah memberitahukan kepada penduduk Yerusalem dengan mengatakan: Beginilah firman TUHAN: Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang tiada tetaburannya" (Yer 2:2). Kasih selama menjadi penganten atau selama bulan madu memang mengesan, mempesona dan membahagiakan. Mereka yang pernah atau sedang menjalani bulan madu kiranya dapat mensharingkan pengalaman saling mengasihi yang begitu indah, mempesona, nikmat dan membahagiakan. Firman Tuhan melalui Yeremia diatas mengajak dan mengingatkan kita semua pentingnya mengenangkan dan mengangkat kembali pengalaman 'fascinosum', pengalaman yang mempesona di dalam kehidupan kita masing-masing, pengalaman hiburan, dimana orang merasa diteguhkan dan dikuat iman, harapan dan kasihnya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: ketika kita merasa kurang bahagia, berat dalam hidup dan kerja, baiklah kita kenangkan pengalaman yang mempesona tersebut, kita kenangkan dan angkat kembali kasih yang telah kita nikmati untuk memberi kekuatan. Biarlah dalam keadaan susah, berat dan kurang bahagia kita tetap mampu melihat dan menghayati kehadiran Tuhan yang senantiasa mendampingi perjalanan hidup dan kerja kita. Marilah kita saling mengingatkan pengalaman-pengalaman indah yang pernah kita alami atau hayati. Dengan kata lain saya mengajak kita semua untuk senantiasa melihat dan menghayati kehadiran Roh dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita.

 

"Ya TUHAN, kasih-Mu sampai ke langit, setia-Mu sampai ke awan. Keadilan-Mu adalah seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN. Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu. Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu. Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang." (Mzm 36:6-10)

        

Jakarta, 22 Juli 2010


Selasa, 20 Juli 2010

21 Juli - Yer 1:1.4-10; Mat 13:1-9

"Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar!"

(Yer 1:1.4-10; Mat 13:1-9)


"Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"(Mat 13:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini,

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Indera pendengaran hemat saya merupakan indera pertama kali yang berfungsi, bahkan anak yang masih ada di dalam rahim ibu sudah dapat mendengarkan aneka macam suara di lingkungan hidupnya, terutama suara dari sang ibu yang sedang mengandungnya. Di dalam perjalanan hidup kita hemat saya indera pendengaran juga merupakan yang paling utama berpengaruh dalam perkembangan dan pertumbuhan kepribadian kita masing-masing, maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk memperhatikan keutamaan 'mendengarkan' dalam hidup dan pekerjaan kita. Mendengarkan (to listen) berbeda dengan mendengar (to hear), mendengarkan butuh kerendahan hati, keutamaan dasar dan utama. Kegiatan berdoa yang utama adalah mendengarkan, para pelajar/murid/mahasiswa jika mendambakan sukses dalam belajar harus dapat mendengarkan dengan baik, entah ketika sedang menerima pengajaran maupun sedang belajar sendiri atau membaca. Dapat mendengarkan dengan baik juga penting bagi para pemilik kendaraan bermotor atau sopir, artinya jika anda tidak mampu memperbaiki kerusakan kendaraan sendiri, silahkan mendengarkan suara mesin dan jika ada suatu suara yang kurang beres hendaknya kendaraan segera diperiksakan ke bengkel. Tantangan untuk mendengarkan dengan baik pada masa kini memang sungguh berat, apalagi dengan maraknya kecanduan HP (hand  phone) bagi sementara orang, misalnya dalam rapat dengan seenaknya orang meninggalkan rapat karena HP-nya berbunyi alias ada panggilan. Kami berharap pembinaan mendengarkan dengan baik ini sedini mungkin dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dan tentu saja dengan teladan dari para orangtua atau bapak-ibu. Barangsiapa dapat menjadi pendengar yang baik, maka ia akan menghasilkan buah berkelimpahan yang berguna bagi keselamatan jiwa.


·   "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa."(Yer 1:5), demikian firman Tuhan kepada Yeremia. Baiklah firman ini juga kita kenakan pada diri kita masing-masing. Selama di dalam rahim ibu kita semua kudus atau suci adanya, dan diharapkan kita menjaga, merawat dan memperdalam atau memperteguh kesucian hidup itu di dalam perjalanan hidup dan tugas pekerjaan setiap hari dimanapun dan kapanpun. Dalam kesucian hidup kita semua dipanggil untuk "menjadi nabi bagi bangsa-bangsa". Nabi adalah 'corong Tuhan', pembawa dan pewarta kebenaran yang diangurahkan oleh Tuhan. Marilah kita hayati dimensi kenabian hidup iman dan keagamaan kita! Masing-masing dari kita hendaknya tetap suci dan benar; suci berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan dengan demikian mau tak mau harus melaksanakan atau menghayati perintah-perintah Tuhan alias senantiasa berbuat baik kepada orang lain dan berbudi pekerti luhur. Kutipan di atas kiranya juga menyadarkan kita semua bahwa dalam kenyataan ternyata semakin tambah usia dan pengalaman juga bertambah dosa-dosanya, dengan kata lain kita kurang setia pada kesucian kita masing-masing. Mengingat bertambah usia dan pengalaman berarti juga bertambah dosanya, maka mereka yang lebih tua hendaknya menghormati mereka yang lebih muda, orangtua menghormati anak-anak, guru menghormati para peserta didik, senior menghormati yunior. Mengapa? Di dalam hidup beriman atau beragama hemat saya yang layak untuk lebih dihormati adalah mereka yang lebih muda karena  yang lebih muda lebih suci dan yang selayakanya dihormati adalah mereka yang suci. Kami berharap kepada para orangtua maupun pendidik untuk menjaga dan memperdalam kesucian anak-anak atau para peserta didik.


"Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku! Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku. Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik, dari cengkeraman orang-orang lalim dan kejam." (Mzm 71:1-4)

Jakarta, 21 Juli 2010

   .


Senin, 19 Juli 2010

20 Juli - Mi 7:14-15.18-20; Mat 12:46-50

"Siapa pun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga"

(Mi 7:14-15.18-20; Mat 12:46-50)

 

"Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau." Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." (Mat 12:46-50), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   KKN = Kolusi, Korupsi dan Nepotisme masih marak di sana-sini. Ada konotasi atau kesan jelek jika terjadi KKN, namun hemat saya kolusi dan nepotisme tidak apa-apa asal tidak korupsi. Memang kolusi dan nepotisme dapat menjadi godaan dan peneguh tindakan korupsi, tetapi ketika ada hubungan darah dan relasi akrab tanpa korupsi rasanya hidup dan bekerja bersama akan lebih baik, membahagiakan dan damai sejahtera. Maka sabda Yesus hari ini bahwa yang utama dan pertama-tama sebagai orang beriman harus melakukan kehendak Allah, hemat saya hal itu antara lain dapat kita hayati dengan tidak melakukan korupsi sekecil apapun, dalam bidang pelayanan atau pekerjaan apapun dan dimanapun. Melakukan kehendak Allah juga dapat kita hayati dengan mentaati dan melaksanakan aneka aturan atau tatatan yang terkait dengan hidup dan panggilan maupun tugas  pengutusan kita masing-masing. Keunggulan hidup beriman terletak pada penghayatan bukan omongan atau wacana, yang menjadi nyata dalam sikap dan perilaku sehari-hari: sikap dan perilaku yang berbudi pekerti luhur. Warta Gembira hari ini juga mengingatkan dan mengajak kita untuk membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati dengan semua orang, terutama dengan siapapun yang berkehendak baik tanpa pandang bulu, SARA, jabatan, kedudukan, usia dst..Maka kami berharap aneka perbedaan yang ada di antara kita hendaknya jangan menjadi sumber permusuhan, ketegangan atau saling menghancurkan, melainkan menjadi daya tarik dan daya pikat untuk saling mengenal, mendekat dan bersahabat. Ingat dan hayati bahwa laki-laki dan perempuan yang saling berbeda satu sama lain saling tertarik untuk mendekat dan bersahabat, saling mengasihi…itulah karya Allah/ilahi, maka hendaknya hal itu menjadi kekuatan bagi kita bahwa apa yang berbeda menjadi daya tarik dan daya pikat untuk saling mengasihi.

·   "Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia?" (Mi 7:18). Allah adalah mahapengampun dan mahasetia, betapa besar dosa dan ketidak-setiaan kita ketika kita dengan rendah hati mohon kasih pengampunanNya pasti diampuni. Namun hendaknya jangan menyalahgunakan kasih pengampunan dan kasih setia Allah tersebut, misalnya dengan mudah melakukan dosa dengan harapan bahwa dengan mudah juga Allah mengampuni. Mengimani Allah yang mahapengampun dan mahasetia berarti kita dipanggil untuk  menghayati dan menyebar-luaskan kasih pengampunan dan  kasihsetia dalam hidup sehari-hari dimanapun kita berada, kemanapun kita pergi. Ingatlah dan hayatilah bahwa masing-masing dari kita telah menerima kasih pengampunan dan kasih setia Allah melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita, terutama dan pertama-tama melalui orangtua atau bapak-ibu kita masing-masing. Kami berharap kepada para orangtua, para pemimpin atau atasan dalam kehidupan dan kerja dimanapun untuk dapat menjadi teladan dalam kasih pengampunan dan kasih setia. Ketika ada bawahan atau anggotanya berbuat salah hendaknya tidak dimarahi melainkan dengan rendah hati dan kasih sayang dibetulkan dengan berbagai cara. Kepada para orangtua kami juga berharap tidak murah marah atau bertindak kasar terhadap anak-anaknya, yang mungkin nakal dan kurang berkenan di hati orangtua. Ingat dan sadarilah bahwa anak-anak nakal dan kurangajar itu biasa, karena memang mereka masih anak-anak, tetapi kalau orangtua nakal dan kurangajar itulah malapetaka yang dapat membuat sengsara atau menderita seluruh anggota keluarga. Dampingilah anak-anak dengan semangat cintakasih dan kebebasan, sebagaimana anda sebagai suami-isteri juga telah saling memilih dan bersatu dalam cintakasih dan kebebasan. Kepada para pemimpin di bidang pelayanan atau kehidupan bersama dimanapun kami harapkan juga untuk menghayati kepemimpinannya dalam semangat cintakasih dan kebebasan.

 

"Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau.  Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion. Ya TUHAN, Allah semesta alam, dengarkanlah doaku, pasanglah telinga, ya Allah Yakub." (Mzm 84:5-6.8-9)

Jakarta, 20 Juli 2010