Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 07 Desember 2012

MgAdven II

Mg Adven II: Bar 5:1-9; Flp 1:4-6.9-13; Luk 3:1-6
"Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."
Masa Adven memang masa persiapan, yaitu masa-masa untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin agar kelak layak menerima kedatangan Penyelamat Dunia, Pembawa Damai bagi umat manusia di bumi. Kami percaya bahwa kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus telah berusaha mempersiapkan diri, paling tidak secara fisik atau material, namun hemat saya yang pertama-tama dan terutama harus dipersiapkan adalah hal-hal spiritual atau rohani, yang terkait dengan hati, jiwa dan akal budi kita. Sabda hari ini mengajak kita semua untuk merenungkan seruan Yohanes, bentara kedatangan Penyelamat Dunia, maka marilah kita renungkan dan cecap dalam-dalam seruannya, sebagaimana saya kutipkan di bawah ini.
"Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan." (Luk 3:4-6)
Kegiatan mempersiapkan kedatangan Penyelamat Dunia hendaknya dipusatkan pada seruan "Luruskanlah jalan bagi-Nya", jalan yang akan dilewati oleh Tuhan. Seruan ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar kita senantiasa memiliki 'ujud/tujuan lurus' dan tentu saja juga dalam rangka mewujudkan ujud atau tujuan tersebut juga menempuh jalan-jalan lurus alias jalan-jalan yang baik, dengan berperilaku baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kami percaya bahwa kita semua adalah orang-orang lemah dan rapuh, yang dengan mudah tergoda untuk mengikuti jalan-jalan atau cara-cara yang tidak baik, yang hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi. Dampak dari itu semua antara lain adalah hidup kita tidak tenang, tidak damai dan tidak tenteram, dan diri kita senantiasa merasa di dalam ancaman.
"Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan", demikian seruan Yohanes, yang hendaknya kita hayati atau laksanakan. Maka marilah kita periksa dengan teliti dan cermat hati, jiwa dan akal budi kita, apakah ada liku-liku, lekuk-lekuk dan timbunan yang harus diluruskan. Sekali lagi kami angkat bahwa dalam diri kita masing-masing pasti ada yang perlu diluruskan, maka marilah kita mawas diri. Semakin tambah usia dan pengalaman kiranya juga bertambah juga liku-liku dan lekuk-lekuk alias dosa-dosanya, maka siapapun yang merasa lebih tua atau senior kami harapkan dapat menjadi teladan dalam hal penghayatan diri sebagai yang berdosa, dan dengan demikian hendaknya juga menjadi teladan dalam hal kerendahan hati.
Dosa yang pada umumnya cukup banyak dilakukan hemat saya adalah: mengeluh, menggerutu atau marah-marah, yang  berarti melecehkan harkat martabat manusia lain. Ada sesuatu yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau keinginan sendiri pada umumnya orang mengeluh atau menggerutu, entah sesuatu tersebut adalah cuaca, keadaan, makanan, minuman, tugas, pekerjaan dst.. Jika orang mudah mengeluh atau menggerutu terhadap cuaca, situasi dan kondisi  alam raya ini hemat saya berarti melecehkan atau merendahkan Allah sendiri, Sang Pencipta. Maka pertama-tama kami mengajak anda sekalian untuk meluruskan diri/sikap terhadap alam ciptaan Allah beserta dampaknya, antara lain 'nikmati saja cuaca atau situasi dan kondisi alam yang ada'. Saya sendiri pernah tinggal untuk beberapa waktu di daerah panas dengan suhu rata-rata 40 derajat Celcius (di daerah New Delhi-India)  dan di daerah dingin jika malam hari bersuhu -20 derajat dan siang hari -10 derajat (di daerah Krakow-Polandia). Saya nikmati saja panas maupun dingin yang ada, dan toh akhirnya juga tetap sehat saja.
Mungkin di antara kita juga ada yang berdosa cukup besar, dan dengan demikian merugikan orang lain, maka jika demikian kami harapkan sungguh bertobat serta kemudian mewujudkan tanda sesal dan tobat secara konkret dengan senantiasa membahagiakan siapapun yang dijumpai atau hidup bersama. Marilah kita usahakan bersama kehidupan bersama yang enak dan nikmat untuk didiami, sehingga juga merupakan 'lahan' yang siap sedia untuk didatangi oleh Penyelamat Dunia. Semoga siapapun senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh kehidupan bersama yang damai sejahtera dan aman tenteram, tidak ada kejahatan sedikitpun di lingkungan hidup kita. Selanjutnya marilah kita renungkan atau refleksikan sapaan/sharing Paulus kepada umat di Filipi di bawah ini.
"Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah. Aku menghendaki, saudara-saudara, supaya kamu tahu, bahwa apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil, sehingga telah jelas bagi seluruh istana dan semua orang lain, bahwa aku dipenjarakan karena Kristus"(Fil 1:9-13)
Kiranya kita sebagai orang beriman atau beragama selayaknya untuk saling mendoakan satu sama lain dan harapan "semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus(Tuhan)". Hari Tuhan disini kiranya bagi kita dapat diartikan sebagai 'hari Natal'  atau 'hari kematian kita masing-masing' alias hari peralihan diri kita dari dunia fana ke dunia baka. Jika kita mendambakan menjelang 'hari Tuhan' tersebut tetap ceria dan sehat wal'afiat seutuhnya alias siap sedia bertemu denganNya secara pribadi, marilah kita senantiasa mengusahakan pengetahuan yang benar serta memilih apa yang baik untuk kita lakukan atau hayati.
Paulus membagikan pengalamannya sebagai yang "dipenjarakan karena Kristus", yang berarti orang yang sungguh dikuasai atau dirajai oleh Tuhan, sehingga mau tak mau dalam situasi dan kondisi apapun, kapan pun dan dimana pun senantiasa hanya melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan. Saya kira kebanyakan dari kita lebih dipenjarakan karena harta benda atau nafsu-nafsu duniawi alias lebih bersikap mental duniawi atau materialistis, lebih-lebih orang-orang kota besar, misalnya Jakarta, yang konon harga diri ada pada 'mampu membeli' yaitu membeli aneka produk baru, entah barang tersebut fungsional atau tidak fungsional tidak perlu dipermasalahkan, yang penting membeli dan memiliki. Masa kini kiranya cukup banyak orang juga dipenjarakan oleh "Hand Phone" (HP), sehingga dimana pun dan kapan pun HP tak pernah terlepas dari genggamannya, termasuk ketika sedang rapat atau beribadat.
Sungguh memprihatinkan ketika dalam rapat orang lebih mengutamakan HP-nya daripada mengikuti atau berpartisipasi dalam rapat, misalnya setiap kali keluar dari rapat hanya untuk kontak dengan atau berhubungan dengan orang lain melalui 'HP'nya. Hemat saya orang yang demikian melecehkan orang lain yang ada di dalam rapat tersebut, dan lebih melecehkan lagi orang yang sedang berbicara atau sedang memberikan masukan atau pendapat dalam rapat tersebut. Kami berharap kapan pun dan dimana pun masing-masing dari kita dapat memilih apa yang baik yang harus dilakukan, yaitu apa yang lebih menyelamatkan dan membahagiakan jiwa manusia, termasuk jiwa kita sendiri.
"Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!" (Mzm 126:1-4)
Ign 9 Desember 2012

Kamis, 06 Desember 2012

8des - HR SP Maria dikandung tanpa noda

HR  SP Maria dikandung tanpa noda: Kej 3:9-15.20; Ef 1:3-6.11-12; Luk 1:26-38
"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

Setiap dari kita, manusia, hemat saya ketika masih berada di dalam kandungan atau rahim ibu kita masing-masing dalam keadaan suci, tanpa noda, kecuali jika ibu kita menderita penyakit tertentu, yang dapat diwariskan. Namun kami percaya bahwa kebanyakan dari ibu kita sehat dan baik adanya. Keadaan suci atau tak bernoda tersebut tercemar sedikit demi sedikit, seiring dengan tambahnya usia dan pengalaman: tambah usia dan pengalaman berarti juga tambah dosanya. Apa yang terjadi dalam diri SP Maria kiranya lain, mengingat dan memperhatikan bahwa dalam usia dewasa muda ia tetap dalam keadaan suci, tak bernoda, yang nampak ketika dengan rendah hati menanggapi panggilan Tuhan melalui malaikatNya. Mungkin kita bertambah usia dan pengalaman juga bertambah dosa dan nodanya, karena ibu kita juga berdosa, sehat wal'afiat tubuhnya, namun tidak demikian dengan hati, jiwa dan akal budinya. Karena sampai usia dewasa mudanya Maria tetap suci dan tak bernoda, maka Gereja Katolik juga mengimani bahwa ia dalam keadaan suci dan tak bernoda sejak dalam kandungan, dan kesuciannya melebihi kita semua. Maka dalam rangka mengenangkan pesta SP Maria dikandung tanpa noda hari ini marilah kita mawas diri dengan cermin tanggapannya atas panggilan Tuhan.

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."(Luk 1:38)
Seorang hamba atau pelayan (rumah tangga atau kantor dst..) yang baik pada umumnya memiliki cirikhas sifat atau kepribadian yang baik, misalnya: jujur, disiplin, tekun, ceria, cekatan, kerja keras dan tak kenal waktu, dst.. Kiranya jika ada hamba atau pelayan yang tidak baik, entah malas atau suka mencuri dst.., maka yang bersangkutan akan segera dipecat atau diberhentikan dari tugasnya sebagai pelayan tanpa pesangon, karena yang bersangkutan tidak layak untuk menjadi pelayan. Hamba atau pelayan baik senantiasa taat dan setia pada perintah atau nasehat-nasehat orang yang harus dilayani, tak pernah melawan atau memberontaknya. Meskipun harun melaksanakan tugas atau pekerjaan berat, sarat dengan tantangan dan hambatan, pelayan atau hamba yang baik tak pernah mengeluh atau menggerutu sedikitpun.

Jika pelayan manusia yang baik dituntut memiliki keutamaan-keutamaan yang demikian itu, maka kita dapat membayangkan SP Maria, yang menyatakan dan menghayati diri sebagai "hamba Tuhan", yang menjadi teladan hidup beriman. Maka marilah kita sebagai orang beriman meneladan ketaatan dan kesetiaan SP Maria kepada kehendak Tuhan. Tentu saja pertama-tama dan terutama kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam, para gembala umat, untuk sungguh-sungguh menghayati panggilan sebagai 'hamba-hamba Tuhan'. Sebagai hamba Tuhan marilah setiap hari setia dan tekun membaca dan merenungkan sabda-sabda Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, untuk selanjutnya kita sharingkan pengalaman sentuhan-sentuhan sabdaNya kepada umat yang harus kita gembalakan.

Sebagai umat beriman atau beragama, entah agama atau keyakinannya apapun, kami ajak untuk setia dan tekun juga membaca dan merenungkan sabda-sabdaNya, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci atau penterjamahanya dalam aneka aturan dan tata tertib hidup dan kerja bersama. Dengan kata lain marilah kita hayati panggilan kita sebagai 'hamba Tuhan' dengan mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Hendaknya kita semua setia dan disiplin terhadap tata tertib atau aturan yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Mungkin baik pertama-tama kita tunjukkan ketaatan dan kesetiaan kita pada tata tertib dan aturan, dengan mentaati aturan atau tata tertib berlalu-lintas di jalanan. Kedisiplinan dan ketertiban di jalanan merupakan cermin hidup bersama, bermasyarakatm, berbangsa dan bernegara. Semoga para pemimpin atau atasan hidup dan kerja bersama dapat menjadi teladan dalam mentaati dan melaksanakan tata tertib atau aturan, setia sebagai 'hamba-hamba Tuhan'. Para pemimpin di mana pun kami harapkan menghayati kepemimpinan partisipatif dengan semangat 'melayani'. Melayani berarti senantiasa berusaha membahagiakan dan menyelamatkan yang dilayani, terutama kebahagiaan dan keselamatan jiwa.

"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya" (Ef 1:3-6)

Kutipan di atas ini kiranya baik untuk menjadi refleksi atau permenungan kita. Paulus membuka suratnya kepada umat di Efesus dengan sapaan 'pujian', memuji Allah yang telah mengaruniai dan memilih umat di Efesus sebagai umat yang dikasihi oleh Allah. Dengan kata lain Paulus pertama-tama memberi sapaan kasih, yang meneguhkan dan menguatkan iman umat. Hal ini kiranya dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua, yaitu ketika bertemu pertama kali dengan orang lain senantiasa memberi sapaan kasih, sebagaimana sering kita lakukan dengan berkata "Selamat…." atau rekan-rekan Muslim saling menyapa dengan kata "Asalamalaikum", yang kurang lebih semuanya itu berarti semoga Allah menyertai dan memberkati kita.

Kami percaya bahwa seorang hamba atau pelayan yang baik juga senantiasa memberi pujian kepada mereka yang harus dilayani. Maka sebagai umat beriman atau beragama hemat saya kita juga harus saling memberi pujian satu sama lain alias senantiasa melihat dan mengangkat apa yang baik, entah yang ada dalam diri kita sendiri maupun orang lain. Hal ini kiranya sangat penting dalam usaha atau kegiatan pendidikan, pembinaan atau pembelajaran. Mendidik atau membina hemat saya berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah, yang berarti pertama-tama memperkembangkan dan meneguhkan apa yang baik dan positif dalam diri para peserta didik atau binaan, serta kemudian membantu mereka dalam hal penjernihan bagi mereka yang berada dalam kebingungan atau kebimbangan.

 "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (Kej 3:14-15). Kutipan ini kiranya menjadi inspirasi bagi para pelukis yang melukis gambar SP Maria, dimana SP Maria digambarkan menginjak atau mengalahkan ular. Ular juga menjadi symbol kelicikan, maka dengan kata lain SP Maria, yang suci dan tak bernoda telah mengalahkan kelicikan. Kita semua dapat meneladan SP Maria, yaitu mengadapi aneka bujuk rayu dan kelicikan orang-orang jahat dengan kesucian dan ketulusan hati, dan percayalah jika hati kita suci dan tulus, maka kita akan mampu mengalahkan atau mengatasi aneka kelicikan dan rayuan setan, yang menggejala dalam ajakan untuk melakukan apa yang tidak baik atau berdosa.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" (Mzm 98:1-4)
Ign 8 Desember 2012

7des

"Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya"
(Ef 3:8-12; Yoh 10:11-16)

"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku ,  sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala." (Yoh 10:11-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Ambrosius, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sabda hari ini kiranya baik untuk menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi para gembala, para uskup dan pastor, maupun para pembantunya, dalam rangka menggembalakan umat Allah. Para gembala beserta para pembantunya diharapkan meneladan semangat Yesus, "Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya". Menghayati semangat gembala kiranya dapat melaksanakan motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro, yaitu "ing arso asung tulodho, ing madya ambangun karso, tut wuri handayani" (=keteladanan, pemberdayaan, motivasi). Para gembala beserta para pembantunya pertama-tama dan terutama hendaknya dapat menjadi teladan dalam penghayatan iman alias dalam hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur maupun dalam semangat melayani dengan rendah hati atau menghayati rahmat atau janji baptis secara total, yaitu hanya mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan. Maka kami berharap kepada segenap umat Allah ketika melihat para gembalanya tidak dapat menjadi teladan, tegor saya seraya menanyakan : "Apakah Romo/Pastor sudah dibaptis?". Pemberdayaan berarti kehadiran gembala dimana pun dan kapan pun hendaknya dapat memberdayakan iman umat, membangkitkan atau menggairahkan yang lesu, menyembuhkan yang sakit, terutama mereka yang sakit hati. Cara hidup dan cara kerja para gembala hendaknya juga menjadi motivator atau penggerak umat untuk berpartisipasi dalam hidup beriman, menggereja atau bermasyarakat.

·   "Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu, dan untuk menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu, supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa di sorga, sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Ef 3:8-11). Sebagai seorang rasul yang ulung Paulus menghayati diri sebagai 'yang paling hina di antara segala orang kudus'. Yang dimaksudkan dengan orang kudus di sini adalah umat yang beriman kepada Yesus Kristus atau umat Allah. Kiranya hal ini juga dinyatakan dan diusahakan untuk dihayati oleh para Uskup, yaitu sebagai 'hamba yang hina dina'. Memang para gembala diharapkan menghayati kerendahan hati dalam cara hidup dan cara bertindaknya, antara lain tidak pernah mengeluh atau menggerutu, termasuk ketika harus menghadapi masalah atau lelah dalam pelayanan. Rendah hati juga dapat diartikan sebagai "sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof  Dr Edi Setyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kiranya segenap umat Allah juga diharapkan hidup dan bertindak dengan rendah hati, entah itu berarti meneladan para gembala atau mendukung usaha para gembala untuk hidup dan bertindak dengan rendah hati. Kerendahan hati merupakan keutamaan dasar, kebalikan dari kesombongan, maka mereka yang masih hidup dan bertindak dengan sombong kami ajak untuk bertobat menjadi rendah hati.

" Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Engkau telah berkata: "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku:Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun" (Mzm 89:2-5)
Ign 7 Desember 2012

Rabu, 05 Desember 2012

6 Des

"Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu"
(Yes 26:1-6; Mat 7:21.24-27)

" Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Mat 7:21.24-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Ada orang jika berdoa begitu panjang dan bertele-tele serta disertai keluhan atau air mata, seolah-olah sungguh berdoa, padahal hal itu kiranya hanya pura-pura saja. Ada orang tidak berdoa lagi karena setiap kali berdoa mengajukan permohonan kepada Tuhan tak ada satu pun yang dikabulkan. Dalam hidup beriman atau beragama yang lebih harus diutamakan adalah penghayatan atau pelaksanaan, bukan omong-omong atau wacana. Dalam hal berdoa, hendaknya isi doa sungguh yang ada dalam hati, dan setelah didoakan hendaknya juga membaktikan diri sepenuhnya demi terwujudnya doa tersebut. Sebagai contoh: berdoa agar lulus dalam ujian atau belajar harus disertai dengan giat belajar, demikian juga berdoa agar sukses dalam bekerja harus disertai dengan bekerja keras, dst… Dalam hal berdoa kiranya kita dapat belajar dari Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus: singkat, padat berisi dan sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari. Sabda hari ini juga mengingatkan dan mengajak kita semua untuk memiliki iman yang teguh dan handal, maka baiklah di Tahun Iman ini kita sungguh-sungguh berusaha memperteguh dan memperkuat iman kita, sehingga kita tak mudah terseret ke tindakan-tindakan dosa atau amoral. Godaan dan rayuan berupa kenikmatan-kenikmatan duniawi pada masa kini sungguh marak, maka bagi orang yang tak kuat dan tak handal imannya pasti akan mudah jatuh ke dalam dosa. Kita hendaknya juga saling mendoakan agar kita semua memiliki iman yang kuat dan handal. Kami berharap kepada para orangtua maupun guru atau pendidik untuk lebih mengutamakan atau mengedepankan pembinaan iman, dan pembinaan iman di sekolah-sekolah secara inklusif dapat dilaksanakan dapat proses 'mengajar-belajar' jenis mata pelajaran apapun.

·   "Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal. Sebab Ia sudah menundukkan penduduk tempat tinggi; kota yang berbenteng telah direndahkan-Nya, direndahkan-Nya sampai ke tanah dan dicampakkan-Nya sampai ke debu. Kaki orang-orang sengsara, telapak kaki orang-orang lemah akan menginjak-injaknya."(Yes 26:4-6). Kutipan ini kiranya merupakan dukungan dan ajakan bagi kita semua, umat beriman, untuk senantiasa mengusahakan keteguhan, ketabahan dan kehandalan iman. Hendaknya dalam segala sesuatu senantiasa percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi atau Tuhan, "sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal", sehingga siapapun yang mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi dalam segala sesuatu akan memiliki iman yang tangguh dan handal, tak tergoyahkan oleh godaan-godaan atau rayuan-rayuan setan. Di dalam Anggaran Dasar yayasan atau LSM katolik dalam asas dasar dikatakan bahwa "dengan atau dalam semangat iman kristiani yayasan berasaskan Pancasila dan UUD 45 dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara". Semoga para penyelenggara dan pelaksana yayasan atau LSM katolik menghayati asas ini, dan mungkin secara konkret juga menghayati spiritualitas atau visi pendiri yayasan atau LSM terkait. Secara khusus kami berharap kepada para pengelola, penyelenggara dan pelaksana karya pelayanan pastoral pendidikan atau sekolah sungguh memperhatikan pendidikan iman, nilai atau budi pekerti bagi para peserta didiknya. Pendidikan nilai atau budi pekerti, sebagaimana saya katakan di atas secara inklusif dilaksanakan dalam semua pengajaran mata pelajaran, misalnya kedisiplinan dan kejujuran. Disiplin dan jujur pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan. Anak-anak di dalam keluarga hendaknya sedini mungkin dididik dan dibina dalam disiplin dan jujur.

"Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.  Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan" (Mzm 118:1-8-9)
Ign 6 Desember 2012
 

Selasa, 04 Desember 2012

5des


"HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu"
(Yes 25:6-10a; Mat 15:29-37)

"Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel. Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi beberapa ikan kecil." Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh" (Mat 15:29-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Belas kasih merupakan salah satu wujud keutamaan dari orang yang memiliki hati bersih dan terbuka, serta senantiasa siap sedia untuk disakiti. Hari-hari ini mungkin cukup banyak orang yang membutuh-kan belas kasihan karena menjadi korban bencana alam, entah itu banjir bandang, tanah longsor dll.., yang menuntut kemurahan hati orang yang memiliki hati seperti Yesus, yang HatiNya tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak yang kelaparan. Apakah sebagai orang beriman kita memiliki hati yang tergerak oleh belas kasihan? Adakah di lingkungan hidup dan kerja kita yang sungguh membutuhkan belas kasihan? Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita semua dapat tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini, hemat kami karena belas kasihan Allah yang kita terima melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita, tentu saja terutama orangtua atau pribadi-pribadi yang merawat dan mendidik kita sejak kecil. Dengan kata lain jika kita jujur dan terbuka mawas diri, kiranya masing-masing dari kita pasti akan menyadari dan menghayati  bahwa dirinya kaya akan  belas kasihan, serta kemudian tergerak untuk berbelas kasih kepada siapapun yang membutuhkan di lingkungan hidup maupun kerja kita. Jika kita semua saling berbelas kasih, kiranya tak ada lagi orang-orang yang menderita kelaparan, kehausan atau berkekurangan dalam kebutuhan pokok hidup sehari-hari.

·   "TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya. Dan di atas gunung ini TUHAN akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa-bangsa"(Yes 25:6-7). Kutipan ini merupakan kata-kata penghiburan yang penuh pengharapan. Masa adven juga diwarnai oleh keutamaan harapan, maka baiklah saya mengajak anda sekalian, segenap umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus, untuk senantiasa dapat menjadi penghiburan yang penuh harapan bagi saudara-saudarinya dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Maka baiklah kita perhatikan juga di lingkungan hidup dan kerja kita: adakah orang yang putus asa atau frustrasi, karena kegagalan dalam hal tertentu?  Dekati dan sikapi mereka dengan belas kasih seraya menghiburnya dengan kata-kata yang membangkitkan gairah dan semangat hidupnya. Ingatkan mereka bahwa dunia ini sangat luas, sarat dengan aneka kemungkinan dan kesempatan, maka gagal dalam hal tertentu masih ada banyak kemungkinan lain. Memang kita sendiri dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari hendaknya dapat menjadi penghiburan bagi orang lain, dimana pun berada atau kemana pun pergi kita mampu menggairahkan dan membangkitkan mereka yang putus asa atau frustrasi. Tentu saja kami berharap secara khusus kepada segenap anggota keluarga dalam keluarga masing-masing: hendaknya masing-masing anggota keluarga memiliki semangat menghibur dan menggairahkan yang lain, dan tentu saja secara khusus terjadi dalam relasi antar suami dan isteri, bapak dan  ibu. Biarlah pengalaman terhibur dan tergairahkan di dalam keluarga kemudian tumbuh berkembang dalam  lingkungan yang lebih luas.

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mzm 23:1-4)
Ign 5 Desember 2012