Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

22Agt

"Banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih."

(Hak 11:29-39a; Mat 22:1-14)

"Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal
Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin
untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang
telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak
mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah
kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah
kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih;
semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi
orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke
ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap
hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja
itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan
pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata
kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi
orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu.Sebab itu
pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang
yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah
hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya
di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga
penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu
masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang
tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana
engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi
orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah
kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang
paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab
banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." (Mat 22:1-14),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta SP Maria,
Ratu, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Dari data statistik Seminari Menengah Mertoyudan dapat diketahui
bahwa mereka yang akhirnya ditabiskan menjadi imam dan tetap setia
pada panggilan imamatnya kurang lebih hanya 10% dari jumlah seminaris
yang sempat belajar di Seminari Menengah Mertoyudan. Memang banyak
yang berminat, termasuk saat ini, untuk menjadi imam, namun akhirnya
hanya sedikit yang terpilih. Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
generasi muda dalam memilih pacar atau calon suami/isteri, kiranya
juga banyak pilihan, namun akhirnya harus memilih satu yang dianggap
cocok dan terbaik. Demikian juga sering banyak pelamar kerja namun
hanya beberapa saja yang akhirnya terpilih sebagai pekerja. Mereka
yang terpilih dinilai layak dan pantas, dan kiranya kita semua juga
mendambakan 'terpilih', yaitu terpilih menjadi orang baik, bermoral
dan berbudi pekerti luhur alias orang yang sungguh dikasihi Allah
maupun sesamanya. Maka marilah sebagai orang beriman kita berlomba
untuk menjadi 'yang terpilih dan terkasih'. Sebenarnya masing-masing
dari kita adalah 'yang terpilih dan terkasih': bukankah ada jutaan
sperma berebut satu 'telor' dan hanya satu yang menang dan terpilih,
dan siapa dia kalau bukan kita masing-masing ini. Dengan demikian
selayaknya kita semua berusaha menjadi 'yang terpilih dan terkasih',
dan untuk itu marilah kita senantiasa berusaha hidup dan bertindak
sedemikian rupa sehingga dikasihi oleh Allah maupun sesama kita.
Hendaknya dalam keadaan apapun kondisi kita jangan sampai 'minder'
atau kecil hati, karena kita semua telah menjadi 'pemenang' atau
'juara', terpilih sebagai sperma bersatu dengan telor dan akhirnya
menjadi diri kita apa adanya pada saat ini. Marilah kita meneladan SP
Maria, Ratu kita, yang senantiasa mentaati dan melaksanakan kehendak
Allah.

·    "Hanya izinkanlah aku melakukan hal ini: berilah keluasan
kepadaku dua bulan lamanya, supaya aku pergi mengembara ke pegunungan
dan menangisi kegadisanku bersama-sama dengan teman-temanku." (Hak
11:37), demikian kata seorang gadis, anak perempuan Yefta, kepada
ayahnya. Kata-kata ini mungkin baik menjadi bahan permenungan bagi
rekan-rekan perempuan yang masih gadis atau perawan, yang tidak lama
lagi akan segera menikah atau bersuami. Ada waktu persiapan khusus
sebelum mempersembahkan kegadisan atau keperawanannya kepada sang
suami yang baru. Masa ini mungkin pada saat ini tidak lain adalah masa
tunangan, maka kepada rekan-rekan gadis yang sedang dalam masa
tunangan kami ajak untuk sungguh mempersiapkan diri. Kepada para
orangtua dari anak gadis yang segera akan menikah atau bersuami kami
harapkan memberi keleluasaan kepadanya dalam mempersiapkan diri.
Persiapan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan kita: segala
sesuatu yang dipersiapkan dengan baik dan benar pasti akan sukses atau
berhasil sebagaimana didambakan atau diharapkan. Tentu saja saya juga
berharap kepada rekan-rekan gadis untuk menjadi kegadisan atau
keperawanannya sampai pada saatnya nanti dipersembahkan kepada 'yang
terkasih', suami terkasih.

"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian,
tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban
penghapus dosa tidak Engkau tuntut.Lalu aku berkata: "Sungguh, aku
datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku;aku suka
melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." (Mzm
40:7-9) Ign 22 Agustus 2013

21Agt

"Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu"

(Hak 9:6-15; Mat 20:1-16a)

 "Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang
pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya.
Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar
sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-kira pukul
sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-orang lain
menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi jugalah kamu ke
kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan kepadamu. Dan mereka
pun pergi. Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar
pula dan melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia
keluar lagi dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada
mereka: Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata
mereka kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada
mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam tuan
itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan
bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir hingga
mereka yang masuk terdahulu. Maka datanglah mereka yang mulai bekerja
kira-kira pukul lima dan mereka menerima masing-masing satu dinar.
Kemudian datanglah mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan
mendapat lebih banyak, tetapi mereka pun menerima masing-masing satu
dinar juga. Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada
tuan itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu
jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk
bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.Tetapi tuan itu
menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil
terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah
bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang masuk
terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas mempergunakan
milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku
murah hati? Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang
terdahulu "(Mat 20:1-16a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Pius X,
Paus,hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Murah hati merupakan salah satu keutamaan yang selayaknya kita
hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan
ada kecenderungan umum banyak orang tumbuh-berkembang bersikap mental
egois atau 'pengumpul' karena pengaruh HP dan Internet. Kita semua
telah menerima kemurahan hati dari Allah secara melimpah ruah, maka
sebagai orang beriman kita diharapkan saling bermurah hati. Murah hati
secara kasar dapat diartikan sebagai 'memberi perhatian kepada
siapapun dan dimana pun', dan kiranya hal ini perlu dihayati oleh para
pemimpin. Memang ada kemungkinan seorang pemimpin secara fisik tak
mungkin memperhatikan semuanya, maka baiklah kemurahan hati diwujudkan
juga secara spiritual, yaitu mendoakan: berdoa bagi mereka semua yang
harus dipimpin atau dilayani. Paus Pius X yang kita kenangkan hari ini
kiranya adalah pribadi yang sungguh baik hati dan sederhana. Sebagai
gembala umat Paus Pius X antara lain membuat mudah Kitab Suci difahami
oleh umat, memperhatikan anak-anak dan orang miskin dst.. "Saya
dilahirkan miskin, saya hidup miskin dan saya ingin mati secara miskin
pula", demikian ungkapan hatinya yang terdalam menjelang Paus Pius X
dipanggil Tuhan. Bersikap mental 'miskin' berarti siap sedia menerima
apa saja dari orang lain, termasuk juga melakukan apa saja asal
berguna bagi keselamatan dan kebahagiaan jiwa orang lain. Marilah kita
saling bermurah hati dan berbaik hati satu sama lain dalam kehidupan
kita setiap hari dimana pun dan kapan pun, sehingga kehidupan bersama
sungguh membantu kita semua mengusahakan keselamatan dan kebahagiaan
jiwa kita.

·   "Jawab semak duri itu kepada pohon-pohon itu: Jika kamu
sungguh-sungguh mau mengurapi aku menjadi raja atas kamu, datanglah
berlindung di bawah naunganku; tetapi jika tidak, biarlah api keluar
dari semak duri dan memakan habis pohon-pohon aras yang di gunung
Libanon." (Hak 9:15). Pohon-pohon anggur dan pohon-pohon ara menolak
tawaran untuk menjadi raja. Hemat saya pohon anggur dan pohon ara
merupakan lambang bagi orang-orang yang bersikap mental materialistis
dan egois, cari enak sendiri dan keuntungan diri sendiri. Sebaliknya
semak duri merupakan lambang orang-orang yang kurang diperhatikan atau
tersingkir dalam percaturan social di masyarakat. Hal ini rasanya
secara konkret juga terjadi dalam hal 'panggilan', misalnya mayoritas
seminaris di Seminari Mertoyudan yang tumbuh berkembang panggilannya
menjadi imam dengan baik pada umumnya mereka yang berasal dari
keluarga miskin atau berkekurangan, sedangkan mereka yang berasal dari
keluarga kaya sungguh bermasalah, sulit dididik dan akhirnya
mengundurkan diri atau harus diundurkan. Semak duri merupakan symbol
kerendahan hati dan keterbukaan: kerendahan hati merupakan keutamaan
dasar atau yang paling utama, yang harus kita hayati dan sebarluaskan
pada masa kini.

"TUHAN, karena kuasa-Mulah raja bersukacita; betapa besar
kegirangannya karena kemenangan yang dari pada-Mu! Apa yang menjadi
keinginan hatinya telah Kaukaruniakan kepadanya, dan permintaan
bibirnya tidak Kautolak." (Mzm 21:2-3)

Ign 21 Agustus 2013

20Agt

"Bagi manusia hal ini tidak mungkin tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."

(Hak 6:11-24a; Mat 19:23-30)

"Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam
Kerajaan Sorga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor
unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah." Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah
mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"
Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak
mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." Lalu Petrus
menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala
sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" Kata
Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu
penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta
kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas
dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.Dan setiap
orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki
atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya,
akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup
yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang
terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Mat
19:23-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Bernardus,
Abas dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Manusia berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah ketika
meninggal dunia, dengan kata lain kita manusia adalah lemah dan rapuh
serta serba terbatas. Hidup kita sungguh berasal dari Allah dan
tergangtung pada Allah sepenuhnya, maka marilah kita senantiasa hidup
bersama dan bersatu dengan Allah alias hidup baik, bermoral dan
berbudi pekerti luhur. Jika kita demikian adanya, maka segala sesuatu
yang kita dambakan atau harapkan akan mungkin alias dapat terwujud.
Pengalaman saya pribadi' lebih-lebih atau terutama ketika bertugas
sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang sering harus menghadapi
kegiatan atau proyek besar dengan beaya besar,  sungguh mengesan.
Antara lain ketika menyambut kedatangan atau kunjungan pastoral Bapa
Suci, Yohanes Paulus II, di wilayah Keuskupan Agung Semarang pada
tahun 1988. Waktu itu dalam tempo atau waktu kurang lebih enam bulan
kami harus menyediakan dana kurang lebih Rp.750.000.000,- (tiga
perempat milyard rupiah).   Dengan dan dalam iman kepada Allah, karena
kegiatan yang direncanakan sesuai dengan kehendak Allah, saya percaya
bahwa semuanya akan terlaksana dengan baik alias tak akan kekurangan
dana. Sungguh diluar dugaan atau pikiran saya waktu itu bahwa akhirnya
banyak orang memberikan sumbangan yang sangat besar dengan rela dan
jiwa besar: dana terkumpul sebagaimana direncanakan dan penggunaan
kurang dari yang direncanakan (ada saldo kurang lebih
Rp.200.000.000,-). Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak
segenap umat beriman: hendaknya apa yang anda dambakan atau harapkan
sesuai dengan kehendak Allah serta diusahakan bersama dan bersatu
dengan Allah, karena dengan demikian dambaan atau harapan tersebut
pasti terlaksana dengan sukses.

·   "Berfirmanlah Malaikat Allah kepadanya: "Ambillah daging dan roti
yang tidak beragi itu, letakkanlah ke atas batu ini, dan curahkan
kuahnya." Maka diperbuatnya demikian. Dan Malaikat TUHAN mengulurkan
tongkat yang ada di tangan-Nya; dengan ujungnya disinggung-Nya daging
dan roti itu; maka timbullah api dari batu itu dan memakan habis
daging dan roti itu. Kemudian hilanglah Malaikat TUHAN dari
pandangannya." (Hak 6:20-21). Kutipan ini berbicara perihal Gideon,
yang dipilih oleh Allah untuk menjadi hakim. Malaikat Allah
mendampingi hidup kita sebagai 'malaikat pelindung'; hal itu merupakan
kasih dan kemurahan hati Allah bagi kita manusia yang lemah, rapuh dan
tak berdaya ini. Kami berharap kepada kita semua untuk membuka diri
terhadap bisikan malaikat pelindung kita masing-masing, serta kemudian
melaksanakan apa  yang dibisikkan atau diperintahkan. Ada kemungkinan
malaikat pelindung menjadi nyata atau konkret dalam diri
saudara-saudari kita yang berkehendak baik, maka marilah kita
dengarkan kehendak baik saudara-saudari kita, dengan kata lain kita
komunikasikan atau bagikan kehendak baik kita kepada saudara-saudari
kita dan dengan demikian kita saling berbagi kehendak baik. Percayalah
bahwa kita saling berkehendak baik, maka dambaan atau harapan kita
bersama akan terwujud. Secara khusus kami berharap kepada para
suami-isteri untuk senantiasa saling membagikan dan mendengarkan
kehendak baik, dan kemudian berdua bersama-sama mewujudkan kehendak
baik yang telah disinerjikan. Hendaknya anda sebagai suam-isteri
saling menjaga dan mengingatkan agar tetap setia saling mengasihi
sampai mati.

"Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan
bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan
menjenguk dari langit.Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan
negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di
hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan." (Mzm
85:11-14)

Ign 20 Agustus 2013