Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

10Agt

"Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati"

(2Kor 9:6-10; Yoh 12:24-26)

" Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh
ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati,
ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia
akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya
di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku
berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku,
ia akan dihormati Bapa" (Yoh 12:24-26), demikian kutipan Warta Gembira
hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St
Laurentius, diakon dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Satu biji 'jatuh di tanah', ketika tumbuh berkembang menjadi
sebuah pohon, akan menghasilkan buah melimpah yang berguna bagi
kehidupan dan kebahagiaan umat manusia. Hal senada juga terjadi dalam
diri pahlawan yang rela mati demi keselamatan seluruh bangsa,
sebagaimana dikatakan dalam sebuah pepatah "mati satu tumbuh seribu".
Sebagai orang beriman kita semua memiliki rahmat panggilan sebagai
martir, maka dalam rangka mengenangkan St.Laurentius, diakon dan
martir, hari ini kami mengajak anda sekalian mawas diri: sejauh mana
kita menghayati rahmat kemartiran dalam cara hidup dan cara bertindak
kita setiap hari. Salah satu bentuk penghayatan rahmat kemartiran
antara lain adalah hidup dan bertindak tidak mengikuti keinginan dan
kehendak sendiri, melainkan meneladan Yesus yang taat kepada kehendak
Bapa yang mengutusnya serta mempersembahkan Diri dengan menderita dan
wafat di kayu salib demi keselamatan seluruh bangsa di dunia ini.
Secara konkret pada masa kini hemat saya dapat kita hayati dengan
senantiasa mentaati aneka tatanan atau tata tertib yang terkait dengan
hidup dan panggilan kita masing-masing tanpa cacat dan cela
sedikitpun. Maka marilah kita kerahkan semangat, waktu dan tenaga kita
guna melaksanakan tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup
dan panggilan kita masing-masing. Hemat saya tidak melakukan korupsi
sedikitpun dan dalam bentuk apapun juga merupakan penghayatan rahmat
kemartiran yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan
sebarluaskan masa kini. Bagi mereka yang sedang bertugas belajar:
tidak menyontek baik dalam ulangan maupun ujian juga merupakan wujud
penghayatan rahmat kemartiran. Pada Tahun Iman saat ini kiranya
segenap umat yang beriman kepada Yesus Kristus dalam Gereja Katolik
juga diharapkan hidup dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran Gereja
Katolik, yang tertulis dalam aneka dokumen Gerejani.

·   "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit
juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.Hendaklah
masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih
hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi
dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia
kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala
sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan" (2Kor
9:6-8). Kita semua diharapkan hidup saling memberi dengan kerelaan
hati: memberi kepada orang lain tidak hanya merupakan kewajiban moral
belaka, melainkan merupakan suatu keharusan, karena sampai kini kita
telah menerima segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati
merupakan pemberian dari orang lain. Kami berharap bahwa kebiasaan
saling memberi ini dibiasakan dan didikkan sedini mungkin pada
anak-anak didalam keluarga, dan kemudian diperkembangkan dan
diperdalam di dalam sekolah-sekolah. Memberi dengan kerelaan hati
berarti tidak mendambakan balasan sedikitpun entah berupa barang atau
uang atau bahkan pujian dari orang lain. Kebiasaan saling memberi dan
menerima hemat saya telah dihayati oleh para suami-isteri dalam saling
mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan
segenap kekuatan atau tenaga, maka pengalaman tersebut hendaknya
diwariskan atau diteruskan kepada anak-anak yang dianugerahkan oleh
Tuhan kepada suami-isteri yang bersangkutan. Maaf kalau agak porno:
bukankah laki-laki telah memberikan benih laki-laki/sperma kepada
perempuan dan sang perempuan juga memberikan benih perempuan/telor,
yang akhirnya membuahkan kehidupan baru, yang selanjutnya juga saling
memberi sehingga jumlah umat manusia berkembang luar biasa sebagaimana
kita saksikan pada masa kini. Benih yang sangat kecil/embryo tumbuh
berkembang dengan cepat. Kami berharap kepada kita semua: keterampilan
atau kecakapan sekecil apapun marilah kita sumbangkan demi kehidupan
bersama.

"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka
kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi;
angkatan orang benar akan diberkati. Mujur orang yang menaruh belas
kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan
sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar
itu akan diingat selama-lamanya."

(Mzm 112:1-2.5-6)

Ign 10 Agustus 2013

0 komentar: