Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 Oktober 2013

20Juli

"Sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya"

(Kel 12:37-42; Mat 12:14-21)

"Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh
Dia. Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.
Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Ia
dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, supaya genaplah
firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Lihatlah, itu Hamba-Ku yang
Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan
menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada
bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan
orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. Buluh yang patah
terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya
tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. Dan
pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap." (Mat 12:14-21), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Setia pada panggilan dan tugas pengutusan sering harus menghadapi
ancaman atau persekongkolan yang berusaha menghambat atau
menyingkirkan. Hambatan atau persekongkolan tersebut mungkin sungguh
berat, sehingga kita tak akan mampu mengatasinya, maka baiklah untuk
sementara kita menjauhinya atau menyingkir dari mereka. Kita
menyingkir ke tempat lain atau menyepi sendiri untuk berdoa mohon
kekuatan atau rahmat Allah guna menghadapi ancaman atau persekongkolan
tersebut. Ada kemungkinan kita juga mengalami frustrasi atau loyo
karena aneka kegagalan, namun jika dalam hati kecil kita masih ada
harapan hendaknya jangan menjadi putus asa. Harapan kecil yang ada
dalam hati anda pada waktunya akan membesar dan menjadi kuat, sehingga
anda terlepas dari frustrasi atau keloyoan. Dengan kata lain marilah
kita imani Penyelenggaraan Ilahi, pendampingan dan karya Allah dalam
hidup kita sehari-hari yang tak pernah putus atau tak pernah berhenti.
PenyelenggaraanNya menjadi nyata dalam diri orang-orang yang
berkehendak baik, maka ketika anda merasa frustrasi atau loyo,
terancam atau dihambat oleh persekongkolan, hendaknya datang kepada
mereka yang berkehendak baik untuk menolong kita. Percayalah bahwa
orang yang berkehendak baik ada dimana-mana dan kapan saja. Sabda hari
ini juga mengajak dan mengingatkan kita semua untuk membantu mereka
yang frustrasi atau loyo atau menghadapi ancaman dan persekongkolan.
Jangan matikan mereka itu, melainkan damping dan ajak untuk tetap
memiliki harapan bahwa apa yang diusahakan atau dicita-citakan pasti
akan berhasil pada waktunya. Dengan kata lain kita semua dipanggil
untuk hidup dan bertindak dengan sabar.  "Sabar adalah sikap dan
perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri
dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai
rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman
Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24).

·   "Sesudah lewat empat ratus tiga puluh tahun, tepat pada hari itu
juga, keluarlah segala pasukan TUHAN dari tanah Mesir. Malam itulah
malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah
Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel,
turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN." (Kel 12:41-42). Kutipan ini
kiranya menunjukkan bahwa Allah senantiasa setia pada umatNya, yang
dengan penuh kesabaran disertai dengan aneka penderitaan dan
pengorbanan tetap mempercayakan diri pada Penyelenggaraan Ilahi.
Kutipan ini juga mengingatkan kita semua penting 'matiraga' dalam
rangka hidup beriman. Hemat saya 'matiraga' pada masa kini kurang
memperoleh perhatian, antara lain karena pelaksanaan system pendidikan
yang terjadi di negeri kita tercinta  ini. Dimana-mana ada usaha agar
para peserta didik selalu naik kelas, dan untuk itu dilakukan
'mark-up' nilai-nilai. Cara demikian itulah yang merusak moral bangsa
Indonesia. Hal ini diperparah oleh sikap mental 'instant' yang marak
di negeri kita ini. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak
kita semua untuk membiasakan diri 'matiraga'. Contoh konkret adalah
dalam hal makan dan minum: hendaknya makan dan minum apa-apa yang
sehat meskipun tidak enak. Ketika orang terbiasa berani matiraga dalam
hal makan dan minum, hemat saya yang bersangkutan juga akan dengan
mudah menjadi sabar dalam menghadapi aneka tantangan dan masalah. Kami
berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dilatih atau
dibiasakan dalam hal matiraga dengan teladan konkret dari orangtua.
Kami berharap kepada kita semua untuk hidup dan bertindak mengikuti
'proses' yang baik, sesuai dengan Penyelenggaraan Ilahi.

"Kepada Dia yang memukul mati anak-anak sulung Mesir; bahwasanya untuk
selama-lamanya kasih setia-Nya.Dan membawa Israel keluar dari
tengah-tengah mereka; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Dengan tangan yang kuat dan dengan lengan yang teracung! Bahwasanya
untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." (Mzm 136:10-12)

Ign 20 Juli 2013

0 komentar: